Anda di halaman 1dari 20

Cinta: Erich Fromm

Fahruddin Faiz
ORIENTASI CINTA MANUSIA MODERN
• ORIENTASI RESEPTIF
• Sumber kebahagiaan dan pemenuhan keinginannya ada di luar diri. Fokus pada apa/siapa yang
dicintai. ‘Mencintai’ orang yang memberi cinta atau apa saja yang tampak seperti cinta.
• ORIENTASI EKSPLOITATIF
• Bentuk ekstrem dari orientasi reseptif, ada unsur pemaksaan/manipulasi agar yang dicintai
memuaskan keinginannya. Mereka mencintai pada apa yang bisa ‘dimanfaatkannya’ untuk
kepentingannya. Saat obyek yang dicintainya tidak bisa lagi dieksploitasi, mereka akan ‘bosan’.
• ORIENTASI MENIMBUN
• Fokus pada kepemilikan. Orang yang merasa aman dan nyaman dalam memiliki sesuatu,
menjaganya, ‘menyimpannya’, dan merasa bersalah saat ‘mamanfaatkan’ atau apalagi membuang
apa yang dianggap miliknya. Cinta bagi tipe ini adalah semacam kepemilikan, juga kenangan, masa
lalu, dan lain sebagainya. Tipe ini cenderung dingin dan tidak produktif
• ORIENTASI PASAR
• Fokus bagaimana menjual dirinya di ‘pasar’, bagaimana ia ‘membungkus’ dirinya, bagaimana
membuat orang lain tertarik kepadanya. Cinta di mata orang semacam ini adalah komoditas;
keuntungan apa yang bisa diperoleh dari cinta, yang relevan dengan modal (bungkus dan
penampilan) yang sudah dikeluarkan.
CINTA SEBAGAI WATAK
• Cinta adalah sikap, satu orientasi watak yang menentukan hubungan
pribadi dengan dunia keseluruhan, tidak semata menuju satu ‘obyek
cinta’
• Jika seseorang hanya mencintai satu orang saja, dan tidak peduli
terhadap yang lainnya, ini bukanlah cinta, namun ‘egoism yang
diperluas’.
• Maka cinta sebenarnya tidak tergantung obyeknya. Orang yang
mencintai hanya menunggu saat menemukan ‘obyek’ yang tepat saja,
ibarat orang yang mau melukis, namun ia tidak mau mempelajari seni
lukis, hanya menunggu menemukan obyek yang bagus tepat untuk
dilukis. Padahal jika ia memang ahli melukis, obyek apapun akan
tampak bagus dan indah.
CINTA:
JAWABAN PROBLEM EKSISTENSIAL MANUSIA
CINTA YANG MATANG

• CINTA MATANG VS KESATUAN SIMBIOTIK


• KESATUAN SIMBIOTIK: Melarikan diri dari perasaan yang tak tertahankan Karena
keterasingan dan keterpisahan, menyerahkan diri sepenuhnya menjadi bagian
dari pribadi lain yang memimpinnya/ membimbingnya/ melindunginya.
• CINTA MATANG: Kesatuan dengan syarat tetap mempertahankan keutuhan
individualitasnya.
• Cinta matang adalah kekuatan yang aktif dalam diri, mendobrak sekat antar manusia,
namun tetap mengizinkannya menjadi dirinya sendiri.
• Paradok: dua makhluk, menjadi satu, namun tetap dua.
MEMBERI: CIRI CINTA
• Pengertian umum ‘memberi’: menganugerahkan sesuatu, mengorbankan
sesuatu, lawan dari menerima, memeras, menimbun.
• Karakter dagang: rela memberi, tetapi kalau diimbangi dengan menerima.
Memberi tanpa menerima berarti ditipu.
• Karakter non-produktif: memberi adalah pemiskinan
• Karakter Produktif: memberi adalah ungkapan paling tinggi dari
kemampuan. Dalam tindakan memberi inilah saya menghayati kekuatan,
kekayaan dan kekuasaan saya. Pengalaman akan vitalitas dan kemampuan
ini memberi saya kegembiraan.
• Care (perhatian), yaitu menaruh perhatian yang serius dan mendalam terhadap kehidupan,
perkembangan, maju dan mundurnya, baik dan rusaknya, obyek yang dicintainya.
• Responsibility (tanggung-jawab), yaitu bertanggung jawab atas kemajuan, kebahagiaan dan
kesejahteraan obyek yang dicintainya. Tanggung jawab disini bukan berarti melakukan
‘dominasi’ atau ‘menguasai’ obyek yang dicintai untuk di-‘dikte’ sekeheandaknya, tetapi lebih
berarti turut terlibat dalam kehidupan obyek yang dicintainya dalam rangka kemajuan dan
kesejahteraannya.
• Respect (hormat), maksudnya menghargai obyek yang dicintai seperti apa adanya, menerima
apa adanya, dan tidak bersikap sekehendak hati terhadap obyek yang dicintainya.
• Knowledge (pengetahuan), yaitu memahami seluk-beluk obyek yang dicintainya. Apabila
obyek yang dicintainya itu manusia, maka harus dipahami kepribadiannya, latar belakang yang
membentuknya meupun kecenderungannya. Juga harus dipahami bahwa kepribadian
seseorang itu terus berkembang.
 Cinta terhadap semua manusia
 Cirinya: memudarnya ekslusifitas
 Pengalaman: Solidaritas kemanusiaan
 Poros Keutamaan: cinta terhadap orang miskin, menderita, terancam
dan asing.
OBYEK CINTA 2: CINTA KEIBUAN

• Hakikat cinta keibuan adalah pemeliharaan dan pertumbuhan anak, dan


itu berarti harus mau mengalami keterpisahan.
• Dalam cinta erotis: dua orang yang terpisah menjadi satu, dalam cinta
keibuan, dua orang yang bersatu harus berpisah.
• Dalam tahap pemisahan inilah cinta keibuan menjadi tugas yang sulit,
cinta menuntut sifat tidak mementingkan diri, kemampuan memberikan
segalanya dan tidak menghendaki apa-apa selain kebahagiaan orang
yang dicintai.
OBYEK CINTA 3: CINTA EROTIS
• Mendambakan peleburan, penyatuan dengan pribadi yang lain.

• Ekslusif, tidak universal, mudah terpedaya oleh keinginan seksual.

• Berawal dari impresi ‘jatuh cinta’, runtuhnya batas di antara dua orang
yang semula asing. Selanjutnya yang asing itu menjadi ‘intim’_meskipun
pengalaman keintiman ini hakikatnya berlangsung singkat, khususnya
ketika tidak ada lagi batas yang harus diatasi, tidak ada lagi kedekatan
yang harus diraih.
• Premis ideal cinta erotis: saya mencintai dari hakikat keberadaanku, dan
saya mengalami pribadi yang lain itu dalam hakikat keberadaannya.
OBYEK CINTA 4: CINTA DIRI SENDIRI

 Jika mencintai sesama, manusia yang lain, merupakan keluhuran, maka


mencintai diri sendiri juga merupakan keluhuran, Karena diri kita adalah juga
manusia.
 “Cintailah sesamamu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri”,
menunjukkan bahwa sebelum mencintai sesama harus punya rasa cinta
terhadap diri sendiri.
 Cinta diri sendiri berlawanan dengan mementingkan diri sendiri. Orang yang
mementingkan diri sendiri, mengabaikan orang lain menunjukkan ia tidak cinta
diri, Karena ia tidak tahu dorongan eksistensial dirinya untuk „mencintai‟. Ia
hanya menutupi dan mengkompensasi kegagalannya untuk memahami diri
secara benar.
OBYEK CINTA 5: CINTA ALLAH
• Juga berawal dari kebutuhan akan ‘keterpisahan’ dan dambaan
akan pengalaman ‘penyatuan’
• CINTA ALLAH adalah rahmat, anugerah dan inayah, yang
kemudian disambut oleh manusia dengan iman.
• Dimensi Patrilineal: mencintai Allah seperti seorang ayah: Dia adil
dan tegas, Dia memberi pahala dan siksa.
• Dimensi Matrilineal: mencintai Allah seperti seorang ibu: Dia
mengampuni, Dia menyayangi, Dia menolong, Dia menyelamatkan.
CINTA YANG PRODUKTIF

▪ Menggeser modus ‘memiliki’ menjadi modus ‘menjadi’


▪ Syarat: kemandirian, kebebasan, penalaran yang kritis
▪ Ciri: keadaan aktif, bukan dalam arti aktifitas lahiriah,
namun dalam arti optimalisasi aktual potensi-potensi
kemanusiaan yang dimiliki. Menjadi Aktif berarti
memperbarui diri sendiri, tumbuh, mengatasi penjara
ego, penuh semangat, memberi.
▪ Cinta produktif---membentuk diri menjadi pribadi
merdeka—melakukan aktifitas dalam kesadaran akal-
budi—orientasi memberi--lenyapnya perasaan terasing
dan terpisah.
BELAJAR MENCINTAI
• DISIPLIN
• KOSENTRASI (PEKA TERHADAP DIRI)
• KESABARAN
• PRIORITAS TERTINGGI

Anda mungkin juga menyukai