Anda di halaman 1dari 11

TUGAS READING JURNAL

Untuk memenuhi tugas Blok Endokrin


Sleep Quality And Its Impact On Glycaemic Control In
Patients With Type 2 Diabetes Mellitus

Oleh:
Irfan Marsuq Wahyu R.
Dwi Kurnia Sari

135070201111002
135070201111003

Puput Lifvaria Panta A.

135070201111004

Adelita Dwi Aprilia

135070201111005

Kelompok 5A Reguler

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2015
I.

IDENTITAS JURNAL

Judul jurnal
Sleep quality and its impact on glycaemic control in patients
with type 2 diabetes mellitus
Peneliti
Bing-Qian Zhu, Xiao-Mei Li, Dan Wang, Xing -Feng Yu
Tahun diterima
2014
Sumber
http://www.elsevier.com/journals/international-journal-ofII.

nursing-sciences/2352-0132
TOPIK JURNAL
Dalam jurnal ini menjelaskan mengenai pengaruh kualitas
tidur yang berdampak pada kontrol glikemik pasien dengan
Diabetes

Type

2.

Dimana

dalam

pelaksanaan

untuk

mengevaluasi kualitas tidur pasien menggunakan Pittsburgh


Sleep Quality Index (PSQI) dan HbA1c untuk mengukur
III.

kontrol glikemik.
LATAR BELAKANG MASALAH
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Terdapat tiga type diabetes
yakni

Diabetes

Type

1,

Diabetes

Type

dan

Diabet

Gestasional. Pada jurnal ini yang dibahas adalah mengenai


Diabetes Type 2, keadaan dimana tubuh masih mampu
memproduksi insulin akan tetapi sel-sel sasaran insulin gagal
atau tak mampu merespon insulin secara normal, yang mana
keadaan ini disebut resietensi insulin.

Berdasarkan hasil

survey, diabetes type 2 menyumbang 95% dari semua


diagnosa diabetes.
Prevalensi DM tipe 2 berhubungan dengan gaya hidup,
kebiasaan

konsumsi

makanan

tinggi

aktivitas,

merokok,

obesitas

dan

berhubungan

dengan

adanya

kalori,

kurangnya

ubanisasi

gangguan

tidur

serta

(Holt

et

al,2010). Hubungan antara tidur dengan terjadinya suatu


penyakit

dapat

bersifat

timbal

balik.

Gangguan

tidur

merupakan salah satu resiko terjadinya penyakit seperti DM


dan sebaliknya DM tipe 2 juga dapat menyebabkan terjadi

gangguan

tidur

(Black,2008).

Menurut

Spiegel

(1999)

gangguan tidur berhubungan dengan resiko terjadinya DM,


dimana individu yang tidur malamnya kurang dari empat jam
memiliki resiko untuk mengalami gangguan toleransi glukosa
dibandingkan dengan kelompok yang tidurnya cukup. DM tipe
2

berhubungan

gangguan

dengan

sekresi

adanya

insulin.

resistensi

Gangguan

insulin
tidur

dan
dapat

mempengaruhi terjadinya resistensi insulin dan penyakit DM


tipe 2 baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung gangguan tidur mempengaruhi resistensi insulin
terkait

adanya

gangguan

pada

pengaturan

glukosa

sedangkan secara tidak langsung berhubungan dengan


perubahan nafsu makan yang pada akhirnya menyebabkan
peningkatan berat badan dan obesitas dimana obesitas yang
merupakan salah satu factor resiko terjadinya resistensi
insulin dan DM tipe 2. (Spiegel et al, 2008)
Tidur merupakan kebutuhan dasar yang haru dipenuhi.
Jika

kebutuhan

tersebut

mengalami

gangguan

akan

mempengaruhi kemampuan pasien untuk mengelola DM


secara mandiri dalam monitoring glukosa darah. Kurangnya
kemampuan pasien melakukan monitoring glukosa darah
menyebabkan glukosa darah tidak terkontrol yang beresiko
meningkatkan glukosa darah. Berdasarkan hal tersebut, perlu
diteliti apakah ada hubungan kualitas tidur dengan kadar
IV.

glukosa darah pada pasien DM tipe 2.


TUJUAN PENULISAN
Untuk mengevaluasi kualitas tidur pasien diabetes tipe 2

V.

(T2D) yang berdampak pada kontrol glikemik.


SAMPEL
Dalam penelitian ini terdapat sebanyak 220 pasien dari
Departemen Endokrin di Rumah Sakit Gabungan pertama dan
kedua dari Universitas Xian Jiaotong selama September 2013
dan Januari 2014. Dengan kriterianya adalah memenuhi
kriteria diagnosa diabetes tipe 2 (gejala diabetes dan Fasting
Plasma Glucose (FGP) 7 mmol/L), gejala diabetes dan 2 jam
postprandial plasma glucose (2hPG) 11,1 mmol/L), gejala

diabetes dan glukosa plasma acak 11,1 mmol/L, usia lebih


dari 18 tahun dengan durasi diabetes lebih dari 1 tahun.
Partisipan dikeluarkan jika mereka memiliki diabetes tipe 1,
diabetes gestational, atau diabetes tipe spesifik yang lain,
seperti pasien dengan kompilkasi diabetes akut, penyakit
jantung berat, penyakit paru-paru, penyakit otak. Selain itu,
alasan lain partisipan dapat dikeluarkan yaitu penyakit
mental atau riwayat keluarga dengan penyakit mental, dan
gangguan kecerdasan atau kognitif.
Sehingga, setelah dilakukan seleksi

didapatkan

206

partisipan yang sesuai, karena 14 lainnya kekurangan data.


Dengan rentang usia dari 25-80 tahun (57,23 11,24 tahun),
136

partisipan

adalah

laki-laki

(66%).

Rata-rata

lama

diabetes yang diderita 9,77 6,72 tahun, partispan di bawah


pengobatan insulin 123 (60%), merokok 63 (30,6%), minum
VI.

31 (15%), riwayat keluarga dengan diabetes 90 (43,7%).


METODE
Partisipan dipilih dengan menggunakan metode sampel
convenience dan ukuran sampel ditentukan menggunakan
formula penelitian observasional. Informasi kuisioner yang
diperoleh dari pencarian literatur, klinis dan penelitian para
ahli,

dimana

kuisioner

dikembangkan,

dimodifikasi

dan

ditingkatkan. Informasi demografi partisipan seperti jenis


kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan, dan gaya hidup
(merokok, minum dan latihan) akan dieveluasi. Selain itu,
data dari komplikasi diabates kronik dan riwayat keluarga
dikumpulkan untuk menilai status penyakit mereka. Indikator
psikologi dan biokimia seperti HbA1c dan BMI juga diamati
dalam kuisioner ini. Tinggi badan, berat badan, dan tekanan
darah partisipan diukur pada hari pertama diakui. HbA1c dan
fungsi hati dievaluasi di bawah keadaan puasa setidaknya
selama 10 jam.
Penelitian ini menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI) yang merupakan skala penilaian diri untuk evaluasi
kualitas

tidur.

Terdapat

19

item

penilaian

diri

yang

dikategorikan menjadi 7 faktor (kualitas tidur, latensi tidur,

lamanya tidur, keefektifan tidur, gangguan tidur, penggunaan


obat tidur, dan disfungsi siang hari) dengan skore 0-3 tiap
faktor. Jumlah skor dari 7 faktor akan menghasilkan skor
global PSQI yang berkisar 0-21. Semakin tinggi skor PSQI
menandakan kualitas tidur yang buruk.
Selain dilakukan pengisian kuisioner secara independen
oleh partisipan, juga diadakan interview tatap muka. Apabila
selama proses melengkapi kuisioner partisipan mengalami
kesulitan, mereka dapat bertanya langsung kepada peneliti
VII.

dan peneliti akan menjelaskan atau mengklarifikasinya.


HASIL PENELITIAN DALAM JURNAL
Hasil
Dari keseluruhan, 14 partisipan dikeluarkan karena
kekurangan data sehingga didapat partisipan sebanyak 206.
Dengan rentang usia dari 25-80 tahun (57,23 11,24 tahun),
136

partisipan

adalah

laki-laki

(66%).

Rata-rata

lama

diabetes yang diderita 9,77 6,72 tahun, partispan di bawah


pengobatan insulin 123 (60%), merokok 63 (30,6%), minum
31 (15%), riwayat keluarga dengan diabetes 90 (43,7%).
Menurut skor global PSQI, pasien dikategorikan memiliki
tidur kurang baik (PSQI8) sebanyak 97 partisipan dan tidur
yang baik (PSQI<8) sebanyak 109 partisipan . Pemilik tidur
yang kurang baik terhitung 47,1% dan durasi diabetes
mereka, usia, FPG, 2hPG, dan HbA1c secara signifikan lebih
tinggi daripada pemilik tidur yang baik (p<0,05). (table 1)

Hubungan antara control glikemik dengan skor PSQI


adalah pasien dikategorikan menjadi control glikemik yang
baik (HbA1c<7%) atau kelompok control glikemik yang
kurang baik (HbA1c7%) berdasarkan hasil HbA1c mereka.
Rata-rata skor PSQI adalah 8,304,12, dan hanya 50 pasien
(24,3%) yang memiliki control glikemik yang baik. Mereka
yang memiliki control glikemik yang baik memiliki skor PSQI
4,962,46 yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien
yang memiliki control glikemik yang kurang baik. (table 2)
perbedaan dari dua kelompok control ini dapat dilihat dari 6
segi factor PSQI kecuali untuk penggunaan obat tidur.
Dampak kualitas tidur pada control glikemik pasien
dengan diabetes mellitus tipe 2 adalah setelah disesuaikan
untuk jenis kelamin, usia, durasi diabetes, penggunaan
insulin, kaki diabetes, dan neuropati diabetes (table 3),latensi
tidur, gangguan tidur, dan disfungsi siang hari merupakan
factor risiko untuk control glikemik yang kurang baik.

Diskusi
Tidur dapat dipengaruhi oleh berbagai factor. Gangguan
tidur sering terlihat saat ini dengan laporan <10%, Dari
populasi umum setidaknya menderita satu bentuk gangguan
tidur. Ketika ditemukan pada orang-orang dengan diabetes
tipe 2, kejadian gangguan tidur menjadi perhatian yang lebih.
Hingga saat ini telah ada berbagai metode untuk evaluasi
tidur yaitu dengan PSQI. Dalam penelitian ini, kualitas tidur
pasien dengan diabetes tipe 2 dievaluasi menggunakan
PSQI8

sebagai

titik

pertemuan. Hasil

penelitian

menunjukkan bahwa tingkat kejadian gangguan tidur pada


pasien dengan diabetes tipe 2 adalah 47,1%, yang jauh lebih
tinggi dari populasi secara umum. Namun demikian, nilai ini
lebih rendah dari nilai yang dilaporkan dalam penelitian lain,
yang 71,0%, 69,0%, dan 73,9%. Penjelasan potensial adalah
bahwa nilai PSQI kita lebih tinggi dibandingkan dalam laporan
lainnya, yang berpotensi menurunkan kesempatan untuk
mengenali gangguan tidur.
Sementara itu, berbagai macam usia peserta dalam
penelitian ini mungkin dapat mempengaruhi hasil, karena
usia merupakan faktor yang diketahui dapat mempengaruhi
tidur. Sementara sebagian besar studi disebutkan fokus
hanya pada senior. Semua ini secara bersama-sama bisa
memiliki bertanggung jawab untuk tingkat kejadian menjadi
relatif rendah memiliki gangguan tidur antara partisipan
penelitian ini.
Dampak kualitas tidur pada kontrol glikemik pasien
dengan diabetes tipe 2 adalah sebuah gaya hidup seperti
merokok, minum, monitor glukosa darah, dan olahraga, serta,

indikator metabolik (darah tekanan dan lipid) tampaknya


tidak memiliki pengaruh signifikan pada kontrol glikemik.
Temuan ini konsisten dengan hasil yang dipublikasikan
sebelumnya. Secara umum hampir setengah dari pasien
dengan diabetes yang neuropati menderita gangguan tidur.
Namun, sebagian besar peserta penelitian ini yang telah
neuropati diabetes mengalami gejala hanya sebagian kecil
(dingin atau mati rasa pada tungkai) yang memiliki efek
minimal pada tidur. Dan durasi diabetes neuropati yang
pendek atau singkat. Dengan demikian, tidak ada statistik
yang signifikan
Perbedaan ditemukan di skor global PSQI antara mereka
dengan dan tanpa diabetes neuropati. Bagaimanapun ada
perbedaan yang signifikan dalam skor global PSQI dengan
mereka yang mempertahankan kontrol glikemik yang baik
dan peserta dengan kontrol glikemik yang kurang baik
dengan kelompok kedua yang memiliki skor global PSQI jauh
lebih tinggi. Satu-satunya faktor PSQI tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara dua kelompok adalah
"penggunaan obat tidur". Partisipan dengan gangguan tidur
memiliki signifikan lebih tinggi FPG, 2hPG, dan HbA1c (semua
p <0,05). Ini memiliki arti bahwa gangguan tidur pada pasien
diabetes dapat menyebabkan glukosa darah, kontrol glikemik
yang kurang baik seperti kebanyakan mamalia, manusia bisa
tidur dalam satu 7 s/d 9 jam peregangan, dimana reaktivitas
insulin

sel

dan

sensitivitas

insulin

mungkin

akan

terpengaruh. Tidur telah terbukti mengatur toleransi glukosa


dan keseimbangan dinamis. Secara berkala, berbagai jenis
gangguan

tidur

dapat

mempengaruhi

toleransi

glukosa. Peraturan dalam permainan tidur secara signifikan


memiliki peran dalam produksi insulin, sensitivitas insulin,
dan konsumsi glukosa. Ada bukti yang menunjukkan bahwa
tidur kurang dari 3 jam bisa menyebabkan 1,1% ketinggian
HbA1c selama satu malam. Dengan 0,5 peningkatan PSQI
skor global, HbA1c dapat meningkat 1,9%. Faktor PSQI

"efisiensi tidur" adalah salah satu komponen yang dapat


mempengaruhi

kontrol

glikemik.

Penelitian

sebelumnya

menunjukkan korelasi negatif antara HbA1c dan efisiensi


tidur. Namun demikian, tidak ada hubungan yang signifikan
ditemukan antara efisiensi tidur dan kontrol glikemik pada
penelitian ini. Perbedaannya mungkin berasal dari variasi
ukuran

sampel

dan

kualitas

tidur

yang

sesuai

alat

pengukuran. Seperti yang ditunjukkan oleh regresi logistic


analisis, latensi tidur, gangguan tidur, dan disfungsi siang
hari adalah faktor risiko untuk kontrol glikemik yang buruk.
OR mereka (95% CI) masing-masing adalah 2,14 (1.26e3.69),
5,09

(1.48e17.52),

dan

3,50

(2.02e6.07). Nilai-nilai

ini

menunjukkan bahwa dengan satu peningkatan skor latensi


tidur, gangguan tidur dan disfungsi siang, risiko untuk
memiliki kontrol glikemik yang kurang baik dan akan
meningkatkan masing-masing 2.14, 5.09, dan 3.50 kali.
Kesimpulannya, tidur pada pasien dengan diabetes tipe 2
memiliki peran yang menentukan dalam kontrol glikemik.
Pengobatan mendasar untuk diabetes terletak pada baik
tidaknya dalam kontrol glikemik, ukuran inti untuk menunda
perkembangan
bahwa

diabetes. Beberapa

meningkatkan

kualitas

peneliti

tidur,

mengusulkan

gangguan

tidur

mengobati, dan durasi tidur dapat digunakan sebagai dasar


untuk

secara

tidak

langsung

mempromosikan

kontrol

glikemik. dilihat sebagai standar emas untuk menilai control


glikemik.
Dalam penelitian ini, tingkat HbA1c diukur di 206 pasien
dengan diabetes tipe 2. Hanya 24,3% dari peserta memiliki
kontrol glikemik yang baik, yang mendukung penelitian lain
di mana hanya 39,1% dan 15,5% dari pasien yang memiliki
kontrol glikemik yang baik.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa saat ini sebagian


besar pasien diabetes tidak memiliki kontrol glikemik yang
baik mewakili tantangan besar bagi manajemen yang efektif
dari diabetes untuk masa depan. Tidak ada perbedaan
signifikan yang ditemukan dalam hal "penggunaan obat
tidur" antara kontrol glikemik yang baik dan kontrol glikemik
yang buruk. Temuan ini mirip dengan hasil laporan oleh Zhi
Qiang Li-et al. Alasan untuk kejadian ini bahwa sebagian
besar peserta memilih untuk tidak menggunakan hipnotik
karena efek samping obat. Peserta kami memilih metode
yang lebih tradisional untuk mengelola tidur mereka. Ini
pendekatan alternatif (latihan, minum susu panas dan kaki
mandi) tidak memiliki efek samping yang berhubungan
dengan obat tidur dan kemungkinan besar berkontribusi
penggunaan lebih rendah dari pengobatan tidur.
Selain itu, meskipun hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kualitas tidur dapat mempengaruhi kontrol glikemik di
pasien dengan diabetes tipe 2, tidak ada intervensi lebih
lanjut

yang

diberikan

kepada

mereka

yang

menderita

gangguan tidur. Dibandingkan dengan populasi umum, orang


diabetes mengalami prevalensi lebih tinggi dari gangguan
tidur lebih mengarahkan pengaruh yang merugikan pada
kontrol glikemik.

VIII.

APLIKASI

HASIL

PENELITIAN

PELAYANAN DI INDONESIA

PADA

SETTING

Anda mungkin juga menyukai