Anda di halaman 1dari 30

BAB I

Pendahuluan

1.1 Pengertian Amplifier


Penguat (bahasa Inggris: Amplifier) adalah rangkaian komponen elektronika yang dipakai
untuk menguatkan daya (atau tenaga secara umum). Dalam bidang audio, amplifier akan
menguatkan signal suara berbentuk analog dari sumber suara yaitu memperkuat signal/gain
arus (I) dan tegangan (V) listrik berbentuk sinyal AC dari inputnya menjadi arus listrik AC
dan tegangan yang lebih besar, juga dayanya akan menjadi lebih besar di bagian outputnya.
Besarnya penguatan ini sering dikenal dengan istilah gain. Nilai dari gain yang
dinyatakan sebagai fungsi penguat frekuensi audio, gain power amplifier antara 20 kali
sampai 100 kali dari signal input.

Gambar 1.1 Sebuah penguat suara elektronik


Jadi gain merupakan hasil bagi dari daya di bagian output (Pout) dengan daya di bagian
inputnya ( P ) dalam bentuk bentuk frekuensi listrik AC. Ukuran dari gain (G) ini
satuannya adalah decibel (dB). Dalam bentuk rumus dinyatakan sebagai berikut:
G(dB)=10log(Pout/Pin)).
Pout
inputnya.

adalah Power atau daya pada bagian output, dan

adalah daya pada bagian

Sebelum dayanya dikuatkan pada Power Amplifier ada bagian pengatur suara yaitu
biasanya terdiri dari Volume, Bass, Trible, balance, loudness. Dalam bagian rangkaian Power
Amplifier pada proses penguatan audio ini terbagi menjadi dua kelompok bagian penting
yaitu bagian penguat signal tegangan (V) disebut driver kebanyakan menggunakan susunan
transistor darlington, dan bagian penguat arus atau penguat daya susunannya transistor
paralel, masing-masing transisistor berdaya besar dan menggunakan sirip pendingin untuk
membuang panas ke udara, sekarang ini banyak yang menggunakan transistor simetris
komplementer.

BAB II
TEORI DASAR
Secara umum, kata Amplifier itu berasal dari kata Amplify yang artinya menambah
kekuatan (sinyal) atau dalam bahasan kali ini adalah menambah keras suara. Kemudian
pengertian dari kata Amplifier ialah alat yang dipergunakan untuk memperkuat kekuatan
sinyal atau sinyal audio.
Ada beberapa jenis amplifier yang ada beredar dan lumrah dijumpai pada pasar pasar atau
toko took yang menjual peralatan elektronika. Mulai dari amplifier class A, Class B, Class
AB dan Class D. Perbedaan dari tiap tiap class adalah mulai dari harga, kualitas komponen
yang digunakan, kinerjanya dan lain lain. Berikut penjelasan dari tiap tiap class Amplifier.
1. Amplifier Class A
Kelas A adalah amplifier yang paling linear diantara semua kelas amplifier. Sinyal apapun
yang di hasilkan oleh amplifier kelas ini adalah sesuai dengan sinyal inputnya. Dengan kata
lain Amplifier ini berbanding lurus antara input dan outputnya. Karakteristik power amplifier
Kelas A :

Perangkat output (Transistor) mengalirkan seluruh sinyal input. Dengan kata lain,
power amplifier tersebut mereproduksi seluruh gelombang amplitudo sinyal suara

yang masuk secara keseluruhan.


Amplifier ini termasuk panas karena transistor nya bekerja terus menerus dengan

tenaga penuh.
Tidak ada kondisi dimana transistor beristirahat meski hanya sejenak, meski
bukan berarti amplifier tersebut tidak bisa dimatikan. Maksudnya adalah ada
aliran listrik konstan yang mengaliri transistor tersebut secara terus menerus (dan

ini secara tetap menghasilkan panas) yang disebut sebagai bias.


Amplifier Kelas A adalah amplifier yang paling inefisien. Nilai efisiensi nya
sekitar 20.

Karena faktor-faktor itulah amplifier kelas A dianggap paling inefisien, per watt
output yang dikeluarkan, sekitar 4-5 watt terbuang sia-sia dalam bentuk panas. Pada

umumnya bentuknya besar dan sangat berat bobotnya. Karena panas, amplifier ini
membutuhkan ventilasi dan pembuangan panas yang cukup besar juga (sangat tidak ideal
untuk dipasang di mobil anda dan pada umumnya jarang di pakai oleh umum).
Keuntungannya adalah amplifier ini benar-benar menghasilkan setiap detail suara yang
masuk lewat inputnya, bebas dari distorsi.

Gambar 1 . Skematik Power Amplifier Class A

2. Amplifier Class B
Di dalam amplifier ini, bagian positif dan negatif dari sinyal ditangani oleh bagian yang
berbeda dari sirkuit. Perangkat output (transistor) terus bekerja hidup dan mati. Kelas B
amplifier memiliki karakteristik sebagai berikut:

Sinyal input dari amplifier ini harus lebih besar agar bisa menjalankan transistor
dengan baik.

Hampir merupakan kebalikan dari amplifier kelas A.

Harus ada setidaknya dua perangkat output sejenis dengan penguat ini. Bagian
output amplifier ini menjalankan dua output tersebut. Masing-masing perangkat

output tersebut menjalankan setengah panjang gelombang sinyal suara secara


bergantian. Pada waktu transistor tidak bekerja, maka tidak ada aliran listrik (bias)
yang mengaliri transistor tersebut.

Setiap perangkat output tersebut berada dalam kondisi on (hidup) selama satu
setengah kali siklus gelombang amplitudo.

Amplifier kelas B bekerja lebih dingin daripada kelas A, tetapi power amplifier kelas
B mengalami distorsi pada frekwensi-frekwensi tertentu yang ter cross over. Hal ini
disebabkan karena amplifier tersebut tidak bekerja penuh setiap saat (bergantian nyala-hidup
setiap amplitudo).
Topologi amplifier ini adalah dengan sistem tarik dan dorong (push-pull), satu
menarik sinyal dari loudspeaker dan yang lain mendorong sinyal audio ke loudspeaker. Hal
ini membuat amplifier ini bisa menjadi lebih murah, karena bisa menggunakan dua macam
transistor yang harganya murah daripada memakai sebuah transistor yang mahal.
Sudah disebutkan diatas bahwa power amplifier ini membutuhkan sinyal output yang besar.
Dengan demikian sinyal audio yang masuk harus dikuatkan terlebih dahulu sebelum masuk
ke perangkat output. Karena lebih banyak sirkuit yang harus dilalui oleh sinyal audio
tersebut, sinyalnya terdegradasi (kualitasnya turun) terlebih dahulu sebelum masuk ke
perangkat outputnya.

Gambar 2. Skematik Power Amplifier Class B


3. Power Amplifier Class AB

Ini adalah komparasi dari dua kelas diatas. Amplifier kelas operasi AB memiliki beberapa
keuntungan terbaik dari Kelas A dan Kelas B built-in. Keuntungan utamanya adalah kualitas
suara sebanding dengan Kelas A dan efisiensi mirip dengan Amplifier Kelas B. Kebanyakan
amplifier modern menggunakan topologi ini. Karakteristiknya:

Pada umumnya Kelas AB bekerja seperti Kelas A tetapi dengan tingkat level
output lebih rendah. Sekali lagi memberikan yang terbaik dari dua Kelas
amplifier (kelas A dan B).

Bias output diatur sehingga arus listrik mengalir dalam perangkat output selama
lebih dari setengah siklus sinyal tetapi kurang dari seluruh siklus.

Ada cukup arus yang mengalir melalui masing-masing perangkat untuk tetap
beroperasi sehingga mereka merespon langsung tuntutan tegangan input.

Pada tahap keluaran tarik dan dorong (push-pull), ada beberapa tumpang tindih
karena setiap perangkat output membantu yang lain selama masa transisi singkat,
atau periode crossover dari positif ke negatif setengah dari sinyal tersebut.

Ada banyak implementasi dari desain power amplifier Kelas AB ini. Non linearitas
Kelas B hampir dihilangkan tetapi sambil menghindari panas dan inefisiensi yang dihasilkan
oleh Amplifier Kelas A. Nilai efisiensi amplifier kelas AB ini sekitar 50 dan menjadi desain
kelas amplifier yang cukup populer saat ini dan dapat digunakan di mobil maupun di rumah.

Gambar 3. Skematik Amplifier Class AB

4. Power Amplifier Class D

Sering disalah artikan sebagai Digital amplifier oleh masyarakat umum. Berikut ini adalah
karakteristik Kelas D:

Sementara ini memang beberapa Amplifier Kelas D berjalan dalam modus digital,
menggunakan data biner yang koheren, sebagian tidak.

lebih cocok bila disebut switching amplifier, karena di sini perangkat output dengan
cepat dinyalakan dan dimatikan setidaknya dua kali untuk setiap siklus.

Bergantung pada frekuensi switching nya, mereka dapat dihidupkan atau


dimatikan jutaan kali per detik.

Secara teoritis Amplifier Kelas D 100% efisien, tetapi dalam prakteknya, efisiensinya
berkisar antara 80-90%.

Nilai tinggi pada efisiensi, dengan korban kualitas reproduksi audio yang
terdegradasi.
Amplifier Kelas D pada umumnya digunakan pada aplikasi non Hi-fi atau untuk
subwoofer.

Gambar 4. Skematik Power Amplifier class D


Kesimpulan:
1. Kelas D unggul dalam efisiensi tapi lemah dalam kualitas reproduksi suara.
2. Kelas B umumnya mendapatkan distorsi crossover, jauh dari Kelas D dalam
efisiensi.
3. Kelas AB merupakan topologi yang paling mendekati dengan kata ideal.
4. Dari semua desain tersebut memang merupakan kompromi terbaik dari kinerja
versus biaya.
5.

Kelas A merupakan yang paling linear, non efisien, panas dan paling mahal.

Pada rangkaian Amplifier diatas, IC amplifier atau transistor transistor itu tidak dapat
berdiri sendiri. Tentu saja memerlukan komponen pendukung seperti travo, resistor, kapasitor,
dan tentu saja speaker sebagai perangkat output dari rangkaian amplifier. Berikut sedikit
penjelasan tentang komponen pendukung

1. Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat atau
membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkain elektronika. Sebagaimana fungsi
resistor yang sesuai namanya bersifat resistif dan termasuk salah satu komponen elektronika
dalam kategori komponen pasif. Satuan atau nilai resistansi suatu resistor di sebut Ohm dan
dilambangkan dengan simbol Omega (). Sesuai hukum Ohm bahwa resistansi berbanding
terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Selain nilai resistansinya (Ohm)
resistor juga memiliki nilai yang lain seperti nilai toleransi dan kapasitas daya yang mampu
dilewatkannya. Semua nilai yang berkaitan dengan resistor tersebut penting untuk diketahui
dalam perancangan suatu rangkaian elektronika oleh karena itu pabrikan resistor selalu
mencantumkan dalam kemasan resistor tersebut.

Simbol Resistor
Berikut adalah simbol resistor dalam bentukgambar ynag sering digunakan dalam

suatu desain rangkaian elektronika.

Gambar 5. Simbol symbol Resistor

Resistor dalam suatu teori dan penulisan formula yang berhubungan dengan resistor
disimbolkan dengan huruf R. Kemudian pada desain skema elektronika resistor tetap
disimbolkan dengan huruf R, resistor variabel disimbolkan dengan huruf VR dan untuk
resistorjenis potensiometer ada yang disimbolkan dengan huruf VR dan POT.

Kapasitas Daya Resistor


Kapasitas daya pada resistor merupakan nilai daya maksimum yang mampu

dilewatkan oleh resistor tersebut. Nilai kapasitas daya resistor ini dapat dikenali dari ukuran
fisik resistor dan tulisan kapasitas daya dalamsatuan Watt untuk resistor dengan kemasan
fisik besar. Menentukan kapasitas daya resistor ini penting dilakukan untuk menghindari
resistor rusak karena terjadi kelebihan daya yang mengalir sehingga resistor terbakar dan
sebagai bentuk efisiensi biaya dan tempat dalam pembuatan rangkaian elektronika.

Nilai Toleransi Resistor


Toleransi resistor merupakan perubahan nilai resistansi dari nilai yang tercantum pada

badan resistor yang masih diperbolehkan dan dinyatakan resistor dalam kondisi baik.
Toleransi resistor merupakan salah satu perubahan karakteristik resistor yang terjadi akibat
operasional resistor tersebut. Nilai torleransi resistor ini ada beberapa macam yaitu resistor
dengan toleransi kerusakan 1% (resistor 1%), resistor dengan toleransi kesalahan 2%
(resistor2%), resistor dengan toleransi kesalahan 5% (resistor 5%) dan resistor dengan
toleransi 10% (resistor 10%).
Nilai toleransi resistor ini selalu dicantumkan di kemasan resistor dengan kode warna
maupun kode huruf. Sebagai contoh resistor dengan toleransi 5% maka dituliskan dengan
kode warna pada cincin ke 4 warna emas atau dengan kode huruf J pada resistor dengan fisik
kemasan besar. Resistor yang banyak dijual dipasaran pada umumnya resistor 5% dan resistor
1%.

Jenis-jenis Resistor
Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan

menjadi resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam atau resistor metal film.
1. Resistor Kawat (Wirewound Resistor)

Gambar 6. Resistor kawat


Resistor kawat atau wirewound resistor merupakan resistor yang dibuat dengan bahat
kawat yang dililitkan. Sehingga nilai resistansiresistor ditentukan dari panjangnya kawat yang
dililitkan. Resistor jenis ini pada umumnya dibuat dengan kapasitas daya yang besar.

2. Resistor Arang (Carbon Resistor)

Gambar 7. Resistor arang


Resistor arang atau resistor karbon merupakan resistor yang dibuat dengan bahan utama
batang arang atau karbon. Resistor karbon ini merupakan resistor yang banyak digunakan dan

banyak diperjual belikan. Dipasaran resistor jenis ini dapat kita jumpai dengan kapasitas daya
1/16 Watt, 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt, 1 Watt, 2 Watt dan 3 Watt.
3. Resistor Oksida Logam (Metal Film Resistor)

Gambar 8. Resistor Oksida Logam


Resistor oksida logam atau lebih dikenal dengan nama resistor metal film merupakan
resistor yang dibuah dengan bahan utama oksida logam yang memiliki karakteristik lebih
baik. Resistor metal film ini dapat ditemui dengan nilai tolerasni 1% dan 2%. Bentuk fisik
resistor metal film ini mirip denganresistor kabon hanya beda warna dan jumlah cicin warna
yang digunakan dalam penilaian resistor tersebut. Sama seperti resistorkarbon, resistor metal
film ini juga diproduksi dalam beberapa kapasitas daya yaitu 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt.
Resistor metal film ini banyak digunakan untuk keperluan pengukuran, perangkat industri
dan perangkat militer.
Kemudian berdasarkan nilai resistansinya resistor dibedakan menjadi 2 jenis yaitu resistor
tetap (Fixed Resistor) dan resistor tidak tetap (Variable Resistor)
1. Resistor tetap(Fixed Resistor)
Resistor tetap merupakan resistor yang nilai resistansinya tidap dapat diubah atau tetap.
Resistor jenis ini biasa digunakan dalam rangkaian elektronika sebagai pembatas arus dalam
suatu rangkaian elektronika. Resistor tetap dapat kita temui dalam beberpa jenis, seperti :

Metal Film Resistor

Metal Oxide Resistor

Carbon Film Resistor

Ceramic Encased Wirewound

Economy Wirewound

Zero Ohm Jumper Wire

S I P Resistor Network

2. Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor)


Resistor tidak tetap atau variable resistor terdiridari 2 tipe yaitu :

Pontensiometer, tipe variable resistor yang dapat diatur nilai resistansinya secara
langsung karena telah dilengkapi dengan tuas kontrol. Potensiometer terdiri dari 2
jenis yaitu Potensiometer Linier dan Potensiometer Logaritmis

Trimer Potensiometer, yaitu tipe variable resistor yang membutuhkan alat bantu
(obeng) dalam mengatur nilai resistansinya. Pada umumnya resistor jenis ini disebut
dengan istilah Trimer Potensiometer atau VR

Thermistor, yaitu tipe resistor variable yangnilairesistansinya akan berubah mengikuti


suhu disekitar resistor. Thermistor terdiri dari 2 jenis yaitu NTC dan PTC. Untuk lebih
detilnya thermistor akan dibahas dalam artikel yang lain.

LDR (Light Depending Resistor), yaitu tipe resistor variabel yang nilai resistansinya
akan berubah mengikuti cahaya yang diterima oleh LDR tersebut.

Jenis-jenis resistor tetap dan variable diatas akan dibahas lebih detil dalam artikel yang lain.

Menghitung Nilai Resistor


Nilai resistor dapat diketahui dengan kode warna dan kode huruf pada resistor.

Resistor dengan nilai resistansi ditentukan dengan kode warna dapat ditemukan pada resistor
tetap dengan kapasitas daya rendah, sedangkan nilai resistor yang ditentukan dengan kode
huruf dapat ditemui pada resistor tetap daaya besar dan resistor variable.

Kode Warna Resistor


Cicin warna yang terdapat pada resistor terdiri dari 4 ring 5 dan 6 ring warna. Dari

cicin warna yang terdapat dari suatu resistor tersebut memiliki arti dan nilai dimana nilai
resistansi resistor dengan kode warna yaitu :

Gambar 9. Kode warna resistor

1. Resistor dengan 4 cincin kode warna


Maka cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 3
merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warnake 4 menunjukan nilai toleransi
resistor.
2. Resistor dengan 5 cincin kode warna
Maka cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 4
merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warna ke 5 menunjukan nilai toleransi
resistor.
3. Resistor dengan 6 cincin warna
Resistor dengan 6 cicin warna pada prinsipnya sama dengan resistor dengan 5 cincin
warna dalam menentukan nilai resistansinya. Cincin ke 6 menentukan coefisien temperatur
yaitu temperatur maksimum yang diijinkan untuk resistor tersebut.

Kode Huruf Resistor


Resistor dengan kode huruf dapat kita baca nilai resistansinya dengan mudah

karenanilia resistansi dituliskan secara langsung. Pad umumnya resistor yang dituliskan
dengan kode huruf memiliki urutan penulisan kapasitas daya, nilai resistansi dan toleransi
resistor. Kode huruf digunakan untuk penulisan nilai resistansi dan toleransi resistor.

Gambar 10. Resistor dengan kode huruf


Kode Huruf Untuk Nilai Resistansi :

R, berarti x1 (Ohm)

K, berarti x1000 (KOhm)

M, berarti x 1000000 (MOhm)

Kode Huruf Untuk Nilai Toleransi :

F, untuk toleransi 1%

G, untuk toleransi 2%

J, untuk toleransi 5%

K, untuk toleransi 10%

M, untuk toleransi 20%


Dalam menentukan suatu resistor dalam suatu rangkaian elektronika yang harus

diingat selain menentukan nilai resistansinya adalah menentukankan kapasitas daya dan
toleransinya. Hal ini berkaitan dengan harga jual resistor dipasaran dan luas area yang
dibutuhkan dalam meletakan resistor pada rangkaian elektronika

2. Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronika yang mempunyai kemampuan menyimpan
electron-elektron selama waktu yang tidak tertentu. Kapasitor berbeda dengan akumulator
dalam menyimpan muatan listrik terutama tidak terjadi perubahan kimia pada bahan
kapasitor, besarnya kapasitansi dari sebuah kapasitor dinyatakan dalam farad. Pengertian lain
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan dan melepaskan muatan
listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu
bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum,
keramik, gelas, elektrolit dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik,

maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan
pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi.
Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan
negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang
non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
kakinya. Kemampuan untuk menyimpan muatan listrik pada kapasitor disebuat dengan
kapasitansi atau kapasitas.

Gambar 11. Struktur kapasitor


Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat
menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25
x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan
memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan
elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :
Q = CV

Dimana :
Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
C = nilai kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)

Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas


area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta (k) bahan
dielektrik. Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut :
C = (8.85 x 10-12) (k A/t)

Udara vakum
Aluminium oksida
Keramik
Gelas
Polyethylene

k=1
k=8
k = 100 1000
k=8
k=3

Prinsip Pembentukan Kapasitor Jika dua buah plat atau lebih yang berhadapan dan
dibatasi oleh isolasi, kemudian plat tersebut dialiri listrik maka akan terbentuk kondensator
(isolasi yang menjadi batas kedua plat tersebut dinamakan dielektrikum). Bahan dielektrikum
yang digunakan berbeda-beda sehingga penamaan kapasitor berdasarkan bahan dielektrikum.
Luas plat yang berhadapan bahan dielektrikum dan jarak kedua plat mempengaruhi nilai
kapasitansinya. Pada suatu rangkaian yang tidak terjadi kapasitor liar. Sifat yang demikian itu
disebutkan kapasitansi parasitic. Penyebabnya adalah adanya komponen-komponen yang
berdekatan pada jalur penghantar listrik yang berdekatan dan gulungan-gulungan kawat yang
berdekatan.

Gambar 12. Skematik kapasitor


Gambar diatas menunjukan bahwa ada dua buah plat yang dibatasi udara. Jarak kedua
plat dinyatakan sebagai d dan tegangan listrik yang masuk.

Besaran Kapasitansi Kapasitas dari sebuah kapasitor adalah perbandingan antara banyaknya
muatan listrik dengan tegangan kapasitor.
C=Q/V
Jika dihitung dengan rumus C= 0,0885 D/d. Maka kapasitasnya dalam satuan piko
farad D = luas bidang plat yang saling berhadapan dan saling mempengaruhi dalam satuan
cm2. d = jarak antara plat dalam satuan cm. Bila tegangan antara plat 1 volt dan besarnya
muatan listrik pada plat 1 coulomb, maka kemampuan menyimpan listriknya disebut 1 farad.
Dalam kenyataannya kapasitor dibuat dengan satuan dibawah 1 farad. Kebanyakan kapasitor
elektrolit dibuat mulai dari 1 mikrofarad sampai beberapa milifarad.

Jenis-jenis kapasitor sesuai bahan dan konstruksinya.


Kapasitor seperti juga resistor nilai kapasitansinya ada yang dibuat tetap dan ada
yang variabel. Kapasitor dielektrikum udara, kapasitansinya berubah dari nilai maksimum ke
minimum. Kapasitor variabel sering kita jumpai pada rangkaian pesawat penerima radio
dibagian penala dan osilator. Agar perubahan kapasitansi di dua bagian tersebut serempak
maka digunakan kapasitor variabel ganda. Kapasitor variabel ganda adalah dua buah
kapasitor variabel dengan satu pemutar. Berdasarkan dielektrikumnya kapasitor dibagi
menjadi beberapa jenis, antara lain:

kapasitor keramik
kapasitor film
kapasitor elektrolit
kapasitor tantalum
kapasitor kertas

Perdasarkan polaritas kutup pada elektroda kapsitor dapat dibedakan dalam 2 jenis yaitu :

Kapasitor Non-Polar, kapasitor yang tidak memiliki polaritas pada kedua


elektroda dan tidak perlu dibedakan kaki elektrodanya dalam pesangannya pada

rangkaian elektronika.
Kapasitor Bi-Polar, yaitu kapasitor yang memiliki polaritas positif dan negatif
pada elektrodanya, sehingga perlu diperhatikan pesangannya pada rangkaian
elektronika dan tidak boleh terbalik.

Kapasitor elektrolit dan kapasitor tantalum adalah kapasitor yang mempunyai


kutub atau polar, sering disebut juga dengan nama kapasitor polar. Kapasitor film
terdiri dari beberapa jenis yaitu polyester film, poly propylene film atau
polysterene film.

3. Transformator (Trafo)
Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah suatu alat listrik yang
dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari pengubahan taraf
tersebut diantaranya seperti menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke 12 VAC ataupun
menaikkan Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC. Transformator atau Trafo ini bekerja
berdasarkan prinsip Induksi Elektromagnet dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang
berarus bolak balik (AC).Transformator (Trafo) memegang peranan yang sangat penting
dalam pendistribusian tenaga listrik. Transformator menaikan listrik yang berasal dari
pembangkit listrik PLN hingga ratusan kilo Volt untuk di distribusikan, dan kemudian
Transformator lainnya menurunkan tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan
oleh setiap rumah tangga maupun perkantoran yang pada umumnya menggunakan Tegangan
AC 220Volt.

Bentuk dan Simbol Transformator (Trafo)

Berikut ini adalah gambar bentuk dan simbol Transformator :

Gambar 13. Bentuk dan symbol trafo

Prinsip Kerja Transformator (Trafo)


Sebuah Transformator yang sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 lilitan atau

kumparan kawat yang terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Pada
kebanyakan Transformator, kumparan kawat terisolasi ini dililitkan pada sebuah besi yang
dinamakan dengan Inti Besi (Core). Ketika kumparan primer dialiri arus AC (bolak-balik)
maka akan menimbulkan medan magnet atau fluks magnetik disekitarnya. Kekuatan Medan
magnet (densitas Fluks Magnet) tersebut dipengaruhi oleh besarnya arus listrik yang
dialirinya. Semakin besar arus listriknya semakin besar pula medan magnetnya. Fluktuasi
medan magnet yang terjadi di sekitar kumparan pertama (primer) akan menginduksi GGL
(Gaya Gerak Listrik) dalam kumparan kedua (sekunder) dan akan terjadi pelimpahan daya
dari kumparan primer ke kumparan sekunder. Dengan demikian, terjadilah pengubahan taraf
tegangan listrik baik dari tegangan rendah menjadi tegangan yang lebih tinggi maupun dari
tegangan tinggi menjadi tegangan yang rendah.
Sedangkan Inti besi pada Transformator atau Trafo pada umumnya adalah kumpulan
lempengan-lempengan besi tipis yang terisolasi dan ditempel berlapis-lapis dengan
kegunaanya untuk mempermudah jalannya Fluks Magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik
kumparan serta untuk mengurangi suhu panas yang ditimbulkan.
Beberapa bentuk lempengan besi yang membentuk Inti Transformator tersebut diantaranya
seperti :

E I Lamination

E E Lamination

L L Lamination

U I Lamination

Dibawah ini adalah Fluks pada Transformator :

Gambar 14. Struktur trafo


Rasio lilitan pada kumparan sekunder terhadap kumparan primer menentukan rasio
tegangan pada kedua kumparan tersebut. Sebagai contoh, 1 lilitan pada kumparan primer dan
10 lilitan pada kumparan sekunder akan menghasilkan tegangan 10 kali lipat dari tegangan
input pada kumparan primer. Jenis Transformator ini biasanya disebut dengan Transformator
Step Up. Sebaliknya, jika terdapat 10 lilitan pada kumparan primer dan 1 lilitan pada
kumparan sekunder, maka tegangan yang dihasilkan oleh Kumparan Sekunder adalah 1/10
dari tegangan input pada Kumparan Primer. Transformator jenis ini disebut dengan
Transformator Step Down.
4. Speaker
Kita dapat mendengarkan musik radio, mendengarkan suara dari drama televisi ataupun
suara dari lawan bicara kita di ponsel, semua ini karena adanya komponen Elektronika yang
bernama Loudspeaker yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan Pengeras Suara.
Loudspeaker atau lebih sering disingkat dengan Speaker adalah Transduser yang dapat
mengubah sinyal listrik menjadi Frekuensi Audio (sinyal suara) yang dapat didengar oleh

telinga manusia dengan cara mengetarkan komponen membran pada Speaker tersebut
sehingga terjadilah gelombang suara.

Bagaimana Suara dapat dihasilkan

Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai Loadspeaker (Pengeras Suara), sebaiknya
kita mengetahui bagaimana suara dapat dihasilkan. Yang dimaksud dengan Suara
sebenarnya adalah Frekuensi yang dapat didengar oleh Telinga Manusia yaitu Frekuensi yang
berkisar di antara 20Hz 20.000Hz. Timbulnya suara dikarenakan adanya fluktuasi tekanan
udara yang disebabkan oleh gerakan atau getaran suatu obyek tertentu. Ketika Obyek tersebut
bergerak atau bergetar, Obyek tersebut akan mengirimkan Energi Kinetik untuk partikel
udara disekitarnya. Hal ini dapat di-anologi-kan seperti terjadinya gelombang pada air.
Sedangkan yang dimaksud dengan Frekuensi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam kurun
waktu satu detik. Frekuensi dipengaruhi oleh kecepatan getaran pada obyek yang
menimbulkan suara, semakin cepat getarannya makin tinggi pula frekuensinya.

Prinsip Kerja Speaker

Gambar 15. Speaker


Pada gambar diatas, dapat kita lihat bahwa pada dasarnya Speaker terdiri dari
beberapa komponen utama yaitu Cone, Suspension, Magnet Permanen, Voice Coil dan juga
Kerangka Speaker.

Dalam rangka menterjemahkan sinyal listrik menjadi suara yang dapat didengar,
Speaker memiliki komponen Elektromagnetik yang terdiri dari Kumparan yang disebut
dengan Voice Coil untuk membangkitkan medan magnet dan berinteraksi dengan Magnet
Permanen sehingga menggerakan Cone Speaker maju dan mundur. Voice Coil adalah bagian
yang bergerak sedangkan Magnet Permanen adalah bagian Speaker yang tetap pada
posisinya. Sinyal listrik yang melewati Voice Coil akan menyebabkan arah medan magnet
berubah secara cepat sehingga terjadi gerakan tarik dan tolak dengan Magnet Permanen.
Dengan demikian, terjadilah getaran yang maju dan mundur pada Cone Speaker.
Cone adalah komponen utama Speaker yang bergerak. Pada prinsipnya, semakin
besarnya Cone semakin besar pula permukaan yang dapat menggerakan udara sehingga suara
yang dihasilkan Speaker juga akan semakin besar.
Suspension yang terdapat dalam Speaker berfungsi untuk menarik Cone ke posisi
semulanya setelah bergerak maju dan mundur. Suspension juga berfungsi sebagai pemegang
Cone dan Voice Coil. Kekakuan (rigidity), komposisi dan desain Suspension sangat
mempengaruhi kualitas suara Speaker itu sendiri.

Simbol dan Bentuk Speaker

Berikut ini adalah Simbol dan bentuk Loudspeaker (Speaker) :

Gambar 16. Speaker

Jenis-jenis Speaker

Berdasarkan Frekuensi yang dihasilkan, Speaker dapat dibagi menjadi :


1. Speaker Tweeter, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Tinggi (sekitar 2kHz
20kHz)
2. Speaker Mid-range, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Menengah (sekitar
300Hz 5kHz)
3. Speaker Woofer, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Rendah (sekitar 40Hz
1kHz)

4. Speaker Sub-woofer, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi sangat rendah yaitu
sekitar 20Hz 200Hz.
5. Speaker Full Range, yaitu speaker yang dapat menghasilkan Frekuensi Rendah hingga
Frekuensi Tinggi.
Berdasarkan Fungsi dan bentuknya, Speaker juga dapat dibedakan menjadi :
1. Speaker Corong
2. Speaker Hi-fi
3. Speaker Handphone
4. Headphone
5. Earphone
6. Speaker Televisi
7. Speaker Sound System (Home Theater)
8. Speaker Laptop

Pengertian Speaker Aktif dan Speaker Pasif

Speaker yang digunakan untuk Sound System Entertainment pada umumnya dapat
dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu Speaker Pasif dan Speaker Aktif. Berikut ini adalah
penjelasan singkat mengenai kedua jenis Speaker ini.
1. Speaker Pasif (Passive Speaker)
Speaker Pasif adalah Speaker yang tidak memiliki Amplifier (penguat suara) di
dalamnya. Jadi Speaker Pasif memerlukan Amplifier tambahan untuk dapat
menggerakannya. Level sinyal harus dikuatkan terlebih dahulu agar dapat
menggerakan Speaker Pasif. Sebagian besar Speaker yang kita temui adalah Speaker
Pasif.

2. Speaker Aktif (Active Speaker)


Speaker Aktif adalah Speaker yang memiliki Amplifier (penguat suara) di dalamnya.
Speaker Aktif memerlukan kabel listrik tambahan untuk menghidupkan Amplifier
yang terdapat didalamnya.

BAB III
PERANCANGAN
Rangkaian Audio Amplifier mobil
Penjelasan
Rangkaian ini adalah Sebuah rangkaian stereo amplifier watt rendah untuk mobil
yang sifatnya sederhana dan dibuat dari IC TDA 2003. Rangkaian ini menggunakan IC yang
kecil , komponen yang tersedia di pasaran dan tidak terlalu rumit untuk dibuat . TDA2003
adalah penguat radio mobil yang terintegrasi dari ST Micro elektronik yang memiliki banyak
fitur yang baik seperti perlindungan short circuit untuk semua pin , termal selama rentang
distorsi harmonik yang rendah , cross over rendah di atas distorsi dll
Dalam rangkaian yang diberikan di sini setiap TDA2003 adalah rangkaian yang
dihubungkan menjadi rangkaian penguat stereo yan dapat beroperasi pada 12 V (setiap IC).
Resistor R2 dan R3 membentuk jaringan umpan balik yang menentukan gain amplifier . C7
merupakan masukan DC de - coupling kapasitor dan C5 couples spikernya ke output
amplifier . C4 digunakan untuk meningkatkan penolakan riak sementara C1 dan C2 yang
digunakan untuk penyaringan listrik . C3 dan R1 digunakan untuk menetapkan frekuensi atas
cut - off . Jaringan yang terdiri dari C6 dan R4 digunakan untuk stabilisasi frekuensi dan
untuk mencegah osilasi .

Diagram / skematik Rangkaian Amplifier TDA 2003

Amplifier stereo untuk mobil

Layout Rangkaian di PCB

Alat dan bahan


1. IC TDA
2. Kapasitor
10F
39nF
100F
470 F
1000 F
100nF
3. Resistor
39
220
2,2
1
4. Speaker 4
5. Switch
6. 2A fuse

2 buah
2 buah
2 buah
2 buah
2 buah
3 buah
4 buah
2 buah
2 buah
2 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah

Catatan

Rakitlah rangkaian dengan PCB berkualitas baik

Heatsink diperlukan untuk setiap IC

Rangkaian dapat dihidupkan mulai dari 12 V DC

Switch adalah On/OFF rangkaian

http://teknikelektronika.com/pengertian-transformator-prinsip-kerja-trafo/
http://elektronika-dasar.web.id/definisi-kapasitor/
http://teknikelektronika.com/fungsi-pengertian-speaker-prinsip-kerja-speaker/

Anda mungkin juga menyukai