Anda di halaman 1dari 11

1.

TEORI TENTANG FLUENT-GAMBIT [1]


1.1 Pendahuluan
Fluent merupakan salah satu software CFD yang digunakan untuk memodelkan
aliran fluida dan transfer panas, penggunaan Fluent ini dapat dilakukan untuk
mensimulasikan sejumlah kondisi dengan berbagai parameter pengujian sehingga
didapatkan hasil terbaik sebelum dibuat pada prototype yang nyata.
1.2 Prosesdur Pemodelan Geometri Menggunakan Fluent-Gambit
Fluent adalah salah satu program CFD yang menggunakan metode volume
dalam memecahkan persamaan aliran fluida. Agar dapat memodelkan dan
mensimulasikan dengan menggunakan Fluent, model geometri harus terlebih
dahulu dibuat dan berbagai parameter simulasi harus terlebih dahulu ditentukan.
Gambit berfungsi untuk membuat model geometri, melakukan meshing pada model
dan mendefinisikan bidang operasi pada model. Untuk lebih jelasnya prosedur
pemodelan dengan menggunaka Fluent-Gambit adalah sebagai berikut.
a) Membuat Geometri
Geometri dibuat dengan menggunakan Gambit dengan memasukkan file .dat
dari arfoil NACA 2414 yang kemudian diberi boundar sebagai batas masuknya
aliran fluida sehingga tampak seperti Gambar.1 di bawah ini.

(a)

(b)
Gambar 1. (a) Geometri NACA 2414 = 00, (b) Geometri NACA 2414 = 50
b) Proses Meshing
Setelah geometri selesai dibuat maka perlu dilakukan proses meshing (membagi
bidang ke dalam beberapa bagian kecil) agar dapat dianalisis alirannya. Ukuran
mesh disini memperngaruhi ketelitian dan daya komputasi analisis CFD.
Semakin kecil maka hasil yang didaptkan akan semakin teliti.

(a)

(b)
Gambar 2. (a) Grid NACA 2414 = 00, (b) Grid NACA 2414 = 50
c) Menentukan Boundary Operation
Boundary Operation digunakan untuk mementukan input dan output yang
diingikan. Input disini berada pada sisi masu dari daerah aliran fluida.
Sedangkan untuk output yang digunakan berada pada bagian sisi keluaran dari
aliran fluida. Dalam simulasi kali ini digunakan input berupa Velocity sebesar 50
m/s dan outptnya berupa Pressure.
d) Mengimpor Model dan Memeriksa Mesh
Model yang telah dibuat dalam Gambit harus dibuka dalam Fluent untuk
melakukan simulasi yang diinginkan. Proses membuka model dapat dilakukan
dengan perintah sebagai berikut :
File > Read > Case > File Gambit yang dieksport menjadi *.msh
Grid > Check
Display > Grid > Display
Maka hasil Grid dapat dilihat seperti pada Gambar.2
e) Parameter Solver
Ada beberapa parameter yang harus ditentukan sebelum memulai
mensimulasikan aliran fluda. Proses penentuan parameter pada Fluent dapat
dilakukan dengan perintah sebagai berikut :
Define > Model > Energy > Energy Equation
Define > Model > Viscous > k-epsilon
Define > Boundary Condition > Velocity Inlet > Set > V. Magnitude 50 m/s
Solve > Initialize > Compute from All Zones > Apply > Init
Solve > Monitors > Residual > Check Plot > Plot
Solve > Iterate > Number of Iteration 1000 > Apply > Iterate

1.3 Iterasi
Iterasi adalah perhitungan dengan menggunakan metode coba-coba yang
dilakukan berulang kali. Fluent akan memulai perhitungan setelah inisiasi aliran
(fluida mulai dialirkan). Iterasi akan terus dilakukan hingga tercapai konvergensi
atau batas jumlah iterasi. Dalam simulasi kali ini dilakukan iterasi dengan batas
sampai 1000 iterasi.
1.4 Parameter Penyelesaian dalam Fluent
Dengan menggunakan Fluent maka aliran fluida akan diselesaikan secara
numeric. Dasarnya meliputi penentuan konvergensi, sehingga solusinya akurat
untuk semua jangkauan dari variabel aliran. Konvergen berarti meliputi parameterparameter aliran pada batas-batas aliran yang sudah ada menedekati nilai kondisi
batas yang ditetapkan sebelumnya. Skala konvergensi pada Fluent diterjemahkan
dalam bentuk residual. Nilai residual dapat diubah oleh pengguna. Default nilai
residual dalam Fluent adalah 0,001. Semakin kecil nilai residual, maka model aliran
akan mendekati keadaan sebenarnya.
2. DISTRIBUSI KECEPATAN
Dari hasil simulasi airfoil NACA 2414 dapat diperoleh distribusi kecepatan untuk
kondisi angle of attack () yang berbeda yaitu = 00 dan = 50, sehingga diperoleh plot
distribusi tekan disekitar airfoil seperti Gambar. 3 berikut ini.

(a)

(b)
Gambar 3. (a) Distribusi Kecepatan NACA 2414 = 00, (b) Distribusi
Tekanan NACA 2414 = 50
Ketika sebuah aliran udara bergerak melewati sebuah airfoil, maka akan terdapat
perbedaan kecepatan lokal di sekeliling airfoil, dan hal mengakibatkan perbedaan
tekanan statis di sekeliling arfoil juga. Kecepatan aliran yang besar akan menyebabkan
tekanannya menjadi kecil, dan hal ini juga berlaku kebalikannya.
Jika kecepatan fluida yang melalui airfoil semakin besar, maka harga tekanan akan
semakin kecil hal ini berlaku untuk bagian permukaan atas daripada airfoil. Sedangkan
untu medan aliran bagian bawah aliran fluida akan berkecepatan lebih rendah
dikarenakan mendapatkan pengurangan momentum sehingga harga tekanan akan
semakin besar [2].
Daerah hidung atau nose yang terletak pada leading edge dari airfoil berpengaruh
terhadap kecepatan aliran udara melewati daerah tersebut. Untuk sudut serang positif,
bagian atas dari daerah hidung airfoil menyebabkan bertambahnya akselerasi (sharp
acceleration), sebaliknya untuk bagian bawah dari daerah hidung airfoil menyebabkan
perlambatan akselerasi, yang dialami oleh aliran udara yang melewati daerah hidung
airfoil. Sedangkan untuk sudut serang sama dengan nol di daerah hidung airfoil terjadi
akselerasi yang seimbang (moderate acceleration) antara bagian bawah dan bagian atas
dari daerah hidung airfoil yang dialami oleh aliran udara yang melewati daerah tersebut.
Untuk airfoil dengan sudut serang sama dengan nol maka distribusi kecepatan yang

simetris. Sebaliknya untuk arfoil yang memiliki sudut serang maka distribusi antara
bagian atas dan bawah tidaklah sama. Dapat diliha pada Gambar. 3 bahwa kecepatan
dibagian bawah pada NACA 2414 dengan = 50 memiliki nilai yang lebih besar bila
dibandingkan dengan NACA 2414 dengan = 00.
3. DISTRIBUSI TEKANAN
Dari hasil simulasi airfoil NACA 2414 dapat diperoleh distribusi tekanan untuk
kondisi angle of attack () yang berbeda yaitu = 00 dan = 50, sehingga diperoleh plot
distribusi tekan disekitar airfoil seperti Gambar. 4 berikut ini.

(a)

(b)
Gambar 4. (a) Distribusi Tekanan NACA 2414 = 00, (b) Distribusi Tekanan
NACA 2414 = 50
Untuk airfoil dengan angle of attack () tertentu maka akan mengakibatkan
perubahan titik stagnasi. Titik stagnasi yaitu titik diamana kondisi kecepatan local yang
paling rendah atau pada tekanan tinggi dan nilai Cp yang paling tinggi. Untuk
penambahan angle of attack () yang positif akan mengakibatkan pergeseran atau
perubahan titik stagnasi kea rah bagian bawah permukaan airfoil. Untuk penambahan
angle of attack () maka akan dapat menimbulkan peambahan nilai lift (gaya angkat)
dalam suatu airfoil akan tetapi ada batas-batas tertentu dalam penambahan angle of
attack (), karena apabila angle of attack () melebihi batas maksimal yang mampu
dterima oleh airfoil maka tidak akan terjadi penambahan gaya angkat lagi malah
sebaliknya dia akan berkurang secara drastis, kejadian seperti ini disebut dengan efek
stall. Untuk airfoil dengan angle of attack () tidak sama dengan nol, medan aliran
antara bagian atas dan bgian bawah permukaan airfoil tidak simetris, sehingga fluida
yang melalui medan aliran bagian atas permukaan airfoil mendapat momentum
tambahan karena diakibatkan panjang lintasan medan aliran bagian bawah airfoil yang
cenderung lebih pendek bila dibandingkan dengan bagian atas sehingga fluida pada
bagian bawah airfoil akan terjadi pengurangan momentum. Pada airfoil sengan angle of
attack () sama dengan nol, keseluruhan aliran dianggap simetris terhadap bagian atas
dan bawah airfoil. Sehingga distribusi tekanan juga kan simetris terhadap bagian bawah

dan atas permukaan airfoil. Sehingga perbedaan tekanan dianggap nol, dengan kata lain
gaya angkat yang dihasilkan sama dengan nol[2].
4. TURBULENSI
Dari hasil simulasi airfoil NACA 2414 dapat diperoleh turbulensi untuk kondisi
angle of attack () yang berbeda yaitu = 00 dan = 50, sehingga diperoleh plot
distribusi tekan disekitar airfoil seperti Gambar. 5 berikut ini.

(a)

(b)
Gambar 5. (a) Turbulensi NACA 2414 = 00, (b) Turbulensi NACA 2414 =
50
Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa dengan adanya sudut serang dapat
mengurangi turbulensi yang terjadi di sekitar airfoil. Dapat dilihat bahwa pada =

50 memiliki turbulensi yang lebih kecil bila dibandingkan dengan = 00, dengan
semakin kecilnya turbulensi maka proses perpindahan energi juga akan semakin
kecil karena gaya gesekan antara fluida dan airfoil juga akan semakin kecil.
5. HASIL ITERASI
Dari hasil simulasi airfoil NACA 2414 dapat diperoleh turbulensi untuk kondisi
angle of attack () yang berbeda yaitu = 00 dan = 50, sehingga diperoleh plot
distribusi tekan disekitar airfoil seperti Gambar. 5 berikut ini.

(a)

(b)
Gambar 5. (a) Iterasi NACA 2414 = 00, (b) Iterasi NACA 2414 = 50
Untuk hasil iterasi sendiri pada airfoil yang memiliki sudut serang sama dengan nol
dibutuhkan iterasi sebanyak 254 kali untuk mencapai nilai yang konvergen. Sedangkan
untuk aifoil yang memiliki sudut serang = 50 dibutuhkan iterasi sebanyak 245 kali
untuk mencapai nilai yang konvergen. Tetapi untuk nilai residual meliputi kontinuitas,
kecepatan pada x dan y, energi serta viskositas dari airfoil untuk sudut serang yang
berbeda memiliki nilai yang relative sama, karena pada umumnya sudut serang pada
suatu airfoil itu lebih mempengaruhi distribusi kecepatan dan tekanan pada suatu aliran
fluida yang melewati suatu airfoil.

DAFTAR PUSTAKA
[1] H. S. Nugraha, "Simulasi Numerik Pengaruh Pengaruh Plain Flap Pada Airfoil
NACA 0012 Terhadap Distribusi Tekanan," jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.
[2] Y. Harahap and H. Sasongko, "Analisa Karakteristik Distribusi Tekanan dan
Kecepatan Pada Bodi Aerodinamika Airfoil Dengan Metoda Panel Dalam
Fenomena Flow Around Body," Jurnal Teknik Mesin, Vol. 5, No. 1, pp. 22-35,
2003.

Anda mungkin juga menyukai