Anda di halaman 1dari 36

LEMBAR KERJA REVIEW PENELITIAN

Nama Mahasiswa: Aditya Khairulsani (201310170311081)


Sebutkan Karya ilmiah yang direview
(Judul, pengarang, penerbit, tahun)

:
: PENGARUH BEBAN KERJA DAN

PENGALAMAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN (FRAUD)


(STUDI KASUS PADA INSPEKTORAT KOTA PALOPO); Rahmawati, Halim Usman;
International Conference on Accounting And Finance; 2015.

Motivasi /isu/
fenomena/latar belakang
Penelitian

Menurut standar pengauditan, faktor yang membedakan kecurangan dan kekeliruan adalah
apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan
keuangan, berupa tindakan yang sengaja atau tidak disengaja (IAI, 2001).
Penelitian Beasley et al., (2001) yang didasarkan pada AAERs (Accounting and Auditing
Releases) yang telah dikutip oleh Noviyanti (2008) dalam Hafifah Nasution dan Fitriany
(2012:2) menyatakan bahwa salah satu penyebab kegagalan auditor dalam mendeteksi
kecurangan adalah rendahnya tingkat skeptisme profesional yang dimiliki oleh auditor.
Pernyataan ini didukung oleh Carpenter, Durtschi dan Gaynor (2002) dalam Hafifah
Nasution dan Fitriany (2012:2) yang mengungkapkan bahwa jika auditor lebih skeptis,
mereka akan mampu lebih menaksir keberadaan kecurangan pada tahap perencanaan audit,
yang akhirnya akan mengarahkan auditor untuk meningkatkan pendeteksian kecurangan
pada tahap-tahap audit berikutnya.
Anggaran yang dikelola oleh pemerintah melibatkan dana yang sangat besar jumlahnya,
sehingga pertanggung-jawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan
harus didukung oleh suatu sistem pengawasan yang handal. Tujuannya untuk menjamin
efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran dan menekan adanya penyelewengan atau
korupsi terhadap dana dan anggaran pemerintah tersebut, Indonesia termasuk negara yang
masih tinggi tingkat korupsinya, ditunjukkan dengan posisinya yang selalu konsisten pada
peringkat teratas negara-negara terkorup di dunia.
Tingginya workload dapat menyebabkan kelelahan dan munculnya dysfunctional audit
behavior sehingga dapat menurunkan kemampuan auditor untuk menemukan kesalahan atau
melaporkan penyimpangan. Lopez (2005) dalam Liswan Setiawan W dan Fitriany (2011:37)
menemukan bahwa proses audit yang dilakukan ketika ada tekanan workload akan
menghasilkan kualitas audit yang lebih rendah dibandingkan dengan ketika tidak ada
tekanan workload. Konsekuensi yang mungkin timbul dari audit workload adalah turunnya
kualitas audit dan kualitas laba (Hansen et al. 2007). Dengan latar belakang tersebut, sangat
menarik untuk diteliti pengaruh tingkat workload pada kantor Inspektorat terhadap kualitas
audit kantor Inspektorat.
Pengalaman adalah keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh seseorang setelah
mengerjakan sesuatu hal. Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan
makin banyaknya penugasan audit yang dilakukan. Semakin lama masa kerja dan
pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas
audit yang dihasilkan oleh Immanuel Setiawan Slamet (2011:103). Pengalaman juga
menciptakan struktur pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang
sistematis dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan dalam memori jangka panjang dan
dibentuk dari lingkungan pengalaman langsung masa lalu. Melalui pengalaman, auditor
dapat memperoleh pengetahuan dan mengembangkan struktur pengetahuannya. Auditor

yang berpengalaman akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih
baik dibandingkan auditor yang belum berpengalaman (Eunike, 2007) dalam A Basit Fauzi
Nugraha (2013:2).

Judul Penelitian

"PENGARUH BEBAN KERJA DAN PENGALAMAN AUDITOR DALAM


MENDETEKSI KECURANGAN (FRAUD) (STUDI KASUS PADA INSPEKTORAT
KOTA PALOPO)."
Rumusan Masalah

1. Apakah beban kerja berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi


kecurangan?
2. Apakah pengalaman audit berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah beban kerja berpengaruh terhadap kemampuan auditor


dalam mendeteksi kecurangan.
2. Untuk mengetahui apakah pengalaman audit berpengaruh terhadap kemampuan
auditor dalam mendeteksi kecurangan.

Tinjauan Pustaka

A Basit Fauzi Nugraha. (2013). Pengaruh Pengalaman, Due Professional Care,


Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit.

Eunike, C. E. (2007) .Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap


Kualitas Audit . Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Fitriany. (2011). Analisis Komprehensif Pengaruh Kompetensi Dan Independensi


Akuntan Publik Terhadap Kualitas Audit. Disertasi Universitas Indonesia.

Foster, T. (2001). 101 Ways To Boost Customer Satisfaction. Terjemahan


Rahadjeng. Jakarta: Elex Media Computindo.

Hafifah Nasution, Fitriany. (2012). Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit


Dan Tipe Kepribadian Terhadap Skeptisme Profesional Dan Kemampuan
Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan
Indonesia, Vol. 5, No. 1, 102-125.

Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP), 2001,


Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta : Salemba Empat.

Immanuel Setiawan Slamet. (2011). Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,


Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Oleh Akuntan Publik Di
Surabaya.

Lopez-Acevedo, D. M. 2005. The Effect Of Workload Compression On Audit


Quality. Working Paper, University Of Arkansas.

Mui, Grace Yanchi. (2010). Factors That Impact On Internal Auditors Fraud
Detection Capabilities A Report For The Institute Of Internal Auditors
Australia. Center For Business Forensics HELP University Malaysia.

Sekaran, Uma. 2006. Research Method For Business (Metodologi Penelitian


Untuk Bisnis). Buku 1 dan 2. Edisi Empat. Salemba Empat. Jakarta

Sudarmo Dkk., (2009). Fraud Auditing. Diklat Perjenjangan Auditor Ketua Tim,
Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan Dan
Pembangunan.

Sucipto. (2007). Pengaruh Pengalaman Auditor Eksternal Dalam Mendeteksi


Kecurangan.

Tuanakotta, Theodorus M. (2007). Pengungkapan Fraud Di Lembaga Negara


(Tinjauan Teknik Audit). Economic Business & Accounting Review, Vol. II, No.
1, 10-21.

Kerangka Penelitian

:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pikir
Beban Kerja (X1)
1. Jumlah klien

Kemampuan Mendeteksi Kecurangan (Y)


Teman (partner)
Pengalaman kerja
Kualitas laporan hasil audit.

Pengalaman Audit (X2)


lamanya bekerja.
banyaknya tugas pemeriksaan.

Hipotesis Penelitian

1. Diduga beban kerja berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi


kecurangan.
2. Diduga pengalaman audit berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan.

Populasi dan Sampel

Menurut Uma Sekaran (2006:121-123) populasi adalah keseluruhan kelompok orang,


kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi, sedangkan sampel adalah
sebagian dari populasi, sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang ada di kantor
Inspektorat Kota Palopo yaitu sebanyak 12 auditor.

Jenis dan Metode


penelitian

Pengumpulan Data
Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis data
Adapun jenisnya, data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-angka.
2. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer. Data primer
adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat actual terjadinya peristiwa
(Uma Sekaran, 2007:77). Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung
dari sumbernya, diamati dan menyebarkan kuesioner.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi melaksanakan kegiatan penelitian ini, penulis memilih Objek Penelitian Di
Inspektorat Kota Palopo selama kurang lebih 2 bulan.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam metode survei pada penelitian ini menggunakan
kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan
sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternative yang didefinisikan
dengan jelas (Uma Sekaran, 2006:82).
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Untuk
pengujian hipotesis dalam penelitian ini, menggunakan alat analisis statistik regresi
linear berganda dengan menggunakan alat bantu SPSS versi 21.0 menggambarkan
persamaan umum regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + b2x2 + e
Keterangan :
Y : Kemampuan Mendeteksi Kecurangan
X1 : Beban Kerja
X2 : Pengalaman Audit
a : Konstanta
b1 b2 : Koefisien Regresi
e : error
Identifikasi Variabel
Dependen

Independen

Definisi Operasional

Validitas dan Reabilitas Instrumen


Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dapat
dilakukan dengan melihat nilai correlated item. Total correlation dengan kriteria sebagai
berikut: jika nilai r hitung lebih besar dari r table dan nilainya positif, maka butir
pertanyaan atau indikator tersebut dikatakan valid. Namun sebaliknya, jika nilai r
hitung lebih kecil dari r table, maka pertanyaan tersebut dapat dikatakan tidak valid
(Ghozali, 2006).
Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya tingkat keandalan alat ukur
dalam penggunaannya atau dengan kata lain alat ukur tersebut memiliki hasil yang
konsisten apabila digunakan berkali-kali. Besarnya koefisien alpha yang diperoleh
menunjukkan koefisien reliabilitas instrumen. Reliabilitas instrument penelitian dalam
penelitian ini diuji dengan menggunakan koefisien Cronbachs Alpha. Jika nilai koefisien
alpha lebih besar dari 0,6 maka disimpulkan bahwa instrument penelitian tersebut
handal atau reliable (Ghozali, 2006)
Defenisi Operasional
1. Beban kerja
Beban kerja diukur melalui rata-rata jumlah penugasan audit yang dilakukan oleh
auditor selama satu tahun pada inspektorat kota palopo. Semakin rendah skor variabel
ini, menunjukkan bahwa semakin ringan beban kerja yang dimiliki auditor
2. Pengalaman audit
Pengalaman diukur melalui lamanya bekerja sebagai seorang auditor, banyaknya tugas

yang dilakukan pada inspektorat kota palopo.


3. Kemampuan mendeteksi kecurangan
Kemampuan mendeteksi kecurangan dalam penelitian ini diukur dari pernyataanpernyataan mengenai jumlah teman kerja dan kualitas auditor pada inspektorat kota
palopo.

Pengukuran variabel
Hasil Penelitian
1. Analisis Deskriptif
Berdasarkan deskriptif data penelitian dapat diketahui bahwa semua variabel memiliki 11
sampel, pada variabel kemampuan mendeteksi kecurangan mempunyai nilai rata-rata 3,13%
dengan standar deviasi 0,30. Variabel beban kerja mempunyai nilai rata-rata 3,02% dengan
standar deviasi 0,34. Variabel pengalaman audit mempunyai nilai rata-rata 3,17% dengan
standar deviasi 0,40.
2. Hasil Uji Data
i) Uji Validitas
Signifikansi dilihat dari kolom total dari setiap item pertanyaan atau pernyataan. Dalam
penelitian ini angka kritik adalah N 2 = 11 2 = 9 dengan taraf signifikan 5% maka angka
kritik untuk uji validitas dalam penelitian ini adalah 0,666.
Berdasarkan tabel uji validitas variabel beban kerja (X1), variabel pengalaman audit (X2),
dan variabel kemampuan mendeteksi kecurangan (Y), dapat disimpulkan bahwa tidak
semua item pertanyaan/pernyataan untuk masingmasing variabel dinyatakan valid. Hal ini
dapat dilihat dari nilai sig. (2-tailed) pada kolom total untuk setiap pertanyaan/pernyataan
pada setiap variabel < 0,05 hal ini sesuai dengan kriterianya jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05
maka pertanyaan/pernyataan dikatakan valid dan sebaliknya variabel > 0,05, jika nilai sig.
(2-tailed) > 0,05 maka. pertanyaan/pernyataan dikatakan tidak valid
Sesuai dengan tujuan dilakukannya uji validitas adalah untuk melihat seberapa besar
kemampuan pertanyaan/pernyataan dapat mengetahui jawaban responden. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak semua pertanyaan/pernyataan yang diajukan oleh peneliti dalam

kuesioner yang dibagikan kepada responden, dapat dijadikan sebagai alat ukur yang tepat.

ii) Uji Reliabilitas


Tabel 4.7
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Beban Kerja
Pengalaman Audit
Kemampuan mendeteksi kecurangan
Sumber: Hasil Olahan Data Primer 2014

Koefisien Alpha
0,715 > 0,6
0,945 > 0,6
0,960 > 0,6

Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel

Berdasarkan dari hasil uji reliabilitas, semua variabel yang dijadikan instrumen dalam
penelitian ini adalah reliabel atau handal hal ini dibuktikan nilai koefisien alpha lebih dari
0,60 sehingga dapat digunakan sebagai alat pengukur yang dapat dihandalkan atau
dipercaya.
3. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis
a) Analisis Regresi
Y = 0,623 + 0,273 + 0,529 + e

A. Nilai konstanta (a) sebesar 0,623, artinya jika variabel beban kerja dan pengalaman
audit nilai tetap atau sama dengan nol maka variabel kemampuan mendeteksi
kecurangan nilai skornya sebesar 0,623.
B. Koefisien nilai variabel beban kerja sebesar 0,273 artinya jika variabel independen
yang lain tetap sementara variabel beban kerja mengalami kenaikan sebesar 1%
maka akan mempengaruhi variabel kemampuan mendeteksi kecurangan sebesar
0,273. Hal ini dikarenakan variabel beban kerja memiliki pengaruh positif terhadap
variabel kemampuan mendeteksi kecurangan
C. Koefisien nilai variabel pengalaman audit sebesar 0,529 artinya jika variabel
independen yang lain tetap sementara variabel pengalaman audit mengalami
kenaikan sebesar 1% maka akan mempengaruhi variabel kemampuan mendeteksi
kecurangan sebesar 0,529. Hal ini dikarenakan variabel pengalaman audit memiliki
pengaruh positif terhadap variabel kemampuan mendeteksi kecurangan.

b) Uji t (t-test)
Tabel 4.11
Uji t (Parsial) Coefficientsa
Model

Unstandardized
Coefficients

B
1

(Constant)

Standardized
Coefficients
Std. Error
,623
,603

Beban Kerja
Pengalaman

,273
,529

,176
,150

,309
,700

Sig.

1,554 ,159
3,522 ,008

Beta
1,033 ,332

Audit
a. Dependent Variable: Kemampuan Mendeteksi Kecurangan
Sumber: Hasil Olahan S
Hasil dari uji parsial, sebagai berikut dengan membandingkan thitung dan ttabel (n-k-1
11-2-1) = 8 adalah sebesar 2,306.
1. thitung beban kerja sebesar 1,554 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,159. Nilai
thitung < ttabel (1,554 < 2,306) hal ini menunjukkan H1 ditolak di mana variabel beban
kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan.
2. thitung pengalaman audit sebesar 3,522 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,008. Nilai
thitung < ttabel (3,522 > 2,306) hal ini menunjukkan H1 diterima di mana variabel
pengalaman audit berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan.

c) Uji F (F-test)
Uji F dilakukan dengan membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel. Jika Fhitung
< Ftabel pada taraf signifikansi 0,05, maka H1 ditolak dan sebaliknya bila Fhitung >
Ftabel pada taraf signifikan 0,05, maka H1 diterima. Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa nilai Fhitung sebesar 9,842 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,007, sedangkan
Ftabel terlebih dahulu dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu mencari nilai df1 dan
df2. Dengan jumlah sampel (n) = 11 dan jumlah variiabel (k) = 2 serta = 0,05
diperoleh df1 (k-1 = 2-1 = 1) dan df2 (n-k-1 = 11-2-1 = 8). Berdasarkan hasil dari df1
dan df2 maka diperoleh nilai Ftabel sebesar 5,318. Berdasarkan tabel di atas dapat
dijelaskan bahwa secara simultan variabel beban kerja dan pengalaman audit
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan. Hal ini bisa
dilihat dengan membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel dimana Fhitung > Ftabel (9,842
> 5,318) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,007 < 0,05).
d) Analisa Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi (R2)
Nilai adjusted R square sebesar 0,639 atau 63,9%, hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu beban kerja dan pengalaman audit memiliki kontribusi atau pengaruh
sebesar 63,9% terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan. Sementara 36,1% dipengaruhi
oleh variabel independen yang lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Pengembangan Model
analisis

Hasil Pengujian Hipotesis :


Dengan hasil pengujian statistik dengan menggunakan SPSS 21 dapat terlihat dengan
jelas bahwa secara parsial thitung beban kerja sebesar 1,554 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,159. Nilai thitung < ttabel (1,554 < 2,306) hal ini menunjukkan H1 ditolak di
mana variabel beban kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan
mendeteksi kecurangan. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian oleh Hafifah
Nasution (2012) dan Fitriany (2011) menyatakan bahwa beratnya beban pekerjaan yang
mengakibatkan kelebihan pekerjaan akan menurunkan kepuasan kerja dan kinerja
auditor dalam melaksanakan proses audit yaitu beban kerja berpengaruh negatif
terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan. Hasil variabel Thitung
pengalaman audit sebesar 3,522 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,008. Nilai thitung
< ttabel (3,522 > 2,306) hal ini menunjukkan H2 diterima di mana variabel pengalaman
audit berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian lain oleh Sucipto (2007) dan Mui (2010) yang
menemukan adanya hubungan positif antara pengalaman audit dan pendeteksian
kecurangan dimana auditor yang berpengalaman juga terbukti lebih mampu untuk
menyeleksi informasi-informasi atau bukti-bukti yang relevan dan tidak relevan dalam
membuat keputusan..
Sementara di Kota Palopo jumlah Auditor yang berpengalaman sangat rendah
sehingga dimungkinkan untuk terjadi banyak kecurangan.
Sedangkan secara simultan beban kerja dan pengalaman audit) berpengaruh signifikan
terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan hal ini bisa dilihat dengan memperhatikan
signifikansi nilai F < 0,05 maka terdapat pengaruh antara semua variabel independen
terhadap variabel dependen.
Sesuai dengan fenomena yang terjadi pada Kota Palopo bahwa perolehan predikat
disclaimer selama empat tahun berturut-turut dalam laporan keuangan Kota Palopo
mengundang kecurigaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Wakil Ketua KPK
Haryono Umar menilai buruknya laporan keuangan Kota Palopo bisa disebabkan oleh
dugaan tindak pidana korupsi sehingga tidak bisa dipertanggung jawabkan. Adapun
pendapat dari Kepala DPPKAD Kota Palopo mengatakan kalau semua itu terjadi karena
kekeliruan.
Jika dikaitkan dengan hasil penelitian pada penelitian ini bahwa dengan adanya
pengalaman audit dalam mendeteksi kecurangan-kecurangan yang telah terjadi pada
Kota Palopo sehingga dapat diketahui kinerja laporan keuangannya, seorang auditor
harus memiliki pengalaman karena auditor yang memeliki banyak pengalaman tidak
hanya akan memiliki kemampuan untuk menemukan kekeliruan atau kecurangan yang
tidak lazim yang terdapat dalam laporan keuangan tetapi juga auditor tersebut dapat
memberikan penjelasan yang lebih akurat terhadap temuannya sehingga dalam laporan
keuangan Kota Palopo dengan adanya pengalaman auditor dapat mendeteksi
kecurangan-kecurangan yang terjadi seperti halnya kadang-kadang ada aset yang tidak
diketahui keberadaannnya atau aset daerah yang tidak terinventarisasi dengan baik dan
atas keterlambatannya dalam menyerahkan LKPD sehingga meraih predikat disclaimer.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian secara empiris yang telah diuraikan maka peneliti
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara parsial thitung beban kerja sebesar 1,554 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,159. Nilai thitung < ttabel (1,554 < 2,306) hal ini menunjukkan H1 ditolak di mana
variabel beban kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi
kecurangan. Thitung pengalaman audit sebesar 3,522 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,008. Nilai thitung < ttabel (3,522 > 2,306) hal ini menunjukkan H1 diterima di
mana variabel pengalaman audit berpengaruh signifikan terhadap kemampuan
mendeteksi kecurangan.
2. Secara simultan variabel beban kerja dan pengalaman audit berpengaruh signifikan
terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan. Hal ini bisa dilihat dengan
membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel dimana Fhitung > Ftabel (9,842 > 5,318) dan
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,007 < 0,05).
3. Nilai koefisien determinasi yang dilihat dari nilai adjusted R square sebesar 0,639
atau 63,9%, hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu beban kerja dan
pengalaman audit memiliki kontribusi atau pengaruh sebesar 63,9% terhadap
kemampuan mendeteksi kecurangan. Sementara 36,1% dipengaruhi oleh variabel
independen yang lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Kelemahan dan saran
untuk penelitian
selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat memberikan saran
saran sebagai berikut:
1. Apabila peneliti selanjutnya ingin meneliti ditempat yang sama sebaiknya
memperbanyak pernyataan yang mmpunyai hubungan terhadap variabel yang diteliti.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti masalah yang sama, dianjurkan
lebih memperbanyak variabel dengan kemampuan mendeteksi kecurangan dan bisa
mengambil sampel yang lebih luas.
3. Beberapa penelitian saya di inspektorat menggambarkan bahwa jumlah auditor senior
sangat sedikit baik jumlah maupun tingkat pendidikannya.
4. Keterbatasan penelitian ini adalah hanya hanya meneliti beban kerja dan pengalaman
kerja auditor dalam mendeteksi kecurangan, sementara banyak factor lain yang terkait
dengan profesionalis auditor, auditor yang ada di kota palopo sangat minim sehingga
informasi yang kita dapatkan juga masih sedikit.

LEMBAR KERJA REVIEW PENELITIAN


Nama Mahasiswa: Aditya Khairulsani (201310170311081)
Sebutkan Karya ilmiah yang direview
(Judul; pengarang; penerbit; tahun;) : PENGARUH CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY
REPORT PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA; Dhaniel Syam, Ahmad
Waluya Jati, Nimatul Hasanah; International Conference on Accounting And
Finance; 2015.

Motivasi /isu/
fenomena/latar belakang
Penelitian

Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk mencari keuntungan. Namun


dalam mencapai tujuan tersebut seringkali perusahaan mengabaikan dampak sosial dan
lingkungan yang dihasilkan dari limbah perusahaan. Dengan demikian maka adanya
perusahaan tidak memberikan kontribusi bagi kemakmuran masyarakat dan
lingkungannya tetapi justru justru mengalami penurunan kondisi sosial.
Secara umum dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting) yang menjadi
pusat perhatian perusahaan adalah stockholders, sedangkan pihak yang lain sering
diabaikan. Semakin besarnya tuntutan perusahaan akhir-akhir ini, maka perusahaan
diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal
tetapi juga peduli terhadap karyawan, konsumen dan masyarakat. Perusahaan juga
mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan terhadap pihak-pihak di luar
manajemen dan pemilik modal. Akan tetapi perusahaan kadangkala melalaikannya
dengan alasan bahwa mereka tidak memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup
perusahaan. hal ini disebabkan hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat
non reciprocal yaitu transaksi keduanyan tidak menimbulkan prestasi timbal balik (Reni
dan Anggraini, 2006).
Tuntutan yang harus dilakukan perusahaan salah satunya adalah bagaimana tata kelola
perusahaan (corporate governance) dapat berfungsi untuk mendorong terciptanya pasar
yang efisien, transparan, dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang
berlandaskan pada beberapa prinsip dasar yaitu pertanggungjawaban, transparansi,
akuntabilitas, kesetaraan dan kewajaran (Rosadi, 2011). Sebagai bentuk
pertanggungjawaban dan transparansi pengelolaan perusahaan perlu adanya pemberian
informasi yang lengkap mengenai kondisi perusahaan pada berbagai bidang.
Menurut Rachmandy (2012) bahwa corporate governance merupakan serangkaian
mekanisme yang merefleksikan suatu struktur pengelolaan perusahaan yang menetapkan
distribusi hak dan tanggung jawab di antara berbagai partisipan di dalam perusahaan,
termasuk para pemegang saham, dewan komisaris, dewan direksi, manajer, karyawan
dan pihak-pihak berkepentingan (stakeholder) lainnya. Biasanya perusahaan hanya
berpijak pada single bottom line, yaitu perusahaan hanya melaporkan kondisi keuangan
perusahaan saja. Namun dengan munculnya teori triple bottom line maka perusahaan
tidak hanya menyediakan informasi keuangan tetapi juga menyediakan informasi sosial
dan lingkungan yang kemudian disebut dengan sustainability report (Ratnasari, 2011).
Sustainability report merupakan pelaporan yang dilakukan perusahaan secara sukarela,
yang melaporkan sumbangsih perusahaan kepada masyarakat dilihat dari 3 aspek, yaitu

ekonomi, sosial dan lingkungan. Sustainability report menggambarkan kepedulian


perusahaan kepada masyarakat tentang aspek-aspek yang dilaporkannya dan juga
menjembatani kebutuhan stakeholder terhadap informasi pengambilan keputusan
(Pratiwi, 2013). Stakeholder adalah orang, kelompok, atau organisasi yang berada diluar
kendali perusahaan yang terlibat dalam operasional perusahaan (Thomsett, 2006).
Perusahaan bertanggung jawab kepada stakeholder yaitu para pemegang saham,
konsumen, para pegawai, para pemasok dan masyarakat. Sustainability terletak pada
pertemuan antara tiga aspek, people-sosial; planet-environment; dan profit-economic.
Maka menurut Elkington perusahaan harus bertanggung jawab atas dampak positif
maaupun negatif yang ditimbulkan terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan
hidup (adhima, 2012).
Untuk mendukung adanya tanggung jawab perusahaan terhadap ketiga aspek tersebut
maka pemerintah membuat kebijakan. Diantaranya adalah UU No. 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 UU tersebut menyebutkan bahwa Perseroan
yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Ratnasari, 2011).
Selain itu UU No. 23 tahun 2007 tentang pengelolaan lingkungan hidup dan berdasarkan
PP No. 27 tahun 2007 pemerintah mengharuskan adanya AMDAL (Analisis mengenai
dampak lingkungan) dari suatu proyek (Darmayanti, 2011). Menurut Reni dan
Anggraini (2006) standar akuntansi keuangan belum mewajibkan perusahaan untuk
mengungkapkan informasi mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan,
akibatnya yang terjadi di dalam praktik perusahaan hanya dengan sukarela
mengungkapkannya.
Banyak penelitian berkaitan dengan pengungkapan sustainability report. Salah satunya
penelitian yang dilakukan oleh Reni dan Anggraini (2006) bahwa perusahaan akan
mengungkapkan informasi tertentu jika ada aturan yang menghendakinya. Hal ini
karena industri ini sangat bergantung pada kemampuan manusia (karyawan) yang
memberikan jasanya kepada pelanggan. Kemudian hasil lain juga ditemukan bahwa
perusahaan dengan kepemilikan manajemen yang besar dan termasuk dalam industri
yang memiliki resiko politis yang tinggi cenderung mengungkapkan informasi sosial
yang lebih banyak dibandingkan perusahaan lain.
Pratiwi (2013) mengenai pengaruh corporate governance terhadap sustainability report
menunjukkan hasil yang diteliti dengan menggunakan variabel kepemilikan
institusional, dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dewan direksi
dan komite audit tidak berpengaruh terhadap sustainability report. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Nurkin (2009), Suryono dan Prastiwi (2011), dan Nugroho (2013)
bahwa dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit berpengaruh terhadap
sustainability report.
Berdasarkan latar belakang tersebut masih ada perbedaan hasil penelitian, dengan
demikian maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali pengaruh corporate governance
(dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit) terhadap pengungkapan
sustainability report pada perusahaan di Indonesia.

Judul Penelitian

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN


SUSTAINABILITY REPORT PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA.

Rumusan Masalah

Secara umum dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting) yang menjadi pusat
perhatian perusahaan adalah stockholders, sedangkan pihak yang lain sering diabaikan. Semakin
besarnya tuntutan perusahaan akhir-akhir ini, maka perusahaan diharapkan tidak hanya
mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal tetapi juga peduli terhadap
karyawan, konsumen dan masyarakat. Perusahaan juga mempunyai tanggung jawab sosial dan
lingkungan terhadap pihak-pihak di luar manajemen dan pemilik modal. Akan tetapi perusahaan
kadangkala melalaikannya dengan alasan bahwa mereka tidak memberikan kontribusi terhadap
kelangsungan hidup perusahaan. hal ini disebabkan hubungan perusahaan dengan
lingkungannya bersifat non reciprocal yaitu transaksi keduanyan tidak menimbulkan prestasi
timbal balik (Reni dan Anggraini, 2006).
Tuntutan yang harus dilakukan perusahaan salah satunya adalah bagaimana tata kelola
perusahaan (corporate governance) dapat berfungsi untuk mendorong terciptanya pasar yang
efisien, transparan, dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlandaskan
pada beberapa prinsip dasar yaitu pertanggungjawaban, transparansi, akuntabilitas, kesetaraan
dan kewajaran (Rosadi, 2011). Sebagai bentuk pertanggungjawaban dan transparansi
pengelolaan perusahaan perlu adanya pemberian informasi yang lengkap mengenai kondisi
perusahaan pada berbagai bidang.
Menurut Rachmandy (2012) bahwa corporate governance merupakan serangkaian mekanisme
yang merefleksikan suatu struktur pengelolaan perusahaan yang menetapkan distribusi hak dan
tanggung jawab di antara berbagai partisipan di dalam perusahaan, termasuk para pemegang
saham, dewan komisaris, dewan direksi, manajer, karyawan dan pihak-pihak berkepentingan
(stakeholder) lainnya. Biasanya perusahaan hanya berpijak pada single bottom line, yaitu
perusahaan hanya melaporkan kondisi keuangan perusahaan saja. Namun dengan munculnya
teori triple bottom line maka perusahaan tidak hanya menyediakan informasi keuangan tetapi
juga menyediakan informasi sosial dan lingkungan yang kemudian disebut dengan sustainability
report (Ratnasari, 2011).
Sustainability report merupakan pelaporan yang dilakukan perusahaan secara sukarela, yang
melaporkan sumbangsih perusahaan kepada masyarakat dilihat dari 3 aspek, yaitu ekonomi,
sosial dan lingkungan. Sustainability report menggambarkan kepedulian perusahaan kepada
masyarakat tentang aspek-aspek yang dilaporkannya dan juga menjembatani kebutuhan
stakeholder terhadap informasi pengambilan keputusan (Pratiwi, 2013). Stakeholder adalah
orang, kelompok, atau organisasi yang berada diluar kendali perusahaan yang terlibat dalam
operasional perusahaan (Thomsett, 2006). Perusahaan bertanggung jawab kepada stakeholder
yaitu para pemegang saham, konsumen, para pegawai, para pemasok dan masyarakat.
Sustainability terletak pada pertemuan antara tiga aspek, people-sosial; planet-environment; dan
profit-economic. Maka menurut Elkington perusahaan harus bertanggung jawab atas dampak
positif maaupun negatif yang ditimbulkan terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup
(adhima, 2012).

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian ini masih ada perbedaan hasil penelitian, dengan
demikian maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali pengaruh corporate governance
(dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit) terhadap pengungkapan
sustainability report pada perusahaan di Indonesia.

Tinjauan Pustaka

Adhima, Mochammad Fauzan. 2012. Pengaruh Pengungkapan Sustainability


Report terhadap Profitabilitas Perusahaan Studi Kasus pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Feb. Universitas Brawijaya. Malang.

Anthony, R.N. & Vijay G. 2009. Management Control System : Sistem


Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Darmayanti. 2011. Pengaruh Praktik Pengungkapan Sustainability Reporting


terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan High Profile dan Low Profile di
Indonesia. Skripsi : Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Nugroho, Adhy Karyo. 2013. Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Struktur


Kepemilikan, dan Good Corporate Governance terhadap Pengungkapan Triple
Bottom Line Di Indonesia. Skripsi : Universitas Diponegoro. Semarang.

Nurkhin, Ahmad. 2009. Corporate Governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya


terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris pada
Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia). Universitas Diponegoro.
Semarang.

Pratiwi, Novita Indra. 2013. Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap


Sustainability Reporting Pada Perusahaan Yang Tergabung Di ISRA. Skripsi :
Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Rachmandy, Galih. 2012. Analisa Penerapan Prinsip Good Corporate


Governance (GCG) pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Universitas
Brawijaya. Malang.

Ratnasari, Yunita. 2011. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Luas


Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Dalam Sustainability
Report. Universitas Diponegoro. Semarang.

Reni, Fr. dan Retno Anggraini., 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam
Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang
terdaftar Bursa Efek Jakarta). Universitas Sanata Dharma Yogya. Simposium
Nasional Akuntansi 9.

Rosadi, Jabal Jauhar. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah
Penerapan GCG (Good Corporate Governance) (Studi Empiris Pada Perusahaan
Publik Yang Disurvei IICG Indonesia Institute For Corporate Governance).
Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Sari, Mega Putri Yustia dan Marsono., 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan,
Ukuran Perusahaan dan Corporate Governance terhadap Pengungkapan
Sustainability Report. Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 2 (3).

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press.

Suryono, Hari dan Prastiwi, Andri. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan


Dan Corporate Governance (CG) Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability
Report (SR) (Studi Pada Perusahaan-perusahaan yang Listed (Go-Public) di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2009). Simposium Nasional Akuntansi
XIV.

Sutedi, Adrian. 2012. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.

Syakhroza, Akhmad. 2005. Corporate Governance: Sejarah dan Perkembangan,


Teori, Model, dan Sistem Governance serta Aplikasinya pada Perusahaan
BUMN. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Thomsett, Rob. 2006. Radical Project Management Manajemen Proyek


Radikal. Jakarta: Erlangga.

Kerangka Penelitian

Praktik pengungkapan sustainability report dilandasi oleh teori agensi, teori stakeholder
dan teori legitimasi. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk
kepentingan mereka sendiri. Hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal)
menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa dan dalam melakukan hal itu
mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Dengan
adanya teori agensi ini diharapkan tidak ada asimetri informasi antara agen dan prinsipal
(Anthony dan Vijay, 2009).
Menurut Syakhroza (2005) dari sudut pandang stakeholding perusahaan didefinisikan
sebagai organ yang berhubungan dengan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders)
lainnya yang berada, baik di dalam maupun di luar perusahaan dibandingkan dengan hanya
memperhatikan kepentingan pemegang saham. Melalui pengungkapan sustainability report
perusahaan dapat memberikan informasi yang cukup untuk stakeholder lainnya.
Kemudian dalam teori legitimasi dijelaskan bahwa untuk mencapai tingkat pengembalian
yang menguntungkan bagi pemegang saham, manajer harus memperhatikan adanya batasanbatasan yang timbul dalam lingkungan dimana mereka beroperasi, diantaranya masalah
etika dan moral, hukum, kebijakan pemerintah, lingkungan hidup, sosial, budaya, politik
dan ekonomi (Sutedi, 2012).

Hipotesis Penelitian

Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Sustainability Report


Dewan komisaris selaku organ harus melaksanakan tugas mereka dengan baik demi
kepentingan Perseroan, dan juga harus memastikan bahwa Perseroan melaksanakan fungsi
dan tanggung jawab sosialnya serta memperhatikan kepentingan pihak perusahaan. Dengan
wewenang yaang dimiliki, dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat
untuk menekan manajemen dalam mengungkapkan informasi sustainability report yang
masih bersifat sukarela (Ratnasari, 2011). Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
H1 =Dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapansustainability report
Pengaruh Dewan Direksi terhadap Pengungkapan Sustainability Report
Tanggung jawab utama dewan direksi adalah memastikan kelangsungan jangka panjang dari
perusahaan dan untuk memberikan pengawasan dari manajemen. Dewan direksi juga
mempunyai tanggung jawab dalam memastikan kepatuhan hukum dan peraturan perundangundangan, termasuk laporan yang bersifat sukarela yaitu mengungkapkan sustainability
report (Sutedi, 2012 : 182). Suryono dan Prastiwi (2011) menyatakan tinggi frekuensi rapat
antara anggota dewan direksi mengindikasikan semakin seringnya komunikasi dan
koordinasi antar anggota, sehingga lebih mudah untuk mewujudkan good corporate
governance. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
H2 =Dewan direksi berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report
Pengaruh Komite Audit terhadap Pengungkapan Sustainability Report
Berdasarkan International Best Practices (dalam Sutedi, 2012 : 162), komite audit
mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam bidang pelaporan keuangan (financial
reporting), tata kelola perusahaan (corporate governance) dan pengawasan perusahaan
(corporate control). Dalam bidang corporate governance, komite audit harus dapat
memastikan bahwa perusahaan telah melaksanakan dan mematuhi semua peraturan hukum
serta aturan lainnya yang berlaku dan memastikan bahwa perusahaan menjalankan kegiatan
usahanya secara etis dan bermoral. Sari dan Marsono (2013) menyatakan dengan frekuensi
rapat komite audit yang semakin sering, maka pengawasan yang dilakukan akan semakin
baik dan kualitas informasi sosial yang dilakukan semakin luas. Dengan demikian hipotesis
yang diajukan:
H3 =Komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report

Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan di Indonesia.
Teknik dalam pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan
pendekatan judgment sampling. Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan tersebut mempublikasikan sutainability report pada tahun 2013.
2. Perusahaan yang menampilkan data-data lengkap yang dapat digunakan untuk
menganalisis corporate governance tahun 2013.

Jenis dan Metode


penelitian

Pengumpulan Data
Variabel Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi
dan komite audit. Masing-masing variabel independen tersebut diukur dengan
menggunakan rata-rata tingkat kehadiran anggota dalam rapat selama satu tahun.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan sustainability report.
pengungkapan sustainability report diukur berdasarkan indikator Global Reporting
Initiative (GRI). Metode content analysis digunakan untuk mengukur pengungkapan
sustainability report perusahaan. Metode ini dilakukan dengan memberikan checklist
atas pengungkapan item berdasarkan indikator Global Reporting Initiative. Selanjutnya
setiap item dijumlah
kemudian dibagi dengan total pengungkapan berdasarkan GRI sebesar 79 item
selanjutnya diprosentasekan dengan mengali 100%.
Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan di Indonesia.
Teknik dalam pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan
pendekatan judgment sampling. Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan tersebut mempublikasikan sutainability report pada tahun 2013.
2. Perusahaan yang menampilkan data-data lengkap yang dapat digunakan untuk
menganalisis corporate governance tahun 2013.
Metode Analisis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda,
dengan persamaan berikut ini:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan:
Y = Pengungkapan sustainability report
X1 = Dewan Komisaris
X2 = Dewan direksi
X3 = Komite Audit
a = Konstanta
b = Koefisien
e = Error
Identifikasi Variabel
Dependen

Independen

Definisi Operasional

Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan berdasarkan metode purposive sampling. Berdasarkan metode
tersebut diperoleh 30 perusahaan sampel. Perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel
adalah perusahaan yang telah menerbitkan sustainability report pada periode 2013.
Deskripsi Variabel
Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen ( dewan komisaris, dewan direksi dan
komite audit) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris, dewan direksi
dan komite audit terhadap pengungkapan sustainability report. Deskriptif variabel atas data
yang berjumlah 30 sampel untuk semua perusahaan. Setelah mengetahui banyaknya sampel
yang akan digunakan dan melakukan pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut,
peneliti berusaha mendeskripsikan data yang diuji. Berdasarkan hasil pengolahan data
dengan bantuan SPSS versi 21.0 diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

N
Sustainability
Komisaris
Direksi
Komite
Valid N (listwise)

30
30
30
30
30

Tabel 1
Statistik Deskriptif
Minimu Maximum Mean
m
11,00
100,00
52,4667
47,00
100,00
85,2000
68,00
100,00
88,5000
45,00
100,00
85,4333

Std. Deviation
26,36447
14,03297
8,60132
15,28732

Sumber: Data diolah, 2015


Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah sampel atau N data valid yang akan diteliti
adalah 30 sampel. Dari data sustainability report menunjukkan nilai minimum sebesar
11,00 pada PT. Patra Jasa dan untuk data maksimum sebesar 100,00 pada PT. Inti Agro
Resources dan PT. Kaltim Prima Coal. Dengan nilai mean sebesar 52,4667 dan standar
deviasi 26,36447 menggambarkan standar deviasi yang sangat besar (sebesar 50% dari
mean). Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang besar dari sustainability report
minimum dan maksimum.
Untuk variabel dewan komisaris memiliki nilai minimum 47,00 pada PT. Pertamina
dan nilai maksimum 100,00 pada beberapa perusahaan yaitu PT. Asabri (Persero), Bank
Syariah Mandiri, Bank OCBC NISP, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PT. Indo
Tambangraya Megah Tbk, PT. Total Bangun Persada Tbk, PT. LEN Industri (Persero)
dan PT. Patra Jasa (Persero). Dari 30 sampel yang digunakan dalam penelitian tingkat
kehadiran komisaris memiliki nilai mean 85,2000 dengan standar deviasi 14,03297 yang
menjelaskan bahwa tingkat kesenjangan sebesar 16% dari rata-rata tingkat kehadiran
dewan komisaris minimum dan maksimum.
Variabel dewan direksi memiliki nilai minimum 68,00 pada Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat dan Banten dan nilai maksimum 100,00 pada PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk, PT. Inti Agro Resources Tbk, PT. Indo Tambangraya Megah Tbk,
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, PT. LEN Industri (Persero) dan PT. Patra Jasa
(Persero). Dari seluruh sampel yang digunakan dalam penelitian ini, rata-rata tingkat

kehadiran dalam rapat memiliki nilai mean sebesar 88,5000 dengan standar
deviasi8,60132 yang menjelaskan nilai kesenjangan sebesar 9,72%.
Variabel komite audit memili nilai minimum 45,00 pada Bank Tabungan Negara,
sedangkan nilai maksimum 100,00 terdapat pada PT. Asabri (Persero), PT. Astra
Internasional Tbk, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PT. Inti Agro Resources Tbk,
PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero), PT. Jasa Raharja (Persero), PT. United
Tractors Tbk, PT. LEN Industri (Persero) dan PT. Patra Jasa (Persero). Nilai mean pada
variabel komite audit sebesar 85,4333 dan standar deviasinya sebesar 15,28732. Hal ini
menunjukkan tingkat kesenjangan sebesar 18%.

Pengukuran variabel
Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan
digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian
adalah data yang memiliki distribusi normal (Sujarweni, 2014). Pada penelitian ini
pengujian
dilakukan dengan menggunakan model uji normalitas residual. Hasil pengujian dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1
Uji Normalitas

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa terlihat titik-titik menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis. Dengan ini maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Sehingga model regresi layak dipakai untuk pengungkapan
sustainability report berdasarkan variabel independennya. Untuk mendukung pernyataan
di atas dapat dilihat juga pada tabel berikut ini:
Tabel 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Uji Multikolinearitas
Untuk mengetahui terjadi atau tidak multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance
dan nilai VIF. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka multikolinearitas tidak
terjadi (Sanusi, 2011). Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3
Coefficientsa

Pada tabel di atas terlihat bahwa untuk ketiga variabel independen mempunyai angka
VIF kurang dari 10 yaitu 1,582, 1,406 dan 1,506. Sedangkan angka tolerance lebih dari
0,10 yaitu 0,632, 0,711 dan 0,664. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
model regresi tidak terjadi multikolinieritas. Untuk lebih meyakinkan dapat juga dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4
Coefficient Correlationsa

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa semua angka korelasi antar variabel di bawah
nilai 0,5. Seperti korelasi antara dewan komisaris dengan dewan direksi yang hanya
-0,330; korelasi antara dewan direksi dengan komite audit -0,252 dan korelasi antara
komite audit dan dewan komisaris adalah -0,410. Hal ini menunjukkan tidak adanya
permasalahan multikolinieritas pada model regresi di atas.

Pengembangan Model
analisis

Hasil Pengujian Hipotesis :


Hasil pengujian hipotesis pertama dapat diketahui hasil bahwa signifikansi untuk
variabel dewan komisaris dengan proksi rata-rata tingkat kehadiran anggota dalam rapat
sebesar 0,445. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas dewan komisaris lebih besar
dari 0,05 sehingga dewan komisaris ditolak dan H0 diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap sustainability report.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Pratiwi (2013)
yang menyatakan bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
sustainability report. Namun tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sari dan Marsono (2013), Suryono dan Prastiwi (2011) dan Widianto (2011).
Pada variabel dewan direksi yang diproksi dengan rata-rata tingkat kehadiran anggota
dalam rapat diketahui nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yakni 0,669. Dengan
demikian hipotesis untuk dewan direksi ditolak dan H0 diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap sustainability report.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Sari dan Marsono (2013) yang menyatakan bahwa
kemungkinan pihak manajemen (direksi) lebih mementingkan kepentingan pemegang
saham daripada tujuan perusahaan yang berdampak tidak maksimalnya pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Pada variabel komite audit yang diproksi dengan rata-rata tingkat kehadiran anggota
dalam rapat diketahui bahwa nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yakni 0,248.
Dengan demikian hipotesis untuk komite audit ditolak dan H0 diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap sustainability report. Hasil
ini tidak konsisten dengan penelitian Suryono dan Prastiwi (2011) dan Widianto (2011).
Menurut Sari dan Marsono (2013) tidak berpengaruhnya komite audit terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial disebabkan untuk menjadikan fungsi komite audit

yang efektif tidak hanya memperhatikan rata-rata tingkat kehadiran anggota dalam
rapat, tetapi juga kualitas dan kompetensi anggota komite audit.
Tujuan dari sustainability seharusnya adalah selalu mendorong perlakuan yang
bertanggung jawab lebih dari pada hanya mencegah perbuatan yang salah (Sutedi,
2011 : 12). Bentuk tanggung jawab ini bisa dicerminkan dengan praktik corporate
governance dalam sebuah perusahaan. Salah satu praktiknya adalah dengan mengadakan
pertemuan berkala secara teratur antar organ perusahaan. Dari teori tersebut peneliti
menyimpulkan bahwa semakin besar rata-rata tingkat kehadiran rapat yang dilakukan
dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit seharusnya mempengaruhi
pengungkapan sustainability report.
Akan tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan teori tersebut. Hal ini
disebabkan karena hasil pembahasan dalam rapat hanya membahas kinerja perusahaan
yang lebih dititik beratkan pada laporan yang bersifat wajib. Berdasarkan BAPEPAM
No. 38/PM/1996 (dalam Putri, 2014) terdapat dua jenis laporan tahunan yaitu laporan
wajib berupa laporan keuangan dan laporan bersifat suka rela seperti sustainability
report. sehingga pembahasan kinerja terhadap pengungkapan sustainability report
menjadi hal yang tidak diutamakan jika dibandingkan dengan pengungkapan laporan
keuangan.
Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yaitu dewan komisaris,


dewan direksi dan komite audit dengan menggunakan rata-rata tingkat kehadiran
anggota dalam rapat selama satu periode secara parsial maupun secara simultan tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Hal ini disebabkan pada saat
rapat, pembahasan lebih dititikberatkan pada kinerja perusahaan yang pengungkapannya
bersifat wajib. Sehingga untuk pembahasan mengenai pengungkapan sustainability
report tidak diutamakan.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang memerlukan pengembangan dan
perbaikan dalam studi selanjutnya. Pertama, variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 3 variabel yaitu dewan komisaris, dewan direksi dan komite
audit. Memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 0.058 yang berarti variabel
independen dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan variabel dependen sebesar
5,8%. Masih terdapat 94,2% faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pengungkapan
sustainability report. Kedua, periode data yang digunakan dalam penelitian ini hanya 1
tahun yaitu tahun 2013 dan semua perusahaan yang menjadi sampel dianggap sama
(tidak dibedakan antara jenis perusahaan, ukuran perusahaan maupun karakteristik
perusahaan) sehingga belum didapat hasil yang maksimal.

Kelemahan dan saran


untuk penelitian
selanjutnya

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian, peneliti memberikan


saran untuk perbaikan peneliti selanjutnya dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut: Pertama, menambahkan variabel lain dalam penelitian yang dipandang dapat
mempengaruhi pengungkapan sustainability report, misalnya menggunakan prinsip atau
mekanisme corporate governance lainnya. Kedua, peneliti selanjutnya dapat
menambahkan periode pengambilan data, sehingga didapatkan hasil yang maksimal dan
akurat dalam penelitian yang dilakukan. Ketiga, membedakan perusahaan yang menjadi
sampel berdasarkan jenis perusahaan, ukuran perusahaan dan karakteristik perusahaan
sehingga data yang digunakan benar-benar dapat mencerminkan keadaan yang
sebenarnya.

LEMBAR KERJA REVIEW PENELITIAN


Nama Mahasiswa: Aditya Khairulsani (201310170311081)
Sebutkan Karya ilmiah yang direview
(Judul; pengarang; penerbit; tahun;) : ANALISIS KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH MENERAPKAN EMPLOYEE
STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP); Dhaniel Syam, Endang Dwi
Wahyuni, Joko Indra Prasetiawan; International Conference on Accounting And
Finance; 2015.

Motivasi /isu/
fenomena/latar belakang
Penelitian

Memasuki era pasar global, persaingan di dunia usaha semakin ketat, yang menuntut
setiap perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan
atau bahkan lebih berkembang. Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan suatu
strategi yang tepat agar bisa mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki
kinerjanya. Salah satu usaha untuk menjadikan perusahaan semakin besar dan kuat
adalah melalui perogram-program yang menunjang kinerja perusahaan, salah satunya
adalah melalui EmployeeStockOwnership Program (ESOP).
Program kompensasi kepemilikan saham karyawan di Indonesia, dikenal dengan
istilah EmployeeStockOwnership Program (ESOP)(Bapepam,2002). Program ini dapat
di-laksanakan melalui beberapa pendekatan, yaitu pembelian saham perusahaan,
pemberian saham dalam bentuk bonus, pemberian opsi saham karyawan, dan beberapa
pendekatan lainnya (Astika, 2012). Berdasarkan kajian dari Bapepam (2002),
disebutkan bahwa perusahaan publik pada umumnya lebih memilih untuk menerapkan
pendekatan dalam bentuk opsi saham karyawan. Hal ini disebabkan, apabila
dibandingkan dengan pendekatan kompensasi saham lainnya, program opsi saham
karyawan lebih memiliki potensi untuk mendorong karyawan memberikan kinerja
terbaiknya dalam kurun waktu yang panjang yang akan mempengaruhi kinerja
perusahaan.
Kinerja perusahaan yang baik dapat dilihat dari laporan keuangan yang dibuat oleh
pihak manajemen. Laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen secara teratur
merupakan salah satu faktor yang mencerminkan kinerja perusahaan.Laporan keuangan
pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang disediakan dalam bentuk
kuantitatif, dimana informasi-informasi yang disajikan di dalamnya dapat membantu
berbagai pihak (internal maupun eksternal) dalam pengambilan keputusan yang sangat
berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan. Informasi lengkap, akurat, relevan
dan tepat waktu sangat diperlukan.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam pengukuran kinerja
keuangan berdasarkan data akuntansi, maka timbulah pemikiran pengukuran kinerja
keuangan berdasarkan nilai (valuebased). Pengukuran tersebut dapat dijadikan dasar
bagi manajemen perusahaan dalam pengelolaan modalnya, rencana pembiayaan,
wahana komunikasi dengan pemegang saham serta dapat digunakan sebagai dasar
dalam menentukan insentif bagi karyawan (Tunggal 2001). Dengan valuebasedsebagai
alat pengukur kinerja perusahaan, manajemen dituntut untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Pengukuran valueaddedyang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

EconomicValue Added (EVA).


Adanya Economic Value Added (EVA) menjadi relevan untuk mengukur kinerja yang
berdasarkan nlai (value), karena Economic Value Added (EVA) adalah ukuran nilai
tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau
strategi manajemen. Economic Value Added (EVA) atau nilai tambah ekonomis
(NITAMI) adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam
suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala
perusahaan mampu me-menuhi semua biaya operasi (Operating Cost) dan biaya modal
(Cost of Capital) (Tunggal, 2001:1).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
analisiskinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah menerapkan Employee Stock
Ownership Program (ESOP) dengan pendekatan Economic ValueAdded (EVA).
Judul Penelitian

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH


MENERAPKAN EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP).
Rumusan Masalah

Bagaimana kinerja keuangan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
sebelum dan sesudah menerapkan Employee Stock Ownership Program (ESOP)?

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian
Menguji kinerja keuangan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum dan
sesudah menerapkan Employee Stock Ownership Program (ESOP).
Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Penelitian ini menambah pengetahuan bagi penulis mengenai manfaat laporan keuangan sebagai
signal terjadinya Financial Distresspada suatu perusahaan dengan analisis Economic Value
Added (EVA). Penelitian yang disajikan dalam karya tulis ini, diharapkan bisa menjadi refrensi
bagi peneliti selanjutnya dengan tema penelitian yang sama.
2. Praktis
Penelitian ini merupakan informasi mengenai tingkat kesejahteraan perusahaan bagi
stakeholder,dimana kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi
semua biaya operasi dan biaya modal, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan
kebijakan terkait dengan masalah tersebut.

Tinjauan Pustaka

Arikunto, S. 2006. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi


Kelima.Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Astika, Ida Bagus Putra. 2008. Pembentukan Return Saham Ekspektasian


melalui Managemen Laba di sekitar Peristiwa Pengumuman Program Opsi
Saham Karyawan. Dalam Jurnal Aplikasi Manajemen, 8 (3): h: 827-835.

Astika, Ida Bagus Putra. 2012. Harga Referensi dan ReturnExpectationdalam


EmployeeStock of Option Plan. Dalam Finance and Banking Journal, 14 (1): h:
89-99.

Azali, L. 2009. :Abnormal Return Sekitar Penutupan Bursa Efek Indonesia


Tanggal 8 Oktober 2008: Studi Peristiwa Berbasis Intraday. Tesis Program
Pasca Sarjana Magister Akuntansi STIE YKPN Yogyakarta (tidak
dipublikasikan).

Bapepam. 2002. Studi tentang Penerapan EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP


PROGRAM (ESOP) Perusahaan Publik di Pasar ModalIndonesia. Departemen
Keuangan Republik Indonesia.

Fama, Eugene F. 1969. Eficient Capital Markets: A Review of Theory and


Empirical Work. The Journal of finance Vol. 25 No. 2, hal 383-417.

Iramani, Rr. Erie Febriani, 2005. Financial Value Added: Suatu Paradigma Baru
Dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan.

Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analaisis Investasi. Yogyakarta. BPFEYogyakarta edisi ketujuh.

Nasution, Irma Yanti. 2009. ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN FINANCIAL
VALUE ADDED (FVA) PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
MEDAN; Uiniversitas Sumatera Utara; Medan.

Prayitno, Yogo Heru, 2012. ABNORMAL RETURN DI SEKITAR TANGGAL


PENGUMUMAN PEMBAGIAN DEVIDEN SETELAH LAM TIDAK
MEMBAGI: STUDI PERISTIWA BERBASIS DATA INTRADAY: CALL
PAPER: UNIVERSITAS WIDYATAMA: CALL PAPER, hal 445:
UNIVERSITAS WIDYATAMA.

Rizky, Melissa, 2012. Analisis Kinerja Keuangan dengan menggunakan metode


Camel (Studi kasus pada PT bank sulselbar tahun 2008-2010); Universitas
Hasanudin; Makasar.

Salmi, TimoandIikaVirtanen (2001), Economic ValueAdded: A Simulation


Analisis of The Trendy, OwnerOriented Management Tool, Acta WasaensiaNo.
20.

Tunggal, Amin Widjaja 2001. Memahami Konsep Economicc Value Added


(EVA) dan Value Based Management (VAM), Jakarta : Harvarindo

Valez P., Ignatio (2000): Value Creation and Its Measurement A Critical Look At
EVA, Bogota Colombia. Universidad Jeveriana.

Yahoo finance, diakses tanggal 27 Desember 2014. Dari


www.finance.yahoo.com .IDX Statistic.www.idx.co.id

TABEL

4.1 Perusahaan Yang Menerapkan Employee Stock Ownership Program (ESOP)


Ber-dasarkan Bursa Efek Indonesia (BEI).

4.2 Analisis Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Pada Perusahaan Yang
Menerapkan Employee Stock Ownership Program (ESOP) (Dalam Rupiah)

4.3 Analisis Weighted Average Cost of Capital (WACC) Pada Perusahaan Yang
Menerapkan Employee Stock Ownership Program (ESOP) (Dalam Rupiah).

4.4 Analisis Modal yang Diinvestasikan pada Perusahaan yang Menerapkan


Employee Stock Ownership Program (ESOP) (Dalam Rupiah)

4.5 Analisis Economic Value Added (EVA) pada Perusahaan yang Menerapkan
Employee Stock Ownership Program (ESOP)(Dalam Rupiah).

4.6 Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Menerapkan Employee Stock


OwnershipProgram (ESOP) (Dalam Rupiah).

LAMPIRAN

Data RingkasanLaporanKeuanganPada Perusahaan Yang Listing Di Bursa Efek


Indonesia (BEI) SebelumdanSesudahmenerapkan Employee Stock Ownership
Program (ESOP).

Perhitungan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Pada Perusahaan Yang
Listing Di Bursa Efek Indonesia (BEI)SebelumdanSesudahmenerapkan
Employee Stock Ownership Program (ESOP).

Perhitungan Weighted Average Cost of Capital Pada Perusahaan Yang Listing Di


Bursa Efek Indonesia (BEI)SebelumdanSesudahmenerapkan Employee Stock
Ownership Program (ESOP).

Perhitungan Modal Yang DiinvestasikanPada Perusahaan Yang Listing Di Bursa


Efek Indonesia (BEI)SebelumdanSesudahmenerapkan Employee Stock
Ownership Program (ESOP).

Perhitungan Economic Value Added (EVA) Pada Perusahaan Yang Listing Di


Bursa Efek Indonesia (BEI)SebelumdanSesudahmenerapkan Employee Stock
Ownership Program (ESOP).

JumlahPertama Kali AlokasiSahamEmployee Stock Ownership Program


(ESOP).

JumlahKumulatifAksi Korporasi.

Rerangka Penelitian

Hipotesis Penelitian

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:130). Populasi tersebut


diambil dari seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia(BEI). Adapun
perusahaan yang akan dijadikan sampel adalah dengan cara metode purposive sampling,
yaitu hanya sampel yang memenuhi kriteria saja yang dijadikan subyek penelitian.
Kriteria perusahaan yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu:
1. Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Perusahaan yang menerapkan Empolyee Stock Ownership Program (ESOP).
3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tiga tahun berturut-turut dan telah
diaudit..
4. Mempunyai komponen yang dibutuhkan dalam penelitian ini, misalnya memisahkan
secara jelas antara aset lancar (currentasset) dan aset tidak lancar (noncurrentasset),
utang lancar (currentliabilities) dengan utang tidak lancar (noncurrentliabilities), ekuitas,
beban keuangan.
Populasi pada penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang menerapkan Employee
Stock Ownership Program(ESOP). Berdasarkan Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat

21 Menerapkan EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP). Data yang


deperoleh berdasarkan metode purposive sampling tersebut sebanyak 6 perusahaan.

Jenis dan Metode


penelitian

Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan bentuk dari penelitian kuantitatif, definisi dari penelitian
kuantitatif menurut Robert Donmoyer (dalam Given, 2008: 713), adalah pendekatanpendekatan terhadap kajian empiris untuk mengumpulkan, menganalisa, dan
menampilkan data dalam bentuk numerik daripada naratif. Hasil analisis disajikan
dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu
uraian.
Penelitian ini menggunakan data skunder, yaitu data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung atau merupakan data yang dicatat oleh pihak lain. Pengambilan
keterangan atau data dilakukan dengan cara mem-pelajari buku-buku, dokumendokumen, laporan-laporan, jurnal perusahaan dan sebagainya yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
Sumber data dalam penelitian yaitu hal yang menunjukan dari mana data-data yang
diolah dalam penelitian ini diperoleh. Penelitian ini memanfaatkan situs resmi Bursa
Efek Indonesia (BEI) yang beralamatkan www.idx.co.id.
Jenis data yang digunakan adalah Pooling Data karena menggunakan data dari sektor
industri yang berbeda dan time series yang berbeda.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi.
Metode dokumentasi yaitu mencari data atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 2006:231).
Metode dokumentasi yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu mencari dan
mengumpulkan data mengenai informasi berupa laporan keuangan per-usahaan yang
dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penelitian ini menggunakan studi peristiwa(event study)berdasarkan event corporate
action Employee Stock Ownership Program (ESOP) adoption pada perusahaan yang
terdaftar di BEI. Adapun variabel yang digunakan adalah Economic Value Added (EVA)
satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah perusahaan menerapkan Employee Stock
Ownership Program (ESOP).
Identifikasi Variabel
Dependen

Independen

Definisi Operasional

Agar dapat memberikan arah yang jelas dalam melakukan penelitian, berikut ini akan
diuraikan secara garis besar variabel yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1. Net Operating Profit After Taxes (NOPAT)
Net Operatif After Taxes (NOPAT) atau laba operasi bersih setelah pajak merupakan
sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki
utang dan tidak memiliki assetfinancial. Net Operating Profit After Taxes (NOPAT)
dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Sartono, 2001:100 dalam Nasution 2009).
NOPAT = EBIT (1 Tarif Pajak)
2. Weighted Average Cost of Capital (WACC)
Weighted Average Cost of Capital (WACC) atau biaya modal rata-rata tertimbang adalah
biaya ekuitas dalam hal ini dapat menggunakan Return on Equity (ROE) dan biaya
hutang masing-masing dikalikan dengan presentasi ekuitas dan hutang dalam struktur
modal perusahaan. Adapun rumus untuk menghitung Weighted Average Cost of Capital
(WACC)adalah (Prawiranegoro, 2008:35 dalam Nasution 2009):
=(+ )[(Cost of Debt) (1-T)] + [(+) ()]
3. Modal Yang Diinvestasikan
Modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan bunga (non interest bearing
liabilities) seperti utang, upah yang akan jatuh tempo (accured wages), dan pajak yang
akan jatuh tempo (accured Taxes). Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah
ekuitas pemegang saham, dan kewajiban jangka panjang. Rumusnya adalah (Nasution,
2009):
Modal yang diinvestasikan = Kewajiban jangka panjang + Ekuitas pemegang saham
4. Economics Value Added (EVA)
Berdasarkan hasil perhitungan Net Operating Profit After Taxes (NOPAT),Weighted
Average Cost of Capital (WACC) dan total modal yang diinvestasikan, maka dapatlah
dihitung nilai Economic Value Added (EVA)pada perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indonesia (BEI) sebelum dan sesudah menerapkan Employee Stock Ownership Program
(ESOP). Rumus untuk menghitung Economic Value Added (EVA) adalah:
EVA = NOPAT (WACC x TA)
Di mana:
NOPAT = Net Operating Profit AfterTaxes
WACC = WeightedAverageCost of Capital
TA = Total Aset (Total Modal)
Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interpretasi hasil sebagai berikut:
Jika EVA > 0 hal ini terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.

Jika EVA < 0 hal ini menunjukan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
Jika EVA = 0 hal ini menunjukan posisi impas karena laba telah digunakan untuk
membayar kewajiban kepada penyandang dana kreditur maupun pemegang saham.

Pengukuran variabel
Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data yang telah terkumpul adalah sbb:
1. Menghitung Net Operating Profit After Taxes (NOPAT)
NOPAT = EBIT (1 Pajak)
Keterangan:
EBIT = Earning Before Interest Taxes
2. Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC)
=[+ (Cost of Debt) (1-T)] +[+()]
Keterangan :
Debt = Utang Jangka Panjang
Equity = Ekuitas
Cost of Debt = Biaya Utang
ROE = Return on Equity
3. Menghitung Total Modal
Modal Yang Diinvestasikan = Kewajiban Jangka Panjang + Ekuitas
4. MenghitungEconomic Value Added (EVA)
EVA = NOPAT (WACC x TA)
Di mana:
NOPAT = Net Operating Profit AfterTaxes
WACC = Weighteded Average Cost of Capital

TA = Total Aset (Total Modal)


Dari perhitungan tersebut akan diperoleh kesimpulan dengan interpretasi hasil sebagai
berikut:
Jika EVA > 0, hal ini terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
Jika EVA < 0, hal ini menunjukan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
Jika EVA = 0, hal ini menunjukan posisi impas karena laba telah digunakan untuk
membayar kewajiban kepada penyandang dana kreditur maupun pemegang saham.

Pengembangan Model
analisis

Hasil Pengujian Hipotesis :


Dari analisis kinerja keuangan pada perusahaan sebelum dan sesudah menerapkan
Employee Stock Ownership Program (ESOP) menggunakan penghitungan Economic
Value Added (EVA) di atas dapat dilihat bahwa terdapat 3 perusahaan yang mengalami
perbedaan negatif pada kinerja keuangan dan 3 perusahaan yang mengalami perbedaan
positif pada kinerja keuangan. (Hasil Penghitungan Economic Value Added (EVA)
terdapat di lampiran 5).
Adapun perusahaan yang mengalami perbedaan negatif kinerja keuangan adalah :
1. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mengalami perbedaan negatif sebesar
Rp(290.651.484.082)
2. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) mengalami perbedaan negatif
sebesar Rp (39.381.939.692)
3. PT Centrin Online Tbk (CENT) mengalami perbedaan negatif sebesar Rp
(94.336.511)
Perusahaan yang mengalami perbedaan negatif berdasarkan penghitungan Economic
Value Added (EVA) menunjukan bahwa tidak terjadi nilai tambah eko-nomi pada
perusahaan tersebut. Laba setelah pajak yang dihasilkan tidak mampu menekan proporsi
utang dalam struktur modal dan proporsi saham dalam struktur modalnya. Apabila
kondisi tersebut terus dibiarkan maka akan berakibat pada hilangnya kepercayaan para
pemangku kepentingan terhadap kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Sedangkan perusahaan yang mengalami perbedaan positif kinerja keuangan adalah :
1.

PT Ramalaya Lestari Sentosa Tbk (RALS) mengalami perbedaan positif

sebesar Rp 44.221.025.425.
2.

PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) mengalami perbedaan positif


sebesar Rp 63.036.017.744.

3.

PT Astra Grapia Tbk (ASGR) mengalami perbedaan positif sebesar Rp


63.036.017.744

Perusahaan yang mengalami perbedaan positif berdasarkan penghitungan Economic


Value Added (EVA) menunjukan bahwa terjadi nilai tambah ekonomi pada perusahaan
tersebut. Laba setelah pajak yang dihasilkan mampu menekan proporsi utang dalam
struktur modal dan proporsi saham saham dalam struktur modalnya. Perusahaan
diharapkan lebih mampu menekan proporsi utang dalam struktur modal dan proporsi
saham dalam struktur modalnyasehingga akan meningkatkan penghitunga Economic
Value Added (EVA) menjadi positif.
Dari hasil analisis Economic Value Added (EVA) pada perusahaan yang listing di
Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum dan sesudah menerapkan Employee Stock
Ownership Program (ESOP) menunjukan bahwa terdapat 3 perusahaan yang mengalami
peningkatan kinerja keuangan dan 3 perusahaan yang mengalami penurunan kinerja
keuangan setelah menerapkan Employee Stock Ownership Program (ESOP).
Perusahaan yang mengalami peningkatan kinerja keuangan adalah PT Ramalaya Lestari
Sentosa Tbk (RALS), PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX), PT Astra Grapia Tbk
(ASGR). Sedangkan untuk perusahaan yang mengalami penurunan kinerja keuangan
setelah menerapkan EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP) adalah
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
(PGAS), PT Centrin Online Tbk (CENT).
Perusahaan yang mengalami peningkatan kinerja keuangan setelah menerapkan
Employee Stock Ownership Program (ESOP) menggambarkan bahwa perusahaan
mampu memotivasi karyawannya untuk bisa mengahsilkan kinerja yang lebih baik.
Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan kinerja keuangan menggambarkan
bahwa per-usahaan tersebut belum bisa memotivasi karyawannya untuk dapat
menghasilkan kinerja yang lebih baik.
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah diungkapkan pada bab IV, maka dapat dapat
disimpulkan beberapa hal yang dapat dijadikan evaluasi terhadap kinerja keuangan
menggunakan Economic Value Added (EVA) pada perusahaan satu tahun sebelum dan satu
tahun sesudah menerapkan Employee Stock Ownership Program(ESOP). Kesimpulan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Terdapat 3 perusahaan yang mengalami peningkatan kinerja keuangan dan 3 perusahaan
yang mengalami penurunan kinerja keuangan dari satu tahun sebelum dan satu tahun
sesudah menerapkan Employee Stock Ownership Program (ESOP).
2. Perusahaan yang mengalami peningkatan kinerja keuangan mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut mampu memotivasi karyawannya untuk meningkatkan kinerjanya
begitu pula sebaliknya.
3. Perusahaan yang mampu menekan proporsi utang dan proporsi saham dalam strukutur
modalnya akan meningkatkan laba ekonomi perusahaan.

Kelemahan dan saran


untuk penelitian
selanjutnya

Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya sebagai berikut :
1. Penelitian ini memiliki batas waktu rentang pengamatan, yaitu hanya pada satu
tahun sebelum dan satu tahun sesudah perusahaan menerapkan Employee Stock
Ownership Program (ESOP).
2. Banyak perusahaan yang tidak dapat dijadikan sampel penelitian karena tidak
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk menjadi sampel
peneltian.
3. Faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan sangat beragam, bukan hanya pada
penerapan Employee Stock Ownership Program (ESOP) dan tidak semuanya
dapat dijelaskan melalui penghitungan Economic Value Added (EVA).
Saran
1. Pada perusahaan yang menerapkan Employee Stock Ownership Program
(ESOP) diharapkan lebih efisien lagi dalam menggunakan aset dan modal
perusahaan. sehingga dapat menekan biaya modal perusahaan. Perusahaan yang
mampu menekan biaya modal perusahaan dan mampu meningkatkan Net
Operating After Tas (NOPAT) akan berdampak pada pertumbuhan positif pada
kinerja keuangan.
2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan metode event study dengan
me-nentukan rentang waktu sebelum dan sesudah yang lebih panjang agar dapat
dilihat trend pertumbuhan pengaruh Employee Stock Ownership Program
(ESOP) pada kinerja ke-uangan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai