Anda di halaman 1dari 16

PERANAN BUMD DALAM MENINGKATKAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANNISA RIZKA AMALIA


( 109084000002 )

PRODI ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011

1. Pendahuluan
1.1

Latar Belakang

Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan Undang-Undang No. 25 Tahun
2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000 2004 adalah bahwa
perwujudan otonomi daerah dalam pertumbuhan ekonomi dan pemerataan antar daerah
dilaksanakan melalui berbagai arah kebijakan, utamanya adalah : (a) mengembangkan otonomi
daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, serta
berbagai lembaga ekonomi dan masyarakat di daerah ; (b) melakukan pengkajian dan saran
kebijakan lebih lanjut tentang berlakunya otonomi daerah bagi daerah Provinsi, daerah
Kabupaten dan Kota serta daerah perdesaan ; dan (c) mewujudkan perimbangan keuangan antara
pusat dan daerah secara adil dengan mengutamakan kepentingan daerah yang lebih luas melalui
desentralisasi perizinan dan investasi serta pengelolaan sumber daya di daerah.
Dalam hubungan ini, sebagai sumber-sumber penerimaan daerah keseluruhannya dalam
pelaksanaan otonomi dan desentralisasi ini adalah: (a) PendapatanS Asli Daerah; (b) Dana
Perimbangan; (c) Pinjaman Daerah dan (d) Lain-lain Penerimaan yang sah. Dan sumber PAD
tersebut meliputi; (a) hasil pajak daerah; (b) hasil retribusi daerah; (c) hasil perusahaan milik
daerah dan hasil kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan (d) lain-lain PAD yang sah.
Sehubungan dengan itu, sesungguhnya usaha dan kegiatan ekonomi daerah yang
bersumber dari hasil Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) telah berjalan sejak lama. BUMD
tersebut dibentuk berdasarkan UU No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, yang diperkuat
oleh UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah (Nota Keuangan dan
RAPBN, 1997/1998). Tujuan dibentuknya BUMD tersebut adalah untuk melaksanakan
pembangunan daerah melalui pelayanan jasa kepada masyarakat, penyelenggaraan kemanfaatan
umum dan peningkatan penghasilan pemerintah daerah. Dapat dikemukakan lebih lanjut bahwa
BUMD itu berdasarkan kategori sasarannya dapat dibedakan dua golongan, yaitu perusahaan
daerah untuk melayani kepentingan umum dan perusahaan daerah untuk tujuan peningkatan
penerimaan daerah dalam PADnya. Dan BUMD itu bergerak dalam berbagai bidang usaha, yaitu
jasa keuangan dan perbankan (BPD dan Bank Pasar), jasa air bersih (PDAM) dan berbagai jasa
dan usaha produktif lainnya pada industri, perdagangan dan perhotelan, pertanian-perkebunan,
perparkiran, percetakan, dan lain-lain.
Sejalan dengan kebutuhan pendanaan pembangunan daerah yang terus meningkat,
pemerintah daerah merencanakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bisa
diupayakan oleh daerah sendiri (PAD), yang bersumber dari pusat (Dana Perimbangan), serta
pendapatan lainlain. Saat ini sumber pendapatan dari PAD masih relatif kecil dibandingkan
dengan dana perimbangan. Kebijakan umum pendapatan daerah diarahkan untuk mendorong
peningkatan pendapatan daerah melalui mobilisasi pendapatan asli daerah dan penerimaan
daerah lainnya.
BUMD secara ideal merupakan salah satu sumber penerimaan dari sebuah pemerintahan
daerah. BUMD adalah sebuah perwujudan dari peran pemerintah daerah dalam pembangunan
ekonomi daerah. Namun demikian dalam perkembangannya BUMD justru menjadi salah satu
titik lemah keuangan daerah. Alih-alih menjadi sumber penerimaan, BUMD justru membebani
keuangan daerah. Penelitian yang dilakukan Setyawan dan Riyardi (2000), memberikan temuantemuan menarik terkait dengan kinerja BUMD. BUMD di beberapa kota di JawaTengah ternyata
tidak efisien dalam operasionalnya. Sumbangan yang mereka berikan terhadap APBD tidak
sebanding dengan asset yang dimiliki. Rata-rata sumbangan BUMD di Indonesia terhadap PAD
kurang dari 1 % (Budisatrio, 2002). Bagian laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah
penerimaan yang berupa bagian laba bersih dari BUMD, yang terdiri dari laba bank
pembangunan daerah dan bagian laba BUMD lainnya. (BPS).
Pendapatan daerah diperkirakan Tahun 20092013 mengalami pertumbuhan ratarata
sekitar 32,9%. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan pada komponen PAD dan
komponen dana perimbangan yang masingmasing diperkirakan memiliki ratio pertumbuhan

ratarata sekitar 40,9% dan 25,4%. Pertumbuhan lain-lain pendapatan, pajak daerah, retribusi
daerah, dan hasil perusahaan daerah akan menjadi faktor yang penting dalam mendorong
pertumbuhan dana perimbangan yang akan diperoleh.
Khusus untuk pendapatan lainlain yang sah, bagi hasil dari Pemerintah Provinsi berperan
penting sebagai salah satu sumber pendapatan dalam mendukung pendanaan berbagai program
dan kegiatan. Bagi hasil dari Pemerintah Provinsi ini antara lain Pajak Kendaraan Bermotor/Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor (PKB/BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
(PBBKB) dan lainlain. Pendapatan bagi hasil Pemerintah Provinsi ini sangat terkait dengan
aktivitas ekonomi daerah. Pemerintah Daerah dapat berperan dalam memberikan insentif dan
dorongan aktivitas perekonomian daerah. Adapun pendapatan daerah Provinsi DIY pada tahun
20082010 dapat dilihat pada Tabel berikut:
Pendapatan PAD dan LABA BUMD Tahun 2008-2010
U R AIAN

2008

2009

2010

Pendapatan Asli
Daerah

569.013.306.147,47

617.064.065.564,56

667.258.078.473,34

Pajak
Daerah

500.379.609.090,52

543.373.249.170,28

586.163.168.361,36

Retribusi
Daerah

18.585.821.709,20

20.348.593.985,53

22.533.956.495,72

Bagian
Laba BUMD

13.311.520.551,43

12.799.657.365,99

12.487.843.383,53

Lain-lain
Pendapatan

38.443.007.862,98

41.680.333.753,88

47.628.060.804,59

510.081.055.736,80

583.760.088.876,72

653.594.923.603,45

Bagi
Hasil Pajak dan
Bukan Pajak

49.636.055.736,80

51.671.222.210,07

55.036.612.492,35

Dana
Alokasi Umum

461.178.333.333,33

534.411.088.888,88

600.448.681.481,47

Lain-lain
Penerimaan
Yang Sah

225.303.437.415,08

297.636.969.872,72

385.686.246.572,17

JUMLAH
PENDAPATAN

1.267.111.563.632,1
2

1.414.238.503.916,6
2

1.632.990.591.739,3
7

Dana
Perimbangan

Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Gubernur DIY 20032008.

Dari 4 BUMD yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PAD, yakni Bank
Pembangunan Daerah (BPD) DIY sekitar Rp 20 miliar. Selanjutnya PD Tarumartani
hampi Rp 1 miliar dan Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP) Rp 1 miliar. Sedang PT
Anindya sejak 2006 lalu belum memberikan kontribusi. Dikemukakan, total PAD DIY
pada 2010 sebelum dilakukan audit sebesar Rp 760 miliar. Dengan rincian PAD dari
unsur pajak daerah Rp 634 miliar, retribusi daerah Rp 32,8 miliar, bagian laba usaha
daerah Rp 26,3 miliar dan penerimaan lain-lain PAD yang sah Rp 66,4 miliar.
Menurut Bambang (2011) , BUMD ke depan mutlak dibutuhkan untuk menjadi
penyumbang PAD yang paling dominan di luar pajak. Saat ini pemprov melihat ada
beberapa peluang usaha yang bisa dijadikan BUMD. Seperti pengolahan minyak kayu
putih yang sekarang masih berbentuk UPT, juga Bus Trans Jogja. Tapi itu baru
wacana, Minyak kayu putih hasilnya cukup memadai dan ada keuntungannya. Jika
dikembangkan dalam konteks perusahaan, harapannya secara kualitas bisa
ditingkatkan. Hutan rakyat penanaman pohon kayu putihnya juga bisa lebih luas.
Pemprov DIY akan mendorong BUMD yang ada agar pengelolaannya lebih
profesional. Selain itu agar BUMD bisa lebih berkembang, beberapa perda ke depan
perlu disesuaikan. Misalnya Perda Tarumartani yang mengatur segala pengembangan
usaha tetap harus dilakukan sesuai core-nya (tembakau). Sebaiknya sepanjang tidak
menghilangkan status Tarumartani sebagai cagar budaya pabrik cerutu tua, izinkan
untuk melirik bidang usaha lain yang bisa ditangani.
Kenyataan ini menarik untuk dikaji, mengingat hampir semua propinsi atau
kabupaten di Indonesia memiliki BUMD. Tetapi seringkali diberitakan melalui media
massa bahwa BUMD pada umumnya menghadapi berbagai kendala klasik dalam
pengoperasiannya seperti masalah modal, sistem manajemen dan sumber daya manusia.
Berkaitan dengan kebijakan otonomi yang mulai berjalan bulan Januari 2001, BUMD
memiliki peran yang diharapkan dapat menunjang peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Peran itu tidak mudah terwujud karena Badan-Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) apalagi BUMD, selama ini dikelola dalam iklim birokrasi, tidak efisien dan
kurang profesional. Melihat berbagai persoalan BUMD ini, dalam rangka otonomi,
sangat relevan dibahas mengingat kebutuhan daerah akan sumber-sumber daya
keuangan yang mampu menunjang peningkatan PAD sangat mendesak.
Masalah umum yang dihadapi oleh BUMD adalah masih rendahnya penerimaan
laba dan kurangnya manajamen yang baik sehingga menyebabkan rendahnya
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Yogyakarta.
Berdasarkan kepada uraian telah dikemukakan di atas dan menyadari pentingnya
penerimaan pajak dari sektor perhotelan tersebut dalam meningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Kota Yogyakarta, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah ini
dengan judul ; Peranan Badan Usaha Milik Daerah Dalam Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta.

1.2

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian yang timbul adalah sebagai berikut :
A.

Bagaimana peranan BUMD dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah


(PAD) di Kota Yogyakarta?

B.

Seberapa besar peranan BUMD dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah


(PAD) di Kota Yogyakarta?

1.3

Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut
A. Untuk mengetahui peranan BUMD dalam meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Kota Yogyakarta.
B. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi BUMD terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Kota Yogyakarta.

1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan
berpikir dalam menganalisa fenomena-fenomena yang terjadi dalam lingkup
pemerintahan daerah melalui penerepan teori-teori yang diperoleh selama masa
kuliah.
2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal pengelolaan
keuangan daerah yang lebih efektif dan efisien sesuai dengan prioritas dan
preferensi daerah.
3. Bagi Fakultas Ilmu Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Jakarta ,
penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan sebagai bahan kajian
dan perbandingan bagi para mahasiswa yang tertarik terhadap masalah
keuangan daerah.
4. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan khususnya mengenai
keuangan daerah.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teori

2.1.1. Pendapatan Daerah


Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah Pasal 20, Pendapatan adalah semua penerimaan rekening kas umum

negara/daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh
daerah.
Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004, pendapatan daerah adalah hak pemerintah
daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun
bersangkutan.
Sehubungan dengan hal tersebut, pendapatan daerah yang dianggarkan dalam
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan perkiraan yang terukur
secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Seluruh pendapatan
daerah yang dianggarkan dalam APBD dianggarkan secara bruto, yang mempunyai
makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan
belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau
dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.
Menurut Kadjatmiko dalam Halim (2004: 194), dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat yang didasarkan pada azas
desentralisasi, daerah diberikan kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi (tax
assignment) serta bantuan keuangan (grant transfer). Pendapatan daerah terdiri atas
Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah
yang sah.
2.1.2. Pendapatan Asli Daerah
Menurut Samsubar Saleh (2003) pendapatan daerah merupakan suatu komponen
yang sangat menentukan berhasil tidaknya kemandirian pemerintah Kabupaten/Kota
dalam rangka otonomi daerah saat ini. Salah satu komponen yang sangat diperhatikan
dalam menentukan tingkat kemandirian daerah dalam rangka otonomi daerah adalah
sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Menurut Guritno Mangkosubroto (1997) menyatakan bahwa pada umumnya
penerimaan pemerintah diperlukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Pada
umumnya penerimaan pemerintah dapat dibedakan antara penerimaan pajak dan bukan
pajak. Penerimaan bukan pajak, misalnya adalah penerimaan pemerintah yang berasal
dari pinjaman pemerintah, baik pinjaman yang berasal dari dalam negeri maupun
pinjaman pemerintah yang berasal dari luar negeri.
PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam
wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah. Terdapat dua unsur
penting dari konsep PAD yaitu potensi asli daerah dan pengelolaannya sepenuhnya oleh
daerah. Dalam konteks pembiayaan pembangunan daerah, potensi asli daerah adalah
seluruh sumber daya daerah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sehingga
memberi nilai ekonomis yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan
pembangunan daerah. Sedangkan pengelolaan sepenuhnya oleh daerah adalah
penyerahan seluruh hasil pengelolaan sumber daya tersebut kepada daerah yang
bersangkutan (Suhanda, 2007). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
Pasal 79 disebutkan bahwa PAD terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan dan lainlain pendapatan asli daerah yang dipisahkan. Pasal 3 UU Nomor 33 Tahun 2004 PAD

bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai


pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan
desentralisasi. Kemampuan melaksanakan otonomi daerah diukur dari besarnya
kontribusi yang diberikan oleh PAD terhadap total APBD. PAD idealnya menjadi
sumber utama pendapatan lokal. Sumber pendapatan lain relatif fluktuatif dan
cenderung di luar kontrol pemerintah daerah.
2.1.3. Sumber-sumber Pendapatan Asli daerah
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 26 disebutkan bahwa kelompok
PAD dibagi menurut jenis pendapatan terdiri atas:
1) Pajak daerah
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan UU
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Pasal 1: pajak daerah
adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraa
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Menurut Halim (2004: 67), pajak
daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Jadi pajak dapat
diartikan biaya yang harus dikeluarkan seseorang atau suatu badan untuk menghasilkan
pendapatan disuatu negara, karena ketersediaan berbagai sarana dan prasarana publik
yang dinikmati semua orang tidak mungkin ada tanpa adanya biaya yang dikeluarkan
dalam bentuk pajak tersebut. Pajak merupakan pungutan yang bersifat memaksa
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku dan tidak ada timbal balik langsung
kepada para pembayar pajak.
Menurut Adriani, pajak objektif dilihat pada objeknya (benda, keadaan,
perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak)
kemudian baru dicari subjeknya baik yang berkediaman di Indonesia maupun tidak.
Golongan pajak objektif diantaranya: (a) Pajak yang dipungut karena keadaan
diantaranya pajak kekayaan, pajak pendapatan, pajak karena menggunakan benda yang
kena pajak; (b) Pajak yang dipungut karena perbuatan diantaranya pajak lalu lintas
kekayaan, pajak lalu lintas hukum, pajak lalu lintas barang, serta pajak atas pemakaian;
(c) Pajak yang dipungut karena peristiwa diantaranya bea pemindahan di Indonesia
contohnya pemindahan harta warisan.
Pajak daerah terdiri dari pajak propinsi dan pajak kabupaten/kota. Dalam UU RI
No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 2, jenis pajak
Provinsi terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
d. Pajak Air Permukaan.
e. Pajak Rokok.
Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari:
a. Pajak Hotel.
b. Pajak Restoran.

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Pajak Hiburan.
Pajak Reklame.
Pajak Penerangan Jalan.
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
Pajak Parkir.
Pajak Air Tanah.
Pajak Sarang Burung Walet.
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan.
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2) Retribusi daerah
Pengertian retribusi daerah dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan. Menurut Halim (2004: 67), retribusi daerah merupakan pendapatan daerah
yang berasal dari retribusi daerah. Menurut Kaho dalam Syahputra (2010), secara
umum keunggulan utama sektor retribusi atas sektor pajak adalah karena pemungutan
retribusi berdasarkan kontraprestasi, di mana tidak ditentukan secara limitatif seperti
halnya sektor pajak. Pembatas utama bagi sektor retribusi adalah terletak pada ada
tidaknya jasa yang disediakan pemerintah daerah. Daerah Kabupaten/Kota diberi
peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan
jenis retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Pasal 108 UU Nomor 28 Tahun 2009 menyebutkan objek retribusi terdiri dari:
a. Jasa Umum
Kriteria retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi
jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu.
Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi
atau badan yang diharuskan membayar retribusi, di samping untuk melayani
kepentingan dan kemanfaatan umum, jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi.
Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya,
dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber
pendapatan daerah yang potensial dan pemungutan retribusi memungkinkan
penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
Jenis retribusi jasa umum dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 110 adalah retribusi
pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan persampahan/kebersihan,retribusi
penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil, retribusi
pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi pelayanan parkir di tepi jalan
umum, retribusi pelayanan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi
pemeriksaan alat pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak peta, retribusi
penyediaan dan/atau penyedotan kakus, retribusi pengolahan limbah cair, retribusi
pelayanan tera/tera ulang, retribusi pelayanan pendidikan dan retribusi pengendalian
menara telekomunikasi. Jenis retribusi tidak dipungut apabila potensi penerimaannya

kecil dan/atau atas kebijakan nasional/daerah untuk memberikan pelayanan tersebut


secara Cuma-cuma.
b. Jasa Usaha
Pada Pasal 126 UU Nomor 28 Tahun 2009 menyebutkan bahwa objek retribusi
jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut
prinsip komersial yang meliputi pelayanan dengan menggunakan/ memanfaatkan
kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal dan/atau pelayanan oleh
pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
Jenis retribusi jasa usaha adalah retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi
pasar grosir dan/atau pertokoan, retribusi tempat pelelangan, retribusi terminal,
retribusi tempat khusus parkir, retribusi tempat penginapan/ pesanggrahan/villa,
retribusi rumah potong hewan, retribusi pelayanan kepelabuhanan, retribusi tempat
rekreasi dan olahraga, retribusi penyeberangan di air dan retribusi penjualan produksi
usaha daerah.
c. Retribusi Perizinan Tertentu
Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada
daerah dalam rangka asas desentralisasi, perizinan tersebut benar-benar diperlukan
guna melindungi kepentingan umum dan biaya yang menjadi beban daerah dalam
penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari
pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.
3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Menurut Halim (2004: 68), hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal
dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan menurut obyek pendapatan
mencakup:
a. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD.
b. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN.
c. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok
usaha masyarakat.
Menurut Halim (2004: 68), jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan
berikut: 1) bagian laba perusahaan milik daerah, 2) bagian laba lembaga keuangan
bank, 3) bagian laba lembaga keuangan non bank, 4) bagaian laba atas penyertaan
modal/investasi. Dalam Mardiasmo (2004: 154), pemerintah daerah juga dapat
melakukan upaya peningkatan PAD melalui optimalisasi peran Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sidik et.al (2004: 85)
mengatakan BUMD sebenarnya juga merupakan salah satu potensi sumber keuangan
daerah yang perlu terus ditingkatkan guna mendukung otonomi daerah. Besarnya
kontribusi laba BUMD pada PAD dapat menjadi indikator kuat atau lemahnya BUMD
dalam suatu daerah.

2.1.4. Badan Usaha Milik Daerah


Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan milik pemerintah daerah
yg didirikan dengan Peraturan Daerah berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1962
dengan modal seluruh atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan
(BPS 2003:1).Berikut adalah fungsi dan peran BUMD dalam menunjang
penyelenggaraan pemerintah daerah :
Melaksanakan kebijakan pemerintah daerah di bidang ekonomi dan
pembangunan.
Pemupukan dana bagi pembiayaan pembangunan.
Mendorong peran serta masyarakat dalam bidang usaha.
Memenuhi barang dan jasa bagi kepentingan masyarakat.
Menjadi perintis kegiatan yg tak diminati masyarakat.
Tujuan utama sektor publik adalah pemberian pelayanan publik namun tak berarti
organisasi sektor publik sama sekali tidak memiliki tujuan yang bersifat finansial.
Organisasi sektor publik juga memiliki tujuan finansial akan tetapi hal tersebut berbeda
baik secara filosofis konseptual dan operasional dgn tujuan profitabilitas pada sektor
swasta. Tujuan finansial pada sektor swasta diorientasikan pada maksimasi laba untuk
memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham sedangkan pada sektor publik tujuan
finansial lebih pada maksimasi pelayanan publik karena untuk memberikan pelayanan
publik diperlukan dana.
a. Ciri-ciri BUMD adalah sebagai berikut :
Pemerintah memegang hak atas segala kekayaan dan usaha,
Pemerintah berkedudukan sebagai pemegang saham dalam pemodalan
perusahaan,
Pemerintah memiliki wewenang dan kekuasaan dalam menetapkan kebijakan
perusahaan,
Pengawasan dilakukan alat pelengkap negara yang berwenang,
Melayani kepentingan umum, selain mencari keuntungan,
Sebagai stabillisator perekonomian dalam rangka menyejahterakan rakyat,
Sebagai sumber pemasukan Negara,
Seluruh atau sebagian besar modalnya milik negara
Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang go public
Dapat menghimpun dana dari pihak lain, baik berupa bank maupun nonbank
Direksi bertanggung jawab penuh atas BUMN, dan mewakili BUMN di
pengadilan
b. Tujuan Pendirian BUMD :

Memberikan sumbangsih pada perekonomian nasional dan penerimaan kas


negara

Mengejar dan mencari keuntungan

Pemenuhan hajat hidup orang banyak

Perintis kegiatan-kegiatan usaha

Memberikan bantuan dan perlindungan pada usaha kecil dan lemah

c.

Bentuk-bentuk BUMD :
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Bank Pembangunan Daerah (BPD)
PT Bank Jateng
PT Bank DKI
PT Bank Mestika Medan
PERUMDA
PERSERODA
Perseroan Terbatas ( PT )

d. Kinerja BUMD
Yang dimaksud kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari
fungsi-fungsi pekerjaan tertentu selama kurun waktu tertentu (Sedarmayanti).
Kinerja BUMD dimaksudkan sebagai kesehatan perusahaan/badan usaha dalam
rangka kemampuannya untuk :

Membayar hutang-hutangnya terutama jangka pendek (diukur oleh likuiditas).


Menghasilkan keuntungan (diukur oleh rentabilitas)
Aktiva/kekayaannya cukup/lebih besar dari utang-utangnya. (diukur oleh
solvabilitas)

e. Bentuk-bentuk BUMN :
2.1.5.

Perusahaan Perseroan (Persero)


Perusahaan persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas (PT) yang

modal/sahamnya paling sedikit 51% dimiliki oleh pemerintah, yang tujuannya


mengejar keuntungan. Maksud dan tujuan mendirikan persero ialah untuk menyediakan
barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat dan mengejar
keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Ciri-ciri Persero adalah sebagai berikut:

Pendirian persero diusulkan oleh Menteri kepada Presiden


Pelaksanaan pendirian dilakukan oleh Menteri dengan memperhatikan
perundang-undangan
Statusnya berupa perseroan terbatas yang diatur berdasarkan undang-undang

Modalnya berbentuk saham


Sebagian atau seluruh modalnya adalah milik negara dari kekayaan negara yang
dipisahkan
Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris

Menteri yang ditunjuk memiliki kuasa sebagai pemegang saham milik


pemerintah

Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah, maka menteri berlaku sebagai


RUPS, jika hanya sebagian, maka sebagai pemegang saham perseroan terbatas

RUPS bertindak sebagai kekuasaan tertinggi perusahaan

Dipimpin oleh direksi

Laporan tahunan diserahkan ke RUPS untuk disahkan

Tidak mendapat fasilitas negara

Tujuan utama memperoleh keuntungan

Hubungan-hubungan usaha diatur dalam hukum perdata

Pegawainya berstatus Pegawai Negeri

Fungsi RUPS dalam persero pemerintah ialah memegang segala wewenang yang
ada dalam perusahaan tersebut. RUPS juga berwenang untuk mengganti komisaris dan
direksi. Direksi persero adalah orang yang bertanggung jawab atas pengurusan persero
baik di dalam maupun diluar pengadilan. Pengangkatan dan pemberhentian dilakukan
okeh RUPS. Komisaris adalah organ persero yang bertugas dalam pengawasan kinerja
persero itu, dan melaporkannya pada RUPS.
Persero terbuka sesuai kebijakan pemerintah tentang privatisasi. Privatisasi adalah
penjualan sebagian atau seluruh saham persero kepada pihak lain untuk peningkatan
kualitas. Persero yang diprivatisasi adalah yang unsur usahanya kompetitif dan
teknologinya cepat berubah. Persero yang tidak bisa diubah ialah :

Persero yang menurut perundang-undangan harus berbentuk BUMN

Persero yang bergerak di bidang hankam negara

Persero yang diberi tugas khusus untuk kepentingan masyarakat

Persero yang bergerak di bidang Sumber Daya Alam yang secara tegas dilarang
diprivatisasi oleh UU

2.2

Penelitian Terdahulu

Peneliti tentang Peranan BUMD Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah


(PAD) sudah dilakukan oleh beberapa orang peneliti, diantaranya :
1. Tae, Yustinus Bere (2009) dengan judul skripsi Peranan BUMD terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur Studi kasus pada
PD Flobamor
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengukur dan mengevaluasi
kinerja PD. Flobamor selama periode tahun 2003 - 2007, menganalisis kemungkinan
pengembangan PD Flobamor sebagai perusahaan daerah milik Pemda Provinsi Nusa
Tenggara Timur yang mampu untuk mendatangkan laba sehingga diharapkan dapat
berkompetisi di masa yang akan datang. Selain daripada itu, tujuan penelitian ini
diharapkan juga memberikan masukan yang bermanfaat bagi pihak manajemen PD
Flobamor maupun pihak Pemerintah Daerah agar dapat meningkatkan peran PD
Flobamor dalam rangka memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PAD Provinsi
NTT.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan cara melakukan studi lapangan yakni melakukan
pengamatan pada obyek penelitian, wawancara dengan pihak manajemen perusahaan
dan pihak terkait lainnya. Data sekunder yang digunakan adalah necara keuangan PD
Flobamor, data keuangan mengenai laba/rugi dari unit-unit usaha yang dikelola oleh
PD Flobamor dan data non keuangan aspek operasional dan administrasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja PD Flobamor rendah dan cenderung
merugi dari tahun ke tahun, di mana pada tahun 2003 kerugian perusahaan sebesar
Rp209.105.253, tahun 2004 sebesar Rp161,005,932 dan pada tahun 2006 sebesar
Rp1,154,969,738, kerugian ini disebabkan oleh karena pengelolaan perusahaan yang
belum maksimal dan biaya-biaya operasional perusahaan terlalu tinggi yang dapat
mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan. Faktor-faktor lain yang turut
mempengaruhi kinerja perusahaan adalah masih terdapat campur tangan dan
lambannya pihak pemerintah dalam mengantisipasi perubahan situasi dan kondisi
bisnis.

3.

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan bagian dari tinjauan pustaka dan pencarian


melalui internet yang berisikan pengertian-pengertian, landasan teori, dan juga
rangkuman dalam penelitian ini, dalam kerangka pemikiran ini diberikan singkat
tentang alur penelitian disertai teori yang melandasi variable tersebut, model analisis
yang digunakan, skema kerangka pemikirannya sebagai berikut :
3.1 Bagan kerangka pemikiran
Gambar 2
Kerangka Berpikir

Laba BUMD

Pendapatan Asli Daerah

"Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai Kota


Pendidikan yang berkualitas, Pariwisata yang
berbudaya, pertumbuhan dan pelayanan jasa
yang prima, ramah lingkungan serta masyarakat
madani yang dijiwai semangat Mangayu
Hayuning Bawana."

Konsep: Syafaruddin Alwi


Jurnal: PENINGKATAN KINERJA BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)

Kiat-kiat yang mungkin dipertimbangkan oleh BUMD, dengan menggunakan pendekatan SDM sebagai keunggulan kompe

3.2

Model Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memakai persamaan variabel yaitu :

PAD=1 LBUMD+ 0 +

PAD=f (LBUMD)
Keterangan :

a0 , 1 =Constanta
LBUMD = Laba BUMD
PAD

= Pendapatan Asli Daerah Yogyakarta

4.

= Eror

Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah membuktikan atau menguatkan suatu dugaan atau


anngapan tentang parameter populasi yang tidak diketahui berdasarkan informasi dari
sampel yang diambil dari populasi tadi. Berdasarkan teori dan didukung oleh penelitian
terdahulu, maka penelitian mengambil hipotesis:

H0

5.

H1

: 0 Jika

H0

ditolak, maka

H1

diterima

H0

: Laba BUMD tidak berpengaruh terhadap PAD Kota Yogyakarta

H1

: Laba BUMD berpengaruh terhadap PAD Kota Yogyakarta

Daftar Pustaka
www.wikipedia.com
www.bps.go.id
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Gubernur DIY
2003-2008.
Saleh, Sasumbar. 2003. Pengertian Pendapatan Daerah.
Mangkosubroto, Guritno. 1997. Penerimaan Pemerintah Untuk Membiayai
Pengeluaran Pemerintah.
Suhanda. 2007. Pengelolaan Sumber Daya Daerah.

Halim. 2004. Pengertian Pajak Daerah.


Tae, Yustinus Bere. 2009. Peranan BUMD terhadap Pendapatan Asli Daerah
di Provinsi Nusa Tenggara Timur , Dipublikasikan oleh Fakultas Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Mulyono, Sri. 1998. Statistika Untuk Ekonomi. Dipublikasikan oleh Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
6.

Ucapan Terima Kasih


1) Bapak Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si selaku Dosen Ekonomi
Perencanaan Wilayah dan Kota yang telah memberikan ilmu dan arahannya
kepada penyusun selama melakukan studi serta telah membantu dalam
memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan
karya ilmiah ini.
2) Mamaku yang berperan sebagai ayah+ibu ( I love you ) dan papaku yang
berada di surga serta keluarga besar terima kasih atas dorongan dan doa yang
tidak pernah putus. Semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk
kalian.
3) Ihsaniesa, terima kasih atas waktu, tenaga dan perasaan yang dikorbankan
selama ini, selalu menemani penulis di saat suka maupun duka dalam
penyelesaian karya ilmiah ini. (^_^)
4) WARA-WIRI Community IESP 2009, sahabat di kelasku, Alfina dan
Fatmawati yang selalu bertiga kemana pun berada serta senior-senior IESP
terima kasih atas dukungan dan doa kalian. Semoga ke depannya kita semua
menjadi manusia yang berguna dan menjadi orang sukses. Aminnn.

5) Para Dosen dan seluruh staff FEB Syahida yang membantu dalam proses belajar
mengajar selama perkuliahan, yang telah membantu dalam memberikan ilmu
yang dimiliki dan arahannya kepada penulis selama penulis mengikuti
pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai