Secara Lokasi
Lokal Medan Jakarta Palangkaraya Makassar Jayapura
K- 34.7 27.10 30 30.6 35
Index (Konvektif (Konvektif (Konvektif (Konvektif (Konvektif
Sedang) Ringan) Sedang) Sedang)) Sedang)
S- -1.37 2.67 -2 -1.49 -2
Index (Kemungkinan (Shower) (Kemungkinan (Kemungkinan (Kemungkinan
TS) TS) TS) TS)
L- -2 -0.53 -3 -1.19 -2
Index (Labil) (Labil) (Labil dan (Labil) (Labil)
kemungkinan
TS)
Kesimpulan :
Kondisi secara global, mulai dari MJO, SOI, DMI, Surge Index, dan badai tropis tidak
mempengaruhi aktivitas cuaca/konvektif di wilayah Indonesia. Untuk indeks Nino 3.4
menunjukkan adanya El Nino lemah yang belum berpengaruh signifikan di wilayah Indonesia.
Untuk wilayah Medan, tekanan cenderung rendah dengan angin dari tenggara dan
kelembapan relatif cukup tinggi dari lapisan 850 hingga 500 mb. Labilitas atmosfer berdasarkan
KI, SI, LI menunjukkan kondisi udara labil dengan peluang terbentuknya awan kokvektif.
Sehingga mengindikasikan adanya pasokan uap air yang dibawa dari Samudera Hindia ke
wilayah Medan yang bersifat basah dan terdistribusi di seluruh lapisan dengan kondisi udara
labil yang dapat mendukung proses konveksi.
Wilayah Jakarta, tekanan udara cenderung tinggi dengan angin dari tenggara dan
kelembapan udara yang cenderung kering dan semakin rendah di lapisan atas. Kondisi lalibitas
udara berdasarkan KI, SI, LI menunjukkan kondisi udara labil (ringan) namun karena kondisi
kelembapan udara relatif yang cenderung kering sehingga awan konvektif sulit terbentuk.
Wilayah Palangkaraya, tekanan udara cenderung tinggi dibandingkan wilayah sekitarnya
sekitar 1012 mb, terdapat belokan angin dari tenggara ke utara dan kelembapan udara yang
relatif kering di lapisan bawah hingga menengah dan semakin rendah di lapisan atasnya.
Berdasarkan indeks KI, LI, dan SI menunjukkan kondisi udara labil dengan peluang
terbentuknya awan konvektif.
Wilayah Makassar, tekanan udara cenderung normal dibandingkan wilayah sekitarnya
dengan angin dari tenggara yang membawa masa udara kering dari Australia didukung dengan
kelembapan udara yang cenderung tinggi di wilayah tersebut. Labilitas atmosfer menunjukkan
kondisi udara yang labil dengan peluang terbentuk awan konvektif sedang. Kondisi tekanan
normal dan kelembapan udara yang tinggi dapat menyebabkan awan konvektif terbentuk.
Wilayah Jayapura, tekanan udara cenderung normal dan angin berhembus dari tenggara
dan mengalami belokan angin kearah utara. Kelembapan udara cenderung tinggi di setiap lapisan
dari 850 sampai 500 mb. Labilitas atmosfer berdasarkan KI, SI, dan LI menunjukkan kondisi
udara labil disertai peluang terbentuknya awan konvektif. Berdasarkan angin, distribusi
kelembapan udara dan kondisi labilitas atmosfer tersebut mendukung terbentuknya awan
konvektif.
PRAKIRAAN CUACA WILAYAH INDONESIA (16 MEI 2019 00.00 UTC):
RH RH RH
K- S- L-
No Lokasi 850 700 500 Konv Siklonal Shearline Cuaca
Index Index Index
(%) (%) (%)
90- 60- 70- Hujan
1 Medan - - √ 34.7 -1.37 -2
100 70 80 Ringan
50- 40- 10- Cerah
2 Jakarta - - - 27.10 2.67 -0.53
70 60 20 Berawan
Palangkaray 60- 40- 40- Cerah-
3 - - √ 30 -2 -3
a 80 60 50 Berawan
70- 60- 50-
4 Makassar - - - 30.6 -1.49 -1.19 Berawan
90 70 60
70- 70- 40-
5 Jayapura - - √ 35 -2 -2 Berawan
90 80 60
Kesimpulan :
Kondisi secara global, mulai dari MJO, SOI, DMI, Surge Index, dan badai tropis tidak
mempengaruhi aktivitas cuaca/konvektif di wilayah Indonesia. Untuk indeks Nino 3.4
menunjukkan adanya El Nino lemah yang belum berpengaruh signifikan di wilayah Indonesia.
Untuk wilayah Medan, tekanan cenderung rendah dan kelembapan relatif cukup tinggi
pada kisaran 60-90% dari lapisan 850 hingga 500 mb. Labilitas atmosfer berdasarkan KI, SI, LI
menunjukkan kondisi udara labil dengan peluang terbentuknya awan konvektif. Sehingga
mengindikasikan adanya pasokan uap air yang dibawa dari Samudera Hindia ke wilayah Medan
yang bersifat basah dan terdistribusi di seluruh lapisan dengan kondisi udara labil yang dapat
mendukung proses konveksi yang signifikan.
Untuk wilayah Jakarta, tekanan udara cenderung normal dengan angin dari tenggara yang
membawa uap air kering dari Australia dan kelembapan udara cenderung kering dan semakin
rendah di lapisan atas. Kondisi lalibitas udara berdasarkan KI, SI, LI menunjukkan kondisi udara
labil (ringan). Namun karena tekanan udara yang tinggi dengan kondisi kelembapan udara relatif
yang cenderung kering sehingga awan konvektif akan sulit terbentuk.
Wilayah Palangkaraya, tekanan udara cenderung rendah dibandingkan wilayah sekitarnya
sekitar 1009 mb, terdapat belokan angin dari tenggara ke utara dan kelembapan udara yang
relatif cukup tinggi di lapisan bawah hingga menengah dan sedikit turun di lapisan atasnya.
Berdasarkan indeks KI, LI, dan SI menunjukkan kondisi udara labil dengan peluang
terbentuknya awan konvektif. Sehingga seluruh kondisi tersebut dapat memungkinkan terjadinya
konvektifitas.
Wilayah Makassar, tekanan udara cenderung rendah dibandingkan wilayah sekitarnya
dengan angin dari tenggara yang membawa massa udara kering dari Australia didukung dengan
kelembapan udara yang semakin menurun terhadap ketinggian. Labilitas atmosfer menunjukkan
kondisi udara yang labil dan peluang terbentuk awan konvektif sedang. Sehingga dengan kondisi
kelembapan udara yang lumayan basah dapat membentuk awan konvektif terbentuk.
Wilayah Jayapura, tekanan udara cenderung rendah sebesar 1008 mb yang dapat
membawa uap air ke daerah tersebut dan terdapat belokan angin kearah pusat siklonik di Papua
bagian Barat mengindikasikan adanya pemampatan masa udara di wilayah tersebut. Kelembapan
udara cenderung tinggi di setiap lapisan dari 850 sampai 500 mb. Labilitas atmosfer berdasarkan
KI, SI, dan LI menunjukkan kondisi udara labil disertai peluang terbentuknya awan konvektif.
Berdasarkan belokan angin, distribusi kelembapan udara yang cukup tinggi dan kondisi labilitas
atmosfer tersebut mendukung terbentuknya awan konvektif yang signifikan.
4. NINO 3.4
5. SURGE INDEX
6. SIKLON TROPIS
7. Tekanan Udara
00.00 UTC
06.00 UTC
06.00UTC
10. RH LAPISAN 700 MB
00.00 UTC
06.00 UTC
11. RH LAPISAN 500 MB
00.00 UTC
06.00 UTC
12. SOUNDING