Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar
Pedagang
Pengecer (Pasar)
Saluran II
Petani
Konsumen
Pedagang Besar
Konsumen
Saluran III
Petani
Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar
Pabrik
(Konsumen)
Pada saluran I dan III, hasil ubi jalar dijual melalui pedagang pengumpul
kemudian dari pedagang pengumpul, semua hasilnya dijual kepada pedagang besar. Dari
pedagang besar inilah pemasaran ubi jalar pada saluran satu dengan tiga berbeda. Pada
saluran I, pedagang besar menjual ubi jalar kepada pedagang pengecer di Pasar Cikarang
dan Pasar Induk Kramat Jati, sedangkan pada saluran III, pedagang besar menjual ubi
jalarnya ke pabrik. Dalam hal ini, pabrik dianggap sebagai konsumen akhir. Pada saluran
II, petani langsung menjual ubi jalarnya kepada padagang besar. Kemudian dari pedagang
besar ubi jalar dijual kepada pedagang pengecer sama seperti pada saluran satu.
A. Peran dan Fungsi pemasaran
Fungsi pemasaran yang dilakukan dapat dikelompokkan dalam fungsi pertukaran,
fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Setiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar
di Desa Bandorasa mempunyai fungsi pemasaran yang berbeda-beda. Perincian
pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran pada setiap lembaga pemasaran dapat dilihat pada
Tabel
Lembaga Pemasaran
Petani
Fungsi Pemasaran
Fungsi pertukaran
Fungsi fisik
Aktifitas
Penjualan
Pengumpulan dan
Fungsi pertukaran
Fungsi Fisik
pengangkutan
Pembelian dan penjualan
Pengumpulan dan
Fungsi Fasilitas
pengangkutan
Pembiayaan dan informasi
Fungsi pertuukaran
Fungsi Fisik
pasar
Pembelian dan penjualan
Pengumpulan dan
Fungsi Fasilitas
pengangkutan
Penanggungan resiko,
Pedagang Pengumpul
Pedagang besar
sortasi, pembiayaan
Pedagang Pengecer
Fungsi pertuukaran
Fungsi Fisik
Fungsi Fasilitas
pengangkutan
Penanggungan resiko,
sortasi, pembiayaan
dan informasi pasar
a. Petani
Petani yang langsung menjual ubi jalarnya ke pedagang
pengumpul 2 (pedagang besar) melakukan penjualannya dengan
sistem borongan. Harga ditentukan secara total berdasarkan
taksiran jumlah umbi yang akan dihasilkan secara keseluruhan.
Fungsi pemasaran yang dilakukan petani adalah fungsi pertukaran
yaitu penjualan dan fungsi fisik yang berupa pengumpulan dan
pengangkutan.
b. Pedagang Pengumpul 1
Pengumpul 1 merupakan pedagang yang melakukan pembelian langsung dari
petani. Transaksi yang dilakukan pedagang pengumpul dengan petani dilakukan di
kebun petani dengan sistem bukti. Harga ditentukan secara tawarmenawar dan petani
akan menerima harga yang tidak akan jauh berbeda dengan petani lain berdasarkan
informasi harga pasar yang dibawa oleh pengumpul. Sistem pembayaran pengumpul
dilakukan secara tunai atau tunda sampai ubi jalarnya terjual. Kegiatan yang
dilakukan oleh pengumpul adalah mengumpulkan dan melakukan pengangkutan ubi
jalar dari kebun petani ke jalan raya sehingga dapat lebih mudah dijual ke pengumpul
2 (pedagang besar). Tanpa ada penyimpanan, ubi jalar yang sudah diangkut dari
kebun langsung dijual ke pengumpul 2.
c. Pedagang Pengumpul 2 (pedagang besar)
Padagang pengumpul 2 merupakan pedagang yang melakukan
pembelian ubi jalar dari pengumpul 1. Pedagang pengumpul 2 tidak
hanya menerima ubi jalar dari pengumpul 1 dilokasi penelitian saja
tetapi dari daerah lain juga. Pedagang pengumpul 2 juga kadangkadang menerima penjualan langsung ubi jalar dari petani dengan
syarat ubi jalar yang dijualnya sudah diangkut ke jalan raya. Dari
pengumpul 2 ini, petani mendapatkan informasi pasar ubi jalar.
Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pengumpul 2 adalah tunai.
Kegiatan penyortiran dilakukan oleh pengumpul 2. Penyortiran
yang dilakukan berupa pemisahan ubi jalar antara yang berukuran
besar dan kecil. Selain itu, penyortiran juga dilakukan untuk
memisahkan ubi jalar yang terkena penyakit lanas. Setelah
dilakukan penyortiran, ubi jalar tersebut dimasukkan ke karung
a. Petani
Struktur pasar yang dihadapi oleh petani ubi jalar di Desa Bandorasa Kulon
cenderung mengarah ke pasar oligopsoni. Hal ini dikarenakan jumlah petani yang
lebih banyak dibandingkan jumlah pedagang pengumpul maupun pedagang besar.
petani hanya bertindak sebagai price taker akibat posisi tawar yang lemah walaupun
dalam proses transaksi dilakukan secara tawarmenawar. Informasi pasar diperoleh
dari sesama petani, padagang pengumpul maupun dari pedagang besar. Komoditi
yang diperjualbelikan bersifat homogen yaitu ubi jalar varietas AC.
b. Pedagang Pengumpul
Struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang pengumpul 1 di Desa
Bandorasa Kulon mengarah ke bentuk pasar oligopsoni. Hal ini
dapat dilihat dari lebih jumlah penjual yang lebih banyak dari
pembeli. Hambatan masuk bagi pedagang pengumpul terletak pada
modal yang digunakan untuk membeli ubi jalar dari petani. Komoditi
yang diperjualbelikan bersifat homogen yaitu ubi jalar varietas AC.
Proses penentuan harga didasarkan pada proses tawar-menawar
dengan informasi harga yang diperoleh dari sesame pedagang
pengumpul maupun dari pedagang besar.
c. Pedagang Besar
Struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang besar bersifat
oligopoli. Hal ini dicirikan oleh sedikitnya jumlah pedagang besar
sedangkan pedagang pengecer lebih banyak. Hambatan masuk
bagi pedagang besar terletak pada modal yang digunakan untuk
membeli ubi jalar dari pedagang pengumpul maupun petani. Proses
penentuan harga antara pedagang pengumpul 2 dengan pedagang
antara pedagang besar dengan pedagang pengecer juga lebih banyak dipengaruhi oleh
adanya kesepakatan bersama. Penetapan harga diantara keduanya biasanya
dipengaruhi oleh permintaan konsumen terhadap ubi jalar serta biaya transportasi
yang harus dikeluarkan pedagang besar untuk mengangkut ubi jalar ke pedagang
pengecer di Pasar.
2. Analisis Margin Pemasaran
Marjin pemasaran merupakan selisih antara harga yang dibayar
konsumen dengan harga yang diterima produsen yang diperoleh
dengan satuan Rp/kg.
lembaga tataniaga
I
saluran
II
III
Pedagang Pengumpul
Harga Beli
1800
Harga Jual
2300
margin
500
Pedagang Besar
Harga Beli
2300
2300
Harga Jual
2900
2900
margin
600
600
Pedagang Pengecer
Harga Beli
2900
2900
Harga Jual
3600
3600
margin
700
700
harga konsumen (harga beli)
3500
3500
Total
Harga Beli
7000
5200
Harga Jual
8800
6500
margin
1800
1300
Berdasarkan ketiga saluran pemasaran diatas, marjin pemasaran
1700
2300
600
2300
2700
400
2700
4000
5000
1000
menjadi lebih kecil daripada saluran satu dikarenakan pada saluran tiga
pedagang besar langsung menjual ubi jalar ke konsumen akhir sedangkan
pada saluran satu pedagang pengumpul 2 menjual ubi jalar dulu ke
pedagang pengecer kemudian dari pengecer baru dijual ke konsumen.
3. Analisis Farmers Share
Farmers share digunakan untuk membandingkan harga yang dibayarkan konsumen akhir
dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Farmers share berhubungan negatif dengan marjin
pemasaran, artinya semakin tinggi marjin pemasaran maka bagian yang diterima petani semakin
rendah.
Saluran tataniaga
I
II
III
Pf (Rp/kg)
Pr(Rp/kg
Fs
1800
3800
1800
3500
1800
2800
47%
51%
64%
saluran
II
I
339.8
1700.2
5.003531489
278.9
721.5
III
326.47
1700
5.20721659
278.9
221.61
Rasio i/Ci
Pedagang Pengecer
Ci
i
Rasio i/Ci
Total
Ci
i
Rasio i/Ci
2.586948727
0.794585873
924.1
560.06
0.60605995
820
190
0.231707317
479.24
2700
5.633920374
1542.8
2981.76
8.196540166
1098.9
411.61
1.02629319
805.71
4400
10.84113696
Saluran pemasaran ubi jalar yang paling menguntungkan di Desa Bandorasa Kulon jika
dilihat dari perhitungan marjin pemasaran yaitu saluran pemasaran tiga karena memiliki marjin
pemasaran terkecil yaitu sebesar Rp 1000/kg. Farmers share tertinggi pada pemasaran ubi jalar
juga terdapat pada saluran tiga yaitu sebesar 64 persen. Hal ini menunjukkan bahwa saluran
pemasaran tiga dalam proses pemasaran ubi jalar di Desa Bandorasa Kulon merupakan saluran
pemasaran yang paling menguntungkan dan juga memberikan bagian terbesar yang diterima
petani ubi jalar.
5. Analisis Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran dapat tercapai apabila sistem tataniaga yang ada telah memberikan
kepuasan kepada pelaku-pelaku tataniaga yang terlibat mulai dari petani sampai konsumen akhir.
Saluran tataniaga dengan marjin pemasaran yang paling kecil maka farmers share yang diperoleh
adalah yang paling besar. Sedangkan nilai rasio keuntungan terhadap biaya akan semakin kecil
jika semakin banyak tataniaga yang terlibat nilai efisiensi tataniaga dapat dilihat pada table :
saluran
tataniaga
I
II
III
Margin
Pemasaran
Farmers
share
1800
1300
1000
R/C
47
51
64
8.1965
1.0262
10.841
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan saluran pemasaran yang relatif lebih efisien
adalah saluran pemasaran III karena Farmers share > dari marjin pemasaran (FS>MP)
6. Analisis Transmisi Harga
Bulan
januari
febuari
maret
april
mei
juni
juli
agustus
september
oktober
november
desember
3000
3200
3300
3500
3700
4000
4200
4300
4500
3200
3500
4000
Hasil regresi :
Model Summary
Model
1.000a
R Square
.999
Adjusted R
Square
Estimate
.999
16.08694
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-14485.408
5290.636
Pf
.727
.195
Pf
-2528.158
Pf
4407.223
Coefficients
Beta
Sig.
-2.738
.026
.719
3.729
.006
703.650
-.675
-3.593
.007
123.428
.955
35.707
.000
Ln Pf = Ln -14485,408 + Ln 0,727 Pr
Ln b0 = -14485,408
B1 = 0,727
Hasil analisis elastisitas transmisi harga ubi jalar adalah sebesar nilai koefisien regresi (0,727).
Nilai elastisitas transmisi harga lebih kecil dari satu (Et<1) bersifat inelastis artinya perubahan
harga 1 persen ditingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan 0,727 persen ditingkat petani.
Et < 1 menunjukan keadaan pasar tidak berjalan dengan efisien (pasar persaingan tidak semprna)
(n-k) atau 0,05, (65-2) diperoleh nilai t table sebesar .
Karena nilai t hitung (3,729) > nilai t table (..) maka dapat disimpulkan bahwa variabel Ln Pr
mempunyai pengaruh positif terhadap variabel Ln Pf, maka perubahan harga ditingkat pengecer
mempunyai perubahan yang positif terhadap perubahan harga di tingkat petani.