Anda di halaman 1dari 16

PRAKIRAAN HARIAN

Nama : M. Arief Rahman Siregar (12.17.0041)

PRAKIRAAN CUACA HARIAN TANGGAL 23 MEI 2019 JAM 00.00 UTC


Secara Global (Positif/Negatif) Keterangan
Tidak mempengaruhi terhadap kondisi cuaca/
MJO Aktif di fase 8
aktifitas konvektif di wilayah Indonesia
Indian Dipole Mode berada pada
Dipole Mode
+0.28 fase netral sehingga tidak mempengaruhi peningkatan
(DMI)
curah hujan signifikan di wilayah Indonesia
Kondisi Netral, tidak ada indikasi El Nino maupun
Southern
La Nina sehingga tidak ada pengaruh dalam hal
Oscillation Index -6.28
peningkatan atau penurunan terhadap kondisi curah
(SOI)
hujan di wilayah Indonesia.
El Nino lemah, sehingga kurang begitu
Nino 3.4 +0.61 mempengaruhi kondisi penurunan curah hujan di
wilayah Indonesia.
Tekanan Udara
Gushi = 1010.0
Tidak ada indikasi aktifnya Cold Surge, sehingga
Tekanan Udara
Surge Index tidak ada pengaruh cuaca di wilayah Indonesia
HongKong = 1011.3
khusunya peningkatan intensitas curah hujan.
Surge Index =
1010.0-1011.3 =-1.3
Badai Tropis - Tidak ada sistem badai tropis aktif

Secara Synoptik Keterangan


Tekanan rendah berkisar 1010 mb terdapat di wilayah Sumatera
barat bagian barat.
Tekanan udara Tekanan tinggi berkisar 1011-1012 mb terdapat di wilayah
Lampung, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, Bali, Nusa
Tenggara, dan Papua.
Secara umum, kondisi angin di wilayah Indonesia berasal dari
tenggara. Hal ini menandakan angin berasal dari Australia yang
membawa massa udara kering.
Terdapat pola siklonik di Papua bagian Barat. Kemudian adanya
Angin 3000 feet pola Eddy di Samudera Hindia di bagian Barat Aceh dan
Kalimantan bagian Timur .
Terdapat pola shearline di Sumatera Utara , Riau, sebagian
besar wilayah Papua, Kalimantan , Sulawesi bagian Utara, dan
Maluku Utara.
RH Lap 850 mb RH tinggi pada kisaran 90-100% di wilayah Sumatera Utara,
Kalimantan Bagian Utara, Kalimantan Selatan Bagian Timur,
Sulawesi Tenggara bagian Utara, Sulawesi Bagian Selatan,
Papua bagian Utara dan Papua bagian Selatan.
RH kisaran 70-90% di wilayah Sumatera (Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau dan Riau), Kalimantan
Selatan hingga Kalimantan Utara, seluruh Sulawesi,Maluku dan
sebagian besar Papua.
RH kisaran 50-70% di wilayah Bengkulu, Jambi, sebagian
besar Jawa, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat.
RH kisaran 20-40% Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Lampung, Banten, Nusa Tenggara Timur, DKI Jakarta dan
Papua bagian Tengah.
RH kisaran 90-100% di wilayah Papua bagian Tengah.
RH kisaran 70-90% di wilayah Aceh bagian barat-selatan,
Sumatera Utara bagian barat, Riau, Kalimantan Selatan,
sebagian besar Sulawesi, Seluruh Pulau Papua.
RH Lap 700 mb RH kisaran 40-60% di wilayah Bengkulu, Jawa Timur, Bali,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,Kalimantan Utara
RH dibawah 30% di wilayah Sebagian besar Pulau Jawa, Selat
Karimata, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Laut
Sulawesi.
RH tinggi pada kisaran 90-100% Selat Makassar.
RH kisaran 70-90% di wilayah Sebagian besar Sulawesi
RH kisaran 40-60% di wilayah sebagian besar Sumatera (Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau dan Riau),
Rh Lap 500 mb
sebagian besar Kalimantan.
RH dibawah 30% di wilayah Lampung, Sumatera Selatan,
Bangka Belitung, Jawa hingga Nusa Tenggara Timur, dan
Maluku Utara

Secara Lokasi
Lokal Medan Jakarta Palangkaraya Makassar Jayapura
K- 34.7 27.10 30 30.6 35
Index (Konvektif (Konvektif (Konvektif (Konvektif (Konvektif
Sedang) Ringan) Sedang) Sedang)) Sedang)
S- -1.37 2.67 -2 -1.49 -2
Index (Kemungkinan (Shower) (Kemungkinan (Kemungkinan (Kemungkinan
TS) TS) TS) TS)
L- -2 -0.53 -3 -1.19 -2
Index (Labil) (Labil) (Labil dan (Labil) (Labil)
kemungkinan
TS)
Kesimpulan :
Kondisi secara global, mulai dari MJO, SOI, DMI, Surge Index, dan badai tropis tidak
mempengaruhi aktivitas cuaca/konvektif di wilayah Indonesia. Untuk indeks Nino 3.4
menunjukkan adanya El Nino lemah yang belum berpengaruh signifikan di wilayah Indonesia.
Untuk wilayah Medan, tekanan cenderung rendah dengan angin dari tenggara dan
kelembapan relatif cukup tinggi dari lapisan 850 hingga 500 mb. Labilitas atmosfer berdasarkan
KI, SI, LI menunjukkan kondisi udara labil dengan peluang terbentuknya awan kokvektif.
Sehingga mengindikasikan adanya pasokan uap air yang dibawa dari Samudera Hindia ke
wilayah Medan yang bersifat basah dan terdistribusi di seluruh lapisan dengan kondisi udara
labil yang dapat mendukung proses konveksi.
Wilayah Jakarta, tekanan udara cenderung tinggi dengan angin dari tenggara dan
kelembapan udara yang cenderung kering dan semakin rendah di lapisan atas. Kondisi lalibitas
udara berdasarkan KI, SI, LI menunjukkan kondisi udara labil (ringan) namun karena kondisi
kelembapan udara relatif yang cenderung kering sehingga awan konvektif sulit terbentuk.
Wilayah Palangkaraya, tekanan udara cenderung tinggi dibandingkan wilayah sekitarnya
sekitar 1012 mb, terdapat belokan angin dari tenggara ke utara dan kelembapan udara yang
relatif kering di lapisan bawah hingga menengah dan semakin rendah di lapisan atasnya.
Berdasarkan indeks KI, LI, dan SI menunjukkan kondisi udara labil dengan peluang
terbentuknya awan konvektif.
Wilayah Makassar, tekanan udara cenderung normal dibandingkan wilayah sekitarnya
dengan angin dari tenggara yang membawa masa udara kering dari Australia didukung dengan
kelembapan udara yang cenderung tinggi di wilayah tersebut. Labilitas atmosfer menunjukkan
kondisi udara yang labil dengan peluang terbentuk awan konvektif sedang. Kondisi tekanan
normal dan kelembapan udara yang tinggi dapat menyebabkan awan konvektif terbentuk.
Wilayah Jayapura, tekanan udara cenderung normal dan angin berhembus dari tenggara
dan mengalami belokan angin kearah utara. Kelembapan udara cenderung tinggi di setiap lapisan
dari 850 sampai 500 mb. Labilitas atmosfer berdasarkan KI, SI, dan LI menunjukkan kondisi
udara labil disertai peluang terbentuknya awan konvektif. Berdasarkan angin, distribusi
kelembapan udara dan kondisi labilitas atmosfer tersebut mendukung terbentuknya awan
konvektif.
PRAKIRAAN CUACA WILAYAH INDONESIA (16 MEI 2019 00.00 UTC):
RH RH RH
K- S- L-
No Lokasi 850 700 500 Konv Siklonal Shearline Cuaca
Index Index Index
(%) (%) (%)
90- 60- 70- Hujan
1 Medan - - √ 34.7 -1.37 -2
100 70 80 Ringan
50- 40- 10- Cerah
2 Jakarta - - - 27.10 2.67 -0.53
70 60 20 Berawan
Palangkaray 60- 40- 40- Cerah-
3 - - √ 30 -2 -3
a 80 60 50 Berawan
70- 60- 50-
4 Makassar - - - 30.6 -1.49 -1.19 Berawan
90 70 60
70- 70- 40-
5 Jayapura - - √ 35 -2 -2 Berawan
90 80 60

PRAKIRAAN CUACA HARIAN TANGGAL 23 MEI 2019 JAM 06.00 UTC

Secara Global (Positif/Negatif) Keterangan


Tidak mempengaruhi terhadap kondisi cuaca/
MJO Aktif di fase 8
aktifitas konvektif di wilayah Indonesia
Indian Dipole Mode berada pada
Dipole Mode
+0.28 fase netral sehingga tidak mempengaruhi peningkatan
(DMI)
curah hujan signifikan di wilayah Indonesia
Kondisi Netral, tidak ada indikasi El Nino maupun
Southern
La Nina sehingga tidak ada pengaruh dalam hal
Oscillation Index -6.28
peningkatan atau penurunan terhadap kondisi curah
(SOI)
hujan di wilayah Indonesia.
El Nino lemah, sehingga kurang begitu
Nino 3.4 +0.61 mempengaruhi kondisi penurunan curah hujan di
wilayah Indonesia.
Tekanan Udara
Gushi = 1010.0
Tidak ada indikasi aktifnya Cold Surge, sehingga
Tekanan Udara
Surge Index tidak ada pengaruh cuaca di wilayah Indonesia
HongKong = 1011.3
khusunya peningkatan intensitas curah hujan.
Surge Index =
1010.0-1011.3 =-1.3
Badai Tropis - Tidak ada sistem badai tropis aktif

Secara Synoptik Keterangan


Tekanan tinggi di Aceh bagian barat, Bengkulu dan Sulawesi
Tenggara 1010-1011 mb. Tekanan rendah di wilayah Nusa
Tekanan udara
Tenggara Barat, sebagian besar Kalimantan, Maluku Utara,
dan Papua Barat pada kisaran 1007-1008 mb.
Angin 3000 feet Secara umum, kondisi angin di wilayah Indonesia berasal dari
tenggara. Hal ini menandakan angin berasal dari Australia
yang membawa massa udara kering.
Terdapat pola siklonik di Papua bagian Barat. Kemudian
adanya pola Eddy di Samudera Hindia di bagian Barat Aceh
dan Kalimantan bagian Timur .
Terdapat pola shearline di Sumatera Utara, Riau, sebagian
besar wilayah Papua, Kalimantan , Sulawesi bagian Utara, dan
Maluku Utara.
RH tinggi pada kisaran 90-100% di Kalimantan bagian Barat,
Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi tengah bagian Timur dan
Papua bagian Tengah.
RH kisaran 70-90% di sebagian besar wilayah Sumatera
pesisir barat (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Lampung bagian Selatan,
RH Lap 850 mb DKI Jakarta, Jawa Tengah , DIY, Seluruh bagian Kalimantan, ,
Seluruh bagian Sulawesi, dan sebagian besar wilayah Papua.
RH kisaran 40-60% di wilayah Sumatera Selatan, Lampung
bagian Utara, Selat Karimata, Nusa Tenggara Barat bagian
Timur, Selat Makassar, Papua bagian Tengah.
RH rendah di bawah 40% berada di perairan Samudera Hindia
selatan Bali, Lampung dan Nusa tenggara Timur.
RH tinggi pada kisaran 90-100% di wilayah Papua bagian
Tengah.
RH kisaran 70-90% di wilayah Aceh, Kalimantan Barat bagian
Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi bagian Tengah, seluruh
bagian Papua.
RH kisaran 40-60% di wilayah Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Bengkulu, Riau, Jambi, Riau, Kepri, Jawa bagian
RH Lap 700 mb
Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan bagian Barat.
RH dibawah 30% di wilayah selat Karimata, Bangka Belitung,
Samudera Hindia di selatan Lampung, Banten, DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, selat Makassar, Nusa
Tenggara Timur bagian timur, Nusa Tenggara Barat bagian
selatan.
RH kisaran 70-90% di wilayah Sulawesi bagian Barat,
Kalimantan bagian Selatan, dan Papua bagian Tengah.
RH kisaran 70-90% di wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Tenggara
RH kisaran 40-70% di wilayah Sumatera Utara, Sumatera
Rh Lap 500 mb Barat, Riau, Jambi, Riau, Kepri sebagian besar Kalimantan,
Sulawesi bagian Utara, Nusa Tenggara Timur,
RH dibawah 30% meluas di wilayah Sumatera selatan,
Lampung, Jambi, Bangka Belitung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Maluku Utara, Maluku, Samudera Hindia selatan Jawa
hingga Arafuru.
Secara Lokasi
Lokal Medan Jakarta Palangkaraya Makassar Jayapura
K- 34.7 27.10 30 30.6 35
Index (Konvektif (Konvektif (Konvektif (Konvektif (Konvektif
Sedang) Ringan) Sedang) Sedang)) Sedang)
S- -1.37 2.67 -2 -1.49 -2
Index (Kemungkinan (Shower) (Kemungkinan (Kemungkinan (Kemungkinan
TS) TS) TS) TS)
L- -2 -0.53 -3 -1.19 -2
Index (Labil) (Labil) (Labil dan (Labil) (Labil)
kemungkinan
TS)

Kesimpulan :
Kondisi secara global, mulai dari MJO, SOI, DMI, Surge Index, dan badai tropis tidak
mempengaruhi aktivitas cuaca/konvektif di wilayah Indonesia. Untuk indeks Nino 3.4
menunjukkan adanya El Nino lemah yang belum berpengaruh signifikan di wilayah Indonesia.
Untuk wilayah Medan, tekanan cenderung rendah dan kelembapan relatif cukup tinggi
pada kisaran 60-90% dari lapisan 850 hingga 500 mb. Labilitas atmosfer berdasarkan KI, SI, LI
menunjukkan kondisi udara labil dengan peluang terbentuknya awan konvektif. Sehingga
mengindikasikan adanya pasokan uap air yang dibawa dari Samudera Hindia ke wilayah Medan
yang bersifat basah dan terdistribusi di seluruh lapisan dengan kondisi udara labil yang dapat
mendukung proses konveksi yang signifikan.
Untuk wilayah Jakarta, tekanan udara cenderung normal dengan angin dari tenggara yang
membawa uap air kering dari Australia dan kelembapan udara cenderung kering dan semakin
rendah di lapisan atas. Kondisi lalibitas udara berdasarkan KI, SI, LI menunjukkan kondisi udara
labil (ringan). Namun karena tekanan udara yang tinggi dengan kondisi kelembapan udara relatif
yang cenderung kering sehingga awan konvektif akan sulit terbentuk.
Wilayah Palangkaraya, tekanan udara cenderung rendah dibandingkan wilayah sekitarnya
sekitar 1009 mb, terdapat belokan angin dari tenggara ke utara dan kelembapan udara yang
relatif cukup tinggi di lapisan bawah hingga menengah dan sedikit turun di lapisan atasnya.
Berdasarkan indeks KI, LI, dan SI menunjukkan kondisi udara labil dengan peluang
terbentuknya awan konvektif. Sehingga seluruh kondisi tersebut dapat memungkinkan terjadinya
konvektifitas.
Wilayah Makassar, tekanan udara cenderung rendah dibandingkan wilayah sekitarnya
dengan angin dari tenggara yang membawa massa udara kering dari Australia didukung dengan
kelembapan udara yang semakin menurun terhadap ketinggian. Labilitas atmosfer menunjukkan
kondisi udara yang labil dan peluang terbentuk awan konvektif sedang. Sehingga dengan kondisi
kelembapan udara yang lumayan basah dapat membentuk awan konvektif terbentuk.
Wilayah Jayapura, tekanan udara cenderung rendah sebesar 1008 mb yang dapat
membawa uap air ke daerah tersebut dan terdapat belokan angin kearah pusat siklonik di Papua
bagian Barat mengindikasikan adanya pemampatan masa udara di wilayah tersebut. Kelembapan
udara cenderung tinggi di setiap lapisan dari 850 sampai 500 mb. Labilitas atmosfer berdasarkan
KI, SI, dan LI menunjukkan kondisi udara labil disertai peluang terbentuknya awan konvektif.
Berdasarkan belokan angin, distribusi kelembapan udara yang cukup tinggi dan kondisi labilitas
atmosfer tersebut mendukung terbentuknya awan konvektif yang signifikan.

PRAKIRAAN CUACA WILAYAH INDONESIA (23 MEI 2019 06.00 UTC)


RH RH RH
K- S- L-
No Lokasi 850 700 500 Konv Siklonal Shearline Cuaca
Index Index Index
(%) (%) (%)
80- 70- 60- Hujan
1 Medan - - √ 34.7 -1.37 -2
90 80 70 Ringan
50- 40- 5-
2 Jakarta - - - 27.10 2.67 -0.53 Cerah
60 50 10
Palangkaray 70- 30- 40-
3 - - √ 30 -2 -3 Berawan
a 80 50 50
70- 60- 60- Hujan
4 Makassar - - - 30.6 -1.49 -1.19
80 80 70 Ringan
80- 70- 50- Hujan
5 Jayapura - - √ 35 -2 -2
90 80 60 RIngan
LAMPIRAN
1. MJO

2. DIPOLE MODE INDEX


3. SOUTH OSCILLATION INDEX

4. NINO 3.4

5. SURGE INDEX
6. SIKLON TROPIS

7. Tekanan Udara
00.00 UTC
06.00 UTC

8. ANGIN 3000 FEET


9. RH LAPISAN 850 MB
00.00UTC

06.00UTC
10. RH LAPISAN 700 MB
00.00 UTC

06.00 UTC
11. RH LAPISAN 500 MB

00.00 UTC
06.00 UTC
12. SOUNDING

Anda mungkin juga menyukai