Anda di halaman 1dari 13

Kisah Kesalehan Muhammad Al-Fatih | Sang Penakluk

Konstantinopel
Posted by Lampu Islam Minggu, 01 September 2013
http://www.lampuislam.org/2013/09/kisah-kesalehan-muhammad-al-fatih-sang.html

Dalam sejarah, Islam pernah menaklukkan benua Eropa. Siapa sangka salah satu
dari Panglima Perang saat itu adalah seorang pemuda yang sangat saleh, berusia
21 tahun, yang bernama Sultan Muhammad Al Fatih (30 Maret 1432 3 Mei 1481)
. Ia merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran
Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains,
matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun.
Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu' setelah Sultan
Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin
Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan
tentara Mongol).
Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan
dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik & strategi peperangannya
yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan
tenteranya. Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambul
(Islam keseluruhannya) . Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal
Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah
dibangun di sebelah makamnya.
Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan
solat wajib sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat
tahajjud sejak baligh. Hanya Sulthan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah
meninggalkan solat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat
kematiannya.
Kejayaan dan kesuksesan hidup ia telah raih di usia yang begitu muda. Ia-pun
dikenang jutaan manusia sepanjang abad. Harum nama Sultan Al Fatih diperoleh
berkat keshalehan, keberanian dan kemuliaan akhlaknya. Sebagai jenderal beliau
memimpin laskar islam menaklukkan benteng terkuat imperium Byzantium ,
Konstantinopel. Kota ini diubahnya menjadi kota Istambul. Dari sini beliau
menebarkan kasih sayang islam di bumi eropa.
Apa rahasia dibalik semua kesuksesan beliau? Ternyata rahasianya beliau sangat
kuat shalat malamnya yaitu tahajud. Bukankah Rasulullah saw SAW menegakkan
shalat tahajud sepanjang malam dan setiap hari? Bukankah beliau Rasulullah saw
SAW shalat tahajud merupakan kewajiban yang tak bisa beliau tinggalkan dalam
setiap perjuanganya.
Jika anda bertanya, apakah benar Muhammad Al Fatih sudah melakukan tindakan
besar yang megubah sejarah peradaban dunia? Ya, dalam sejarah, hal ini tidak
aneh. Bukankah sahabat Rasulullah saw SAW bernama Usamah juga menjadi
panglima perang dalam usia 18 tahun. Sementara yang menjadi prajuritnya
adalah Umar bin Khatab sahabat Rasulullah saw SAW yang waktu itu sudah tua.

Ini menunjukkan betapa kualitas keimanan dan kekuatan ruhani Usamah menjadi
salah satu ukuran yang dipertimbangkan Rasulullah saw SAW ketika menetapkan
Usamah memimpin ekspedisi militer menghadapi kekuatan super power Romawi.
Namun Sang Pedang Malam, orang asia bernama Muhammad Al Fatih
merontokkan super power Romawi pada 1453, agak unik. Beliau ahli shalat
malam (tahajud), ahli qiyamul lail. Beliau selau kontak dengan energi terbesar di
alam semesta ini, Allah SWT. Beliau selalu taqarrub, mendekatkan diri kepada
Allah
SWT,
Pemilik
dan
Penguasa
Tunggal
Alam
semesta.
Sejak kecil Sultan Muhammad Al Fatih dididik oleh seorang wali. Beliau tumbuh
menjadi remaja yang memiliki kepribadian unggul. Beliau jadi Sultan, dalam usia
19
tahun
menggantikan
sang
ayah.
Bagaimana sifat Sultan Muhammad Al Fatih sehingga beliau mampu memetik
keberhasilan dalam hidupnya dengan sangat efektif, merebut benteng
Konstantinopel yang kokoh itu. sifatnya tenang, berani, sabar menanggung
penderitaan, tegas dalam membuat keputusan dan mempunyai kemampuan
mengawasi diri (self control) yang luar biasa. Kemampuanya dalam memimpin
dan
mengatur
pemerintahan
sangat
menonjol.
Sultan Muhammad Al Fatih sangat tegas terhadap musuh. Namun, lembut
qolbunya bagai selembar sutra dalam menghadapi rakyat yang dipimpinnya.
Kebiasaan Sultan Muhammad Al Fatih, unik. Beliau selalu berkeliling di malam
hari, memeriksa kondisi teman dan rakyatnya. Sengaja beliau berkeliling untuk
memastikan agar rakyat dan kawan-kawanya menegakkan shalat malam dan
qiyamullail.
Qiyamul lail, shalat tahajud, inilah senjata utama Muhammad Al Fatih dalam
mengarungi kehidupan di dunia yang fana ini. Inilah Pedang Malam, yang selalu
diasahnya dengan tulus ikhlas dan khusuk, ditegakkan setiap malam. Dengan
pedang malam ini timbul energi yang luar biasa dari pasukan Muhammad Al Fatih.
Sjarah mencatat Muhammad Al Fatih yang baru berusia 21 tahun berhasil
menggapai sukses besar, menerobos benteng Konstantinopel, setelah dikepung
beberapa
bulan
maka
takluklah
Konstantinopel.
Suatu hari timbul soal ketika pasukan islam hendak melaksanakan shalat jumat
yang pertama kali di kota itu.
Siapakah yang layak menjadi imam shalat jumat? tak ada jawaban. Tak ada
yang berani yang menawarkan diri ! lalu Muhammad Al Fatih tegak berdiri. Beliau
meminta kepada seluruh rakyatnya untuk bangun berdiri.
Kemudian beliau bertanya. Siapakah diantara kalian yang sejak remaja, sejak
akhil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan meninggalkan shalat wajin lima
waktu, silakan duduk!! Subhanalloh!!! Maha suci Allah ! tak seorangpun
pasukan islam yang duduk. Semua tegak berdiri. Apa artinya? Itu berarti, tentara
islam pimpinan Muhammad Al Fatih sejak masa remaja mereka hingga hari ini, tak
seorangpun yang meninggalkan shalat fardhu. Tak sekalipun mereka melalaikan
shalat
fardhu.
Luar
biasa..!!!!!
!
Lalu Muhammad Al Fatih kembali bertanya: Siapa diantara kalian yang sejak
baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Kalau
ada yang pernah meninggalkan shalat sunah sekali saja silakan duduk!!!.
Sebagian lainya segera duduk. Artinya, pasuka islam sejak remaja mereka ada
yang teguh hati, tidak pernah meninggalkan shalat sunah setelah maghrib, dua
rokaat sebelu shubuh dan shalat rowatib lainaya. Namun ada yang pernah
meninggalkanya. Betapa kualitas karakter dan keimanan mereka sebagai muslim
sungguh
bernilai
tinggi,
sungguh
jujur,
pasukan
islam
Al
Fatih.
Dengan mengedarkan matanya ke seluruh rakyat dan pasukanya Muammad Al
Fatih kembali berseru lalu bertanya: Siapa diantara kalian yang sejak masa akhil

baligh sampai hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud di kesunyian malam?
Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk!!
Apa yang terjadi???? Terlukislah pemandangan yang menakjubkan sejarawan
barat dan timur. Semua yang hadir dengan cepat duduk!! Hanya ada seorang
saja yang tetap tegak berdiri. Siapakah dia??? dialah, Sultan Muhammad Al Fatih,
sang penakluk benteng super power Byzantium Konstantinopel. Beliaulah yang
pantas menjadi imam shalat jumat hari itu. Karena hanya Al Fatih seorang yang
sejak remaja selalu mengisi butir-butir malam sunyinya dengan bersujud kepada
Allah SWT, tidak pernah kosong/absen semalampun.
Dalam sejarah ditulis, bahwa pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota
Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di
hadapan tentaranya, Sulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan
tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan
di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur'an
mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang pembukaan
kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala
tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada
Allah Subhana Wa Ta'ala.
Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng
Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di
angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei
1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras
membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Mereka memperbanyak
shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857
H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan.
Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid
sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota
Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah
Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di
kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
Sejak abad kedelapan sahabat Rasulullah saw berusaha merebut benteng ini.
Salah satunya Abu Ayyub Al Anshari namun gagal. Baru setelah enam abad
kemudian benteng itu berhasil direbut dibawah pimpinan Muhammad Al
Fatih.Karena jasanya inilah beliau diberi gelar Al Fatih (sang pembuka) yaitu
membuka kota Byzantium yang dulunya adalah Konstantinopel. Beliau adalah
seorang pemberani, ahli strategi militer, juga istiqomah dalam shalat tahajudnya.
Itulah sebuah kisah sejarah yang sungguh indah dalam bungkai ketakwaan
kepada Allah SWT. Kisah Pedang Malam yang merupakan rahasia sukses dari
seorang pribadi penggubah sejarah, bernama Muhammad Al Fatih, orang asia asal
Turki, yang baru berusia 21 tahun. Shalat Tahajud merupakan modal yang sangat
penting untuk membangun kekuatan ruhiyah dalam kesuksesan Al Fatih
dikemudian hari. Sehingga islam jaya, berpendar-pendar cahayanya selama 500
tahun di bumi eropa sejak abad ke-15. Semuanya berasal dari Pedang Malam Al
Fatih yang amat begitu luar biasa.
Keberadaan Muhammad Al-Fatih telah diprediksi oleh Rasulullah SAW dalam
sabdanya: Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin
yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang
berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan. [H.R. Ahmad
bin Hanbal Al-Musnad 4/335].
Dalam hadist lain diriwayatkan, :Aku mendengar baginda Rasulullah S.A.W
mengatakan seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok
tersebut & aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang
membawa sebaik-baik raja yang mana dia akan memimpin sebaik-baik
tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda" (Abu Ayyub alAnshari)

Maasyaa Allah, Luar biasaSultan Muhammad Al Fatih (Sang Pembuka)!!!!


Ya Allah, aku bermohon pada-Mu agar Engkau jadikan kami dan sahabat
kami semua yang membaca artikel ini semua, menjadi ahli Tahajjud, ahli
Qiyamul lail, seperti halnya Rasulullah dan Keluarganya, sahabatnya dan
seperti Si Pedang Malam, Sultan Muhammad Al Fatih. Amiin.
Sumber: daarulmuwajhid

Muhammad al-Fatih, Penakluk Konstantinopel


admin March 18, 2014
https://kisahmuslim.com/4287-muhammad-al-fatih-penakluk-konstantinopel.html

Muhammad al-Fatih adalah salah seorang raja atau sultan Kerajaan Utsmani yang paling terkenal. Ia
merupakan sultan ketujuh dalam sejarah Bani Utsmaniah. Al-Fatih adalah gelar yang senantiasa
melekat pada namanya karena dialah yang mengakhiri atau menaklukkan Kerajaan Romawi Timur
yang telah berkuasa selama 11 abad.
Sultan Muhammad al-Fatih memerintah selama 30 tahun. Selain menaklukkan Binzantium, ia juga
berhasil menaklukkan wilayah-wilayah di Asia, menyatukan kerajaan-kerajaan Anatolia dan wilayahwilayah Eropa, dan termasuk jasanya yang paling penting adalah berhasil mengadaptasi menajemen
Kerajaan Bizantium yang telah matang ke dalam Kerajaan Utsmani.
Karakter Pemimpin Yang Ditanamkan Sejak Kecil

Muhammad al-Fatih dilahirkan pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di Kota Erdine, ibu kota Daulah
Utsmaniyah saat itu. Ia adalah putra dari Sultan Murad II yang merupakan raja keenam Daulah
Utsmaniyah.
Sultan Murad II memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan anaknya. Ia menempa buah hatinya
agar kelak menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh. Perhatian tersebut terlihat dari
Muhammad kecil yang telah menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, mempelajari hadis-hadis,
memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, Muhammad juga
mempelajari berbagai bahasa, seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran, pada usia
21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani, luar biasa!
Walaupun usianya baru seumur jagung, sang ayah, Sultan Murad II, mengamanati Sultan Muhammad
memimpin suatu daerah dengan bimbingan para ulama. Hal itu dilakukan sang ayah agar anaknya cepat
menyadari bahwa dia memiliki tanggung jawab yang besar di kemudian hari. Bimbingan para ulama
diharapkan menjadi kompas yang mengarahkan pemikiran anaknya agar sejalan dengan pemahaman
Islam yang benar.
Menjadi Penguasa Utsmani
Sultan Muhammad II diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5 Muharam 855 H
bersamaan dengan 7 Febuari 1451 M. Program besar yang langsung ia canangkan ketika menjabat
sebagai khalifah adalah menaklukkan Konstantinopel.
Langkah pertama yang Sultan Muhammad lakukan untuk mewujudkan cita-citanya adalah melakukan
kebijakan militer dan politik luar negeri yang strategis. Ia memperbarui perjanjian dan kesepakatan
yang telah terjalin dengan negara-negara tetangga dan sekutu-sekutu militernya. Pengaturan ulang
perjanjian tersebut bertujuan menghilangkan pengaruh Kerajaan Bizantium Romawi di wilayahwilayah tetangga Utsmaniah baik secara politis maupun militer.
Menaklukkan Bizantium
Sultan Muhammad II juga menyiapkan lebih dari 4 juta prajurit yang akan mengepung Konstantinopel
dari darat. Pada saat mengepung benteng Bizantium banyak pasukan Utsmani yang gugur karena
kuatnya pertahanan benteng tersebut. Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu,
benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.
Pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak mula. Sebelum musuh mencapai
benteng mereka, Bizantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di
semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali dengan
melintasi rantai tersebut.
Akhirnya Sultan Muhammad menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa
melewati pagar tersebut. Ide ini mirip dengan yang dilakukan oleh para pangeran Kiev yang menyerang
Bizantium di abad ke-10, para pangeran Kiev menarik kapalnya keluar Selat Bosporus, mengelilingi
Galata, dan meluncurkannya kembali di Tanduk Emas, akan tetapi pasukan mereka tetap dikalahkan
oleh orang-orang Bizantium Romawi. Sultan Muhammad melakukannya dengan cara yang lebih cerdik
lagi, ia menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu.
Hal itu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.
Di pagi hari, Bizantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira Sultan Muhammad
dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan
lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan
menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka,
akan tetapi itulah yang terjadi.

Tanduk Emas atau Golden Horn, di Istanbul, Turki.

Peperangan dahsyat pun terjadi, benteng yang tak tersentuh sebagai simbol kekuatan Bizantium itu
akhirnya diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan kematian. Akhirnya kerajaan besar yang
berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin. Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000
pasukan umat Islam gugur. Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M,
Sultan al-Ghazi Muhammad berhasil memasuki Kota Konstantinopel. Sejak saat itulah ia dikenal
dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel.
Saat memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai
tanda syukur kepada Allah. Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan
menggantinya menjadi masjid. Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan
Utsmani dan kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang berarti negeri Islam, lau akhirnya
mengalami perubahan menjadi Istanbul.
Selain itu, Sultan Muhammad al-Fatih juga memerintahkan untuk membangun masjid di makam
sahabat yang mulia Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu anhu, salah seorang sahabat Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam yang wafat saat menyerang Konstantinopel di zaman Khalifah Muawiyah
bin Abu Sufyan radhiallahu anhu.
Apa yang dilakukan oleh Sultan Muhammad tentu saja bertentangan dengan syariat, sebagaimana
sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,



.

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum kamu telah menjadikan kuburan Nabi-Nabi
mereka sebagai tempat ibadah, tetapi janganlah kamu sekalian menjadikan kuburan sebagai tempat
ibadah, karena aku benar-benar melarang kamu melakukan perbuatan itu. (HR. HR. Muslim no.532)
Kekeliruan yang dilakukan oleh Sultan Muhammad tidak serta-merta membuat kita menafikan jasajasanya yang sangat besar. Semoga Allah mengampuni kesalahan dan kekhilafannya beliau
rahimahullah.
Setelah itu rentetat penaklukkan strategis dilakukan oleh Sultan Muhammad al-Fatih; ia membawa
pasukannya menkalukkan Balkan, Yunani, Rumania, Albania, Asia Kecil, dll. bahkan ia telah
mempersiapkan pasukan dan mengatur strategi untuk menaklukkan kerajaan Romawi di Italia, akan
tetapi kematian telah menghalanginya untuk mewujudkan hal itu.
Peradaban Yang Dibangun Pada Masanya
Selain terkenal sebagai jenderal perang dan berhasil memperluas kekuasaan Utsmani melebihi sultansultan lainnya, Muhammad al-Fatih juga dikenal sebagai seorang penyair. Ia memiliki diwan,
kumpulan syair yang ia buat sendiri.
Sultan Muhammad juga membangun lebih dari 300 masjid, 57 sekolah, dan 59 tempat pemandian di
berbagai wilayah Utsmani. Peninggalannya yang paling terkenal adalah Masjid Sultan Muhammad II
dan Jami Abu Ayyub al-Anshari
Wafatnya Sang Penakluk

Pada bulan Rabiul Awal tahun 886 H/1481 M, Sultan Muhammad al-Fatih pergi dari Istanbul untuk
berjihad, padahal ia sedang dalam kondisi tidak sehat. Di tengah perjalanan sakit yang ia derita kian
parah dan semakin berat ia rasakan. Dokter pun didatangkan untuk mengobatinya, namun dokter dan
obat tidak lagi bermanfaat bagi sang Sultan, ia pun wafat di tengah pasukannya pada hari Kamis,
tanggal 4 Rabiul Awal 886 H/3 Mei 1481 M. Saat itu Sultan Muhammad berusia 52 tahun dan
memerintah selama 31 tahun. Ada yang mengatakan wafatnya Sultan Muhammad al-Fatih karena
diracuni oleh dokter pribadinya Yaqub Basya, Allahu alam.
Tidak ada keterangan yang bisa dijadikan sandaran kemana Sultan Muhammad II hendak membawa
pasukannya. Ada yang mengatakan beliau hendak menuju Itali untuk menaklukkan Roma ada juga
yang mengatakan menuju Prancis atau Spanyol.
Sebelum wafat, Muhammad al-Fatih mewasiatkan kepada putra dan penerus tahtanya, Sultan Bayazid
II agar senantiasa dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan benar-benar
menjaga agama baik untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan.
Semoga Allah membalas jasa-jasamu wahai Sultan Muhammad al-Fatih
Sumber: islamstory.com
Oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com

MUHAMMAD AL-FATIH: PANGLIMA TERBAIK PEMBEBAS


KONSTANTINOPEL
Diposting Oleh: Ali Farkhan Tsani May 28, 2015 Di Kategori Tokoh
http://mirajnews.com/id/artikel/tokoh/muhammad-alfatih-panglima-terbaik-pembebas-konstantinopel

Muhammad Al-Fatih (Youtube)


Oleh : Risma Tri Utami, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam STAI Al-Fatah
Cileungsi, Bogor, Jawa Barat
Muhammad Al-Fatih atau yang biasa dikenal dengan Sultan Muhammad II, atau Mehmed II, lahir pada
27 Rajab 835 H (30 Maret 1432 M). Al-Fatih adalah putera dari Sultan Murad II (824 863 H) yang
merupakan sultan ke-6 Daulah Turki Utsmaniyah.
Sejak kecil Al-Fatih telah dididik oleh dua ulama besar pada zamannya, yaitu Syaikh Al-Kurani dan
Syaikh Aaq Syamsuddin.
Ia diajarkan ilmu-ilmu agama seperti Al-Quran, Hadits, Fiqih, Matematika, Falak, Sejarah, Ilmu
Peperangan, dan Bahasa. Ia diketahui menguasai tujuh bahasa, yaitu : bahasa Arab, Turki, Parsi, Latin,
Yunani, Serbia, dan Ibrani.
Sejak kecil Al-Fatih mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel, yang waktu itu dikuasai
Kekaisaran Romawi Timur atau Byzantium. Sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya
untuk meneruskan cita-cita umat Islam.
Penaklukan Konstantinopel
Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaikbaik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan. (H.R.
Ahmad).
Hadits Rasulullah Shallalhu Alaihi Wasallam tersebut akhirnya terbukti ratusan tahun kemudian.
Konstantinopel berhasil ditaklukkan oleh pasukan kaum muslimin yang dipimpin oleh Muhammad AlFatih, panglima muda yang memimpin pasukan dalam usia sekitar 23 tahun.
Ketika ayahnya wafat (5 Muharram 852/7 Februari 1451 M), saat itu Muhammad Al-Fatih baru berusia
20 tahun. Syeikh Aaq Syamsuddin menyatakan keyakinannya bahwa Sultan Muhammad Al-Fatih
adalah basyirah (kabar gembira) yang dikabarkan Nabi Muhammad bahwa Sultan Muhammad AlFatih-lah yang akan membebaskan Konstantinopel.
Syeikh Aaq Syamsuddin mengatakan kepada Sultan Muhammad II selalu mengatakan kandungan
hadits tersebut.
Sejak saat itu, Sultam Muhammad II menjadi begitu berkeinginan untuk menaklukkan Konstantinopel.
Dalam rangka itulah, Al-Fatih berusaha memperkuat kekuatan militer Utsmani. Ia pun membekali
pasukan dengan kemampuan tempur dan semangat jihad.
Diceritakan bahwa pasukan Sultan Muhammad II atau pasukan Al-Fatih dikenal tidak pernah
meninggalkan shalat wajib sejak baligh, dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan shalat
tahajud sejak baligh. Hanya Al-Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan shalat wajib, shalat tahajud
dan shalat rawatib sejak baligh hingga beliau wafat.
Kisah ini terjadi ketika suatu hari timbul persoalan, ketika pasukan Islam hendak melaksanakan shalat
jumat yang pertama kali di kota itu, Konstantinopel, seteleh dibebaskan.

Siapakah yang layak menjadi imam shalat jumat? tak ada jawaban. Tak ada yang berani
menawarkan diri. Lalu Muhammad Al-Fatih tegak berdiri. Ia meminta kepada seluruh rakyatnya untuk
bangun berdiri. Kemudian bertanya, Siapakah di antara kalian yang sejak remaja, sejak akil baligh
hingga hari ini pernah meninggalkan shalat wajib lima waktu, silakan duduk!
Subhanallah!!! Maha suci Allah! tak seorangpun pasukan Islam yang duduk. Semua tegak berdiri.
Apa artinya? Itu berarti, tentara Islam pimpinan Muhammad Al-Fatih sejak masa remaja mereka hingga
hari itu, tak seorangpun yang pernah meninggalkan shalat fardhu. Tak sekalipun mereka melalaikan
shalat fardhu.
Lalu Muhammad Al-Fatih kembali bertanya, Siapakah di antara kalian yang sejak baligh dahulu
hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Kalau ada yang pernah meninggalkan
shalat sunah sekali saja silakan duduk!!.
Kali ini, sebagian pasukannya duduk. Artinya, pasukan Islam sejak remaja mereka ada yang teguh hati,
tidak pernah meninggalkan shalat sunah setelah maghrib, dua rokaat sebelum shubuh dan shalat
rawatib lainnya. Namun memang ada beberapa yang pernah meninggalkanya. Betapa kualitas karakter
dan keimanan mereka sebagai muslim sungguh bernilai tinggi dan jujur.
Dengan mengedarkan matanya ke seluruh pasukannya, Muhammad Al-Fatih kembali berseru lalu
bertanya, Siapa di antara kalian yang sejak masa akil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan
shalat tahajud di kesunyian malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan
duduk!!
Apa yang terjadi? Terlukislah pemandangan yang menakjubkan sejarawan barat dan timur. Semua yang
hadir dengan cepat duduk!! Hanya ada seorang saja yang tetap tegak berdiri. Siapakah dia??? dialah,
Sultan Muhammad Al-Fatih, sang penakluk benteng Byzantium Konstantinopel. Beliaulah yang pantas
menjadi imam shalat Jumat hari itu. Karena hanya Al-Fatih seorang yang sejak remaja selalu mengisi
butir-butir malam sunyinya dengan bersujud kepada Allah, tidak pernah absen semalampun.
Strategi Pertempuran
Panglima Al-Fatih memperkuat infrastruktur angkatan bersenjata dan modernisasi peralatan tempur,
dengan membangun benteng Romali Hisyar di wilayah selatan Eropa, di selat Bosphorus, pada sebuah
titik yang paling strategis yang berhadapan dengan benteng yang pernah dibangun pendahulunya yaitu
Sultan Bayazid di daratan Asia.
Sebelum serangan dilancarkan, Sultan Muhammad II telah mengadakan perjanjian dengan kerajaan
yang berbatasan langsung dengan konstantinopel diantaranya ialah perjanjian yang dibuat dengan
kerajaan Galata yang bersebelahan dengan Byzantine. Ini merupakan strategi yang penting supaya
seluruh tenaga dapat difokuskan kepada musuh yang satu tanpa ada ancaman lain yang tidak terduga.
Disebutkan bahwa telah dipersiapkan kapal perang berjumlah 400 unit. Meriam-meriam besar telah
digerakkan dari Andrianopel menuju Konstantinopel dalam jangka waktu dua bulan.
Keseriusan Sultan Muhammad II telah mendorong Kaisar Byzantium berusaha meminta bantuan dari
negara-negara Eropa.
Kaisar memohon pertolongan dari gereja Katholik Roma, sedangkan ketika itu semua gereja di
Kostantinopel beraliran Orthodoks.
Demi mendapatkan bantuan, Constantine XI Paleologus setuju untuk menukar aliran di Kostantinopel
demi menyatukan kedua aliran yang saling bermusuh itu. Perwakilan dari Eropa telah tiba di
Konstantinopel untuk tujuan tersebut. Constantine XI berpidato di Gereja Aya Sofya menyatakan
ketundukan Byzantium kepada Katholik Roma.

Hal ini telah menimbulkan kemarahan penduduk Kostantinopel yang beraliran Orthodoks. Sehingga
ada di antara pemimpin Orthodoks berkata, Sesungguhnya aku lebih rela melihat di bumi Byzantine
ini sorban orang Turki (muslim) daripada aku melihat topi Latin!
Situasi ini telah mencetuskan pemberontakan rakyat terhadap keputusan Constantine XI yang dianggap
telah berkhianat.
Akhirnya pasukan yang dipimpin langsung Sultan Muhammad II alias Al-Fatih sampai didekat
Konstantinople pada hari Kamis tanggal 26 Rabiul Awwal 857 H (6 April 1453 M). Bersama gurunya,
syaikh Aaq Syamsudin, Halil Pasha, dan Zaghanos Pasha (tangan kanannya) mereka merencanakan
penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru kota dan pada hari yang sama seluruh kota telah
terkepung mulai dari Golden Horn ke Laut Marmara dari tanah.
Dalam pidatonya ia menyebutkan, bahwa dengan dibukanya Konstantinopel berarti akan memuliakan
nama Islam dan Kaum Muslimin.
Al-FAtih lalu mengirim surat kepada Paleologus untuk bernegosiasi, menyerahkan penguasaan kota
secara damai atau memilih perang. Tetapi Constantine Paleologus tetap bertahan untuk
mempertahankan kotanya. Yang dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan, dan Giovanni
Giustiniani dari Genoa.
Kota itu memang sulit ditembus, bahkan kapal perang ukuran kecil pun tak bisa melewatinya. Al-Fatih
berjanji tidak seorang pun akan terluka bahkan tidak ada gereja dan harta benda penduduk akan
musnah.
Serahkan kekaisaranmu, kota Konstantinopel. Aku bersumpah bahwa tentaraku tidak akan
mengancam nyawa, harta dan kehormatan mereka. Mereka yang ingin terus tinggal dan hidup dengan
amat sejahtera di Konstantinopel, bebas berbuat demikian. Dan siapa yang ingin meninggalkan kota
ini dengan aman sejahtera juga dipersilakan.
Akhirnya, serangan pun mulai diluncurkan pada esok harinya. Tetapi karena rantai besi yang
melindungi perairan Tanduk Emas, pasukan Al-Fatih belum berhasil menerobos masuk.
Pada 18 April 1453 M, pasukan berhasil meruntuhkan tembok Konstantinopel, namun dengan cepat
tentara Constantine berhasil menumpuk reruntuhan sehingga benteng kembali tertutup.
Pada hari yang sama para pasukan mencoba menembus rantai besi, tetapi berhasil dihalangi oleh
armada laut Byzantine dan Eropa. Dua hari setelah serangan itu, terjadi sekali lagi perang laut antara
kedua belah pihak. Namun, gabungan armada Eropa dan Konstantinopel berhasil mematahkan
serangan pasukan Al-Fatih. Walaupun mereka bersungguh-sungguh melancarkan serangan demi
serangan. Atas kegagalan itu sultan merasa khawatir.

Pasukan Al-Fatih menyeberangkan 70 kapal melalui perbukitan di wilayah Konstantinopel (Wiki)


Namun apa yang terjadi? Pada subuh pagi tanggal 22 April, penduduk kota Konstantinopel yang
terlelap tidur itu terbangun, demi mendengar pekik suara takbir tentara Islam, Allahu akbar.!
Allahu Akbar!! Allahu Akbar!!!. menggema di perairan Tanduk Emas.

Pasukan Konstantinopel gempar. Tak seorang pun di antara mereka yang percaya atas apa yang telah
terjadi. Tidak ada yang dapat membayangkan bagaimana semua itu bisa terjadi hanya dalam semalam.
Pasukan Al-Fatih telah dapat masuk ke kawasan Konstantinopel, padahal perairan sudah diblokir
dengan rantasi besi.
Bagaiman tidak! Karena tidak dapat melewati rantai-rantai besi di sepanjang peraiaran, maka untuk
melewatinya, Al-Fatih memerintahkan dalam satu malam itu, agar pasukannya mengangkat kapal-kapal
laut yang jumlahnya 70 kapal diturunkan ke darat, lalu naik melintasi perbukitan terjal, ke atas, lalu
turun kembali ke seberang rantai-rantai besi. Hingga dapat masuk ke perairan yang berhadapan
labgsung dengan benteng Konstantinopel.
Seorang ahli sejarah tentang Byzantium, Yilmaz Oztuna, di dalam bukunya Osman Li Tarihi
menyebutkan, Kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang
sangat luar biasa seperti ini. Muhammad Al-Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia
menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang
lautan. Sungguh kehebatannya jauh melebihi apa yang dilakukan oleh Alexander yang Agung.
Begitu kapal-kapal pasukan Al-Fatih memasuki perairan Tanduk Emas, serangan demi serangan
menghujam ke dalam benteng pun dilancarkan sepanjang siang hingga malam hari tanpa henti.
Sultan Muhammad II yakin bahwa kemenangan semakin tiba, mendorongnya untuk terus berusaha agar
Constantine XI Paleologus menyerah kalah tanpa terus membiarkan kota itu musnah akibat gempuran
meriam.
Sekali lagi Sultan mengirim utusan Ismail Isfendiyar Beyoglu untuk meminta Constantine XI
Paleologus agar menyerahkan Kostantinopel secara aman. Costantine telah berunding dengan para
menterinya. Ada yang menyarankan supaya mereka menyerah kalah dan ada pula yang ingin bertahan
sampai akhir. Costantine akhirnya setuju dengan pandangan kedua lantas mengirimkan balasan,
Puji Tuhan karena Sultan memberikan keamanan dan bersedia menerima pembayaran jizyah. Akan
tetapi Costantine bersumpah untuk terus bertahan hingga ke akhir hayatnya demi takhta atau mati dan
dikuburkan di kota ini!.
Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad II atau Al-Fatih bersama tentaranya kembali meluruskan niat
dan membersihkan diri di hadapan Allah. Mereka memperbanyak shalat, berdoa dan berdzikir, dengan
harapan Allah akan memudahkan kemenangan.
Para ulama pula memeriksa barisan tentara sambil memberi semangat kepada para pejuang. Mereka
diingatkan tentang kelebihan jihad dan syahid serta kemuliaan para syuhada terdahulu khususnya, Abu
Ayyub Al-Ansari yang juga telah berjuang menuju wilayah itu.
Sesungguhnya saat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tiba di Madinah ketika hijrah, baginda
Nabi telah pergi ke rumah Abu Ayyub Al-Ansari. Sesungguhnya Abu Ayyub pun telah datang ke
Kostantinopel dan berada di sini!, ujar ulama penasihat Al-Fatih. Kata-kata inilah yang membakar
semangat tentara Islam hingga ke puncaknya.
Tepat pukul 01.00 dini hari, Selasa, 20 Jumadil Awwal 857 H./ 29 Mei 1453 M, Sultan Al-Fatih
memberi pidato kepada tentara Islam :
Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
telah menjadi kenyataan, dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti. Maka kita akan mendapatkan
bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits tersebut, yaitu berupa kemuliaan dan
penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah pada para pasukan satu persatu, bahwa kemenangan
besar yang akan kita capai ini, akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi
setiap pasukan, menjadikan syariat selalu di depan matanya dan jangan sampai ada di antara mereka
melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan

gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak
berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran.
Diiringi hujan panah api, meriam, tombak, dan lainnya, tentara Turki Islam itun pun maju dalam tiga
lapis pasukan, terdiri dari tentara biasa di lapis pertama, pasukan khusus Anatolian Army di lapis kedua,
dan terakhir pasukan khusus Yanissari.
Pasukan Kostantinople telah berada di puncak ketakutan. Sementara pasukan Muslim yang memang
menginginkan mati syahid, begitu berani maju menyerbu tentara Konstantinopel.
Tentara Islam akhirnya berhasil menembus kota Kostantinopel melalui Pintu Edirne. Mereka telah
berhasil mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyah di puncak kota. Adalah seorang tentara muda
bernama Ulubatli Hasan yang pertama menancapkan bendera Daulah Usmaniyah pada tanah
Byzantine.
Constantine XI Paleologus yang melihat kejadian itu, melepas baju kerajaannya dan maju bertempur
bersama pasukannya, hingga tewas menjadi martir, namun tak pernah ditemukan jasadnya.
Panglima Giustiniani sendiri melarikan diri meninggalkan kota dengan pasukan Genoanya. Kardinal
Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di
peperangan.
Berita kematian Costantine telah menaikkan lagi semangat tentara Islam untuk terus menyerang.
Namun sebaliknya, bagaikan pohon tercabut akar, tentara Kostantinopel menjadi tercerai berai
mendengar berita kematian Rajanya.

Masjid Aya Sofia di Istanbul kini (Atjenese)


Konstantinopel Dibebaskan
Tepat pada hari Selasa siang tanggal 20 Jumadil Awal 857 H. Konstantinopel jatuh dan berhasil
ditaklukkan oleh pasukan Muslim. Sultan Muhammad Al-Fatih kemudian turun dari kudanya dan
memberi penghargaan kepada para pasukan dengan ucapannya Masya-Allah, kalian telah menjadi
orang-orang yang mampu menaklukkan Kostantinopel yang telah Rasulullah kabarkan.
Kemudian Al-Fatih pun sujud kepada Allah di atas tanah Konstantinopel, sebagai ungkapan syukur dan
pujian serta bentuk kerendahan hati dihadapan-Nya.
Selepas itu, Sultan Muhammad II atau Al-Fatih meminta supaya gereja, yang tadinya memang adalah
masjid, agar berkenan ditukar kembali menjadi masjid. Agar hari Jumat pertama nanti bisa
melaksanakan shalat Jumat berjamaah di masjid itu.
Sementara gereja lainnya tetap dibiarkan berdiri seperti biasa. Para pasukan pun menanggalkan salib,
patung dan menutupi gambar-gambar yang ada agar tidak mengganggu kekhusyuan shalat.
Pada hari Jumat itu, Sultan Muhammad II Al-Fatih bersama kaum Muslimin mendirikan shalat Jumat
pertama di Masjid Aya Sofya.

Khutbah yang pertama di Aya Sofya itu disampaikan oleh guru Al-Fatih, Syaikh Aaq Syamsuddin.
Nama Kostantinopel pun kemudian diganti oleh Al-Fatuh menjadi Islam Bol atau Islambul (kini
Istanbul), yang berarti Kota Islam. Kemudian Istanbul dijadikan sebagai ibu kota ketiga Khilafah
Utsmaniyyah, setelah Bursa dan Edirne.
Atas jasanya Sultan Muhammad II itulah Sultan kemudian diberi gelar Al-Fatih, artinya Sang
Pembebas. Sehingga beliau sering dipanggil dengan Sultan Muhammad Al-Fatih. Pertempuran
merebutkan kota Konstantinopel tersebut secara keseluruhan berlangsung dari tanggal 26 Rabiul Awal
857 H. sampai dengan 20 Jumadil Awal 857 H. atau bertepatan dengan 6 April sampai dengan 29 Mei
1453 M. Sehingga dikenal juga dengan Al-Fatuh atau Fetih 1453. Allahu Akbar!!!
Begitulah, benar apa yang disabdakan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, sekitar 825 sebelum Al-Fatih
mewujudkannya. Dialah Al-Fatih panglima terbaik pembebas Konstantinopel, dan pasukannya pun
adalah pasukan terbaik. Ini sesuai dengan janji Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, Kota
Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik
pemimpin, dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan. (H.R.
Ahmad).
Kaum Muslimin kini dapat menyaksikan perjuangan itu dalam film Fetih 1453, atau langsung ke
Museum Istanbul, Turki, untuk menyaksikan film diorama tiga dimensi Al-Fatih. Dari berbagai
sumber (T/ima/P4)

Anda mungkin juga menyukai