Anda di halaman 1dari 107

KOMUNIKASI INTERPERSONALGAY DENGAN SESAMA, KELUARGA

DAN MASYARAKAT DI BANDA ACEH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Syiah Kuala Untuk Melengkapi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Oleh:

TEDY EDHO SATRIA


NIM

: 0810102010039

Program Studi

: ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2015

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur hanya untuk ke hadirat Allah SWT, serta
shalawat beserta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat beliau yang telah merubah tatanan kehidupan seluruh umat manusia di muka
bumi ini. Berkat rahmat yang telah dilimpahkannya penulis mampu menyelesaikan
tugas

akhir

yang

INTERPERSONAL

menjadi
GAY

kewajiban
DENGAN

dengan

judul

SESAMA,

KOMUNIKASI

KELUARGA

DAN

MASYARAKATDI BANDA ACEH Tugas akhir ini disusun guna memenuhi salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi pendidikan sarjana Ilmu Komunikasi pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala.
Penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan yang ada dalam skripsi
ini. Penulis sangat mengharapkan masukan, saran serta kritik dari semua pihak yang
akan sangat berguna di kemudian hari.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini sangat bermanfaat bagi semua
pihak dan penulis sendiri. Semoga Allah SWT selalu memberikan ilmu yang
bermanfaat kepada kita semua di dunia dan di akhirat.

Banda Aceh,
Penulis,

Juli 2015

(Tedy Edho Satria)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH


Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan,
dan bimbingan dari banyak pihak. Untuk itu, kiranya tidak berlebihan apabila dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Syarifuddin Hasyim, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala.
2. Ibu Nur Annisah M.Si selaku Ketua Program Studi Jurusan Ilmu Komunikasi
juga sebagai dosen pembimbing I penulis yang telah meluangkan waktu dan
pemikirannya untuk membimbing penulis hingga skripsi ini selesai.
3. Bapak Khairulyadi, MHSc selaku dosen pembimbing II penulis yang juga
sudah sudi meluangkan waktu serta berbagi ilmu yang menambah wawasan
penulis hingga skripsi ini selesai.
4. Seluruh dosen beserta staf pegawai akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Syiah Kuala yang telah banyak membantu dalam segala
kemudahan dalam proses administrasi dan informasi kampus selama saya
berkuliah.
5. Para narasumber yang telah sudi kiranya meluangkan waktu, tenaga, pikiran
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan ditengah kesibukkannya untuk
diwawancarai oleh penulis, Rio, Jaldi, Maharani, Putra, dan juga Juni tanpa
kalian skripsi ini tidak akan ada apa-apanya. Terima kasih untuk informasi
dan kerjasamanya selama diwawancarai.

iii

6. Kepada orang tua saya, Tating Zulkarnaen dan Sri Kamsuharti Orang tua
terbaik yang selalu memberikan perhatian dan juga kasih sayangnya disetiap
hari penulis. Serta doa dan semangat disetiap pagi untuk memberikan jalan
dan kelancaran menjalani hari-hari penulis. Tak lupa pula kepada abang serta
adik penulis, Toni Aditya dan Putti Maulita Annisa yang selalu memberikan
gambaran hidup dan motivasi untuk terus berjuang hingga akhir skripsi ini.
7. Sahabat yang sudah seperti keluarga terbaik dalam susah, senang, sedih, duka,
lara, maupun gembira, Sange Groupyang namanya ada Bayu, Yuri, Stun,
Ucok, Fariz, Arif, Molen, Zumar, Dayat, Gegem, Dedek, Uca, Terry, Ojan,
Baskara, Aldi, Emir, Ardo, dan Oki. Semoga kita semua bisa mencapai
seluruh keinginan, cita-cita serta harapan yang kita impi-impikan semenjak
awal kita bercita-cita, sukses dalam dunia juga akhirat kawan-kawan.
8. Untuk Ema dan Stun, yang sudah selalu bersama memberi semangat dan
saling menghina juga mencaci hidup ini, kalian membuat penulis tidak akan
menyerah pada apapun yang penulis pilih, semoga langit dan bumi merestui
cerita dan impian kita.
9. Sahabat-sahabatdi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dari jurusan Ilmu
Komunikasi letting 2010, yang sudah selalu bersama-sama dengan berbagi
kesulitan dalam kuliah maupun hidup tetap setia menerima penulis yang
sudah berada di letting yang cukup tua. Malol, Inong, Cutai, Maya, Nanda,
Zumar, Remol, Sangak, dan nama-nama yang terlupakaan dan tak
tersebutkan, semoga dimaafkan, terima kasih untuk kalian semua. Juga
penulis berterima kasih kepada Akmal Farraz yang sudah cukup membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini.

iv

10. Kepada seluruh teman di Banda Aceh yang sudah menemani selama tujuh
tahun disini. Di tempat kerja, di OZ Radio dulu dan sekarang sudah masingmasing, Lutfan, Kassa, Tenni, Oji, serta rekan-rekan yang lain. Juga tempat
kerja sekarang di Kontiki, untuk bapak owner Teuku Yuri Mulia, dan penyiarpenyiar Reza Stanza, Fariz, Aldi, Andra, Ira, Puput, dan rekan rekan lainnya.
Dan juga di After9 dan House of Wedding, Bapak dan Ibu bos, Faisal Hasan
dan Lisdayanti, juga teamJalol, Erick, Puan, Rita, Nia, dan Malol. Dan
terakhir untuk yang pernah mengisi hati penulis, terima kasih banyak karena
sudah menemani dalam waktu kritis ini, dan yang sekarang, Mira L.M, terima
kasih banyak atas dorongan dan dukungan untuk penulis menambah motivasi
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak untuk kalian semua.
11. Akhirnya, untuk semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu
namanya, tidak ada maksud untuk mengecilkan peran pentingnya, dan untuk
itu disampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya.
Hanya dengan iringan doa penulis berharap, semoga kebaikan yang telah
diberikan menjadi amal shaleh dan diterima oleh Allah SWT. Keberadaan tugas akhir
ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu penulis. Maka dari itu, dengan
hati yang ikhlas penulis sangat mengharapkan koreksi dari pembaca dan kritik selalu
peneliti harapkan. Semoga tugas akhir ini dengan segala kekurangannya dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Banda Aceh,
Penulis,

(Tedy Edho Satria)


v

Juli 2015

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL .................................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................

xi

ABSTRAK ............................................................................................................

xii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN ..............................................................................

1.1

Latar Belakang Masalah ...........................................................

1.2

Rumusan Masalah .....................................................................

1.3

Tujuan Penelitian ......................................................................

1.4

Manfaat Penelitian ....................................................................

1.5

Sistematika Penulisan ...............................................................

TINJAUAN KEPUSTAKAAN .........................................................

2.1

Landasan Konseptual ................................................................

2.1.1

Pola Komunikasi ...........................................................

2.1.2

Pengertian Homoseksual ..............................................

2.1.3

Bahasa dalam Sub-Kultur Kaum Homoseksual ...........

2.1.4

Penyebab Homoseksual ................................................

10

2.1.5

Pengertian Komunitas ...................................................

11

2.1.6

Gay dan Dinamikanya ..................................................

12

Landasan Teoretis .....................................................................

15

2.2.1

Teori Komunikasi Interpersonal ...................................

15

2.3

Penelitian Terdahulu .................................................................

21

2.4

Kerangka Penelitian .................................................................

23

2.2

vi

BAB III

METODE PENELITIAN ...................................................................

24

3.1

Pendekatan Penelitian ...............................................................

24

3.2

Lokasi Penelitian ......................................................................

24

3.3

Subjek Penelitian ......................................................................

25

3.4

Objek Penelitian........................................................................

25

3.5

Pemilihan Informan ..................................................................

25

3.6

Cara Pengumpulan Data ...........................................................

27

3.7

Cara Menganalisis Data ............................................................

29

3.8

Uji Keabsahaan Data ................................................................

30

3.9

Waktu Penelitian .......................................................................

30

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................

32

4.1

Gambaran Lokasi ......................................................................

32

4.2

Hasil Penelitian .........................................................................

34

4.2.1 Identitas Informan .........................................................

34

4.2.2 Komunikasi Interpersonal Gaydengan Sesama ............

37

4.2.3 Komunikasi Interpersonal Gaydengan Keluarga ..........

43

4.2.4 Komunikasi Interpersonal Gaydengan Masyarakat ......

46

Pembahasan ..............................................................................

49

PENUTUP ..........................................................................................

53

5.1

Kesimpulan ...............................................................................

53

5.2

Saran .........................................................................................

54

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

56

BAB IV

4.3

BAB V

LAMPIRAN
BIODATA PENELITI

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1

Daftar Jumlah Anggota Komunitas Terkait di Kota Banda Aceh ..

Tabel 3.1

Daftar Informan Penelitian .............................................................

27

Tabel 3.2

Waktu Penelitian ............................................................................

31

Tabel 4.2.1 Identitas Informan ..........................................................................

34

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Kerangka Penelitian ....................................................................

23

Gamber

4.1 Peta Wilayah ...............................................................................

33

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I
Lampiran II

Pedoman wawancara.................................................................. .
Transkrip Wawancara .................................................................

58
60

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Komunikasi Interpersonal Gaydengan Sesama, Keluarga, dan


Masyarakat di Banda Aceh.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
komunikasi interpersonal yang terjadi pada gay terhadap sesamanya, keluarga, serta
masyarakat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori
komunikasi interpersonal. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dengan wawancara mendalam sebagai teknik untuk pengumpulan
data. Dalam penelitian ini ada 5 (lima) orang informan sebagai gay yang ada di Banda
Aceh dengan pemilihan informan secara bertujuan (purposive sampling).Untuk
menguji keabsahan data digunakan triangulasi sumber untuk membandingkan dan
mengecek informasi antar informan. Berdasarkan hasil penelitian, komunikasi
interpersonal berjalan lancar dan lebih mudah untuk membuka diri
atau
berkomunikasi dengan baik ketika dihadapkan kepada interaksi terhadap sesama gay.
Dari sisi keluarga serta masyarakat terjadi beberapa hambatan manusiawi dalam
berkomunikasi seperti masing-masing dari gay memiliki kepentingan, latar belakang
keluarga, motivasi dan prasangka-prasangka sehingga memilih lebih untuk menutup
identitas dirinya sebagai seorang gay. Dengan melihat keberadaan seorang gay, sudah
selayaknya mereka terus melakukan tindakan-tindakan positif dan mengembangkan
minat mereka dengan harapan masyarakat dapat memahami dan menerima mereka di
kehidupan lingkungan masyarakat.

Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal, Gay, Keluarga, Masyarakat.

xi

ABSTRACT

This research titled Gay Interpersonal Communication with Peers, Family, and
Society in Banda Aceh. This study aims to determine how the interpersonal
communication that occurs in gay against each other, their families and societies. The
theory that used in this study uses the theory of interpersonal communication. The
method that used in this research is descriptive qualitative in-depth interviews as
technique to collect the data. In this study there are 5 (five) informant as gay in Banda
Aceh within it choosing by purposive sampling. Triangulation of sources used to test
the validity if the data and check the information among informants. Based on the
result of the research, interpersonal communication went nice and smoothly, and it is
easier to open up they self or communicate well when it face to fellow gay. When it
happen to their families and societies, there are several human barriers in
communication, as each of gay have an interest, family background, motivations, and
prejudices so it prefers to cover his identity as a gay man. To see the condition of the
existence of a gay person, it is better to them to continiue to do positive actions and
develop their interest to hope that people can understand and accept them in the
society.

Keyword : Interpersonal Communication, Gay, Family, Society.

xii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perkembangan kehidupan sosial-budaya saat ini sudah melebihi dari apa yang
diharapkan pendahulu manusia (nenek moyang), bahkan di era global ini banyak
budaya yang tidak dapat dikendalikan dan dianggap menyimpang seperti
homoseksual. Homoseksual merupakan salah satu fenomena sosial yang sedang
hangat di tahun 2014 di Aceh umumnya dan Banda Aceh khususnya, yang
notabenenya adalah daerah syariat. Kasus Homoseksual di Banda Aceh semakin
terekspos secara wajar di media-media lokal dan menjadi perbincangan, serta menjadi
rahasia umum bahwa hadir dan munculnya mereka adalah sebuah dobrakan rasa dari
diri sendiri untuk menunjukan identitas jati diri yang telah terkekang sejak lama.
Untuk saat ini,Gay (perilaku homoseksual pada lelaki) adalah homoseks yang
berani hadir ditengah-tengah masyarakat, muncul ditempat umum untuk mulai
berkarya dan melakukan kegiatan aktivitas sehari-hari untuk bekerja, sekedar kumpul,
ataupun terlibat dalam komunikasi dengan masyarakat normal. Menurut buku
Jakarta Undercover, komunitas gay di Tanah Air seperti Jakarta, Surabaya, dan
Bandung, punya media tersendiri untuk mengekspresikan dirinya tampil di depan
publik.Kewajarandari hasrat seksual yang berbeda serta pola hidup antara masyarakat
normal dengan kaum gay ini yang paling memungkinkan menjadi jurang pemisah
akan keberadaan dan pengakuannya menjadi terhambat. Hal-Hal ini terjadi karena
masyarakat pada umumnya memiliki pandangan bahwa kaum ini merupakan orang-

orang berdosa, karena melenceng dari kaedah-kaedah agama yang berlaku dan
peraturan ketat di kota Banda Aceh sendiri.Belum lagi masyarakat yang memiliki
persepsi kuat mengenai seksualitas tradisional, seperti adanya kultus keperawanan,
konsep aurat, perkawinan, faham-faham kepantasan pergaulan lelaki dan perempuan,
larangan terhadap seks di luar nikah, incest dan juga homoseksualitas. Semua pola
pikir itu berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan dan diinginkan oleh kaum
gay. Hingga akhirnya mereka hanya memiliki pilihan membuka diri atau tetap
menutup diri terhadap pilihan hidupnya.
Perilaku homoseksual khususnya gay sudah sejak lama ada di Indonesia.
Sebelum mengetahui apa yang terjadi di kota ini, ada baiknya mengetahui bagaimana
munculnya kaum gay ke media-media ataupun menjadi pembicaraan yang cukup
umum di negara ini. Di dunia perfilman Indonesia sendiri sudah mengekspos
mengenai homoseksual ini dimulai pada film yang beredar tahun 1988 yang
diperankan oleh Mathias Muchus, yang berjudul Istana Kecantikan. Lanjut ke
tahun 2003 film yang cukup tenar berjudul Arisan yang diperankan oleh Tora
Sudiro, Cut Mini, dan Surya Saputra. Film Arisan (2003) ini mendapatkan respon
yang cukup positif dalam dunia perfilman Indonesia, dan merupakan salah satu film
lokal terbaik yang pernah ada. Lanjut pada tahun 2007 muncul film berjudul Coklat
Stroberi yang juga menceritakan dua pria yang saling mencinta tinggal dalam satu
rumah.
Jauh dari semua masalah yang terjadi, yang paling penting dari kehidupan ini
adalah sebuah pengakuan. Seperti layaknya pengakuan sebagai mahkluk hidup yang
berhak untuk hidup dan berinteraksi dengan orang tua, keluarga, serta merta dengan

masyarakat. Sesuai dengan penuturan teman penulis sebut saja Ferry, yang seorang
gay, yang mana hanya berani jujur bahwa Ferry adalah gay hanya kepada orangorang yang dikenalnya dekat dan sesama gay, tidak dengan orang tua dan temanteman kampusnya, terkecuali mereka berpikiran open minded dan mampu
menerimanya di lingkungan mereka setelah mengaku. Maka dari itu kaum gay ini
memiliki dan membuat berbagai macam organisasi yang menaungi mereka untuk
menjembatani mereka dengan masyarakat luas. Ada satu komunitas yang cukup aktif
saat ini di Aceh adalah Komunitas Terkait.
Problem paling dasar yang ditemukan adalah kaum gay berinteraksi secara
interpersonal dengan orang lain (misalnya teman, kerabat, keluarga, anggota
masyarakat dan lain sebagainya) tidak selalu memberikan respon yang diharapkan.
Melalui proses ini, kaum gay akan memikirkan apa saja dampak-dampak komunikasi
interpersonal yang akan terjadi, misalnya adalah ketika mereka tidak ingin
identitasnya diketahui oleh orang lain dan atau bagaimana respon orang lain setelah
mengetahui identitasnya dirinya sebagai gay.
Merupakan hal yang menarik untuk mengetahui bagaimana proses
komunikasi yang dilakukan oleh kaum gay untuk dapat diterima oleh masyarakat
serta keluarga, apalagi seperti yangdiketahui bahwa hal itu bukanlah hal yang mudah
untuk dapat dilakukan melalui percakapan normal pada umumnya. Dari kaum
gayini sendiri ada memiliki sifat yang tertutup dan ada juga yang berani terangterangan menunjukkan jati dirinya didepan umum.
Berdasarkan data yang diperoleh dari komunitas terkait keseluruhan jumlah
dari gay yang ada di Banda Aceh 200 orang. Jumlah anggota yang terdaftar dalam
komunitas ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1
Daftar Jumlah Anggota Komunitas Terkait di Kota Banda Aceh
No.

Jumlah Anggota

Tahun

1
2
3
4

10 orang
20 orang
25 orang
35 orang

2007
2008
2009
2010

5
6
7

40 orang
38 orang
39 orang

2011
2012
2013

8
45 orang
Sumber: (Komunitas Terkait;2014)

2014

Di Indonesia, meskipun kata gaysangat dikenal, ternyata kata ini tidak


terdaftar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI). Sebaliknya, kata
lesbianjustru tercantum dengan arti wanita yang mencintai atau merasakan
rangsangan seksual sesama jenisnya; wanita homoseks. Malahan ada orang yang
menggunakan istilah homo untuk mengacu kepada penyuka sesama laki. Padahal
sesuai dengan KBBI, homo merupakan bentuk singkat dari homoseksual, yang berarti
kecenderungan untuk tertarik kepada orang lain yang sejenis. Defenisi serupa juga
dapat ditemukan di Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer yang disusun Peter Salim
dan Yenny Salim (Edisi kedua, 1995).
Oleh beberapa sebab diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti fenomena
ini.Banda Aceh menjadi lokasi penelitian ini, karena memiliki banyak hal yang harus
dipertimbangkan, mulai dari adat istiadat, peraturan hukum di daerah syariah ini.
Berkembang pesatnya gay di Banda Aceh menjadi salah satu kondisi yang patut
untuk dipertimbangkan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari apa yang terurai diatas, maka peneliti menetapkan rumusan masalahnya
adalah bagaimana komunikasi interpersonal kaum gay di kota Banda Aceh dengan
sesama, keluarga, dan masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuannya diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui komunikasi
interpersonal kaum gay di kota Banda Aceh dengan sesama, keluarga, dan
masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Akademis
Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini bisa dijadikan informasi
bagi lembaga pendidikan untuk memperhatikan komunikasi sosial didalam
ruang lingkup gay.
2. Masyarakat/sosial
Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam kehidupan seharihari dalam lingkungan masyarakat juga acuan dalam bersikap dan
perilaku.
3. Bagi penulis
Menambah wawasan bagi penulis mengenai komunikasi interpersonal
dalam komunikasi itu sendiri, untuk selanjutnya dijadikan acuan dalam
bersikap dan perilaku.

4. Peneliti selanjutnya
Sebagai informasi serta bahan bagi peneliti-peneliti berikutnya yang akan
mengembangkan mengenai komunikasi interpersonal kaum gay antar
sesama, keluarga, dan juga masyarakat.
1.5 Sistematika Penulisan
BABI: PENDAHULUAN
Pada bab ini, penulis menjelaskan tentang latar belakang dari permasalahan yang
diambil pada penelitian ini yang kemudian dirumuskan sehingga kiranya dapat
menjelaskan pokok dan topik pembahasan yang terjadi pada penelitian ini
disertai juga dengan tujuan dan kegunaan dari penelitian yang akan dilakukan.
BABII: LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang teori yang digunakan dan kerangka
konsep yang telah penulis tentukan berdasarkan atas permasalahan yang terjadi
didalam penelitian ini.
BAB III: METODE PENELITIAN
Menjelaskan tentang objek penelitian yang telah ditentukan dan dilakukan oleh
peneliti yang nantinya dipergunakan untuk memperoleh data dan hasil dari
penelitian ini.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasannya berdasarkan deskripsi
objek penelitian yang dilengkapi dengan data-data yang telah disusun sehingga
menggambarkan segala hasil dan kesimpulan yang didapat dari penelitian yang
telah dilakukan.
BAB V: PENUTUP
Berisikan kesimpulan secara keseluruhan yang ditarik dari hasil penelitian dan
saran.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Landasan Konseptual


Menurut Masri Singarimbun (2010), konsep adalah generalisasi dari
sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan
berbagai fenomena yang sama. Konsep berisikan pengertian mengenai persoalan
yang dirumuskan sesuai dengan maksud yang diinginkan.
Dengan demikian, defenisi konsep merupakan abstraksi teoretis berupa
kesimpulan tentang suatu konsep dari sejumlah teori dari berbagai sumber lain.
Dalam penelitian ini yang perlu didefinisikan sebagai konsep penelitian adalah
komunikasi interpersonal kaum gay dengan sesama, keluarga dan masyarakat.

2.1.1. Pola Komunikasi


Fowler dan Couslum dalam Hartini (2009: 32) Pola atau pattern adalah suatu
model, desain, rancangan dari sesuatu hal yang dibuat. Hubungannnya dengan
komunikasi tergambar dari proses komunikasi itu sendiri yang mengikuti alur atau
kaidah tertentu. Kaidah ini juga mengatur gaya komunikasi dalam konteks sosial.
Seseorang akan mengubah cara berkomunikasinya tergantung dengan siapa yang
berbicara di hadapannya. Hubungan bentuk dan fungsi komunikasi inilah yang
membentuk suatu pola komunikasi.
Pemulaan pola komunikasi terjadi pada tingkat terntentu, pada tingkat
masyarakat komunikasi biasanya berpola dalam bentuk fungsi, kategori, ujaran,
sikap, dan konsepsi tentang bahasa dari penutur. Komunikasi juga berpola menurut
peran tertentu dalam suatu masyarakat, misalnya jenis kelamin, usia, status sosial, dan
7

jabatan. Cara bicara juga berpola tergantung tingkat pendidikan, tempat tinggal di
perkotaan atau pedesaan, ciri geografis dan lain sebagainya. Komunikasi berpola
pada tingkat individual yaitu pada tingkat ekspresi dan intepretasi kepribadian.
Memahami pola-pola komunikasi yang hidup dalam suatu masyarakat atau komunitas
yang memiliki kaidah yang sama untuk berkomunikasi, akan memberikan
gambaran umum dari perilaku komunikasi masyarakat tersebut (Hartini dan
Kartasaputra, 2009: 33).

2.1.2. Pengertian Homoseksual


Homoseksualitas adalah kesenangan yang terus menerus terjadi dengan
pengalaman erotis yang melibatkan teman sesama jenis, yang dapat atau tidak dapat
dilakukan dengan orang lain atau dengan kata lain , homoseksualitas membuat
perencanaan yang disengaja untuk memuaskan diri sendiri dan terlibat dalam perilaku
dengan sesama jenis (Olson, 2000: 10). Homoseksual juga dapat diartikan sebagai
orientasi atau pilihan seks yang diarahkan kepada orang atau ketertarikan dari jenis
kelamin yang sama (Oetomo, 2001: 6).
Dengan demikian istilah homoseks dapat melibatkan laki-laki atau perempuan
yang menyukai sesama jenis. Meskipun demikian pada kenyataan kaum homoseks
biasanya lebih mengacu pada laki-laki yang menyukai sesama jenis dan jika hal itu
terjadi pada wanita, maka akan disebut sebagai lesbi, dan laki-laki sebagai gay
(Oetomo, 2001: 8).
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa homoseksualitas
adalah ketertarikan secara emosional, atau kasih sayang, maupun secara erotik
terhadap sesama jenis, atau tanpa hubungan fisik.

2.1.3. Bahasa dalam Sub-Kultur Kaum Homoseksual


Setiap orang yang memiliki latar belakang berbeda, tentu memiliki cara
berbicara yang berbeda pula. Perbedaan ini menyangkut dialek, intonasi dan
pemilihan kosakata yang digunakan saat berbicara.
Bahasa adalah institusi sosial yang dirancang, dimodifikasi dan dikombinasi
untuk memenuhi kebutuhan perubahan dari budaya dan sub-budaya. Karena bahasa
dari budaya yang satu berbeda dengan bahasa dari budaya yang lainnya, dan sama
pentingnya bahasa subkultur satu dengan bahasa subkultur lain. (Montgomery, dalam
Devito, 1997: 157).
Ada dua pengelompokan bahasa, yaitu bahasa verbal dan non-verbal. Bahasa
verbal merupakan bahasa yang disampaikan secara langsung, sedangkan bahasa nonverbal adalah bahasa yang diungkapkan dengan penggunaan mimik wajah, gerak
tubuh yang dipancarkan dari panca indera si komunikator atau komunikan. Tidak ada
struktur pasti dan tetap dalam bahasa verbal dan non-verbal, karena kedua bentuk
bahasa ini terjadi secara spontan dan serentak.
Dalam pembahasan ini yang dimaksud subkultur adalah kelompok dari
kultur yang besar. Hal ini berdasarkan atas wilayah, pekerjaan, orientasi afeksi, guru,
heteroseksual, bahkan homoseksual. Semua ini dapat dipandang sebagai subkultur,
tergantung pada konteksnya.
Karena minat yang sama bisa menjadi sebuah subkultur (munculnya
kelompok-kelompok), sub bahasa muncul. Istilah bahasa digunakan oleh subkultur
tertentu yang kultur didalamnya lebih dominan. Ada beberapa jenis subbahasa yang
banyak dikenal seperti argot, cost, jargon, dan slang (Sihabudin, 2011: 80).

10

Bahasa gaul kaum homoseksual menurut penelitian yang peneliti lakukan


menemukan sejumlah kata yang sering digunakan , misalnya duta (uang), sapose
(siapa), kemandro (kemana), lekong (laki-laki), maharani (mahal), nek/chint/cun/mak
(panggilan akrab untuk homoseksual), lesbong (lesbi), sekong (gay), cucox
(keren/cakep), rexona (rokok), inang (iya), gedong (besar), kelinci (kecil).
Sebagian besar penggunaan bahasa gaul kaum homoseksual hampir sama
dengan bahasa gaul yang digunakan kaum waria. Sehingga bahasa gaul yang
digunakan kaum homoseksual dalam komunitasnya serta kaum waria sama-sama
menggunakan kosakata yang sama.

2.1.4. Penyebab Homoseksual


Beberapa teori analitis menyebutkan bahwa, homoseks muncul atau datang
dari keluarga dengan peran ibu yang dominan dan ayah yang pasif dan kurang
berwibawa. Peran ibu yang terlalu dominan dan otoriter serta peran dan tanggung
jawab seorang suami yang melepaskan kewajibannya sebagai kepala keluarga dilihat
oleh seorang anak, maka anak akan menjadi sulit untuk melihat dan menilai
seksualitasnya. Selain itu didikan yang terlalu keras akan membuat psikologi anak
terganggu yang mengakibatkan timbulnya tindakan yang tidak diinginkan dari
imajinasi anak tersebut.
Homoseksualitas terjadi dalam banyak tingkatan dan memiliki banyak
penyebab, diantaranya banyak yang terjadi diluar kendali individu itu sendiri.
Seseorang dengan 20 atau 30 persen kecenderungan terhadap homoseksual akan
merasa lebih diubah dalam orientasi heteroseksual sepenuhnya daripada orang
dengan kecenderungan homoseksual sebanyak 80 atau 90 persen.

11

Selain pengaruh dari keluarga yang menyebebkan seseorang menjadi


homoseksual. Didasarkan oleh teori homoseksual dr. Wimpie Pangkahila
menyebutkan ada empat kemungkinan penyebab homoseksual:
1. Faktor biologis, yaitu ada kelainan otak atau genetik
2. Faktor

Psikodinamik,

adalah

adanya

gangguan

perkembangan

psikoseksual pada anak


3. Faktor sosiokultural, yakni adat-istiadat yang memperlakukan hubungan
homoseksual dengan alasan tertentu yang tidak benar
4. Faktor lingkungan, yaitu keadaaan lingkungan yang memungkinkan atau
mendorong pasangan sesama jenis menjadi lebih akrab dan erat.

2.1.5. Pengertian Komunitas


Kamus Besar Bahasa Indonesia mencatat bahwa komunitas adalah kelompok
sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki
ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di
dalamnya memiliki maksud, tujuan, kepercayaan, sumber daya, preferensi,
kebutuhan, resiko, dan kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin
Communitas yang artinya adalah kesamaan, kemudian diturunkan menjadi
Communis yang berarti sama, publik, atau dibagi oleh banyak orang.
Komunitas yang memiliki arti kumpulan orang (lebih dari tiga orang) yang
memiliki kesamaan minat atau bakat, untuk mengembangkan potensi yang terdapat
pada

setiap

individu.

Komunitas

tidak

bersifat

mengikat

(bebas)

dalam

mengekspresikan diri. Sementara itu orientasi keberadaan komunitas tergantung dari


tujuan suatu komunitas dibentuk (Arif, 2009: 35).

12

Komunitas adalah sebuah indentifikasi dan interaksi sosial yang dibangun


dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional (Sunarno, 2002). Kekuatan pengikat
suatu komunitas, terutama adalah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan
sosial yang biasanya didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi, dan
sosial ekonomi. Di samping itu secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh
batas lokasi atau wilayah geografis. Masing-masing komunitas, karenanya akan
memiliki cara dan mekanisme yang berbeda dalam menanggapi dan mengomunikasi
keterbatasan yang dihadapinya serta mengembangkan kemampuan kelompoknya.
2.1.6. Gay dan Dinamikanya
1. Gay
Sebutan gay seringkali digunakan untuk menyebutkan pria yang
memiliki kecenderungan mencintai sesama jenis. Defenisi gay sendiri yakni
lelaki yang mempunyai orientasi seksual terhadap sesama lelaki (Duffy &
Atwater, 2005).
Dari hasil wawancara penulis terhadap salah seorang gay berinisial F
menjelaskan pada umumnya ciri-ciri seorang gay yaitu sedikit kemayu,
pakaian yang digunakan berwarna mencolok, dengan ukuran slim fit untuk
sedikit menonjolkan postur badan, dan biasanya menggunakan celana ketat,
untuk hal style rambut biasanya mengikuti trend terkini, berbicara dengan
orang lain biasanya ceplas ceplos, dan selalu berolah raga untuk menjaga
penampilan tubuh.
2. Jenis-jenis Gay
Pada buku yang berjudul Gay Men and Anal Eroticim: Tops,
Bottoms, and Versatiles, (Steven Gregory Underwood, 2003) maka gay
dibagi kedalam tiga jenis, yakni:

13

a. GayTop
Topdi sini adalah peran seorang gay yang melakukan penetrasi dalam
melakukan aktivitas seksualnya. Top juga dapat digambarkan sebagai identitas
seorang gay yang lebih luas, yang melibatkan dominasi dalam hubungan
romantis maupun seksual. Namun ketentuan ini bukan unsur yang diperlukan
untuk menjadi top.
Biasanya gay yang berperan sebagai top berperawakan berdandan
sangat lelaki dan tidak kelihatan kalau mereka gay. Untuk saat ini sedang
ngetrend Top Lady; top yang memiliki sifat kewanita-wanitaan
b. GayBottom
Bottomdi sini berarti adalah peran seorang gay yang menerima
penetrasi dari gaytop. Bottom juga digambarkan pula yang lebih feminim
dalam hubungan romantis, dan dalam role sex nya dipersepsikan menjadi
perempuannya.
Biasanya gay yang berperan sebagai bottom ini lebih mudah terlihat
ke-gay-annya, karena rata-rata dari mereka bersikap feminim baik perilaku
maupun penampilannya. Ada juga diantara mereka yang berpenampilan
maskulin dan tidak begitu kelihatan, namun jumlahnya tidak banyak.
c. GayVersatile
Versatile dikenal sebagai switch, merujuk kepada orang yang
menikmati top maupun bottom, atau menjadi dominan maupun patuh, dan
dapat bergantian antara dua situasi seksual. Steven G. Underwood juga
menuliskan:

14

The reciprocal scenario, where both men take turns fucking each
other, is often exercised as a celebration of equality. What sets this secenario
apart from the other is the versatility of the men involved. Versatility is a
unique and important feature of male anal sex. Some men consider it
liberating;() Versatility to them is akin to speaking two different languages.
It requires a special kind of playfulness, creativity, curiosity, and
coordination.
Skenario timbal balik, dimana lelaki bersenggama bergantian sesama
mereka, sering dilakukan sebagai perayaan kesetaraan. Yang membuat
scenario ini terpisah dari yang lain adalah fleksibilitas dari laki-laki yang
terlibat. Fleksibilitas adalah fitur unik dan penting dari seks anal laki-laki;
() Fleksibilitas mereka mirip dengan berbicara dua bahasa yang berbeda.
Hal ini membutuhkan jenis khusus dari main-main, kreativitas, rasa ingin
tahu, dan koordinasi.
Pada buku An Encyclopedia Human Sexuality karya Vern L.
Bullough dan Bonnie Bullough (1994), disebut bahwa:
In large cities in the United States, gay men are for the most part
expected to be versatile, not only in top versus bottom roles (if any) but also in
the choice of particular act (e.g., oral, anal, masturbatory).
Di kota-kota besar di Amerika Serikat, pria gay diharapkan sebagian
besar menjadi fleksibel, tidak hanya aturan top melawan bottom saja (jika ada)
tetapi juga dalam tindakan pilihan tertentu (misalnya, oral, anal, masturbasi).
Versatile sendiri dapat dibagi menjadi 3, dari versatile top yaitu gay
yang berperan sebagai cowoknya, namun sesekali mau menjadi bottom,
berbeda dengan top, yang sama sekali tidak mau menjadi bottom. Selanjutnya
versatile (vers) yaitu gay yang bisa menjadi top maupun bottom. Cowok
versatile ini memiliki banyak keuntungan, karena lebih gampang bergaul dan
lebih cenderung cepat dapat teman. Terakhir ada versatile bottom yang
kebalikan dari versatile top, hanya sesekali menjadi top, lebih sering menjadi
bottom.

15

2.2 Landasan Teoretis


Landasan teori adalah membahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan
permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini. Teori-teori yang digunakan adalah
untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian yang dianggap paling relevan untuk
menganalisis objek penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
komunikasi interpersonal.

2.2.1. Teori Komunikasi Antar Pribadi (Komunikasi Interpersonal)


Merujuk pada rumusan masalah penelitian, dimana semua permasalah berasal
dari konsep pribadi. Ini artinya komunikasi antar pribadi sebagai landasan dasar bagi
seseorang untuk melakukan interaksi atau berhubungan dengan komunitas atau lawan
bicaranya.
1. Pengertian komunikasi antar pribadi
Komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai proses pertukaran
makna yang terjadi diantara orang-orang yang saling berkomunikasi (Komala,
2009: 98). Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi

yang

berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka seperti yang
dinyatakan interpersonal communication involving two or more people in a
face to face setting (Cangara, 2007: 32).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar
pribadi merupakan proses penyampaian pesan yang dilakukan secara langsung
atau tatap muka dan bersifat pribadi yang dilakukan oleh minimal dua orang.
Komunikasi antar pribadi mampu menjalin keakraban antara komunikator dan
komunikannya. Hal ini disebabkan karena komunikasi yang terjadi sifatnya

16

langsung, sehingga dapat menciptakan keterbukaan dan saling merasakan


ketergantungan yang pada akhirnya terjadi hubungan yang lebih dekat, serta
membentuk kerja sama dalam melakukan sesuatu.
1.1. Karakteristik komunikasi antar pribadi
Dikutip dari buku S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi (1994, 41)
menyebutkan bahwa Judy C. Pearson (1983) mengatakan komunikasi
antar pribadi memiliki karakteristik tertentu, yaitu:
a. Komunikasi antar pribadi dimulai dengan diri pribadi yang dibatasi
oleh siapa diri pribadi (self) dan bagaimana permasalahannya.
b. Komunikasi antar pribadi bersifat transaksional mengacu kepada
tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi dan secara serentak
menyampaikan dan menerima pesan.
c. Komunikasi antar pribadi tidak hanya mencakup aspek-aspek isi
pesan dan hubungan antar pribadi, dan tidak hanya berkenaan
dengan isi pesan yang diperlukan, tetapi ikut melibatkan siapa
perantara komunikasinya, dan bagaimana hubungan antara si
komunikator dan komunikan tersebut.
d. Komunikasi antar pribadi mengisyaratkan adanya kedekatan fisik
antara pihak-pihak yang berkomunikasi.
e. Komunikasi antar pribadi melibatkan pihak-pihak yang saling
bergantung satu dengan yang lainnya dalam proses komunikasi.
f. Komunikasi antar pibadi tidak bisa diubah atau diulang.

17

Komunikasi antar pribadi berlangsung antar dua individu, oleh


karenanya pemahaman komunikasi dan hubungan antar pribadi
menempatkan

pemahaman

mengenai

komunikasi

dalam

proses

psikologi. Hal terpenting dari aspek psikologi dalam komunikasi adalah


asumsi bahwa diri pribadi individu terletak dalam diri individu dan tidak
mungkin diamati secara langsung. Artinya, pengamatan terhadap
seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan pada
persepsi si pengamat.
Fungsi

psikologis

dari

komunikasi

adalah

untuk

mengintepretasikan tanda-tanda melalui tindakan atau perilaku yang


dapat diamati. Proses intepretasi yang terjadi pada setiap individu
tentunya berbeda, karena setiap individu memiliki kepribadian yang
berbeda, yang terbentuk karena pengalaman yang berbeda pula.

1.2. Jenis-jenis komunikasi antar pribadi


Wayne Pace dalam Cangara (2007: 32-33) mengatakan bahwa
jenis komunikasi dibedakan menjadi dua macam:
a. Komunikasi diadik
Dalam definisi ini, kita mendefinisikan komunikasi antarpribadi
sebagaikomunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang
mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Komunikasi diadik
menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan,
dialog dan wawancara.

18

b. Komunikasi kelompok kecil


Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang
berlangsung antara tiga orang atau lebih secara bertatap muka, dimana
anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya. Tidak ada
batas yang menentukan secara tegas berapa besar jumlah anggota
suatu kelompok kecil. Biasanya antara dua sampai tiga orang, bahkan
ada yang mengembangkan sampai dua puluh sampai tiga puluh orang,
tetapi tidak lebih dari lima puluh orang.

1.3. Hambatan-hambatan komunikasi antar pribadi


Dalam berkomunikasi tentunya memiliki hambatan yang
dihadapi. Terdapat tiga hambatan yang terjadi dalam komunikasi antar
pribadi, yaitu:
a. Hambatan mekanin
Merupakan gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi
atau kegaduhan yang bersifat fisik.
b. Hambatan sistematik
Berkaitan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi
rusak.
c. Hambatan manusiawi
Merupakan gangguan yang terjadi pada diri komunikan maupun
komunikator, seperti adanya motivasi untuk melakukan sesuatu yang
benar, sesuai keinginan, kebutuhan, dan kekurangan. Juga termasuk
didalamnya adalah prasangka.

19

1.4. Efektifitas komunikasi antar pribadi


Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang paling
efektif dalam merubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang.
Terdapat beberapa macam efektifitas komunikasi antar pribadi, yaitu:
a. Keterbukaan
b. Empati
c. Dukungan
d. Spotifitas, dan
e. Kesetaraan
1.5. Hubungan komunikasi antar pribadi
Hubungan komunikasi antar pribadi berlangsung secara beberapa
tahap, terdapat lima tahap dalam komunikasi antar pribadi, yaitu:
1. Kontak, pada tahap ini ada beberapa persepsi alat indera, yaitu
melihat, mendengar, dan membaui seseorang. Tahap awal ini
menentukan

seseorang

untuk

menentukan

seseorang

untuk

memutuskan melanjutkan ketahap berikutnya atau menghentikan


langkahnya untuk berkomunikasi dengan lawan bicaranya.
2. Keterlibatan, tahap keterlibatan adalah tahap mengenal lebih jauh.
Ketika

seseorang

mengikat

dirinya

untuk

mengenal

dan

mengungkapkan diri kepada orang lain. Hal ini termasuk pada


hubungan romantis jika seseorang sedang berkencan pada tahap ini.
3. Keakraban, pada tahap keakraban ini seseorang mengikat dirinya
lebih jauh dengan orang lain, bisa disebut dengan menjalin
hubungan primer. Bentuknya seperti menjadi sahabat baik, atau
kekasih.

20

4. Perusakan, dua tahap setelah beberapa tahap sebelumnya adalah


penurunan hubungan, yaitu melemahnya ikatan hubungan. Tahap ini
adalah tahap dimana seseorang yang menjalin ikatan akrab tadi
merasa hubungannya tidaklah sepenting apa yang dipikirkan
sebelumnya. Semakin jauh hubungannya dijalani, semakin sedikit
waktu yang dihabiskan bersama. Apabila pertemuan terjadi, maka
interaksinya pun semakin merenggang.
5. Pemutusan, tahap ini adalah tahap paling akhir yang terjadi dalam
proses

komunikasi

antar

pribadi.

Dimana

seseorang

yang

merenggang hubungannya menjadi semakin jauh dan merasa tidak


cocok satu sama lain, sehingga ia mengambil tindakan pemutusan.
Bisa disebut dengan hubungan yang terjalin berdampak negatif,
sehingga di lakukan pemutusan pertalian hubungan dari kedua
pihak. Begitu juga dalam pengungkapan diri dari kaum homoseksual
itu sendiri terhadap komunitasnya. Dalam bentuknya, bisa jadi
mereka memutuskan hubungan dengan pasangannya baik berupa
mengakhiri hubungan asmaranya, bahkan pemutusan hubungan
untuk kembali dengan segala romantisme dengan melakukan
perbaikan dalam hubungan mereka.

21

2.3 Penelitian Terdahulu


Komunikasi Interpersonal Gay(Studi Tentang Pengalaman Komunikasi
Interpersonal Gay dengan Masyarakat, Keluarga dan Pasangan di Kelurahan
Setiabudi Jakarta Selatan). Judul ini menjadi pilihan yang menarik jika diteliti di
daerah Aceh, Banda Aceh khususnya.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah kesamaannya
dalam meneliti kasus yang serupa direntang tahun yang cukup berbeda jauh. Sama
juga dalam metode penelitiannya menggunakan teori komunikasi interpersonal untuk
meneliti fenomena yang terjadi dalam lingkungannya.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi yang
cukup berbeda, kultur adat di lokasi masing-masing tempat penelitian sungguh jauh
berbeda. Objek ini dipilih karena merupakan sesuatu yang sungguh menarik untuk
diperhatikan, dipahami, dan mengetahui keberadaan kaum gay ini sebagai sebuah
realita hidup ditengah tengah masyarakat yang berstatus normal.
Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis dalam menentukan
judul dari skripsi ini. Ada penelitian yang dilakukan oleh Novetri (2003) dengan judul
Fenomena Gay di Surabaya: Studi Ekspalanatif Melalui Grounded Theory Pada
Gay dan Masyarakat Surabaya. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bagaimana
fenomena penerimaan masyarakat terhadap gay digolongkan menjadi 4 kelompok
yaitu: pertama adalah yang tidak setuju, kedua adalah kelompok yang cenderung
menerima, ketiga adalah kelompok yang beranggapan bahwa menjadi gay adalah hak
asasi, keempat adalah kelompok yang beranggapan bahwa gay adalah sumber
penularan penyakit kelamin. Serta dalam penelitian ini juga memaparkan tentang

22

adanya konflik dalam keagamaan yang dialami mereka secara umum.


Penelitian lainnya yang dilakukan Hartanto (2006) yang berjudul: Aku
Memang Gay (Studi Kasus Tentang Konsep Diri Homoseks di Kota Yogyakarta).
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis pendekatan
kualitatif dengan studi kasus, subjek dari penelitian ini adalah 3 orang gay yang
diambil secara purposive sampledi kota Yogyakarta berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Konsep diri dalam penelitian ini dimaknai sebagai keyakinan yang
dimiliki individu mengenai perasaan yang dimilikinya. Konsep diri dalam penelitian
ini meliputi 3 dimensi konsep diri yaitu: pengetahuan, harapan dan penilaian. Hasil
dari penelitian ini mendeskripsikan bahwa gay memiliki konsep diri yang positif
walaupun masih ada kecenderungan menutup diri ditengah masyarakat.
Dan kemudian ada lagi penelitian milik Ilham Akbar (2010) yang mengupas
mengenai

Pola

Komunikasi

Antarpribadi

Kaum

Homoseksual

terhadap

Komunitasnya di Kota Serang (Studi Fenomenologi Komunikasi Antarpribadi


Komunitas Gay di Kota Serang Banten). Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
pola komunikasi antarpribadi yang dilakukan homoseksual berdasarkan 4 informan
berbeda-beda sesuai dengan kepribadian individu. Menurut hasil penelitian ini juga
menyatakan untuk melihat seseorang itu homoseksual atau bukan dapat dilihat dari
gaya berbicar ayang ditampilkan. Artinya hasil penelitian dari informan menyatakan
bahwa setiap individu homoseksual memiliki insting tersendiri ketika mereka
bertemu dan berhubungan dengan sesama jenis untuk memutuskan laki-laki tersebut
homoseksual atau tidak.

23

2.4 Kerangka Penelitian


Gambar 2.1. Kerangka Penelitian

Perhatian

Gagasan

Teori

Fenomena gay di
kota Banda Aceh

Komunikasi kaum
gay

Komunikasi
interpersonal

Landasan
Konseptual

Metode Penelitian

Subjek Penelitian

Deskriptif
kualitatif

Kaum gay
Banda Aceh

Komunikasi antar
pribadi antara
kaum gay dengan
sesama, keluarga &
masyarakat

Observasi

Analisis

Mengumpulkan data untuk


analisis dan intepretasi

Analisis data dan


kesimpulan

Aplikasi
Laporan hasil dan
menarik kesimpulan

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian yang berjenis deskriptif kualitatif.
Datayang dihasilkan nantinya seperti pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan,
catatan lapangan akan segera dilakukan analisis data dengan memperkaya informasi,
mencari hubungan, dan membandingkan. Hasil analisis data berupa pemaparan
mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif.
Definisi kualitatif menurut Jonathan Sarwono (2006: 193) adalah proses,
pemahaman, kompleksitas, interaksi dan manusia. Proses dalam melakukan penelitian
merupakan penekanan dalam riset kualitatif. Oleh karena agar bisa dilakukan lebih
mendalam, penelitian ini difokuskan pada komunikasi sehari-hari baik kepada
sesama, keluarga, serta masyarakat yang dilakukan oleh kaum gay dalam komunikasi
interpersonal.

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Banda Aceh. Komunitas gay ini
sendiri biasanya berkumpul di kampung Mibo, Kecamatan Banda Raya, Banda Aceh.
Untuk melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari banyak dari gay ini, dilakukan
diseputaran Banda Aceh, mulai dari bekerja, kuliah, ataupun untuk melakukan
aktivitas lain.

24

25

3.3 SubjekPenelitian
Moleong (2010: 32) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan,
yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dari defenisi tersebut, Moeliono
(1993: 862) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai orang yang diamati sebagai
sasaran penelitian.
Maka subjek dalam penelitian ini yaitu kaum gay yang tergabung dalam
komunitas homoseksual, yaitu yang menjadi bagian dari komunitas.

3.4 Objek Penelitian


Husein Umar (2007: 303) mengemukakan bahwa objek penelitian
menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian dilakukan, bisa
juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu. Serupa tapi tidak sama menurut
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2007: 56) menyatakan objek penelitian
adalah karakteristik tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda
untuk unit atau individu yang berbeda atau merupakan konsep yang diberi lebih dari
satu nilai.
Maka dari itu objek dalam penelitian ini yaitu segala bentuk interaksi
komunikasi interpersonal baik itu verbal maupun non verbal dan opini antara kaum
gayyang terjadi di lingkungan sesama, keluarga, dan masyarakat.

3.5 Pemilihan Informan


Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama
dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Penelitian kualitatif tidak

26

digunakan istilah populasi. Teknik sampel yang digunakan oleh peneliti adalah
purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2009:85). Selanjutnya menurut Arikunto (2010: 183) pemilihan
sampel secara purposive pada penelitian ini akan berpedoman pada syarat-syarat yang
harus dipenuhi sebagai berikut :
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang
paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subject)
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan
Informan kunci yang diambil peneliti sebanyak 5 orang sesuai dengan latar
belakangnya masing-masing sebagai gay. Purposive sampling juga disebut
judgemental

sampling,

yaitu

pengambilan

sampel

berdasarkan

penilaian

(judgement) peneliti mengenai siapa-siapa saja yang pantas (memenuhi persyaratan)


untuk dijadikan sampel. Oleh karenanya agar tidak sangat subjektif, penulis harus
punya latar belakang pengetahuan tertentu mengenai sampel dimaksud (tentu juga
populasinya) agar benar-benar bisa mendapatkan sampel yang sesuai dengan
persyaratan atau tujuan penelitian (memperoleh data yang akurat).
Penulis dalam hal ini memiliki beberapa kriteria dalam pemilihan informan ini
sendiri, antara lain:
1. Informan adalah gay.
2. Untuk informan utama atau kunci, peneliti menentukan pada seseorang yang
mengetahui seluk beluk gay dalam komunitas terkait itu sendiri.

27

3. Memiliki pengalaman dan wawasan yang cukup luas mengenai dunia gay
secara umum.
4. Jumlah informan adalah 5 orang.
Dengan menggunakan kriteria di atas maka diperoleh informan yang namanamanya disamarkan yaitu:

No

Tabel 3.1
Daftar Informan Penelitian
Nama
Umur

Suku

Jaldi

23 Tahun

Aceh

Rio

29 Tahun

Aceh

Maharani

25 Tahun

Aceh

Putra

27 Tahun

Aceh

Juni

26 Tahun

Aceh

3.6 Cara Pengumpulan Data


Dalam pelaksanaan penelitian deskriptif kualitatif dilakukan dengan 3 cara
yaitu:
1. Observasi
Data untuk menjawab masalah penelitian dapat dilakukan pula dengan
pengamatan (observasi), yakni mengamati gejala yang diteliti. Dalam hal ini panca
indra manusia (penglihatan dan pendengaran) diperlukan untuk menangkap gejala
yang diamati. Apa yang ditangkap tadi, dicatat dan selanjutnya catatan tersebut
dianalisis. (Adi, 2004: 70).

28

Tujuan pengamatan terutama membuat catatan atau deskripsi mengenai


perilaku dalam kenyataan serta memahami perilaku tersebut, atau ingin mengetahui
frekuensi atau kejadian (Adi, 2004: 70).
Dalampenelitian ini, peneliti melakukan pengamatan awal ke komunitas
terkait dengan mengamati segala kegiatan yanng terjadi di dalam organisasi tersebut.
Dimulai melalui kegiatan sehari-hari dari objek penelitian yang akan diteliti nantinya,
hingga ikut terjun langsung ke tiap-tiap kegiatan yang dilaksanakan oleh komunitas
terkait itu sendiri.

2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan
komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antarapengumpul data
(pewawancara) dengan sumber data (responden). Komunikasi tersebut dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung
menggunakan daftar pertanyaan yang telah dijawabnya itu kepada peneliti. Secara
langsung wawancara dilakukan dengan cara face to face, artinya peneliti
(pewawancara) berhadapan langsung denganresponden untuk menanyakan secara
lisan hal-hal yang diinginkan dan jawaban responden dicatat oleh pewawancara. (Adi,
2004: 72).
Wawancara dilakukan dengan membuat pedoman wawancara. Namun, dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Wawancara ini termasuk kedalam
wawancara semistruktur yang bertujuan menemukan permasalahan lebih terbuka,
dimana informan yang menjadi subjek penelitian diminta pendapat dan ide-idenya,

29

seperti bagaimana komunikasi yang terjalin dengan sesama gay, keluarga, juga
masyarakat yang berhubungan langsung dengan subjek penelitian.
3. Dokumentasi
Dilakukan dengan menyimpan data-data yang telah dikumpulkan peneliti
terkait dengan penelitian ini. Data disimpan baik dalam bentuk narasi maupun tabel.
Selain itu, dokumentasi juga dilakukan dengan mempelajari buku yang berhubungan
dengan masalah penelitian yang terdahulu atau pola penelitian ulangan, literatur yang
berkaitan dengan objek yang diteliti.
3.7 Cara Menganalisis Data
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif,
yaitu sebuah cara penelitian dengan menyimpulkan data yang diperoleh di lapangan
dan menjelaskan/menggambarkannya secara jelas dan mendetil.
Adapun tahapan-tahapan dalam analisis data penelitian ini, sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan
terperinci. Laporan yang disusun kemudian direduksi, dirangkum, dipilih halhal pokok, difokuskan pada hal pokok dan dicarikan temanya.
2. Display Data
Data yang diperoleh diklasifikasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat
matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat hubungan suatu data
hasil wawancara dengan data yang lain.
3. Mengambil kesimpulan dan verifikasi
Peneliti membuat kesimpulan melalui data-data yang sudah direduksi dan
display data.

30

3.8Uji Keabsahan Data


Pada penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber data. Menurut
Moloeng (2007:330-331), trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak
digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi dengan sumber
artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan masyarakat dari berbagai kelas.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Dalam penelitian ini, tidak dilakukannya triangulasi antar metode. Mengingat
bahwa penelitian ini dilakukan oleh satu orang peneliti dan hanya menggunakan teori
komunikasi interpersonal.
3.9 Waktu Penelitian
Untuk penelitian ini penulis membuat jadwal yang berfungsi agar semua
agenda yang dipersiapkan diharapkan dapat selesai sesuai dengan target waktu yang

31

ingin dicapai, guna menghemat biaya dan waktu.Adapun jadwal penelitiannya


sebagai berikut:
Tabel 3.2
Waktu Penelitian
2015
No

Kegiatan
1

1
2
3
4
5

Persiapan Penelitian
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisa Data
Penyusunan Skripsi/Laporan

April
2
3

Mei
4

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi


Lokasi dari penelitian langsung diambil dari tempat berkumpulnya para
informan, yaitu Gampong Mibo, Kecamatan Banda Raya, Banda Aceh. Dimana
lokasi ini menurut pengamatan penulis secara umum dan kasat mata, masyarakatnya
sudah cukup modern. Apalagi terlihat pada siang hari, kebanyakan dari mereka
beraktivitas di luar rumah, dan sibuk dengan kerjaan dan kegiatannya masing-masing.
Ketika malam hari kondisi lingkungan terlihat cukup sepi, kemungkinan lelah
seharian diluar rumah dengan kegiatan masing-masing dan tidak sempat mengurusi
urusan tetangga sebelahnya.
Secara Yuridis Wilayah Kecamatan Pembantu Banda Raya yang merupakan
pemekaran dari Wilayah Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh. Selanjutnya dengan
keluarnya Perda Kota Banda Aceh Nomor 08 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan, maka Kecamatan Pembantu yang ada
dalam Kota Banda Aceh ditingkatkan menjadi Kecamatan Penuh dan Defenitif, maka
Wilayah Kerja Kecamatan Banda Raya meliputi 10 Gampong, yang salah satunya
adalah Gampong Mibo (www.bandarayakec.bandaacehkota.go.id).
Berdasarkan dari data yang penulis dapat dari www.bpm.bandaacehkota.go.id
yang menjabat menjadi Keuchik Gampong Mibo, Kecamatan Banda Raya saat ini
adalah bapak Fakhrurrazi, yang dilantik semenjak tanggal 24 Juni 2013. Jumlah
penduduk Gampong Mibo sendiri dari Laporan Kependudukan Kota Banda Aceh,

32

33

laki-laki berjumlah 1237 jiwa dan untuk perempuan berjumlah 1208 jiwa, dengan
total 2445 jiwa, dan kepala keluarga sejumlah 632 kepala keluarga.

Gambar 4.1
Peta Wilayah

34

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Identitas Informan
Dari hasil penelitian yang telah dijalankan melalui wawancara dengan 5
(lima) informan, maka didapati identitas mereka sebagai narasumber secara singkat
(bukan nama sebenarnya) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2.1
Identitas Informan
No
1.

Nama

Usia

Jaldi

23 tahun

Jenis Gay

Berapa Lama Menjadi Gay

Semenjak kecil, karena sudah mulai Gay Maskulin


menyukai

hal-hal

perempuan,
sempat

yang

seperti

juga

berbau

masak-masakan,

berpacaran

dengan

perempuan ketika SD kelas 6. Mulai


yakin bahwa dirinya adalah seorang
penyuka sesama lelaki sejak kelas 3 SMP.
2.

Rio

29 tahun

Menjadi gay semenjak lahir, semenjak Gay Feminim


kecilsuka
perempuan,

permainan-permainan
main

masak-masakan,

boneka-bonekaan,
juga

pengaruh

lingkungan, pengaruh orang tua sendiri


memperlakukan

Rio

selayaknya

perempuan sedari kecil.


3. Maharani

25 tahun

Sejak kelas 1 SMP baru mulai sadar kalau Gay Feminim


suka sama laki-laki dan tidak suka sama
sekali dengan perempuan.

4. Putra

27 tahun

Mungkin rasa ketertarikan itu sudah ada Gay Maskulin


semenjak kecil, barutereksplor sekarang

35

sekarang ini, ada pengaruh lingkungan


pertemanan dengan sesama gay yang
menguatkan keyakinan untuk membuka
jati diri.
5. Juni

26 tahun

Kalau ditanya seberapa lama, menurutnya

Gay Maskulin

semenjak SMA sudah mulai merasa, tapi


semenjak masuk kuliah baru benar-benar
yakin. Semenjak SMP dan SMAJuni juga
masih menjalani proses pacaran dengan
perempuan, karena mungkin juga masih
dalam ruang lingkup keluarga yang
menjaga Juni juga latar belakang agama
dari keluarga yang cukup ketat, jadi Juni
merasa masih terjaga. Sempat tiga kali
berpacaran dengan perempuan

Menurut dari hasil pengamatan penulis terhadap komunitas gay, mereka


termasuk kedalam komunitas yang eksklusif. Eksklusif jika dilihat dari KBBI berarti
adalah suatu sikap yang cenderung memisahkan diri dari masyarakat. Komunitas ini
menjadi eksklusif ketika mereka saling berinteraksi dengan sesama gay dan juga
ketika komunitas gay menerima anggota baru mereka, dan akan menjadi inklusif
ketika mereka berinteraksi kepada masyarakat. Inklusif berasal dari Bahasa Inggris
inclusive yang artinya termasuk di dalamnya. Secara istilah berarti menempatkan

36

dirinya ke dalam cara pandang orang lain atau kelompok lain dalam melihat dunia,
dengan kata lain berusaha menggunakan sudut pandang orang lain atau kelompok lain
dalam memahami masalah.
Dalam berinteraksi sosial gay sendiri mampu memposisikan dirinya sesuai
dengan siapa mereka berinteraksi dan berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan Teori
peran, teori peran

adalah perspektif dalam sosiologi dan psikologi sosial yang

menganggap sebagian besar kegiatan sehari-hari menjadi pemeran dalam kategori


sosial. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang berprilaku dengan cara
yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku individu aadalah konteks tertentu,
berdasarkan posisi sosial dan faktor lainnya.
Menurut Robert Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan
teori peran ini Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktoraktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai
dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang
menuntun kita untuk berprilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Maka dari itu gay mampu memainkan dan memposisikan perannya juga
dirinya sesuai dengan siapa dia berinteraksi. Ketika gay berinteraksi dengan
sesamanya mereka memposisikan dirinya sebagai jati dirinya sebenarnya yaitu
seorang gay. Akan tetapi ketika mereka berinteraksi dengan keluarganya mereka
berperan sesuai yang diharapkan dari keluarganya, yaitu menjadi seorang anak atau
abang maupun adik. Ketika seorang gay berinteraksi dengan masyarakatnya mereka

37

berperan sebagai

anggota masyarakat

sebagaimana

yang diharapkan oleh

masyarakatnya sesuai dengan peran yang dijalankan oleh mereka.


Dari apa yang telah dipaparkan, seorang gay memainkan perannya dengan
beberapa karakter yang berbeda dan ini juga bisa masuk ke dalam teori dramaturgi.
Menurut dari buku The Presentation of Self in Everyday Life yang ditulis oleh Erving
Goffman, mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin
menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain atau biasa disebut
pengelolaan kesan atau impression management.
4.2.2 Komunikasi Interpersonal Gay dengan Sesama
Penulis sempat terlibat obeservasi secara langsung maupun tidak langsung
dengan teman-teman gay cukup lama sekitar 3 tahunan, dari sebelum memulai
penelitian ini karena mereka termasuk lingkungan pertemanan penulis, dan juga saat
dimulainya penelitian dari pertengahan tahun 2014. Dari mulai ikut kegiatan harian
mereka, berinteraksi dengan sesamanya, berinteraksi dengan masyarakat sekitar
mereka juga ikut kegiatan tahunan dari komunitas yang dimiliki oleh mereka yang
didalamnya tergabung LGBT (lesbian, gay,biseksual, dan transgender.
Dari kelima informan yang penulis wawancarai, hampir keseluruhan informan
mengatakan bahwa untuk mengidentifikasi seseorang itu gay atau bukan tidak ada ciri
dan identitas khususnya saja, akan tetapi bisa dilihat dari kebiasaannya, seperti
menurut penuturan Juni:
Gampang untuk mengidentifikasi seseorang itu gay apabila dia adalah gay
yang feminim, karena terlihat jelas dari penampilannya juga tingkah lakunya
yang lebih menonjolkan sifat keperempuanannya, yang sulit itu malah yang
gay maskulin karena dia seperti menyamar. Juga sedikitnya bisa dibilang
kalau gay itu memiliki gaydar atau gay radar, tahu bahwa disekitarnya ada

38

gay. Terus dari sisi padangnya, biasanya pada normalnya laki-laki hetero bila
tabrakan mata, dia cenderung lebih biasa aja, kalau yang gay, matanya
menyiratkan sesuatu, matanya lebih berkomunikasi gitu. (Juni, Make Up
Artist, wawancara 20 Mei 2015).
Selaras dengan penuturan Jaldi juga bahwa seseorang itu bisa dilihat gay atau
tidaknya dari gayanya, bagaimana eye contactnya, ada beradu pandangan selama
lebih dari 5 detik atau tidak, karena menurutnya lelaki hetero cukup berbeda pola
tingkah lakunya. Lebih lanjut menurut Jaldi sendiri juga gampang sekali menentukan
seseorang itu gay apabila dia termasuk gay feminim. Yang sulit itu menentukan
seseorang gay itu kalau dia gay maskulin, karena penampilan dirinya bertampilan
selayaknya lelaki hetero pada umumnya. Tapi menurut Jaldi, kalau dia kurang yakin,
kembali lagi seperti yang disebutnya tadi, dia lihat dahulu, eye contactnya,
menurutnya juga bisa dilihat dari tingkah lakunya yang kemayu. Dan satu lagi kata
Jaldi, Dan kita sebagai gay juga rata-rata memiliki gaydar, ataupun biasa disebut gay
radar, yang bisa tahu dan mendeteksi bahwa seseorang itu adalah gay atau bukan.
Untuk berkomunikasi antara sesama gay dari penuturan Jaldi, Rio, Maharani,
Putra, dan Juni menuturkan hal yang sama, melalui berbagai macam media, mulai
dari saling menelpon, sms, bahkan sampai media sosial, seperti Facebook juga We
Chat. Untuk bertemu dengan sesama gay yang belum dikenal, atau ingin mengenal
sesama gay diseluruh dunia mereka menyatakan biasanya menggunakan aplikasi
khusus yang mempertemukan mereka, yaitu ada GrindR, Hornet, JackD, dan
Grawler.
Hubungan yang cukup serius dan menjalaninya sepenuh hati selalu
diharapkan oleh kelima informan ini, dan dari kelima informan ini yang masih dan
mempertahankan menjalani hubungan serius dan sudah berjalan sampai 3 tahun 2

39

bulan adalah Putra, dia juga mengatakan Hubungan yang bener-bener serius itu
cuma satu kali, pernah melakukan hubungan yang cuma have fun saja, bukan untuk
pacaran, mungkin karena tergoda oleh teman, cuma berjalan satu minggu, tanpa seks
sama sekali, dansekarang sedang menjalani hubungan yang serius sudah berjalan 3
tahun 2 bulan. Untuk Rio, Juni, Maharani, dan Jaldi, masih trauma akan sakit hati
ditinggalkan oleh pasangannya. Ada yang karena diselingkuhi, ada juga karena
pasangannya yang harus tinggal diberbeda kota dan ada juga yang harus berpisah
karena faktor lainnya.
Untuk proses perkenalan kepada setiap pasangan mereka tahapannya menurut
penuturan Rio, Biasanya untuk aku melalui proses temenan, biasanya kenal temenan
selama satu tahun, yah biasanya kita namanya juga temen, meski belum ada rasa suka
sama suka tapi tertarik itu ada, juga hubungan intim sesama jenis sekali dua kali
adalah, tapi itu bener bener cuma temen, tapi setelah lama-lama ketemu, eh cocok,
bisa jadi sekitar dua tahun baru komit untuk berpacaran.
Jaldi, Rio, dan Maharani

mengatakan hal yang serupa ketika penulis

menanyakan mengenai bagaimana hubunganmereka kedepannya,mereka berencana


menikah bila ada hubungan dan pasangan yang serius, tetapi sudah pasti bukan disini,
seperti yang Riokatakan, Inginnya dari aku memiliki hubungan serius sampai
menikah juga hubungan yang lebih legal, tetapi karena kita tinggal di Aceh yah kita
mengkondisikan sesuai dengan lingkungan disini, tapi berpacaranpun aku juga biasa
serius, kita malah bisa sampai tinggal bareng, tapi kalau diizinkan untuk menikah
kenapa engga, iya kan?. Tetapi berbeda pandangan dari Putra dan Juni, kalau
menurut Putra, dia masih merasa belum yakin untuk menikah dengan sesama gay,

40

tapi kalau untuk tinggal bersama dia sempat berfikir akan hal itu katanya. Sedangkan
Juni sendiri sama sekali tidak ada pemikiran sejauh itu karena menurut Juni, Sejauh
ini cuma sekedar pacaran-pacaran aja, gak ada sama sekali kepikiran untuk tinggal
serumah

bareng,

apalagi

menikah,

jujur

karena

aku

masih

menjaga

backgroundkeluarga aku yang memang tidak menerima keadaan ini.


Juni juga Putra menyatakan bahwa mereka tidak sulit untuk berkomunikasi
dan merasa tidak ada hambatan sedikitpun dalam berkomunikasi dengan sesama gay.
Berbeda halnya dengan Jaldi, Maharani dan Rio yang mengatakan juga tidak ada
kesulitannya akan tetapi sesekali ada masalahnya juga, seperti menurut penuturan
Jaldi , cuma terkadang terjadi konflik dengan sesama karena ada seseorang yang
gay yang munafik, belum ngaku klo dia itu gay. Sedangkan hambatan yang terjadi
menurut Juni adalah :
lebih kepada susah untuk jumpa karena banyak yang bekerja seperti kerja
salon, juga masih ada yang berkuliah, meski kita sering berbagi informasi
melalui bbm ataupun facebook, juga dengan menggelar diskusi yang seru dan
membuat mereka tertarik, diwaktu itulah kita bisa bertemu dan bertegur sapa.
(Maharani, karyawan Wedding Organizer, wawancara 20 Mei 2015).
Begitupun dengan penuturan dari Rio bahwa ada sesekali terjadi hambatan dalam
berkomunikasi dengan sesama gay, dia mengatakan :
Hambatan dari komunikasi dengan sesama gay, kalau aku dengan gay
feminim lebih aman lebih nyaman, kalau yang maskulin sih lebih tertutup, gini sih
tingkat dengan teman-teman sesama gay aja masih banyak masalah, contohnya kayak
gay maskulin itu paling anti dengan gay feminim, mereka takut dicap sama orang
bahwa dia sama dengan mereka. (Rio, Pemilik Agensi Model, wawancara
16 Mei 2015).

41

Kelima informan dari yang penulis amati serta wawancarai, terjadi


komunikasi yang cukup efektif dalam komunikasi interpersonal dengan sesamanya.
apalagi dengan adanya kesamaan latar belakang mereka sebagai seorang gay. terjadi
keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap
positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).
Sikap keterbukaan terjadi dalam sesama mereka karena adanya kesamaan
latarbelakang mereka biasanya. Hanya saja terkadang sedikit terjadi hambatan dalam
keterbukaannya hanya karena ada beberapa orang yang sering bergabung dalam
keseharian teman-teman gay, akan tetapi tidak mengakui mereka adalah seorang gay.
Hambatan dalam keterbukaan mereka terkadang juga terjadi karena perbedaan
golongan mereka, biasanya terjadi dengan gay yang feminim dengan gay yang
maskulin. Dan saling menutup diri mereka akan berakhir ketika mereka mulai
berteman dekat dengan sesama mereka atau adanya rasa ketertarikan diantara mereka
dan akhirnya komunikasipun berjalan efektif dalam keterbukaan diri mereka.
Sikap empatipun menjadi salah satu ciri mereka, karena teman-teman gay
tetap selalu mendukung teman-teman gay yang lainnya dalam berbagai aspek, apalagi
didalam ruang lingkup daerah yang cukup ketat syariatnya. Seperti dalam aspek
hubungan percintaan dengan sesamanya, bila terjadi kekerasan didalamnya, temanteman gay, langsung turun tangan untuk, mendukung, mendengar ceritanya secara
langsung, juga kalau perlu dituntut melalui jalur hukum. Juga seperti kejadian yang
terjadi ketika ada beberapa teman gay yang menjajakan dirinya di terminal labi-labi
kota, Lampaseh sekitar pukul 01.00 WIB. Kejadian ini terjadi sekitar awal tahun 2014
kalau penulis tidak salah, ketika mereka ditangkap oleh anggota WH (Wilayahtul

42

Hisbah) dan Satuan PolPP (Polisi Pamong Praja). Para teman-teman gay dari
Komunitas Terkait inilah yang turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan
hukum yang terjadi disana. Juga terlihat kepedulian teman-teman gay dari Komunitas
Terkait ini terhadap mereka yang menjajakan diri adalah dengan berbagi alat
kontrasepsi secara percuma dan melakukan menyuluhan mengenai penyakit menular
berbahaya, yaitu AIDS. Ini berarti didalamnya juga ikut komunikasi interpersonal
yang efektif, adanya sikap saling mendukung antara mereka.
Faktor lain keberhasilan dalam komunikasi interpersonal mereka dari hasil
observasi dan wawancara penulis dengan teman-teman gay adalah sikap positif yang
selalu ditunjukan dengan sesama mereka. Dari mulai menghargai teman-teman
sesama gay, menghargai orang lain, termasuk mereka dengan penulis, penulis merasa
cukup dihargai oleh mereka. Dan mereka tidak menaruh curiga terhadap sesama gay
yang baru dikenalnya, apalagi bila mereka saling tertarik, baik itu secara langsung
maupun melalui media sosial.
Sikap lain yang juga cukup penting mendukung efektivitas komunikasi
interpersonal diantara teman-teman sesama gay adalah kesetaraan diantara mereka.
Dengan memiliki kesamaan identitas bahwa mereka adalah seorang gay, maka
mereka cukup mengakui pentingnya kehadiran teman gay yang lainnya. Seperti saling
menjaga komunikasi dengan sesama mereka, dengan adanya pertemuan rutin
seminggu sekali dengan sesama gay di Banda Aceh, juga pertemuan tahunan yang
sampai saat ini juga masih terus dilakukan untuk melakukan pertemuan dengan
sesama gay se-Aceh.

43

4.2.3 Komunikasi Interpersonal Gay dengan Keluarga


Komunikasi interpersonal seorang gay dengan keluarga, tidak begitu efektif.
Karena tidak terjadi keterbukaan seorang gay dengan keluarganya, apalagi dengan
kedua orang tuanya. Dari 5 informan yang penulis wawancarai, hanya keluarga Juni
yang tahu bahwa dia adalah seorang gay,tetapi itupun hanya salah seorang dari
anggota keluarganya, yaitu kakak kandungnya sendiri.
Jaldi, Rio, Putra, dan Maharani masih menutup diri dengan keluarganya
termasuk kedua orang tuanya bahwa mereka adalah seorang gay. Meski ada dari
mereka yang menyatakan bahwa ada sempat beberapa kali timbul kecurigaan dan ada
kabar yang kurang mengenakkan dari tetangga yang sampai ketelinga orang tua
mereka. Maharani mengatakan bahwa, bila dirumah dan mau keluar rumah
penampilan sebagai lelaki tetap dijaga. Tapi pakai bedak yang sedikit soft tidak
terlalu mencolok tetap. Begitu menurutnya, jadi tidak timbul kecurigaan sedikitpun.
Rio juga Jaldi mengatakan :
Sejauh ini yang terjadi sama aku engga ada, karena mungkin mereka engga
melihat dengan mata kepala mereka sendiri, jadi mereka menganggap bahwa
hembusan-hembusan dari luar itu biasa untuk anaknya, karena yang setahu
aku orang tua, tau aku dari kecil sedikit keperempuanan gitu ya, dan hal yang
paling sering orang tua aku ingatkan adalah harus menikah, harus bertobat
gitu, oh iya, harus ke psikolog juga ada mereka bilang. (Rio, pemilik agensi
model, wawancara 16 Mei 2015).
Misalnya aku nongkrong dengan yang lebih lentik, sedangkan aku kan
penampilan aku biasa gini selayaknya lelaki hetero, takut sih ketemu keluarga
gitu, dan sempet kejadian papaku pernah ketemu aku lagi nongkrong sama
mereka, dan langsung disamperin sama papa dan dibilang yaudah besok
jangan kek gitu lagi ya, nongkrongnya jangan sama orang-orang yang kek gitu
lagi. Udah sih papa bilang gitu aja. (Jaldi, Mahasiswa, wawancara 11 Mei
2015).

44

Tapi dibalik itu semua mereka masih mampu untuk meyakinkan keluarga
mereka bahwa mereka bukanlah seorang gay seperti yang dituduhkan oleh keluarga
mereka. Tapi cukup berbeda yang terjadi dengan Juni, memang dia juga tertutup
sekali dengan keluarganya karena latar belakang agama yang cukup kuat dari
keluarganya sendiri, dan seluruh keluarga nya tidak ada yang mengetahuinya
terkecuali kakaknya. Dia mengatakan bahwa kakaknya cukup terbuka dan mampu
menerima dia sebagai seorang gay. Seandainya keluarganya tahu dan terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan, dan Juni sendiri berani mengambil keputusan, dikatakannya,
Keputusannya coba mendekati orangtua untuk menjelaskan secara baik-baik,
bahwasanya yang seperti ini saya tidak minta, pilihannya A, B, C, D , saya juga gak
minta saya sebagai A atau D, dan kalaupun suruh memilih saya juga tidak mau, ini
sudah alami terhadap diri saya, kalau pun mereka tidak mengerti, saya siap untuk
ditinggalkan ataupun meninggalkan.
Dari kelima informan ini, semuanya siap akan konsekuensi keputusan yang
mereka ambil sebagai seorang gay apabila keluarga mengetahui kondisi mereka saat
ini. Seperti Maharaniyang mengatakan :
Mudah-mudahan jangan tau ya, seandainya tau pun saya akan memberikan
pengertian pada keluarga, bahwa inilah orientasi seksual saya. Dan berjuang
untuk menjelaskan dan meyakinkan orientasi seksual saya yang berbeda, yah
kalaupun orang tua tetap tidak menerima, yah apa boleh buat aku harus
menghindar sementara waktu sampai keluarga menerima apa adanya aku.
(Maharani, karyawan Wedding Organizer, wawancara 20 Mei 2015).

Hambatan yang terjadi dengan kelima informan yang penulis dapatkan dari
wawancara langsung terhadap mereka, menurut Jaldi, Rio, Maharani, Putra, juga Juni

45

sama sekali tidak ada, karena mereka masih menutup diri akan identitas mereka
sebagai seorang gay terhadap keluarganya karena latar belakang dari keluarga mereka
yang cukup kuat adat istiadatnya juga agamanya.
Malah seperti Rio

mengatakan, malah yang dulunya agak mulai-mulai

curiga kalau aku gay meski belum ada pengakuan dari aku, tapi aku merasa malah
sekarang keluarga lebih memperdulikan aku saat ini dan dijaga. Juga Jaldi juga
mengatakan tidak adanya hambatanya dengan komunikasinya dengan keluarga
karena keluarganya sendiri belum tahu kalau dia adalah seorang gay, dan keluarga
sendiri juga masih berkomunikasi seperti biasa, juga karena Jaldi merupakan anak
satu-satunya, dan terbiasa manja-manjaan dengan keluarganya apalagi dari kecil juga
Jaldi sudah terbiasa dimanja menurutnya.
Lebih jauh lagi mengenai hambatan yang terjadi terhadap keluarga, dari hasil
wawancara penulis lakukan terhadap kelima informan, penulis sempat bertanya,
Bagaimana seandainya keluarga mengetahui anda adalah seorang gay? setiap
informan memiliki jawaban yang beragam, seperti Jaldi yang menyerahkan segala
keputusannya kepada bapaknya. Jaldi juga mengatakan kemungkinan terburuknya
yang sudah pasti adalah dia disuruh menikah cepat oleh bapaknya. Berbeda lagi
dengan Juni , dia melihat terlebih dahulu bagaimana sikap dan reaksi keluarganya
seperti apa, tapi dia cukup yakin kalau Ibu nya pasti akan menerima apa adanya dia,
meski harus disuruh berubah terlebih dahulu.
Terlihat dari apa yang sudah dipaparkan banyak ketidakberhasilan dalam
efektivitas komunikasi interpersonal seorang gay dengan keluarganya. Dari mulai
yang pertama keterbukaan, tidak terjadinya sikap keterbukaan identitas diri seorang

46

gay dalam keluarganya, karena masih meyakini bahwa orang tua dari masing masing
informan pasti tidak akan menerima bila seorang gay mengakui dirinya. Karena
posisi mereka adalah sebagai seorang anak, dan mereka juga yakin bahwa orang tua
mereka pasti menolak keterbukaan dirinya sebagai seorang gay. Sudah pasti tidak
adanya dukungan dari orang tua para informan bila seorang gay memposisikan
dirinya sebagai seorang gay, bukan sebagai seorang anak, sesuai dengan perannya
dalam keluarga. Akan tetapi terlihat dari wawancara penulis terhadap Rio, bahwa
kedua orangtuanya sempat menaruh curiga terhadap tindak tanduknya, tetapi masih
terlihat sikap positif dari kedua orang tuanya untuk terus member dukungan dan
motivasi agar menjauh dari dunia yang sekarang sedang dijalani oleh Rio sendiri.
4.2.4Komunikasi Interpersonal Gay dengan Masyarakat
Hasil dari observasi juga wawancara yang terjadi terhadap seorang gay
dengan komunikasi interpersonal dengan masyarakatnya, juga masih terlihat
ketidakterbukaan seorang gay mengenia identitasnya terhadap masyarakat sekitarnya.
Mereka berani terbuka dan mengambil sikap empati bila melihat bagaimana
perlakuan masyarakat terhadap mereka. Bila sudah berpikiran cukup terbuka untuk
menerima identitas mereka sebagai seorang gay, maka baru berani seorang gay untuk
berkomunikasi sesuai dengan identitas diri mereka sebagai seorang gay, kalau tidak
mereka harus berperan dan berperilaku sebagai masyarakat pada umumnya.
Dukungan juga terjadi pada mereka, seandainya mereka mampu diterima secara
terbuka sebagai seorang gay. meskipun begitu, mereka tetap melakukan komunikasi
dan perannya sebagai masyarakat, seperti terlibat dalam berbagai macam kegiatan

47

yang rutin diadakan oleh lingkungan mereka, seperti jaga malam, acara maulid,
ataupun kegiatan rutin yang sering dilakukan oleh masyarakat sekitar mereka.
Rio, Jaldi, Maharani, Putra, dan juga Juni memilih untuk tetap tidak perduli
dengan masyarakat yang tahu dengan keberadaan mereka, karena menurut mereka
kebanyakan masyarakat sekarang cuek, juga mereka tinggal dilingkungan yang tidak
perduli dengan tetangganya. Tapi seperti Maharani, dia tetap menjadi lelaki hetero
bila menghadiri acara-acara yang bersifat formal dilingkungannya, tetapi menurutnya
juga, Sampai sekarang ada beberapa masyarakat sekitar yang tahu, teman-teman
tetangga contohnya, tapi mereka bukan memikirkan saya yang berbeda, mereka lebih
cenderung bersahabat karena dengan saya bisa memberikan hal-hal yang baik buat
mereka kenapa tidak.
Sedangkan Jaldi sendiri mengatakan dia cukup cuek dengan lingkungannya,
terserah mereka mau mikir apa, kan mereka cuma curiga, belum tau pasti, karena
aku kan gak ngaku. Karena menurutnya masyarakat disekitarnya tahu bahwa Jaldi
adalah selayaknya lelaki hetero karena penampilannya sebagai gay maskulin.
kecuali klo diluar, kayak liburan di Bali kemarin, aku lebih bebas sama pasangan
aku, pegangan tangan yah santai aja. Tapi pernah juga sih disini aku jalan sama
cowokku belanja disalah satu pusat perbelanjaan disini, sering diliatin, tapi tetep cuek
gak peduli, kan mereka cuma curiga. Menurut Jaldi.
Dari Putra mengatakan bahwa, Kalau di gampong saya orangnya tertutup,
tidak terlalu bebas, karena kegiatan di gampong cuma membantu orang tua. Tapi
kalau misalnya disini, yah seperti ini, terbuka saja kalau sesama. teman, tapi kalau

48

dengan teman-teman kampus belum berani, kalau misalnya mereka tau saya seperti
ini, biar mereka saja yang bertanya langsung kepada saya. Begitu menurutnya.
Dan untuk kegiatan yang diadakan di lingkungan masyarakat mereka sendiri
yang Rio dan Jaldi cukup jarang mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh
masyarakat gampongnya. Sedangkan Putra mengatakan :
Kalau saya di Gampong sendiri, selalu terlibat dalam kegiatan seperti
mauled, jaga malam, juga banyak kegiatan lain yang sering dilakukan oleh
masyarakat Gampong. Sedangkan kalau disini sih jarang saya ikut terlibat,
karena seperti jaga malam aja hanya diminta iurannya saja bila tidak mampu
untuk ikut atau punya kesibukan lain yang tidak bisa diganggu. (Putra,
Mahasiswa, wawancara 20 Mei 2015).

Begitupun Maharani yang mengatakan bahwa :


Kalau dilingkungan saya sih jarang ada kegiatan yang dilakukan, tetapi ada
musyawarah-musyawarah di mesjid dan ada musyawarah kecil dengan
pemuda-pemuda, dan saya sempat terlibat mereka juga menerima keberadaan
saya, tapi kondisinya mungkin mereka belum lagi tahu kalau saya seorang
gay. (Maharani, karyawan Wedding Organizer, wawancara 20 Mei 2015).
Senada dengan Juni juga mengatakan :
Cukup sering sih, seperti kegiatan di mesjid, ada juga gotong royong juga
ikut, jaga malam apalagi saya juga ikut, walaupun sebenarnya merasa aneh
sendiri, kenapa banci ikut beginian. Yah , meski banyak yang bisa di absen
sih, tapi karena ditengah masyarakat sendri harus tetap menjaga wibawalah.
(Juni, Make Up Artist, wawancara 20 Mei 2015).

Putra, Juni, dan Jaldi menyatakan dirinya sejauh ini tidak adanya hambatan
dalam berkomunikasi dengan masyarakat karena penampilan mereka yang
menampilkan penampilan selayaknya gay maskulin atau selayaknya lelaki hetero
pada umumnya. Jaldi mengatakan, Dengan masyarakat sendiri sejauh ini juga tidak

49

ada masalah, karena bisa dibilang aku kayak munafik gitu, karena aku masih
menampilkan diri selayaknya lelaki hetero pada umumnya.
Pada Maharani dan Rio juga menyatakan tidak ada hambatan sama sekali
dalam berkomunikasi dengan masyarakat, karena mereka yang terkesan cukup cuek
terhadap persepsi masyarakat mengenai mereka. Rio mengatakan :
Kalau dengan masyarakat tergantung ya, kalau masyarakat dengan
pergaulan sehari-hari aku selama ini sih aku bisa jadi diri aku sendiri, tapi
kalau dengan masyarakat yang anti dengan itu, ya pinter pinter kita lah untuk
mengklasifikasi masyarakat yang dimana kita harus menjaga wibawa yang
mana masyarakat kita bisa lepas bautlah, tinggal menyesuaikan diri pada
tempatnya.(Rio, Pemilik Agensi Model, wawancara 16 Mei 2015).
Dari masyarakat sendiri juga kemungkinan ada timbul kecurigaan bahwa
mereka gay, seperti Rio yang belakangan ini ada beberapa masyarakat yang mulai
menanyainya. Katanya beberapa masyarakat sempat bertanya kepadanya, Rio elu
sebenernya gay gak sih? dan Rio mampu menyesuaikan diri dengan berbagai
masyarakat. Rio mengatakan hanya membuka dirinya kepada orang-orang yang
cenderung pemikiran terbuka menurutnya. Bila masyarakat dengan pemikirannya
tertutup, seperti dengan langsung ngejudge dengan kalimat, Dosa tau begitu
lebih baik menurut Rio dia menutup diri dan menghindar, dari pada menimbulkan
konflik baru.
4.3 Pembahasan
Hasil dari penelitian diatas, dapat diketahui bagaimana bentuk komunikasi
interpersonal gay dengan sesama, keluarga, dan masyarakat. Bercerita mengenai
komunikasi yang terjadi dengan sesama gay, juga keluarga serta masyarakat,
termasuk didalamnya adalah mengenai hambatan-hambatan yang terjadi ketika
berkomunikasi.

50

Sesuai dengan teori komunikasi interpersonal, komunikasi antar pribadi


memiliki beberapa karakteristik tertentu. Karakteristik utama adalah mengenai diri
dan bagaimana posisi diri dalam menyikapi dirinya sendiri. Dimana permasalahan
yang timbul dalam dirinya sendiri adalah menyukai sesama jenis atau biasanya
disebut homoseksual. Dalam hal ini menyukai sesama lelaki disebut juga gay.
Karakteristik selanjutnya disebutkan bahwa, komunikasi antar pribadi
tergantung bagaimana komunikan dapat bertindak kepada komunikator. Ketika
komunikator dapat berkomunikasi dengan merasa aman dan nyaman terhadap
komunikan, maka dapat dipastikan komunikasi antar pribadi yang terjadi dapat
berjalan sesuai dengan pesan ingin disampaikan. Sesuai dengan hasil wawancara
yang dilakukan oleh penulis dapat diidentifikasi bahwasanya keseluruhan informan
merasa tingkat kenyamanan paling tinggi apabila mereka melakukan komunikasi
terhadap komunitas atau sesama gay.
Dari apa yang penulis dapatkan dari keseluruhan informan penelitian, juga
menjalani hubungan asmara baik yang cukup serius ataupun sekedar mencari
kesenangaan sesaat. Mereka juga menjalani hubungan percintaan ini selayaknya
pasangan hetero, mereka juga memiliki kedekatan fisik dalam hubungan yang mereka
jalani. Dan ini sesuai dengan salah satu karakteristik dari komunikasi antar pribadi.
Contohnya seperti Putra yang telah berpacaran sampai saat ini selama 3 tahun 2 bulan
dengan pasangannya, meski ada putus sambung dan juga menjalani hubungan sesaat
yang tanpa kontak seksual sama sekali.
Dalam komunikasi antar pribadi juga terdapat beberapa hambatan dari
mulai hambatan sistematik, hambatan mekanik serta hambatan manusiawi. Akan

51

tetapi dari hasil wawancara dari keseluruhan informan penelitian, yang penulis
dapatkan adalah hambatan manusiawi. Seperti para informan Jaldi, Rio, Maharani,
Putra, juga Juni, masing-masing dari mereka cukup sulit mengungkapkan identitas
dirinya sebagai seorang gay, terhadap keluarga juga masyarakat. Dikarenakan seperti
Juni saja contohnya, dia menyatakan bahwa orang tuanya serta keluarganya sendiri
tidak ada yang mengetahui bahwa dirinya adalah seorang gay, terkecuali kakak
kandungnya seorang diri. Karena keluarganya memilliki dasar agama yang cukup
kuat, serta Juni sendiri pernah ikut masuk pesantren dikala sekolah menengah
pertama dulu.
Begitu pula halnya dengan masyarakat, Juni sendiri masih menutup dirinya
sebagai seorang gay apalagi penampilannya, dikarenakan lingkungannya juga sangat
tabu mengenai hal yang cukup berbeda dengan landasan agama yang mereka anut.
Meskipun begitu Juni juga masih ikut terlibat dalam kegiatan masyarakatnya sendiri,
walaupun dia harus menjaga penampilan juga sikapnya sendiri. Juni juga ikut seperti
gotong royong, jaga malam, juga kegiatan di mesjid juga ada dia ikuti.
Dari latar belakang yang telah diungkapkan oleh seluruh informan
penelitian dari mulai Jaldi, Rio, Maharani, Putra, dan juga Juni, dapat dipahami
bagaimana mereka melakukan proses komunikasi. Bagaimana komunikasi dengan
sesama yang lebih terbuka dan lebih bebas mengungkapkan jati diri mereka secara
gamblang, bagaimana komunikasi dengan keluarga yang mereka jalani tidak ada
hambatan, akan tetapi harus menutupi identitas diri mereka sebagai seorang gay,
dikarenakan keluarga mereka tidak setuju dengan gay itu sendiri karena bertentangan
dengan landasan agama yang dianut kuat oleh keluarganya.

52

Untuk dimasyarakat sendiri, mereka mampu memilah milih dan pandai


memposisikan diri. Menutup diri untuk masyarakat yang tidak memiliki pikiran yang
cukup terbuka mengenai mereka, dan membuka diri terhadap masyarakat yang
mampu menerima mereka dan lebih melihat mereka dari sisi-sisi positif yang mampu
mereka lakukan. Tapi pun dengan begitu, tidak juga mereka untuk memilih tidak
berbaur dengan masyarakat sekitarnya yang cenderung lebih tertutup dan menolak
keberadaan mereka, mereka pandai-pandai membawa dirinya tergantung situasi dan
kondisi.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Hampir

dari

seluruh

informan

gay

melakukan

proses

komunikasi

interpersonaldengan sesama, keluarga, dan masyarakat sekitar. Untuk gay


dengan sesama pasti terjadi bentuk komunikasi interpersonal, untuk mencari
teman sesaat ataupun teman yang akan terus bersama untuk berbagi informasi
serta berbagi pengalaman mereka.
2. Sedangkan dengan keluarga juga komunikasi interpersonal mereka berjalan
sebagaimana biasanya, hanya saja mereka menutup diri mengenai identitas
diri mereka, dan apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, seperti
keluarga tahu bahwa mereka adalah gay, maka setiap individu dari para
informan siap menerima konsekuensinya sebagai jalan pilihan hidup mereka.
3. Untuk ke masyarakt sendiri para informan gay ini juga menyatakan menutup
dirinya, dan hanya terbuka mengenai identitas diri mereka, apabila mereka
merasa nyaman dan aman dengan masyarakat yang cukup terbuka pikirannya
mengenai hal-hal semacam ini. Sehingga informasi sebagaigay tetap disimpan
dan tidak dibuka kepada masyarakat. Namun segala upayayang dilakukan
oleh gay ini merupakan bagian dari perjuangan agarditerima dalam diri dan
lingkungan tempat tinggal mereka, agar mereka senantiasamendapat
pengakuan yang sama dengan masyarakat normal lainnya.
4. Berarti komunikasi interpersonal cukup berhasil dengan dan efektif berhasil
bila dilakukan dengan sesama gay itu sendiri. Dengan keluarga dan
53

54

masyarakat juga cukup berhasil dan efektif apabila keluarga dan masyarakat
itu sendiri cukup open minded dengan kondisi mereka adalah seorang gay.
5. Konflik serta merta hambatan yang terjadi antara gay pada sesama gay, pada
keluarga dan pada masyarakat, lebih menitik beratkan konflik dan hambatan
yang sering terjadi diantara keluarga juga pada masyarakat, mereka jauh lebih
cenderung untuk menutup diri mereka. Para gay ini sendiri memiliki,
kepentingan, motivasi dan prasangka negatif yang membuat mereka menutup
jati dirinya dalam berbagai kondisi tertentu. Tetapi tetap menjaga komunikasi
interpersonal yang baik dengan keluarga dan masyarakat, karena mereka
menampilkan diri sesuai dengan apa yang keluarga dan masyarakat inginkan.
5.2 Saran
Gay sendiri sudah ada sejak dahulu, walaupun fenomena ini menjadi bagian
dari kehidupan keluarga serta masyarakat, rupanya keberadaan mereka masih
dianggap sebelah mata baik itu dari keluarga maupun masyarakat. Belum semua
bagian masyarakat dapat melihat dunia gay ini. Belum banyak diantara mereka yang
terbuka dan memberitahu diri mereka sebenarya, apalagi dengan kondisi lingkungan
keluarga dan masyarakat di Banda Aceh yang cukup menolak keberadaan mereka
sebagai sesuatu hal yang berbeda. Melihat fenomena seperti ini maka ada beberapa
saran bagi gay :
1. Melakukan usaha-usaha serta tindakan dan kegiatan yang bersifat positif, dan
terus menunjukkan prestasi dari berbagai macam bidang yang digeluti, agar
masyarakat dan keluarga mampu menerima dan melihat gay ini sendiri dari
berbagai macam sisi positif, bukan hanya melihatnya dari sisi negatif nya saja.

55

2. Melalui proses interaksi komunikasi interpersonal dengan sesama, keluarga,


serta masyarakat, diharapkan akan ada jalan yang lebih baik untuk keluarga
dan masyarakat mampu menerima keterbukaan identitas diri mereka sebagai
seorang gay, meskipun ada beberapa hambatan yang terjadi.
3. Sebaiknya untuk teman-teman gay mulai memikirkan masa depan mereka,
karena apa yang dijalani dan dilalui sekarang adalah salah, demi kehidupan
mereka yang lebih baik lagi kedepannya, dan ini sesuai dengan agama serta
adat istiadat yang berlaku di wilayah Aceh.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rinto. 2004. Metodologi Penelitian Sosial & Hukum, Jakarta : Granit.
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala.2009. Komunikasi Massa Suatu Pengantar.
Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Arif S. Sadiman, dkk. 2009. Media Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Arikunto Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
PT Bumi Aksara.
Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Devito, Joseph A. 1997. Human Communication, Jakarta, Profesional Books.
Duffy, K. G., & Atwater, E. (2005). Psychology for living : Adjusment, Growth, and
Behavior Today (8 ed.). New Jersey: Prentice Hall
Hartini dan Kartasaputra, 2009. Skripsi: Komunikasi Waria (Fenomenologi
Eksistensi) di Desa Talang Kecamatan Lebong. Bandung. Universitas
Padjajaran.
Huseun Umar. 2007. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT
Raja Grafindo Perkasa.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2007. Metodologi Bisnis untuk Akuntansi &
Manajemen. Yogyakarta.
Ilham Akbar. 2011. Pola Komunikasi Antarpribadi Kaum Homoseksual Terhadap
Komunitasnya di Kota Serang. Skripsi. FISIP Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Jaldi. (11 Mei 2015). Wawancara.
Juni, (20 Mei 2015). Wawancara.
Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Lexy J., Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Little John., Stephen W., dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi: Theories of
Human Communication Edisi Sembilan. Jakarta: Salemba Humanika.

56

57

Maharani. (19 Mei 2015). Wawancara.


Oetomo, Dede. 2001. Memberi Suara pada yang Bisu. Yogyakarta: Galang Press.
Olson, Jeff, Memahami Pergumulan Tentang Homoseksualitas, Yogyakarta: Yayasan
Gloria, 2005.
Putra. (19 Mei 2015). Wawancara.
Rio. (16 Mei 2015). Wawancara.
Sendjaja, S. Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sihabuddin, Ahmad. 2001. Komunikasi Antar Budaya: Sebuah Perspektif
Multidimensi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Soeprapto, Riyadi 2002. Intervaksionisme Simbolik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung.
Penerbit Alfabeta, cetakan ke 8.
Sunarno, Kamanto. 2002. Pengantar Sosiologi. Edisi ke-2. Lembaga Penerbit FE-UI,
Jakarta.
Underwood, Steven Gregory. 2003. Gay Men and Anal Eroticim: Tops, Bottoms.
And Versatiles. New York: Harrington Park Press.
West Richard dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan
Aplikasi. Buku 1 edis ke-3.Jakarta: Salemba Humanika.
Sumber non buku
http://www.bandarayakec.bandaacehkota.go.id/?page_id=23. Diakses: 30 Mei 2015.
http://www.bpm.bandaacehkota.go.id. Diakses: 3 Juni 2015.

58

Lampiran I
Pedoman Wawancara

Tujuan Penelitian

Tujuannya diadakan penelitian ini adalah untuk


mengetahui komunikasi interpersonal kaum gay di kota
Banda Aceh dengan sesama, keluarga, dan masyarakat.

Subjek Penelitian

Kaum gay yang yang ada di Banda Aceh, baik itu gay
feminim maupun gay maskulin.

Bentuk komunikasi interpersonalgay dengan sesama.


1. Bagaimana cara mengidentifikasi kalau seseorang itu adalah gay?
2. Setelah kalian tahu bahwa kalian gay, bagaimana komunikasi kalian
selanjutnya?
3. Wadah atau media apa yang biasanya kalian gunakan untuk saling
berkomunikasi?
4. Sudah berapa kali anda melakukan hubungan yang cukup serius?
5. Butuh waktu berapa lama untuk naik tingkatan tahapan hubungan lebih jauh?
6. Bagaimana proses kalian bisa saling menyukai satu sama lain?
7. Sejauh mana ekspektasi hubungan yang anda jalin?
8. Konflik pasti terjadi setelah beberapa tahap diatas, masalah apa yang biasanya
terjadi?
9. Setelah merasa hubungannya diluar ekspektasi apa yang anda lakukan?
10. Bagaimana kelanjutan hubungan yang telah terjadi?
Bentuk komunikasi interpersonal gay dengan keluarga.
1. Setalah anda sadar bahwa anda adalah gay, komunikasi yang terjadi dengan
keluarga bagaimana?
2. Seandainya keluarga tahu bahwa anda adalah gay, menurut anda apa yang
mereka lakukan?
3. Setelah melewati beberapa proses diatas, apakah ada konflik yang muncul dari
anda dan keluarga?
4. Setelah terjadi sesuatu yang tak diinginkan dalam keluarga, keputusan apa
yang anda ambil?

59

Bentuk komunikasi interpersonal gay dengan masyarakat.


1. Bagaimana sikap anda dengan masyarakat yang tahu keberadaan anda sebagai
gay?
2. Bagaimana anda mempertahankan identitas anda sebagai seorang gay
ditengah-tengah masyarakat?
3. Bagaimana anda bertahan ditengah-tengah masyarakat yang sulit untuk
menerima keberadaan anda?
4. Seperti apa komunikasi yang terjadi dengan tetangga anda?
5. Seberapa sering anda terlibat dalam kegiatan yang ada di lingkungan
masyarakat anda?

60

Lampiran 1I
Transkrip Hasil Wawancara

Gay di Banda Aceh


a. Bentuk Komunikasi Interpersonal dengan sesama
1. Bagaimana cara mengidentifikasi kalau seseorang itu adalah gay?
No.
1.

Informan
Jaldi
23 Tahun

Data
Kalau menurut aku sih bisa dilihat dari cara berpakaiannya,
tapi tetap sulit menentukan kalau dia gay maskulin, karena
penampilannya sama seperti aku. Setelah mungkin kurang
yakin, aku biasa ngeliatnya dengan gimana cara dia menatap
aku, ada eye contact gak selama lebih dari 5 detik. Dan kalau
menurut aku sendiri bisa dilihat juga dari gayanya, mungkin
lentak-lentiknya, karena biasanya lelaki hetero jauh berbeda
tingkah lakunya. Dan kita sebagai gay juga rata-rata memiliki
gaydar, ataupun biasa disebut gay radar, yang bisa tahu dan
mendeteksi bahwa seseorang itu adalah gay

2.

Juni
26 Tahun

Gampang untuk mengidentifikasi seseorang itu gay apabila


dia adalah gay yang feminism, karena terlihat jelas dari
penampilannya juga tingkah lakunya yang lebih menonjolkan
sifat keperempuanannya, yang sulit itu malah yang gay
maskulin karena dia seperti menyamar. Juga sedikitnya bisa
dibilang kalau gay itu memiliki gaydar atau gay radar, tahu

61

bahwa disekitarnya ada gay. Terus dari sisi padangnya,


biasanya pada normalnya laki-laki hetero bila tabrakan mata,
dia cenderung lebih biasa aja, kalau yang gay, matanya
menyiratkan sesuatu, matanya lebih berkomunikasi gitu.
3.

Maharani
25 Tahun

Kalau saya sendiri sih gampang, dari cara dia berpakaian,


lebih identik dengan perempuan, dari cara dia berbicara
ataupun dari body language dia jadi tahu sih, lebih dari
situnya.

4.

Rio
29 Tahun

kalau dari aku sih, cukup dilihat dari penampilannya aja, kita
udah tau bagaimana dia, belok atau engga, karena gak ada
ciri-ciri khusus yang benar benar menunjukkan seseorang itu
gay atau bukan kalau disini. Tapi dilihat dari gaya dan body
language nya aja kita udah ngeh, dan kalau lagi dia ngomong,
yaudah deh, langsung ketauan.

5.

Putra
27 Tahun

Bahasa tubuh, penampilan, terus dari segi style nya, rata-rata


seperti itu di Banda Aceh

2. Setelah kalian tahu bahwa kalian gay, bagaimana komunikasi kalian selanjutnya?
No.
1.

Informan
Jaldi
23 Tahun

Data
Dari akunya sendiri sih tidak berani berkenalan langsung,
paling tidak, nanya sama temenku, atau cari tetang orang itu
dari sosmednya, baru deh kenalan disitu. Itu pun kalau tertarik
dan suka ya sama orang yang baru aku lihat tadi

62

2.

Juni
26 Tahun

Kalau sejauh ini sih aku jarang begitu, karena sekarang kita
dipermudah bertemu dengan pasangan yang kita inginkan
melalui beragam aplikasi seperti hornet, grinder, jackd

3.

Maharani
25 Tahun

Kalau dari saya sih lebih menjangkau ya, karena saya adalah
salah satu relawan di organisasi gay, jadi lebih merangkul,
karena untuk member tahu banyak informasi bermanfaat
untuk mereka, seperti melakukan hubungan seksual dengan
sesame gay dengan lebih aman.

4.

Rio
29 Tahun

Yah, kalau tertarik akan dicoba deketin, tapi kalau engga,


yaudah biasa aja sih

5.

Putra
27 Tahun

Kalau kita sebagai gay disini ya, ada gay feminism dan
maskulin, kalau maskulin lebih tertutup, akan tetapi gay
feminism lebih terbuka, kemungkinan kalau gay feminim,
melihat teman gay mau itu feminism ataupun maskulin,
merekaakan menjadikan teman dan mengajak berteman, tapi
kalau gay maskulin lebih memandang ke seks atau suka,
mungkinpun tertarik. Tapi yah terkadang ada juga gay
feminism yang berteman dengan gay feminism saling suka,
ada daya tarik tersendiri kali ya.

63

3. Wadah atau media apa yang biasanya kalian gunakan untuk saling
berkomunikasi?
No.
1.

Informan
Jaldi
23 Tahun

Data
Biasanya paling sering gunain sosial media yang paling gampang
juga aman. Kalau khusus untuk ketemu sesama gay, kita punya
sosial media kita sendiri, ada Grindr, ada Jack D, juga We Chat,
facebook juga menjadi salah satunya.

2.

Juni
26 Tahun

3.

Maharani
25 Tahun

Untuk saling berkomunikasi dengan sesama gay di banda aceh


sendiri sih kan ada organisasi yang merangkul gay sebagai tempat
perkumpulan. Kalau seperti media social banyak yah ada grinder
soscamp, kalau bahasa sendiri kita menggunakan bahasa sehari-hari
juga, menggunakan bahasa waria juga.

4.

Rio
29 Tahun

Banyak sih kalau sekarang, apalagi dipermudah dengan banyaknya


aplikasi khusus digunakan untuk sesama gay, contohnya Grinder,
Hornet, JackD, dan Grawler, disitu gay di seluruh dunia bisa
ketemu, Facebook juga media social lainnya juga ada dipakai.

5.

Putra
27 Tahun

Yah yang paling umum, bbm, telfon, social media, ada juga untuk
mencari teman, pacar, ataupun seks, ada juga media social khusus,
Grinder, hornet, jackd, juga we chat, facebook tidak terlalu spesifik
untuk gay, tapi khusus untuk gay, Grinder, Hornet, dan jack d

64

4. Sudah berapa kali anda melakukan hubungan yang cukup serius?


No.
Informan
Data
1.

Jaldi
23 Tahun

Kalau dari akunya sendiri baru dua kali yang menjalani cukup
serius, dan dua-duanya berakhir secara tragis, hahaha.

2.

Juni
26 Tahun

Yang cukup serius ada 4 kali, kalau yang sekedar have fun aja
banyak

ya,

apalagi

dengan

adanya

aplikasi

yang

mempermudah kita untuk bertemu dengan sesame gay apalagi


cocok untuk dijadikan jajanan malam.
3.

Maharani
25 Tahun

Sejauh ini saya masih sendiri, saya lagi buka lowongan ini,
hahaha. Tapi pernah beberapa kali melakukan hubungan
serius, Cuma karena saya sendiri merasa pacaran itu belum
bisa dinikmati, jadi paling lama bertahan hubungan itu
seminggu, itupun dengan orang yang jauh, yang terakhir
dengan orang Tapaktuan, itupun kalau dia datang ke banda
aceh saja baru dia menghubungi saya. Jadi sekarang hanya
one night stand saja dengan lelaki lain.

4.

Rio
29 Tahun

Kalau aku sih untuk menjalani sebuah hubungan selalu serius,


tapi bukan cuma spesifik untuk masalah seks saja, aku lebih
suka cenderung suka berpacaran selayaknya hetero, biasanya
aku menjalani hubungan dalam waktu yang lama kalau tidak
ada masalah, sejauh ini baru 4 kali.

5.

Putra
27 Tahun

Hubungan yang bener-bener serius itu cuma satu kali, pernah


melakukan hubungan yang Cuma have fun saja, bukan untuk

65

pacaran, mungkin karena tergoda oleh teman, Cuma berjalan


satu minggu, tanpa seks sama sekali. Dan sekarang menjalani
sedang menjalani hubungan yang serius sudah berjalan 3
tahun 2 bulan.

5. Butuh waktu berapa lama untuk naik tingkatan tahapan hubungan lebih jauh?
No.
1.

Informan
Jaldi
23 Tahun

Data
Kalau dari aku sendiri sih dari pertemanan meningkat
hubungannya menjadi lebih serius Cuma butuh dalam
hitungan bulan. Tapi untuk sekarang aku masih lebih memilih
sendiri dulu, tapi kalau untuk hubungan yang serius, bila ada
yang serius yah aku juga mau.

2.

Juni
26 Tahun

Kalau sekedar untuk seneng-seneng yah begitu ketemu


langsung tertarik, ya hayuk, tapi ada namanya yang main
cantik, apalagi kalau tertarik, ketemu dulu, jalan, makan
bareng gitu.

3.

Maharani
25 Tahun

Kalau cocok sih bagi saya bisa dua hari langsung lanjut
kehubungan serius.

4.

Rio
29 Tahun

Biasanya untuk aku melalui proses temenan, biasanya kenal


temenan selama satu tahun, yah biasanya kita namanya juga
temen, meski belum ada rasa suka sama suka tapi tertarik itu
ada, juga hubungan seks sekali dua kali adalah, tapi itu bener

66

bener cuma temen, tapi setelah lama-lama ketemu, eh cocok,


bisa jadi sekitar dua tahun baru komit untuk berpacaran.
5.

Putra
27 Tahun

Dari yang saya jalani sekarang, yah pasti dari pertemanan


terlebih dahulu, penjajakan, terus butuh waktu dua bulan
untuk berani mengatakan love, dan kemudian baru
berpacaran.

6. Bagaimana proses kalian bisa saling menyukai satu sama lain?


No.
1.

Informan
Jaldi

Data
Aku sih ngeliatnya pertama dari fisik, bodynya oke, aku juga
cukup tertarik. Yah yang pasti juga ada jalannya, ketemuan,
telfonan, yah selayaknya pasangan hetero menjalani proses
itulah.

2.
3.

Juni
26 Tahun
Maharani
25 Tahun

Kalau saya sih lebih cenderung menentukan kriterianya


terlebih dahulu, seperti six pack, putih, tinggi, karena kriteria
seperti itu yang diharapkan laki-laki bottom untuk top sisinya.

4.

Rio
29 Tahun

Sama selayaknya pasangan hetero lainnya, kita ketemu,


kenalan, yah biasalah jalan-jalan atau saling komunikasi,
mencari tau lebih jauh mengenai dia.

5.

Putra
27 Tahun

Pertama sekali berteman dengan dia melalui facebook, terus


ketemuan, karena saya tidak tertarik, saya jadikan teman,
sering ngobrol-ngobrol, dia bilang aku ada temen brondong,

67

tapi aku gak suka brondong, aku lebih suka yang abangabang. Terus saya bilang ke dia eh kenalin lah saya suka
yang brondong. Baru kemudian dikasilah facebook saya
sama brondong itu, barulah seminggu kemudian, saya ditegur
oleh brondong itu, menjalin komunikasi, ketemuan, sampai
bertahan selama 3 tahun lebih.

7. Sejauh mana ekspektasi hubungan yang anda jalin?


No.
Informan
Data
1.

Jaldi
23 Tahun

Aku sempet kepikiran juga kalau ada yang serius, terus setia
pengen sampai menikah kalau bisa, yah tapi sampai sekarang
belum ada yang cukup serius untuk berhubungan lagi. Tapi
kalaupun harus menikah, sudah pasti di luar negeri, dan aku
mau itu!!

2.

Juni
26 Tahun

Sejauh ini Cuma sekedar pacaran-pacaran aja, gak ada sama


sekali kepikiran untuk tinggal serumah bareng, apalagi
menikah, jujur karena aku masih menjaga background
keluarga aku yang memang tidak menerima keadaan ini.

3.

Maharani
25 Tahun

Belum ada pemikiran sampai sejauh sampai menikah, tapi


mungkin kalaupun ada orang yang bener-bener serius, dari
sekarang sampai seumur hidup akan rela bersama-sama
menjaga hubungan, dan meski keluarga menolak, saya akan
tetap berusaha berkomunikasi dengan mereka.

68

4.

Rio
29 Tahun

Inginnya dari aku memiliki hubungan serius sampai menikah


juga hubungan yang lebih legal, tetapi karena kita tinggal di
Aceh yah kita mengkondisikan sesuai dengan lingkungan
disini, tapi berpacaranpun aku juga biasa serius, kita malah
bisa sampai tinggal bareng, tapi kalau diizinkan untuk
menikah kenapa engga, yakan?

5.

Putra
27 Tahun

Kita udah sempat berencana untuk tinggal bersama, tapi kalau


untuk nikah belum tau, karena sekarang sulit menemukan gay
yang setia, jadi bullshit ada cinta yang setia di dunia gay ya,
hahaha.

8. Konflik pasti terjadi setelah beberapa tahap diatas, masalah apa yang biasanya
terjadi?
No.
1.

Informan
Jaldi
23 Tahun

Data
Kalau konlfik konflik kecilnya, yah biasalah layaknya hetero
pacaran. Tapi klo konflik besarnya biasanya selingkuh, bisa
jadi

dua-duanya

pacaran,

ketemu

sama

cowok

lain,

cemburuan.
2.

Juni
26 Tahun

Aku paling benci dengan kekerasan dalam berhubungan, jadi


kalau sudah terjadi kekerasan, aku lebih baik mundur. Konflik
lainnya adalah kalau pasangan lebih memilih untuk menikah,
jadi tidak bisa dipaksakan untuk lanjut terus.

69

3.

Maharani
25 Tahun

Sejauh ini sih belum ada ya, karena baru menjalani pacaran
beberapa orang dan tidak lama, jadi tidak ada konflik, itupun
putus tanpa konfirmasi, yah sejauh ini sama-sama senang, yah
kita have fun aja.

4.

Rio
29 Tahun

Konflik dari aku sih yang biasanya terjadi kayak selingkuh,


keluarga, masalah ekonomi, itulah konflik yang paling sering
terjadi, dan juga kondisi di Aceh yang menurutku mencekam.

5.

Putra
27 Tahun

Konfliknya banyak sih ya, kami sering putus sambung, karena


posesif, komunikasi yang sulit dikarenakan kesibukan masingmasing. Terus karena kita sering putus sambung, jadi disaat
kita putus, kita download we chat, terus ketemuan dengan
yang lain, yah tapi Cuma untuk sesaat itu saja.

9. Setelah merasa hubungannya diluar ekspektasi apa yang anda lakukan?


No.
1.

Informan
Jaldi
23 Tahun

Data
Kalau sudah tidak bisaditolerir lagi yah kita mengakhiri
hubunganlah dengan putus, lalu memulai dan menjalani lagi
petualangan cinta yang baru.

2.

Juni
26 Tahun

Yah lebih berfikir dan menyikapinya dengan dewasa aja, karena


kita tahu kan bahwa hubungan seperti ini kan bukan hubungan
yang tidak perlu kita dramatisir sebagaimana kali, kan niat dia
untuk menikah udah baik, jadi kenapa mesti ditahan-tahan kan,
yah kita harap bisa bertemu dengan orang yang lebih baik lagi.

70

3.

Maharani
25 Tahun

Sejauh ini menurut pengalaman yang saya lalui sih, karena


hubungannya saling have fun saja, yaudah cukup saling mengerti
aja.

4.

Rio
29 Tahun

Kalau diaku biasanya masalahnya masih bisa diomongin baikbaik, yah kami selesaikan secara baik-baik. Tapi kalau udah atas
nama selingkuh, aku tidak bisa memaafkan, tapi itu kalau aku.
Banyak juga aku lihat temen-temen mau sekecil apapun
masalahnya tetap dimaafkan, yah namanya juga udah cinta.

5.

Putra
27 Tahun

Yah mengakhiri hubungan karena ada beberapa hal yang tidak


bisa disatukan oleh dua kepala.

10. Bagaimana kelanjutan hubungan yang telah terjadi?


No.
Informan
Data
1.

Jaldi
23 Tahun

Yah ada yang balik lagi menjadi temen, atau pun musuhan,
yah selayaknya hetero pacaranlah.

2.

Juni
26 Tahun

Ya sama seperti yang saya bilang tadi, selesai, yaudah selesai


saja.

3.

Maharani
25 Tahun

Yah paling kalau dia hubungi saya, saya tetap menjawab dan
membalas pesan ataupun telfonnya.

4.

Rio
29 Tahun

Seperti yang aku bilang tadi sih ya, klo memang engga
mengenai selingkuh, kami tetap mencari jalan keluarnya yang
terbaik, tapi kalau sudah selingkuh, cukup sampai disini saja.

71

5.

Putra
27 Tahun

Memperbaiki hubungan kembali, karena masih sayang, juga


karena pas download we chat, ketemuan dengan orang baru,
dan sama-sama tidak nyaman, yah kita rujuk kembali lebih
baik.

b. Bentuk Komunikasi Interpersonal dengan Keluarga


1. Setelah anda sadar bahwa anda adalah gay, komunikasi yang terjadi dengan
keluarga bagaimana?
No.

Informan

Data

1.

Jaldi
23 Tahun

Komunikasi dengan keluarga tetap menjaga selayaknya hetero,


dan tidak menonjolkan sisi sebagai gay.

2.

Juni
26 Tahun

Yah aku belajar untuk biasa aja, karena sampai detik ini mereka
belum tau, dan Cuma kakak yang tahu kalau aku adalah gay.

3.

Maharani
25 Tahun

Sadar saya sebagai seorang gay, karena keluarga sejauh ini


belum tau, tapi mereka tau kalau saya berbeda dengan lelaki
lainnya, lebih suka masak-memasak, suka dandan ala-ala
perempuan. Keluarga juga tidak yakin karena belum ada bukti
saya main dengan laki-laki.

4.

Rio
29 Tahun

Komunikasi yang terjadi dan terjalin yah tetap seperti biasanya,


karena kan mereka belum tau, tapi mereka sempat menanyakan
tentang aku, karena ada kabar-kabar dari luar yang tidak enak,
tapi aku tetap meyakinkan mereka kalau aku bukan gay.

72

5.

Putra
27 Tahun

Komunikasi dengan keluarga baik, karena juga orang tua sampai


sekarang belum tau, yah tapi namanya juga orang tua, pasti
curiga ada.

2. Seandainya keluarga tahu bahwa anda adalah gay, menurut anda apa yang mereka
lakukan?
No.
1.

Informan
Jaldi
23 Tahun

Data
Mungkin aku disuruh nikah cepat, tapi gak mungkin
dibunuhlah, namanya juga anak sendiri.

2.

Juni
26 Tahun

Yah apapun konsekuensinya aku tidak takut dan siap untuk


menghadapinya, mungkin dengan kondisi sekarang, bisa di
kategorikan aku sudah dewasa, dan aku sudah memiliki
kerjaan aku sendiri jadi aku lebih berani menghadapinya.

3.

Maharani
25 Tahun

Mudah-mudahan jangan tau ya, seandainya tau pun saya akan


memberikan pengertian pada keluarga, bahwa inilah orientasi
seksual saya.

4.

Rio
29 Tahun

Yang pasti pertama aku lihat harus jauh dari keluarga, dan
meninggalkan keluarga, namanya keluarga juga ingin menjaga
nama baik ya, supaya orang lain juga gak tau, dan aku juga
menjaga hubungan baik keluarga dengan masyarakat, jadi
lebih baik aku menjauh.

73

5.

Putra
27 Tahun

Mungkin karena disebelah mamak di kampong sendiri,


keluarga mamak cukup terpandanglah, karena ayah mamak
adalah kyai disana ya, otomatis kecewa, mungkin bisa jadi
juga diusir.

3. Setelah melewati beberapa proses diatas, apakah ada konflik yang muncul dari
anda dan keluarga?
No.
Informan
Data
1.

Jaldi
23 Tahun

Konflik sih gak ada, tapi kadang kondisinya gini, misalnya


aku nongkrong dengan yang lebih lentik, sedangkan aku kan
penampilan aku biasa gini selayaknya lelaki hetero, takut sih
ketemu keluarga gitu, dan sempet kejadian papaku pernah
ketemu aku lagi nongkrong sama mereka, dan langsung
disamperin sama papa dan dibilang yaudah besok jangan kek
gitu lagi ya, nongkrongnya jangan sama orang-orang yang kek
gitu lagi. Udah sih papa bilang gitu aja.

2.

Juni
26 Tahun

Kalau dari kakak aku sih sejauh ini cukup mengerti dengan
kondisi aku saat ini.

3.

Maharani
25 Tahun

Sejauh ini belum lagi pernah terjadi konflik didalam keluarga,


karena bila dirumah dan mau keluar rumah penampilan
sebagai lelaki tetap dijaga. Tapi pakai bedak yang sedikit soft
tidak terlalu mencolok tetap.

4.

Rio
29 Tahun

Sejauh ini yang terjadi sama aku engga ada, karena mungkin
mereka engga melihat dengan mata kepala mereka sendiri,

74

jadi mereka menganggap bahwa hembusan-hembusan dari


luar itu biasa untuk anaknya, karena yang setahu aku orang
tua, tau aku dari kecil sedikit keperempuanan gitu ya, dan hal
yang paling sering orang tua aku ingatkan adalah harus
menikah, harus bertobat gitu, oh iya, harus ke psikolog juga
ada mereka bilang.
5.

Putra
27 Tahun

Sempet juga sih dituduh keluarga, karena aku gak pernah


pacaran, pernah dibilang mana pacar qe wan? Mungkin qe
gak suka sama cewe kali ya?

4. Setelah terjadi sesuatu yang tak diinginkan dalam keluarga, keputusan apa yang
anda ambil?
No.
Informan
Data
1.

Jaldi
23 Tahun

Yang namanya keluarga, pasti tetep sayang dengan keluarga,


yang pasti aku tetep ambil keputusan untuk hidup sendiri
seperti sekarang, karena lebih nyaman dan aman, dengan
papaku juga sering pindah-pindah kerja jadinya yah enjoy aja
dengan keadaan sekarang, komunikasi tetap berjalan lancer,
akunya juga bebas melakukan apa yang aku mau sesuai
dengan kemauanku, terkecuali kalau papa datang ngunjungin
aku, baru deh panik.

2.

Juni
26 Tahun

Keputusannya coba mendekati orangtua untuk menjelaskan


secara baik-baik, bahwasanya yang seperti ini saya tidak
minta, pilihannya A, B, C, D , saya juga gak minta saya

75

sebagai A atau D, dan kalaupun suruh memilih saya juga tidak


mau, ini sudah alami terhadap diri saya, kalau pun mereka
tidak mengerti, saya siap untuk ditinggalkan ataupun
meninggalkan.
3.

Maharani
25 Tahun

Tetap berjuang untuk menjelaskan dan meyakinkan orientasi


seksual saya yang berbeda, yah kalaupun orang tua tetap tidak
menerima, yah apa boleh buat aku harus menghindar
sementara waktu sampai keluarga menerima apa adanya aku

4.

Rio
29 Tahun

Mau gak mau keputusan yang pasti aku ambil akan


meninggalkan keluarga, sampai keluarga aku menerima,
kalaupun mereka tidak menerima, berarti itu udah resiko jalan
hidup yang aku pilih.

5.

Putra
27 Tahun

Keputusan yang saya ambil, tidak lagi tinggal sama keluarga


di kampong sendiri, meninggalkan keluarga, tapi tetap
berusaha berkomunikasi walaupun mereka menolak.

c. Bentuk Komunikasi Interpersonal dengan Masyarakat


1. Bagaimana sikap anda dengan masyarakat yang tahu keberadaan anda sebagai
gay?
No.
1.

Informan
Jaldi
23 Tahun

Data
Klo sikap aku sih cuek, biasa aja, terserah mereka mau mikir
apa, kan mereka cuma curiga, belum tau pasti, karena aku kan
gak ngaku.

76

2.

Juni
26 Tahun

Sebenarnya sekarang ini masyarakat

gak bodoh sih,

cenderung mereka orang- orang yang cukup cerdas, sejauh ini


menurut pengalaman hidup aku sendiri, gay, waria, lesbian,
kalau dia mapan dia mampu hidup sendiri dan mandiri,
cenderung masyarakat tidak berani berkomentar yang tidaktidak, apalagi melakukan hal-hal yang positif. Kecenderungan
yang terjadi di masyarakat, karena contohnya ada temen di
pelayanan masyarakat yang ada diskriminasi, itu cenderung
temen-temen kita yang kurang beruntung, coba seandainya
seorang gay itu lebih mandiri, mereka cukup menghargai
3.

Maharani
25 Tahun

Sampai sekarang ada beberapa masyarakat sekitar yang tahu,


teman-teman

tetangga

contohnya,

tapi

mereka

bukan

memikirkan saya yang berbeda, mereka lebih cenderung


bersahabat karena dengan saya bisa memberikan hal-hal yang
baik buat mereka kenapa tidak,
4.

Rio
29 Tahun

Kalau lingkungan hubungan pergaulan sih, aku ngerasa


temen-temen udah mulai terbuka dengan keberadaan kami
yang gay. Meski penerimaan itu mungkin agak sulit, tapi
selama tidak merugikan mereka yah fine-fine aja.

5.

Putra
27 Tahun

Kalau di kampong saya orangnya tertutup, tidak terlalu bebas,


karena kegiatan di kampong Cuma membantu orang tua. Tapi
kalau misalnya disini, yah seperti ini, terbuka saja kalau
sesama. teman, tapi kalau dengan teman-teman kampus belum

77

berani, kalau misalnya mereka tau saya seperti ini, biar


mereka saja yang bertanya langsung kepada saya.

2. Bagaimana anda mempertahankan identitas anda sebagai seorang gay ditengahtengah masyarakat?
No.
1.

Informan
Jaldi
23 Tahun

Data
Orang-orang sih taunya aku laki-laki sama kayak lelaki hetero
lainnyajuga sama kayak qe, kecuali klo diluar, kayak liburan
di Bali kemarin, aku lebih bebas sama pasangan aku,
pegangan tangan yah santai aja. Tp pernah juga sih disini aku
jalan sama cowokku belanja disalah satu pusat perbelanjaan
disini, sering diliatin, tp tetep cuek gak peduli, kan mereka
cuma curiga

2.

Juni
26 Tahun

Sejauh ini saya cukup menjaga, saya adalah laki-laki di depan


masyarakat, berkomunikasi dengan baik, setidaknya keluar
dari rumah, ketemu dengan masyarakat saya tetap menegur.
Akan tetapi saya tidak tahu kedepannya bagaimana bila
mereka mengetahui saya adalah seorang gay, apalagi daerah
tempat tinggal saya itu masih begitu tabu mengenai hal-hal
seperti ini. Tapi sejauh ini saya masih menjaga.

3.

Maharani
25 Tahun

Sampai sekarang masih mempertahankan diri sebagai seorang


gay. Ada juga sesekali berpura-pura menjadi lelaki hetero
karena menghadiri acara yang formal.

78

4.

Rio
29 Tahun

Yah aku tampil dengan apa adanya, aku tetap tampil sebagai
seorang gay, baik dari penampilan juga pilihan orientasi aku.
Aku juga menunjukkan bahwa aku gay yang peduli, bukan
sekedar gay yang have fun aja, apalagi juga kita bisa
memberikan yang terbaik untuk orang sekitar kita. Dan yang
paling penting adalah menunjukan prestasi, karena orang akan
melihat kita dari prestasi bukan dari orientasi seks kita, itu
yang aku rasakan. Karena juga aku berada dilingkungan
masyarakat yang sudah berfikiran terbuka.

5.

Putra
27 Tahun

Tidak ada yang perlu dipertahankan, karena saya cuek saja


tentang apapun padangan dan pendapat mereka, karena ini
adalah diri saya dan ini adalah hidup saya.

3. Bagaimana anda bertahan ditengah-tengah masyarakat yang sulit untuk menerima


keberadaan anda?
No.
1.

Informan
Jaldi
23 Tahun

Data
Ditempat selama ini aku tinggal sih, karena dikota kali yaa,
jadi pada cuek, tetangga sebelahan malah kadang saling gak
kenal, jadi aku bisa tetap menjadi diri aku sendiri di
masyarakat dan lingkungan aku.

2.

Juni
26 Tahun

Menjaga silaturahmi pasti, seperti yang saya bilang tadi, saya


tetap menegur warga kampong tempat saya tinggal, juga ikut
terlibat dalam kegiatan yang mereka lakukan.

79

3.

Maharani
25 Tahun

Tetap

bertahan,

harus

memberikan

penjelasan

dan

memberikan pengetahuan bahwa gay ada disekeliling anda.


4.

Rio
29 Tahun

Rambut boleh sama hitam, hati siapa yang tau, didepan kita
mereka bisa ngobrol dan support kita, dibelakang, siapa yang
tau. Tapi yang aku rasakan, selama dia tidak mengganggu aku
tidak usil dengan kegiatan aku, aku juga biasa-biasa aja.
Sebenarnya kita tidak mengharapkan orang itu baik sama kita,
minimal orang lain itu tau kita itu ada, dan tidak merugikan
orang lain.

5.

Putra
27 Tahun

Sama seperti tadi, saya lebih memilih cuek, kan belum ada
pengakuan langsung dari saya.

4. Seperti apa komunikasi yang terjadi dengan tetangga anda?


No.
Informan
Data
1.

Jaldi
23 Tahun

Jarang sih berkomunikasi dengan tetangga, karena memang


mereka juga cuek, yah akupun juga cuek aja, jadinya memang
berjalan dengan jarang terjadi komunikasi sesama tetangga.

2.

Juni
26 Tahun

3.

Maharani
25 Tahun

Seperti yang saya bilang tadi, yah beberapa tetangga tau,


komunikasi tetap berjalan selayaknya ngobrol sehari-hari.

4.

Rio
29 Tahun

Kalau aku tinggal ditempat yang bisa dibilang siapa elo siapa
gue kali ya, sma tetangga aja belum tentu sering. Kembali lagi

80

sama kek yang aku sebutin tadi, urusin masing-masing


kehidupan lo, gak perlu saling mengganggu
5.

Putra
27 Tahun

Yah pasti pernah, kalau disini maupun di kampong, lancerlancar aja juga, karena saya masih menampilkan penampilan
saya lebih condong ke gay maskulin, jadi mungkin tidak
terlalu mencolok keliatannya, dan tidak ada pertanyaan.

5. Seberapa sering anda terlibat dalam kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat
anda?
No.
Informan
Data
1.

Jaldi
23 Tahun

Gak pernah ikut kegiatan yang dilakukan, jarang sih, palingan


kek gotong royong gitu juga karena komplek perumahan gitu,
jadinya yah mereka cuma minta uang iuran kebersihan aja,
jadinya memang gak terlibat langsung, paling juga klo ke
mesjid, baru ketemu warga komplek gitu.

2.

Juni
26 Tahun

Cukup sering sih, seperti kegiatan di mesjid, ada juga gotong


royong juga ikut, jaga malam apalagi saya juga ikut, walaupun
sebenarnya merasa aneh sendiri, kenapa banci ikut beginian.
Yah , meski banyak yang bisa di absen sih, tapi karena
ditengah masyarakat sendri harus tetap menjaga wibawalah.

3.

Maharani
25 Tahun

Kalau dilingkungan saya sih jarang ada kegiatan yang


dilakukan, tetapi ada musyawarah-musyawarah di mesjid dan
ada musyawarah kecil dengan pemuda-pemuda, dan saya

81

sempat terlibat mereka juga menerima keberadaan saya, tapi


kondisinya mungkin mereka belum lagi tahu kalau saya
seorang gay.
4.

Rio
29 Tahun

Sebenarnya aku tinggal lingkungan yang masing-masing sih,


tapi aku punya hubungan yang bagus dengan kepala
pemudanya. Kita pernah beberapa kali dilibatkan untuk jaga
malam, bahkan aku punya temen waria, untuk jaga malam dia
mau, kapan lagi sih bisa berinteraksi social dan terlibat dalam
kegiatan masyarakat. Tapi masalahnya aku males untuk
ngeronda atau jaga malam, karena jujur aku orang yang
tertutup untuk hubungan masyarakat, tapi gak papa sih sama
kepala pemudanya, malah dikasih option, dia mengatakan
gak papa klo gak bisa jaga malam, yang penting bapak mau
bayar uang iurannya. Kan termasuk lingkungan yang aware
lah dengan pekerjaan kita, dan tidak ada paksaan

5.

Putra
27 Tahun

Kalau saya di kampong sendiri, selalu terlibat dalam kegiatan


seperti mauled, jaga malam, juga banyak kegiatan lain yang
sering dilakukan oleh masyarakat kampong. Sedangkan kalau
disini sih jarang saya ikut terlibat, karena seperti jaga malam
aja hanya diminta iurannya saja bila tidak mampu untuk ikut
atau punya kesibukan lain yang tidak bisa diganggu.

82

d. Bentuk Komunikasi Interpersonal dengan Interaksi Simbolik


1. Bagaimana cara menentukan seseorang itu gay atau bukan?
No.
Informan
Data
1.

Jaldi
23 Tahun

Kalau dari aku sih, dari gerak geriknya, dari cara


berpakaiannya, apalagi gay yang feminim yang terlihat jelas,
dengan pakaian yang penuh warna penampilannya lebih
kewanitaan, lentaklentik, kalau gay yang biasa atau yang
maskulin, tidak terlalu menonjol, selayaknya lelaki hetero
pada umumnya, cuma tetep aja sukanya juga laki.

2.

Juni
26 Tahun

Yang pasti dari tingkah laku, juga aksesoris yang digunain,


adayang kadang memakai anting juga, pakaian juga pasti
lebih metroseksual, bajunya ngepas

3.

Maharani
25 Tahun

Dari cara berpakaian, memakai make up dan lipstick yang


soft, berbicaranya, dan body language, dan yang paling
kelihatan itu gay feminism, kalau gay yang maskulin lebih
sedikit kesulitan menentukannya.

4.

Rio
29 Tahun

Kalau di Aceh sendiri sih belum terlihat, tapi kalau di Jakarta


sih ada yang bilang seperti mereka memakai anting disebelah
kiri, juga makai cincin di jari tengah, juga kalau penampilan
lebih modis, apalagi kalau yang gay feminim mengikuti trend
yang lagi in, kalau yang gay maskulin penampilannya lebih
seperti lelaki metroseksual.

5.

Putra
27 Tahun

Menggunakan anting disebelah kiri, kebanyakan gay yang


ikut fitness, mau itu gay maskulin atau gay feminim, tapi itu
kebanyakan, karena

83

2. Simbol-simbol seperti apa yang digunakan untuk tahu bahwa seseorang itu adalah
gay?
No.

Informan

1.

Jaldi
23 Tahun

2.

Juni
26 Tahun
Maharani
25 Tahun
Rio
29 Tahun

3.
4.

Data
Tidak ada yang khusus sih kalau kita di Banda Aceh ini.

Tidak ada simbol yang begitu spesifik kalau di banda aceh


Di Aceh sendiri sih tidak ada sejauh ini, karena udah bagus
kita bisa hidup disini, dengan menonjolkan simbol-simbol itu
sendiri malah memperkeruh masalah.

5.

Putra
27 Tahun

Yah seperti tadi, menggunakan anting sebelah kiri salah


satunya.

3. Bagaimana cara mengidentifikasi simbol-simbol yang kalian gunakan?


No.
Informan
Data
1.
2.
3.
4.
5.

Jaldi
23 Tahun
Juni
26 Tahun
Maharani
25 Tahun
Rio
29 Tahun
Putra
27 Tahun

84

4. Ditengah-tengah keluarga ataupun masyarakat apakah simbol yang kalian


gunakan tetap dipertahankan?
No.
1.

Informan
Jaldi
23 Tahun

Data
Kalau aku sih bukan mempertahankan simbol, tetapi klo aku
kadang tetap ngencangin baut, maskudnya lebih laki, tapi sih
klo sama keluarga aja, tapi klo sama temen kampus atau
masyarkat aku sih gak peduli, meski orang itu curiga aku sih
gak peduli, kan dari akunya sendiri gak ngaku klo aku gay.

2.

Juni
26 Tahun

Tergantung sih, klo mungkin dari yang saya bilang tadi, saya
lebih suka menampilkan diri sebagai lelaki hetero, dan tidak
suka memakai beragam macam aksesoris, dan saya juga
kurang suka menjadi bahan tontonan orang lain.

3.

Maharani
25 Tahun

Kalau simbol yang dimaksud seperti yang dimaksudkan


seperti yang aku sebutin tadi, yah lebih menyesuaikan
penampilan kemana kita pergi sih.

4.

Rio
29 Tahun

Kalau mungkin yang dimaksud adalah penampilan, gay itu


dibagi menjadi dua, gay maskulin itu mereka menunjukan
bahwa mereka bener-bener menunjukkan identitas mereka
benar-benar seorang laki-laki. sedangkan gay feminim itu yah
seperti akulah yah gitu, aku suka memakai baju-baju yang
berwarna cerah dan lebih menonjolkan sisi keperempuanan
aku, perempuan hetero aja bisa kenapa aku tidak mencoba,
lebih cenderung ingin tampil bedalah, walaupun mungkin

85

orang lain taulah, ya kalau mereka tau yah silahkan, yang


penting tidak mencibir. Oh iya ada juga satu lagi gay
fleksibel, klo diposisikan dalam posisi seksnya itu adalah
versatile
5.

Putra
27 Tahun

Saya tetap mempertahankan identitas saya sebagai gay


maskulin, menjaga penampilan, dan menjaga banyak hal lagi,
karena saya tidak mau di diskriminasi, karena di diskriminasi
itu sakit ya.

e. Hambatan Komunikasi Interpersonal dengan sesama keluarga dan masyarakat


1. Hambatan apa yang sering terjadi ketika anda berkomunikasi dengan sesama
kaum gay, keluarga, dan masyarakat?
No.
1.

Informan
Jaldi
23 Tahun

Data
Kalau komunikasi dengan sesama gay sih tidak ada
hambatannya, karena kita sehati dan sejalan, cuma terkadang
terjadi konflik dengan sesama karena ada seseorang yang gay
yang munafik, belum ngaku klo dia itu gay. Kalau sama
keluarga hambatannya sejauh ini belum ada, karena juga aku
anak satu-satunya, ngomong manja manja udah biasa, dari
kecil juga udah dimanja, jadi sifat sifat manja aku sama bapak
aku yah biasa aja. Kalau dengan masyarakat sendiri sejauh ini
juga tidak ada masalah, karena bisa dibilang aku kayak
munafik gitu, karena aku masih menampilkan diri selayaknya
lelaki hetero pada umumnya.

86

2.

Juni
26 Tahun

Misalkan sesama gay sih tidak ada, kalau dari masyarakat


sama masyarakat juga aman-aman aja dan baik-baik aja.

3.

Maharani
25 Tahun

Untuk gay sih, lebih kepada susah untuk jumpa karena banyak
yang bekerja seperti kerja salon, juga masih ada yang
berkuliah, meski kita sering berbagi informasi melalui bbm
ataupun facebook, juga dengan menggelar diskusi yang seru
dan membuat mereka tertarik, diwaktu itulah kita bisa
bertemu dan bertegur sapa. Kalau di keluarga dan masyarakat
sejauh ini hambatan yang saya rasakan tidak ada

4.

Rio
29 Tahun

Hambatan dari komunikasi dengan sesama gay, kalau aku


dengan gay feminim lebih aman lebih nyaman, kalau yang
maskulin sih lebih tertutup, gini sih tingkat dengan temanteman sesama gay aja masih banyak masalah, contohnya
kayak gay maskulin itu paling anti dengan gay feminim,
mereka takut dicap sama orang bahwa dia sama dengan
mereka. Sedangkan dengan keluarga dengan mereka yang
belum tau bahwa aku gay, hari-hari komunikasi aku baik-baik
aja, paling tidak agak sedikit menjaga wibawa, engga lepas
bautnya, engga ngondek abislah. Kalau dengan masyarakat
tergantung ya, kalau masyarakat dengan pergaulan sehari-hari
aku selama ini sih aku bisa jadi diri aku sendiri, tapi kalau
dengan masyarakat yang anti dengan itu, ya pinter pinter kita
lah untuk mengklasifikasi masyarakat yang dimana kita harus

87

menjaga wibawa yang mana masyarakat kita bisa lepas


bautlah, tinggal menyesuaikan diri pada tempatnya.
5.

Putra
27 Tahun

Kalau dari sesame gay sih selama ini tidak ada, begitu juga
dengan keluarga serta masyarakat, tidak ada, karena selama
ini mungkin aku menampilkan diri aku sebagai gay maskulin.

2. Menurut anda, terjadi perubahan komunikasi maupun sikap dari keluarga atau
masyarakat terhadap anda?
No.
1.

Informan
Jaldi

Data
Dari keluarga aku sendiri sih mereka tetap berkomunikasi dan
ngobrol seperti biasa sih karena juga mereka tidak tahu. Tapi
kalau dari masyarakat sendiri sih yang ada dilingkungan aku
yang tau aku gay, sejauh ini sih mereka menerima kondisi aku
sebagai seorang gay, kalaupun mereka gak tau, aku tetap cuek
dan yah berperan biasa aja sih, selayaknya cowok.

2.
3.

Juni
26 Tahun
Maharani
25 Tahun

Dari keluarga sih tidak ada, kalau masyarakat sih sebagian


ada, kalau tadi ada tetangga yang bersahabat baik, ada juga
beberapa tetangga yang melihat kami sebelah mata dan
merupakan sebuah dosa besar menjadi seorang gay. Tapi kita
bagaimana caranya untuk membuat stigma seperti itu bisa
dipatahkan dengan cara melakukan hal-hal yang positif untuk
lingkungan kami sendiri

88

4.

Rio
29 Tahun

Kalau keluarga sih selama ini, perubahan komunikasi tidak


ada terjadi, malah yang dulunya agak mulai-mulai curiga
kalau aku gay meski belum ada pengakuan dari aku, tapi aku
merasa malah sekarang keluarga lebih memperdulikan aku
saat ini dan dijaga. Ya kalau masyarakat malah tidak ada,
yang penting bisa menyesuaikan diri, dengan menjaga
penampilan itu juga penting.

5.

Putra
27 Tahun

Hmmm, sampai hari ini sih belum ada terjadi perubahan


komunikasi.

3. Seandainya keluarga ataupun masyarakat mengetahui kalau anda adalah seorang


gay, sikap apa yang akan anda ambil?
No.
1.

Informan
Jaldi
23 Tahun

Data
yang paling pasti adalah kalau dari keluarga aku serahkan
sama bapak aku, kayak yg aku bilang tadi, udah pasti aku
disuruh nikah cepat cepat, dan mau gak mau yah aku harus
menikah

mengikuti

kemauan bapakku, tapi

klo

dari

masyarakat sendiri, selama mereka gak mengusik kehidupan


aku dan aku gak mengusik kehidupan mereka, yah aku juga
cuek aja, kecuali klo udah bener bener ganggu kehidupan aku,
aku harus cabut mencari lingkungan yang baru
2.

Juni
26 Tahun

Saya ngelihat dulu reaksi mereka seperti apa, kalau mereka


terbuka, apapun bentuk saya mereka pasti menerima, akan

89

tetapi saya yakin ibu saya menerima saya. Berbeda dengan


keluarga ya, karena saya hidup dengan keluarga besar saya
yang basic agamanya yang cukup kuat sudah pasti tidak akan
diterima.
3.

Maharani
25 Tahun

Kalau keluarga udah saya bilang tadi ya, kalau untuk


masyarakat sendiri yah seperti tadi, mematahkan stigmastigma negatif mereka.

4.

Rio
29 Tahun

Kalau keluarga kan tadi udah aku sebutin. Kalau masyarakat


tau aku mah engga peduli, yang penting jangan ganggu aku.

5.

Putra
27 Tahun

Mungkin akan melarikan diri, menghilang sesaat dari


keluarga, hahaha.

4. Mungkin ada timbul sedikit pertanyaan dari anggota masyarakat yang melihat
bahwa anda dicurigai gay, apa yang mereka lakukan terhadap anda?
No.

Informan

Data

1.

Jaldi
23 Tahun

Kalau aku sih selama aku ini belum ada yang sampai segitunya,
karena biasanya kan kalau disini cuma ada omongan omongan
dibelakang aja, tapi didepan aku tetap biasa aja sih.

2.

Juni
26 Tahun

Kalau dari masyarakat yang tempat sekarang saya tinggal, dan


saya tinggal dilingkungan orang sudah pasti diusir. Juga kalau
keluarga sudah pasti diusir, tapi pasti disuruh berubah terlebih
dahulu, karena keluarga saya paling anti dengan paham-paham
seperti ini.

90

3.

Maharani
25 Tahun

Walaupun ada kecurigaan mereka kalau saya seorang gay, walau


dibelakang saya mereka menuduh saya gay, yah tidak masalah,
selama mereka tidak merugikan kita dan tidak ada mendapatkan
kekerasan dari masyarakat.

4.

Rio
29 Tahun

Dengan lingkungan aku yang sekarang tinggal mandiri, beda


dengan dulu ya, yang aku masih tinggal sama keluarga, akhirakhir ini ada beberapa masyarakat yang mulai menanyakan, rik
elu sebenernya gay gak sih? Cuma aku kembali lagi, aku harus
bisa menyesuaikan, selama aku tidak merugikan keluarga aku,
kecuali tetangga aku deket dengan keluarga aku, aku lebih
menutup diri. Kembali lagi sih, aku akan membuka diri kepada
orang-orang yang cenderung pemikirannya terbuka. Tapi kalau
pemikirannya tertutup dengan langsung ngejudge, dosa tau
begitu lebih baik aku menutup diri dan menghindar, dari pada
menimbulkan konflik baru.

5.

Putra
27 Tahun

Di kampong sih yang paling sering, teman-teman satu angkatan


disana sih yang paling sering curiga dan bertanya-tanya pacar
qe mana wan? jadi ada foto saya sama cewe, jadi itulah yang
saya tunjukkan, hahaha.

91

5. Bagaimana tanggapan keluarga dan masyarakat ketika mengetahui anda adalah


gay?
No.
1.

Informan
Jaldi
23 Tahun

Data
Sama sih yang kayak aku bilang tadi, pasti disuruh cepat untuk
menikah dengan wanita pastinya, klo masyarakat sendiri tetap
dong aku cuek, karena mereka belum ada bukti nyata, hanya
lihat dari penampilan aku sendiri.

2.

Juni
26 Tahun

Saya tidak bisa bilang bagaimana ya, karena belum terjadi.


Sama sekali sepertinya tidak ada harapan untuk mereka dapat
menerima, karena di masyarakat dan keluarga bebannya
mengenai agama, hitam putih dan haram halalnya sudah jelas,
saya juga tahu didalam agama, apa yang saya lakukan ini,
bukan sesuai dengan jalurnya. Kedepannya juga saya punya
niat baik untuk menikah, bismillah insyaallah niat baik mesti
diiringi dengan itikat baik juga untuk merubah diri sendiri.

3.

Maharani
25 Tahun

Tidak begitu perduli dengan tanggapan mereka, yah inilah saya


sebagai seorang gay, dan saya harus memperjuangkan hak-hak
saya sebagai seorang gay, dan tetap melakukan hal-hal positif.

4.

Rio
29 Tahun

Udah dong tadi dijawab yaa

5.

Putra
27 Tahun

Seandainya tau ya, karena sejauh ini belum tau sih, kalau saya
ketahuan ML dengan pasangan saya, mungkin baru saya akan
mengakui kalau saya adalah seorang gay. Kalau masyarakat di
kampong yang tau, yah sudah pasti sudah menjadi top news,
hahaha.

92

BIODATA PENELITI
Nama

: Tedy Edho Satria

No. Induk Mahasiswa

: 0810102010039

Tempat/Tanggal Lahir

: Lhoksumawe, 12 Desember 1989

Riwayat Pendidikan

a.
b.
c.
d.

Sekolah Dasar
SMP
SMA
Perguruan Tinggi

:
:
:
:

SD Kartika Medan
SMP Swasta Kartika 1-2 Medan
SMA Swasta Perguruan Panca Budi Medan
FISIP Unsyiah, Jurusan Ilmu Komunikasi

Tahun Masuk Universitas : 2008


Tingkat

: Strata 1

Alamat

: Jl. Jamboe Tape, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.

Nama Orang Tua

a. Ayah
b. Ibu

Alamat Orang Tua

: Tating Zulkarnaen
: Sri Kamsuharti

:Jl. Asrama, Pondok Kelapa, Komplek Bumi Asri, Medan

93

Anda mungkin juga menyukai