Anda di halaman 1dari 8

Bacaan Dzikir Setelah Shalat 5 Waktu Yang Diajarkan Oleh Rasulullah

======================================
Dzikir-dzikir Setelah Salam dari Shalat Wajib
Di antara dzikir-dzikir yang sifatnya muqayyad adalah dzikir setelah salam dari shalat wajib. Setelah selesai
mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri, kita disunnahkan membaca dzikir, yaitu sebagai berikut:
1. Membaca:




astagfirullah3x .Allahumma antas salam wa minkas salam tabarokta yaa dzal jalali wal ikrom.
Aku meminta ampunan kepada Allah (tiga kali). Ya Allah, Engkaulah As-Salaam (Yang selamat dari kejelekankejelekan, kekurangan-kekurangan dan kerusakan-kerusakan) dan dari-Mu as-salaam (keselamatan), Maha Berkah
Engkau Wahai Dzat Yang Maha Agung dan Maha Baik. (HR. Muslim 1/414)
2. Membaca:
, ,
Laa ilaha illalah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ala kulli syain qodir,
Allahumma laa mania lima athoita wa laa muthiya lima manata, wa laa yanfau dzal jaddi minkal jaddu.
Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan
Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menolak terhadap apa yang Engkau beri
dan tidak ada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau tolak dan orang yang memiliki kekayaan tidak dapat
menghalangi dari siksa-Mu. (HR. Al-Bukhariy 1/255 dan Muslim 414)
3. Membaca:




Laa ilaha illalah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ala kulli syain qodir, laa hawla
quwwata illa billah. Laa ilaha illallah wa laa nabudu illa iyyah, lahun nimah wa lahul fadhlu wa lahuts tsanaul
hasan.Laa ilaha illallah mukhlishina lahud din wa law karihal kaafirun
Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan
Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan upaya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah
dan kami tidak beribadah kecuali kepada Allah, milik-Nya-lah segala kenikmatan, karunia, dan sanjungan yang baik,
tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, kami mengikhlashkan agama untuk-Nya walaupun orang-orang kafir
benci. (HR. Muslim 1/415)
4. Membaca:

subkhanallah
Maha Suci Allah. (tiga puluh tiga kali)

alkhamdulillah
Segala puji bagi Allah. (tiga puluh tiga kali)

Allahuakbar
Allah Maha Besar. (tiga puluh tiga kali)
Kemudian dilengkapi menjadi seratus dengan membaca,
,
Laa ilaha illalah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ala kulli syain qodir,
Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan
Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Barangsiapa mengucapkan dzikir ini setelah selesai dari setiap shalat wajib, maka diampuni dosa-dosanya walaupun
sebanyak buih di lautan. (HR. Muslim 1/418 dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu)
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, Ada dua sifat
(amalan) yang tidaklah seorang muslim menjaga keduanya (yaitu senantiasa mengamalkannya, pent) kecuali dia
akan masuk jannah, dua amalan itu (sebenarnya) mudah, akan tetapi yang mengamalkannya sedikit, (dua amalan
tersebut adalah): mensucikan Allah Taala setelah selesai dari setiap shalat wajib sebanyak sepuluh kali (maksudnya
membaca Subhaanallaah), memujinya (membaca Alhamdulillaah) sepuluh kali, dan bertakbir (membaca Allaahu
Akbar) sepuluh kali, maka itulah jumlahnya 150 kali (dalam lima kali shalat sehari semalam, pent) diucapkan oleh
lisan, akan tetapi menjadi 1500 dalam timbangan (di akhirat). Dan amalan yang kedua, bertakbir 34 kali ketika
hendak tidur, bertahmid 33 kali dan bertasbih 33 kali (atau boleh tasbih dulu, tahmid baru takbir, pent), maka itulah
100 kali diucapkan oleh lisan dan 1000 kali dalam timbangan.
Ibnu Umar berkata, Sungguh aku telah melihat Rasulullah menekuk tangan (yaitu jarinya) ketika mengucapkan
dzikir-dzikir tersebut.
Para shahabat bertanya, Ya Rasulullah, bagaimana dikatakan bahwa kedua amalan tersebut ringan/mudah akan
tetapi sedikit yang mengamalkannya?
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Syaithan mendatangi salah seorang dari kalian ketika hendak
tidur, lalu menjadikannya tertidur sebelum mengucapkan dzikir-dzikir tersebut, dan syaithan pun mendatanginya di
dalam shalatnya (maksudnya setelah shalat), lalu mengingatkannya tentang kebutuhannya (lalu dia pun pergi)

sebelum mengucapkannya. (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud no.5065, At-Tirmidziy no.3471, An-Nasa`iy 3/74-75,
Ibnu Majah no.926 dan Ahmad 2/161,205, lihat Shahiih Kitaab Al-Adzkaar, karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy 1/204)
Kita boleh berdzikir dengan tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 33 kali dengan ditambah tahlil satu kali atau
masing-masing 10 kali, yang penting konsisten, jika memilih yang 10 kali maka dalam satu hari kita memakai dzikir
yang 10 kali tersebut.
Hadits ini selayaknya diperhatikan oleh kita semua, jangan sampai amalan yang sebenarnya mudah, tidak bisa kita
amalkan. Tentunya amalan/ibadah semudah apapun tidak akan terwujud kecuali dengan pertolongan Allah. Setiap
beramal apapun seharusnya kita meminta pertolongan kepada Allah, dalam rangka merealisasikan firman Allah,

Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. (AlFaatihah:4)
5. Membaca surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq dan An-Naas satu kali setelah shalat Zhuhur, Ashar dan Isya`. Adapun
setelah shalat Maghrib dan Shubuh dibaca tiga kali. (HR. Abu Dawud 2/86 dan An-Nasa`iy 3/68, lihat Shahiih Sunan
At-Tirmidziy 2/8, lihat juga Fathul Baari 9/62)
6. Membaca ayat kursi yaitu surat Al-Baqarah:255
Barangsiapa membaca ayat ini setiap selesai shalat tidak ada yang dapat mencegahnya masuk jannah kecuali maut.
(HR. An-Nasa`iy dalam Amalul yaum wal lailah no.100, Ibnus Sunniy no.121 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy
dalam Shahiihul Jaami 5/339 dan Silsilatul Ahaadiits Ash-Shahiihah 2/697 no.972)
7. Membaca:

Sebagaimana diterangkan dalam hadits Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam memegang kedua tangannya dan berkata, Ya Muadz, Demi Allah, sungguh aku benar-benar
mencintaimu. Lalu beliau bersabda, Aku wasiatkan kepadamu Ya Muadz, janganlah sekali-kali engkau
meninggalkan di setiap selesai shalat, ucapan (lihat di atas):
Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepadaMu. (HR. Abu Dawud 2/86 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahiih Sunan Abi Dawud 1/284)
Doa ini bisa dibaca setelah tasyahhud dan sebelum salam atau setelah salam. (Aunul Mabuud 4/269)
8. Membaca:
,
Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, yang
menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.

Dibaca sepuluh kali setelah shalat Maghrib dan Shubuh. (HR. At-Tirmidziy 5/515 dan Ahmad 4/227, lihat takhrijnya
dalam Zaadul Maaad 1/300)
9. Membaca:

Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.
Setelah salam dari shalat shubuh. (HR. Ibnu Majah, lihat Shahiih Sunan Ibni Maajah 1/152 dan Majmauz Zawaa`id
10/111)
Semoga kita diberikan taufiq oleh Allah sehingga bisa mengamalkan dzikir-dzikir ini, aamiin.
Wallaahu Alam.
Maraaji: Hishnul Muslim, karya Asy-Syaikh Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthaniy, Shahiih Kitaab Al-Adzkaar wa
Dhaiifihii, karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy dan Al-Kalimuth Thayyib, karya Ibnu Taimiyyah.
Sumber : Buletin Al-Wala wal Baro Edisi ke-29 Tahun ke-3 / 17 Juni 2005 M / 09 Jumadil Ula 1426 H
=============================
Mengupas Hukum Berdoa Sesudah Shalat |
berdoa doaMungkin sebagian saudara kami masih rancu mengenai perkara doa dan mengangkat tangan sesudah
shalat. Memang ada hadits yang menjelaskan dianjurkannya beberapa doa pada dubur shalat (akhir shalat)
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits semacam ini :




Aku wasiatkan padamu wahai Muadz. Janganlah engkau tinggalkan untuk berdoa setiap dubur shalat (akhir
shalat) : Allahumma ainni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik. [Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir padaMu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu]. (HR. Abu Daud no. 1522. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Namun apakah yang dimaksud dengan dubur shalat (akhir shalat)? Apakah sebelum salam atau sesudah salam?
Untuk memahami hal ini, alangkah baiknya kita memperhatikan penjelasan Syaikh Ibnu Baz berikut (Majmu Fatawa
Ibnu Baz 11/194-196) yang kami sarikan berikut ini. Serta ada sedikit penjelasan dari Syaikh Muhammad bin Sholih
Al Utsaimin dan ulama lainnya yang kami sertakan.
Dubur shalat kadang bermakna sebelum salam dan kadang pula bermakna sesudah salam.
Terdapat beberapa hadits yang menunjukkan hal ini. Mayoritasnya menunjukkan bahwa yang dimaksud dubur shalat
adalah akhir shalat sebelum salam jika hal ini berkaitan dengan doa. Sebagaimana dapat dilihat dalam hadits Ibnu
Masud radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah mengajarkannya tasyahud padanya, lalu
beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Kemudian terserah dia memilih doa yang dia sukai untuk berdoa dengannya. (HR. Abu Daud no. 825).
Dalam lafazh lain,

Kemudian terserah dia memilih setelah itu (setelah tasyahud) doa yang dia kehendaki (dia sukai). (HR. Muslim no.
402, An Nasai no. 1298, Abu Daud no. 968, Ad Darimi no. 1340)
Di antara contoh doa yang dibaca sebelum salam adalah yang terdapat dalam hadits Muadz bahwasanya Nabi
shallallahu alaihi wa sallam berwasiat padanya,



Janganlah engkau tinggalkan untuk berdoa setiap dubur shalat (akhir shalat)[1] : Allahumma ainni ala dzikrika wa
syukrika wa husni ibadatik. [Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir pada-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus
ibadah pada-Mu]. (HR. An Nasai no. 1286, Abu Daud no. 1301. Sanad hadits ini shohih)
Contoh lain dari doa yang dibaca sebelum salam adalah doa yang diajarkan oleh Saad bin Abi Waqosh radhiyallahu
anhu.

Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari sifat kikir, aku berlindung pada-Mu dari hati yang lemah, aku berlindung dari
dikembalikan ke umur yang jelek, aku berlindung kepada-Mu dari musibah dunia dan aku berlindung pada-Mu dari
siksa kubur.[2]
Adapun letak bacaan dzikir adalah setelah shalat, setelah salam berdasarkan hadits-hadits shohih yang ada.
Contoh yang dimaksud adalah ketika selesai salam kita membaca :
Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah. Allahumma antas salam wa minkas salam tabarokta yaa dzal jalali wal ikrom.
Dzikir ini dibaca oleh imam, makmum ataupun orang yang shalat sendirian (munfarid). Kemudian setelah itu imam
berbalik ke arah makmum sambil menghadapkan wajahnya ke arah mereka. Setelah itu imam, makmum, atau orang
yang shalat sendirian membaca dzikir :
Laa ilaha illalah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ala kulli syain qodir, laa hawla
quwwata illa billah. Laa ilaha illallah wa laa nabudu illa iyyah, lahun nimah wa lahul fadhlu wa lahuts tsanaul hasan.
Laa ilaha illallah mukhlishina lahud din wa law karihal kaafirun. Allahumma laa mania lima athoita wa laa muthiya
lima manata, wa laa yanfau dzal jaddi minkal jaddu.
Inilah yang dianjurkan bagi muslim dan muslimah untuk membaca dzikir-dzikir ini setelah shalat lima waktu. Lalu
setelah itu dia membaca tasbih (subhanallah), membaca tahmid (alhamdulillah), dan membaca takbir (Allahu Akbar).
Lalu dia menggenapkan bacaan dzikir ini menjadi seratus dengan membaca : Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika
lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ala kulli syain qodir.

Semua dzikir ini terdapat dalam hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lalu dianjurkan setelah membaca
dzikir-dzikir ini agar membaca ayat kursi sekali secara lirih (sir). Lalu setelah itu membaca qul huwallahu ahad dan al
mawidzatain (Al Falaq dan An Naas) masing-masing sekali setelah selesai shalat; kecuali untuk shalat maghrib dan
shubuh, ketiga surat ini dibaca masing-masing sebanyak tiga kali.
Dianjurkan pula bagi setiap muslim dan muslimah setelah selesai shalat maghrib dan shubuh untuk membaca dzikir :
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumit wa huwa ala kulli syain qodir,
dibaca sebanyak sepuluh kali sebagai tambahan dari bacaan-bacaan dzikir tadi, sebelum membaca ayat kursi,
sebelum membaca tiga surat tadi. Amalan seperti ini terdapat dalam hadits yang shohih. Wallahu waliyyut taufiq.
Kesimpulan :
Yang dimaksud dengan dubur shalat adalah :
[1] Setelah tasyahud, sebelum salam. Ini adalah letak kita dianjurkan untuk berdoa.
[2] Setelah shalat, sesudah salam. Ini adalah letak kita dianjurkan untuk berdzikir.
Kalau Ingin Berdoa, Sebaiknya Dilakukan Sebelum Salam
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah (Liqoat Al Bab Al Maftuh, kaset no. 82) berkata :
Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa apabila engkau ingin berdoa kepada Allah, maka berdoalah kepada-Nya
sebelum salam. Hal ini karena dua alasan :
Alasan pertama : Inilah yang diperintahkan oleh Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Beliau shallallahu alaihi wa
sallam membicarakan tentang tasyahud, Jika selesai (dari tasyahud), maka terserah dia untuk berdoa dengan doa
yang dia suka.
Alasan kedua : Jika engkau berada dalam shalat, maka berarti engkau sedang bermunajat kepada Rabbmu. Jika
engkau telah selesai mengucapkan salam, berakhir pula munajatmu tersebut. Lalu manakah yang lebih afdhol (lebih
utama), apakah meminta pada Allah ketika bermunajat kepada-Nya ataukah setelah engkau berpaling (selesai) dari
shalat? Jawabannya, tentu yang pertama yaitu ketika engkau sedang bermunajat kepada Rabbmu.
Adapun ucapan dzikir setelah menunaikan shalat (setelah salam) yaitu ucapan astagfirullah sebanyak 3 kali. Ini
memang doa, namun ini adalah doa yang berkaitan dengan shalat. Ucapan istighfar seseorang sebanyak tiga kali
setelah shalat bertujuan untuk menambal kekurangan yang ada dalam shalat. Maka pada hakikatnya, ucapan dzikir
ini adalah pengulangan dari shalat.
Hukum Mengangkat Tangan untuk Berdoa Sesudah Shalat Fardhu
Pembahasan berikut adalah mengenai hukum mengangkat tangan untuk berdoa sesudah shalat fardhu.
Berdasarkan penjelasan yang pernah kami angkat, kita telah mendapat pencerahan bahwa memang mengangkat
tangan ketika berdoa adalah salah satu sebab terkabulnya doa. Namun, apakah ini berlaku dalam setiap kondisi?
Sebagaimana penjelasan Syaikh Ibnu Utsaimin bahwa hal ini tidak berlaku pada setiap kondisi. Ada beberapa contoh
dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang menunjukkan bahwa beliau tidak mengangkat tangan ketika berdoa. Agar
lebih jelas, mari kita perhatikan penjelasan Syaikh Ibnu Baz mengenai hukum mengangkat tangan ketika berdoa
sesudah shalat.

Beliau rahimahullah- dalam Majmu Fatawanya (11/181) mengatakan :


Tidak disyariatkan untuk mengangkat kedua tangan (ketika berdoa) pada kondisi yang kita tidak temukan di masa
Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengangkat tangan pada saat itu. Contohnya adalah berdoa ketika selesai shalat
lima waktu, ketika duduk di antara dua sujud (membaca doa robbighfirli, pen) dan ketika berdoa sebelum salam,
juga ketika khutbah jumat atau shalat ied. Dalam kondisi seperti ini hendaknya kita tidak mengangkat tangan (ketika
berdoa) karena memang Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak melakukan demikian padahal beliau shallallahu
alaihi wa sallam adalah suri tauladan kita dalam hal ini. Namun ketika meminta hujan pada saat khutbah jumat atau
khutbah ied, maka disyariatkan untuk mengangkat tangan sebagaimana dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa
sallam.
Maka ingatlah kaedah yang disampaikan oleh beliau rahimahullah- dalam Majmu Fatawanya (11/181) berikut :
Kondisi yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak mengangkat tangan, maka tidak boleh
bagi kita untuk mengangkat tangan. Karena perbuatan Nabi shallalahu alaihi wa sallam termasuk sunnah, begitu
pula apa yang beliau tinggalkan juga termasuk sunnah.
Bagaimana Jika Tetap Ingin Berdoa Sesudah Shalat?
Ini dibolehkan setelah berdzikir, namun tidak dengan mengangkat tangan. Syaikh Ibnu Baz rahimahullah- dalam
Majmu Fatawanya (11/178) mengatakan :
Begitu pula berdoa sesudah shalat lima waktu setelah selesai berdzikir, maka tidak terlarang untuk berdoa ketika itu
karena terdapat hadits yang menunjukkan hal ini. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak perlu mengangkat tangan
ketika itu. Alasannya, karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak melakukan demikian. Wajib bagi setiap muslim
senantiasa untuk berpedoman pada Al Kitab dan As Sunnah dalam setiap keadaan dan berhati-hati dalam
menyelisihi keduanya. Wallahu waliyyut taufik.
Bahkan Berdoa Sesudah Shalat dan Dzikir adalah Perkara yang Dianjurkan
Dianjurkan seseorang berdoa sesudah shalat dan setelah dzikir disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
sebagaimana yang dinukil oleh Syaikh Ali Basam dalam Tawdihul Ahkam (1/776-777). Syaikhul Islam rahimahullahmengatakan :
Dianjurkan bagi setiap hamba sesudah shalat dan setelah membaca dzikir semacam istigfar, tahlil, tasbih, tahmid
dan takbir, lalu dia bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan dia boleh berdoa sesuai yang dia
inginkan. Karena berdoa sesudah melakukan aktivitas ibadah semacam ini adalah waktu yang tepat untuk
terkabulnya doa, apalagi sesudah berdzikir kepada-Nya dan menyanjug-Nya, juga setelah bershalawat kepada NabiNya. Ini adalah sebab yang sangat ampuh untuk tercapainya manfaat dan tertolaknya mudhorot (bahaya).
Namun yang perlu diperhatikan sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Baz dalam Majmu Fatawanya (11/168)
bahwa doa sesudah shalat boleh dilakukan, namun tanpa mengangkat tangan dan tidak bareng-bareng (jamai).
Beliau mengatakan bahwa hal ini tidak mengapa.
Mengangkat Tangan Untuk Berdoa Sesudah Shalat Sunnah
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah- dalam Majmu Fatawanya (11/181) mengatakan :

Adapun shalat sunnah, maka aku tidak mengetahui adanya larangan mengangkat tangan ketika berdoa setelah
selesai shalat. Hal ini berdasarkan keumuman dalil. Namun lebih baik berdoa sesudah selesai shalat sunnah tidak
dirutinkan. Alasannya, karena tidak terdapat dalil yang menjelaskan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam
melakukan hal ini. Seandainya beliau shallallahu alaihi wa sallam melakukannya, maka hal tersebut akan dinukil
kepada kita karena kita ketahui bahwa para sahabat radhiyallahu anhum jamian- rajin untuk menukil setiap
perkataan atau perbuatan beliau baik ketika bepergian atau tidak, atau kondisi lainnya.
Adapun hadits yang masyhur (sudah tersohor di tengah-tengah umat) bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, Di dalam shalat, seharusnya engkau merendahkan diri dan khusyu. Lalu hendaknya engkau mengangkat
kedua tanganmu (sesudah shalat), lalu katakanlah : Wahai Rabbku! Wahai Rabbku! Hadits ini adalah hadits yang
dhoif (lemah), sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Ibnu Rajab dan ulama lainnya. Wallahu waliyyut taufiq.
Demikian pembahasan kami tentang hukum bedo'a sesudah shalat. Masalah ini adalah masalah ijtihadiyah, yang
masih terdapat perselisihan ulama di dalamnya. Namun demikianlah pendapat yang kami pilih dan lebih
menenangkan hati kami. Kami pun masih menghormati pendapat lainnya dalam masalah ini.
Semoga Allah senantiasa memberikan pada kita ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyib dan amalan yang diterima.
Diselesaikan di Waktu Dhuha, 28 Dzulqodah 1429 H di Pangukan-Sleman
Artikel ww.rumaysho.com
Muhammad Abduh Tuasikal
[1] Yang dimaksudkan di sini adalah pada akhir shalat sebelum salam.
[2] HR. An Nasai no. 5479. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih

Anda mungkin juga menyukai