Buletin Kanker
Buletin Kanker
EDITORIAL
TOPIK UTAMA
Situasi Penyakit Kanker
TULISAN TERKAIT TOPIK
Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
dan Kanker Payudara di Indonesia
Oleh: Mugi Wahidin, SKM, M.Epid
Salam Redaksi
Alhamdulillah puji syukur kepada Tuhan YME, akhirnya Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan Edisi Semester I Tahun 2015 ini bisa hadir di hadapan kita semua. Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan kali ini mengangkat topik tentang Kanker.
Setiap tahunnya, Hari Kanker Sedunia diperingati pada tanggal 4 Februari, dan Hari
Kanker Anak Internasional pada tanggal 15 Februari. Momen ini lebih dari sekedar
peringatan karena merupakan momentum untuk meningkatkan kesadaran mengenai
pentingnya pengenalan penyakit kanker. Pengenalan penyakit kanker menjadi penting
karena untuk menurunkan kasus baru kanker diperlukan upaya pencegahan dan deteksi
dini yang akan lebih mudah dilakukan ketika faktor risiko dan gejala kanker sudah dikenali.
Pada buletin ini juga terdapat artikel-artikel terkait topik utama di atas di antaranya Peranan
Deteksi Dini Kanker untuk Menurunkan Penyakit Kanker Stadium Lanjut, Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara di Indonesia 2007-2014, Mewaspadai Gejala
Kanker pada Anak, dan Mengenal Lebih Dekat Komunitas Taufan.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buletin ini. Semoga buletin ini bermanfaat
bagi kita agar bisa menerapkan pola hidup sehat dan mencegah kanker sedini mungkin.
Selamat membaca ..!
Redaksi
Tim Redaksi
Pelindung
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI
Pengarah
Oscar Primadi
Penanggung Jawab
Didik Budijanto
Redaktur
Nuning Kurniasih
Penyunting
Ratri Aprianda
Istiqomah
Ismail
Kesekretariatan
Ellysa
Khairani
Mitra Bestari
Mugi Wahidin
Edi Setiawan Tehuteru
Dini Wiradinata
Hardina Sabrida
Andriana
Alamat Redaksi
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav, 4-9 Jakarta
Telp : 021-5221432, 021-5277167-68
Fax : 021-5203874, 021-5277167-68
Sekapur Sirih
Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada
tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data
GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa pada
tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di
seluruh dunia. Penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya antara lain
disebabkan oleh kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara.
Berdasarkan wawancara Riskesdas tahun 2013 didapatkan prevalensi penderita kanker
pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4%, dengan prevalensi kanker tertinggi
berada pada Provinsi DI Yogyakarta, yaitu sebesar 4,1%. Tingginya prevalensi kanker di
Indonesia perlu dicermati dengan tindakan pencegahan dan deteksi dini yang telah
dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan.
Dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia tahun 2015, Union for International Cancer Control (UICC) mengangkat tema
Not Beyond Us yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan mengenai penyakit kanker, serta
menggerakkan pemerintah dan individu di seluruh dunia untuk melakukan upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
terhadap penyakit kanker. Pengenalan penyakit kanker merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena untuk menurunkan
kasus baru kanker diperlukan tindakan pencegahan dan deteksi dini. Tindakan pencegahan dan deteksi dini tersebut akan lebih
mudah dilakukan ketika faktor risiko dan gejala kanker sudah dikenali.
Pada Peringatan Hari Kanker Sedunia Tahun 2015, Menteri Kesehatan telah mencanangkan Komitmen Penanggulangan
Kanker di Indonesia. Berkaitan dengan komitmen tersebut, Menteri Kesehatan mengimbau kepada jajaran kesehatan,
masyarakat, dan pemangku kebijakan lainnya untuk mendukung penguatan Komitmen Kegiatan Penanggulangan Kanker di
Indonesia. Pengendalian penyakit kanker di Indonesia ditentukan oleh keberhasilan penerapan strategi penanganan yang
komprehensif, terorganisir, terkoordinasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran Pemerintah bersama
segenap lapisan masyarakat, termasuk organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, kalangan swasta dan dunia usaha,
serta seluruh individu dalam masyarakat.
Dipilihnya topik Kanker pada edisi Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan kali ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan informasi mengenai situasi dan kondisi, permasalahan dan tata laksana kanker. Semoga informasi yang kami
sajikan kali ini dapat bermanfaat, dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan ini.
Wassalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Jakarta, Juni 2015
Kepala Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI
TOPIK UTAMA
SITUASI
PENYAKIT KANKER
Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI
Pendahuluan
Setiap tahunnya, Hari Kanker Sedunia diperingati pada
tanggal 4 Februari, dan Hari Kanker Anak Internasional
pada tanggal 15 Februari. Momen ini lebih dari sekedar
peringatan karena merupakan momentum untuk
meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya
pengenalan penyakit kanker. Memperingati Hari Kanker
Sedunia tahun 2015, Union for International Cancer
Control (UICC) mengangkat tema Not Beyond Us
yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan
pengetahuan mengenai penyakit kanker, serta
menggerakkan pemerintah dan individu di seluruh dunia
untuk melakukan upaya pencegahan, deteksi dini dan
pengobatan terhadap penyakit kanker.
Pengenalan penyakit kanker menjadi penting karena
untuk menurunkan kasus baru kanker diperlukan upaya
pencegahan dan deteksi dini yang akan lebih mudah
dilakukan ketika faktor risiko dan gejala kanker sudah
dikenali. Selain itu, pada momen tersebut juga diadakan
berbagai acara untuk memberikan semangat dan motivasi pasien kanker. Diagnosis kanker merupakan momok menakutkan
bagi pasien dan dapat mempengaruhi kondisi psikologis pasien. Oleh karena itu, dengan memberikan perhatian dan dukungan
psikososial kepada pasien kanker diharapkan dapat mengatasi tekanan psikologis pasien, serta dapat mempertahankan
kualitas hidupnya.
TOPIK UTAMA
Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) dan perwakilan dari organisasi profesi, yaitu Wakil Ketua Umum Yayasan Kanker
Indonesia (YKI). Pencanangan komitmen ini bertujuan untuk:
1.
2.
Bersatu dan bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kanker, baik oleh pemerintah,
organisasi profesi, dan masyarakat;
3.
Meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat tentang kanker dan pola hidup sehat sebagai upaya
pencegahan;
4.
Merencanakan dan mengimplementasikan program kerja secara paripurna dan berkesinambungan yang
mencakup deteksi dini, tatalaksana, rehabilitatif, dan paliatif;
5.
Mendorong terbentuknya regulasi publik yang mendukung hidup sehat hindari kanker.
Berkaitan dengan komitmen tersebut, Menteri Kesehatan mengimbau kepada jajaran kesehatan, masyarakat, dan para
pemangku kebijakan lainnya untuk mendukung penguatan Komitmen Kegiatan Penanggulangan Kanker di Indonesia, dengan
memberikan perhatian khusus pada:
1.
Peningkatan upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker;
2.
Pengembangan upaya deteksi dini dalam rangka menurunkan angka kematian akibat kanker;
3.
Pengobatan kanker yang sesuai standar, serta diperlukan pengawasan dan evaluasi tentang efektifitas
pengobatan alternatif yang banyak ditawarkan melalui media massa maupun elektronik;
4.
Peningkatan kualitas hidup pasien kanker melalui upaya paliatif yang efektif;
5.
berkesinambungan.
Upaya untuk mencegah kanker didukung pula oleh Ibu Negara, Iriana Joko Widodo, beserta Organisasi Aksi Solidaritas Era
Kabinet Kerja (OASE-KK), yang terdiri dari para pendamping menteri dan unsur eksekutif lain, yang bersifat nonprofit dan
berbadan hukum. Organisasi ini mewadahi serangkaian program untuk mendukung tercapainya nawacita Presiden Jokowi yang
terkait upaya revolusi mental dan pemberdayaan masyarakat yang melibatkan berbagai kementerian/institusi/lembaga terkait
yang sudah ada sejak lama, secara profesional di masyarakat dengan bersinergi sehingga dapat mendukung tercapainya visi,
misi dan tujuan OASE-Kabinet Kerja. Komitmen pencegahan kanker diwujudkan dengan pencanangan program nasional peran
serta masyarakat dalam pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan Indonesia untuk periode 2015-2019.
Program nasional "Percepatan Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan
Indonesia" untuk periode 2015-2019 dipusatkan di Puskesmas Nanggulan di Kabupaten Kulon Progo dan 10 kota lain di
Indonesia. Program tersebut melibatkan ibu-ibu yang tergabung dalam Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (TP PKK) dalam rangka sosialisasi program nasional gerakan pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan
Indonesia. Pada daerah dengan dokter dan tenaga medis terbatas, TP PKK diharapkan dapat mengidentifikasi dan
berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan yang akan akan mewujudkan inovasi pelayanan dengan cara "flying health
care", yang merupakan salah satu upaya peningkatan akses dan mutu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
TOPIK UTAMA
Gambar 1. Estimasi Persentase Kasus Baru dan Kematian Akibat Kanker pada Penduduk di Dunia
Tahun 2012
Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012
terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Gambar 1 menunjukkan bahwa
kanker payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan jenis kanker dengan persentase kasus baru (setelah dikontrol
dengan umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, 30,7%, dan 23,1%. Sementara itu, kanker paru dan kanker payudara merupakan
penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi akibat kanker.
Dilihat pada Gambar 2 di bawah ini, maka dapat diketahui bahwa kanker paru ditemukan pada penduduk laki-laki, yaitu sebesar
34,2%, sedangkan kematian akibat kanker paru pada penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk perempuan, kanker
payudara masih menempati urutan pertama kasus baru dan kematian akibat kanker, yaitu sebesar 43,3% dan 12,9%.
Gambar 2. Estimasi Persentase Kasus Baru dan Kematian Akibat Kanker pada Penduduk Laki-laki dan Perempuan
di Dunia Tahun 2012
7
7
TOPIK UTAMA
Karsinogen kimiawi, seperti benzo(a)pyrene, formalin dan aflatoksin (kontaminan makanan), dan serat contohnya
asbes;
Intervensi terhadap faktor risiko kanker tidak hanya bertujuan untuk menurunkan kasus baru kanker, namun juga menurunkan
kemungkinan penyakit lainnya yang disebabkan faktor risiko tersebut. Di antara faktor risiko penting penyakit kanker yang dapat
dimodifikasi (Ezzati et al., 2004, Danaei et al., 2005, Driscoll et a., 2005 dalam WHO, 2007) adalah:
Merokok, yang menyebabkan terjadinya sekitar 1,5 juta kematian akibat kanker setiap tahunnya (60% kematian
terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah);
Kelebihan berat badan, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik, yang menyebabkan 274.000 kematian akibat
kanker setiap tahunnya;
Konsumsi alkohol berlebihan, yang menyebabkan sekitar 351.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya;
Polusi udara (di luar maupun di dalam ruangan), yang menyebabkan sekitar 71.000 kematian akibat kanker setiap
tahunnya;
Karsinogen di lingkungan kerja, yang menyebabkan setidaknya 152.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya.
Penularan human papilloma virus (HPV) melalui hubungan seksual, yang menyebabkan sekitar 235.000 kematian
akibat kanker setiap tahunnya;
Faktor risiko terbanyak yang menyebabkan kematian akibat kanker berbeda pada negara-negara di dunia. Berdasarkan Gambar
3 dapat dilihat bahwa faktor risiko penyebab kematian akibat kanker berbeda pada penduduk di negara berpenghasilan rendahmenengah dan negara berpenghasilan tinggi. Merokok merupakan faktor risiko terbesar penyebab kematian akibat kanker di
dunia, negara berpenghasilan rendah-menengah, maupun negara berpenghasilan tinggi. Pada penduduk di negara
berpenghasilan rendah-menengah, konsumsi alkohol, rendahnya konsumsi buah dan sayur, serta infeksi virus human papilloma
(HPV) menyebabkan lebih banyak kematian akibat kanker dibandingkan pada penduduk di negara berpenghasilan tinggi. Namun,
merokok serta kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko yang lebih dominan pada penduduk di negara
berpenghasilan tinggi.
7
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
45
TOPIK UTAMA
Gambar 3. Kontribusi Faktor Risiko terhadap Kematian Akibat Kanker di Dunia, Negara Berpenghasilan RendahMenengah, dan Negara Berpenghasilan Tinggi
Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa proporsi faktor risiko kanker yang berbeda jauh antara penduduk laki-laki dan
perempuan adalah merokok dan obesitas sentral. Penduduk laki-laki yang merokok sebesar 56,7%, sedangkan perempuan
yang merokok sebesar 1,9%. Namun, penduduk perempuan lebih banyak yang obesitas dibandingkan dengan penduduk lakilaki, yaitu sebesar 42,1%.
Gambar 4. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Jenis Kelamin,
Tahun 2013
Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Sementara itu, jika dilihat pada Gambar 5, faktor risiko tertinggi pada penduduk semua kelompok umur secara umum adalah
kurangnya konsumsi sayur dan buah. Proporsi tertinggi penduduk yang merokok, obesitas, dan sering mengonsumsi makanan
berlemak terdapat pada kelompok umur 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan 45-54 tahun. Sedangkan kebiasaan mengonsumsi
makanan dibakar/dipanggang dan mengonsumsi makanan hewani berpengawet cenderung lebih tinggi pada kelompok umur
yang lebih muda. Oleh karena itu, karena terdapat perbedaan perilaku dan pola makan pada tiap kelompok umur, maka
diperlukan upaya pencegahan dan promosi kesehatan yang tepat.
TOPIK UTAMA
Gambar 5. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Kelompok Umur,
Tahun 2013
Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Jika dilihat berdasarkan tingkat sosio ekonomi penduduk melalui pengukuran kuintil indeks kepemilikan (Gambar 6), proporsi
konsumsi makanan hewani berpengawet, kurangnya aktivitas fisik, dan obesitas pada kelompok kuintil indeks kepemilikan
terendah sampai dengan kelompok teratas cenderung meningkat. Sedangkan perilaku merokok serta konsumsi buah dan sayur
cenderung menurun.
Gambar 6. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Kuintil Indeks
Kepemilikan, Tahun 2013
Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
TOPIK UTAMA
dengan angka nasional. Prevalensi tertinggi berikutnya berada pada Provinsi Jawa Tengah dan Bali, yaitu sebesar 2,1 dan
2,0. Informasi mengenai prevalensi kanker di Indonesia tahun 2013 menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah
ini.
Gambar 7. Prevalensi Kanker pada Penduduk Semua Umur di Indonesia, Tahun 2013
Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Tingginya prevalensi kanker di Indonesia perlu dicermati dengan tindakan pencegahan dan deteksi dini yang telah dilakukan
oleh penyedia layanan kesehatan. Kasus kanker yang ditemukan pada stadium dini serta mendapat pengobatan yang cepat
dan tepat akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup lebih lama. Oleh karena itu, penting dilakukan pemeriksaan rutin
secara berkala sebagai upaya pencegahan dan deteksi dini kanker.
Berdasarkan data rutin Subdit Kanker Direktorat Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, sampai dengan tahun 2013, program deteksi dini kanker serviks dan
kanker payudara baru diselenggarakan pada 717 Puskesmas dari total 9.422 Puskesmas di 32 provinsi. Dengan demikian,
dapat dilihat bahwa Puskesmas yang memiliki program deteksi dini masih sangat sedikit atau sekitar 7,6%.
Estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara di Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan Tabel 1, diketahui
bahwa Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker
payudara terbesar, sementara itu Provinsi Gorontalo dan Papua Barat memiliki estimasi jumlah penderita terkecil dari seluruh
provinsi.
Tingginya jumlah penderita kanker serviks dan payudara di Indonesia idealnya diimbangi dengan tingginya jumlah provider
(pelaksana program, yang terdiri dari dokter umum dan bidan) dan skrining di Puskesmas. Sampai dengan tahun 2013, terdapat
1.682 provider deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara di Indonesia dengan estimasi jumlah kanker serviks sebanyak
TOPIK UTAMA
98.692 kasus dan kanker payudara sebanyak 61.682 kasus. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa provider deteksi dini
terbanyak berada pada provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Bali, sedangkan di beberapa provinsi lainnya seperti Kalimantan
Selatan dan Sulawesi Utara belum ada provider deteksi dini sementara jumlah penderita kanker di provinsi tersebut cukup
tinggi.
Skrining merupakan upaya deteksi dini untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan
menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu. Upaya ini dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orangorang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya menderita suatu kelainan. Skrining kanker payudara di Puskesmas
Penyelenggara Deteksi Dini dilakukan dengan Clinical Breast Examination (CBE) dan skrining kanker serviks dilakukan dengan
tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Jumlah skrining kanker payudara dan kanker serviks terbanyak terdapat pada Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pada Provinsi Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Gorontalo, Maluku, dan
Maluku Utara belum terdapat skrining, sedangkan estimasi jumlah penderita kanker payudara dan kanker serviks pada provinsiprovinsi tersebut cukup banyak.
Sampai dengan tahun 2013, terdapat 405 trainer yang bertugas untuk memberikan pelatihan kepada provider deteksi dini di
masing-masing provinsi di Indonesia. Trainer tersebut terdiri dari dokter spesialis obstetri ginekologi, dokter spesialis bedah
onkologi, dokter spesialis bedah onkologi, dokter umum, dan bidan. Dari seluruh provinsi di Indonesia, hanya Provinsi Aceh
yang belum memiliki trainer deteksi dini, sementara provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki trainer terbanyak, yaitu 36 orang.
Diharapkan jumlah trainer akan semakin bertambah sehingga jumlah provider dan skrining akan semakin meningkat pula.
Tabel 1. Estimasi Jumlah Kasus, Jumlah Provider, Jumlah Trainer, dan Skrining
Kanker Serviks dan Payudara berdasarkan Provinsi, Tahun 2013
Estimasi Jumlah Kasus
No
Provinsi
Kanker
Serviks
Kanker
Payudara
Jumlah provider
Skrining
Jumlah trainer
Aceh
1.401
1.869
Sumatera Utara
4.694
2.682
53
70.268
Sumatera Barat
2.285
2.285
40
507
Riau
894
894
34
12
Jambi
1.792
977
18
18
Sumatera Selatan
1.544
772
20
Bengkulu
705
705
20
498
15
Lampung
765
1.148
20
151
323
194
18
10
Kep. Riau
1.416
378
17
685
12
11
DKI Jakarta
5.919
3.946
249
82.615
10
12
Jawa Barat
15.635
6.701
86
129.538
13
Jawa Tengah
19.734
11.511
243
101.107
21
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
2,703
4.325
90
9.280
21.313
9.688
118
92.345
Banten
2.252
2.252
35
600
17
Bali
1.438
1.233
169
78.359
18
958
479
83
3.059
36
19
20
1.002
882
1.252
441
31
91
322
2.655
18
24
TOPIK UTAMA
Tabel 1. (Lanjutan)
Estimasi Jumlah Kasus
No
Provinsi
Kanker
Serviks
Kanker
Payudara
21
Kalimantan Tengah
335
112
22
Kalimantan Selatan
2.087
23
Kalimantan Timur
752
24
Sulawesi Utara
25
Jumlah provider
Skrining
Jumlah trainer
21
1.119
23
1.328
38.213
15
1.879
51
486
1.615
346
21.833
Sulawesi Tengah
680
408
20
3.052
26
Sulawesi Selatan
3.400
2.975
83
8.469
27
Sulawesi Tenggara
354
590
70
51
16
28
Gorontalo
111
29
Sulawesi Barat
625
188
73
11
30
Maluku
824
165
23
31
Maluku Utara
819
218
19
32
Papua Barat
40
80
20
46
15
34
Papua
2.018
466
105
12
98.692
61.682
1.682
645.436
405
INDONESIA
Sumber : Diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dan Data Rutin
Subdit Pengendalian Penyakit Kanker Dit. Penanggulangan Penyakit Tidak Menular, Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian
Kesehatan RI.
TOPIK UTAMA
kanker. Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, prognosis pada anak yang didiagnosis kanker jauh lebih rendah.
Lambatnya diagnosis kanker, kurang memadainya peralatan dan obat-obatan di rumah sakit, terjadinya komplikasi penyakit
lainnya yang mungkin diderita oleh anak tersebut, serta kurangnya pengetahuan terkait kanker pada penyedia layanan
kesehatan primer dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan kanker.
Gambar 8. Jumlah Kasus Baru dan Jumlah Kematian Akibat Penyakit Kanker pada Anak di RS Kanker Dharmais,
Tahun 2010-2013
Sumber: Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan RS Kanker Dharmais, 2010-2013.
Berdasarkan Gambar 8 di atas dapat dilihat bahwa selama tahun 2010-2013, leukemia merupakan penyakit dengan jumlah
kasus baru dan jumlah kematian terbanyak di RS Kanker Dharmais. Kasus baru dan kematian akibat leukemia cenderung
meningkat setiap tahunnya. Limfoma, Wilms tumor, dan retinoblastoma juga turut berkontribusi terhadap tingginya jumlah
kematian akibat kanker pada anak. Dari semua jenis kanker pada anak, hanya retinoblastoma yang dapat dideteksi sejak dini.
Semakin awal kasus retinoblastoma dideteksi, maka semakin baik upaya penanganan yang dapat diberikan, sehingga jumlah
kematian akibat retinoblastoma dapat ditekan.
10
TOPIK UTAMA
Referensi
Danaei, G et al. (2005). Causes of cancer in the world: comparative risk assessment of nine behavioural and environmental risk
factors. Lancet, 366:1784-93.
de Groot, Janet M. (2002). The complexity of the role of social support in relation to the psychological distress associated with
cancer. Journal of Psychosomatic Research, 52, 277 278.
International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. (2012). GLOBOCAN 2012: Estimated cancer incidence, mortality,
and prevalence worldwide in 2012. Diakses melalui http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_population.aspx pada
tanggal 16 April 2015.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan Litbang Kemenkes RI.
World Health Organization. (2007). Prevention. cancer control: knowledge into action: WHO guide for effective programmes:
module 2). Geneva: World Health Organization.
11
Abstrak
Kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan jenis kanker tertinggi di Indonesia.
Dalam rangka pengendalian kedua kanker tersebut, Kementerian Kesehatan (Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Subdit Pengendalian Penyakit Kanker) bekerja
sama dengan lintas program terkait, pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), organisasi profesi, Female Cancer Program (FCP), Solidaritas Istri Kabinet
Indonesia Bersatu (SIKIB), dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK),
serta PKK dalam mengembangkan program deteksi dini. Program tersebut dikembangkan
sejak tahun 2007, dengan didahului pengembangan pada 6 lokasi pilot project, kemudian
dikembangkan ke daerah lain di seluruh Indonesia.
Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan menggunakan metode Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat (IVA) dan tindakan krioterapi untuk IVA positif (lesi pra kanker leher rahim
positif), sedangkan deteksi dini kanker payudara menggunakan metode Pemeriksaan
Payudara Klinis (SADANIS) atau Clinicial Breast Examination (CBE). Program deteksi dini kanker leher rahim dan kanker
payudara ini dicanangkan oleh Ibu Negara.
Target program adalah 50% perempuan berusia 30-50 tahun yang dicapai dalam 5 tahun. Kegiatan deteksi dini dilaksanakan di
Puskesmas dengan rujukan ke rumah sakit kabupaten/kota dan rumah sakit tingkat provinsi. Kegiatan pokoknya adalah
advokasi dan sosialisasi, pelatihan pelatih (training of trainers), pelatihan provider di kabupaten/kota, pelatihan kader di
Puskesmas, promosi, pelaksanaan skrining, pencatatan dan pelaporan (surveilans), serta monitoring dan evaluasi. Data hasil
skrining dilaporkan menggunakan formulir baku sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 796 Tahun 2010 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim serta menggunakan aplikasi Sistem Informasi
Surveilans Penyakit Tidak Menular.
Sampai dengan tahun 2014, program telah berjalan pada 1.986 Puskesmas di 304 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di
Indonesia. Cakupan hasil kegiatan dari 2007 sampai 2014, yaitu telah dilakukan skrining terhadap 904.099 orang (2,45%), hasil
IVA positif sebanyak 44.654 orang (4,94%), suspek kanker leher rahim sebanyak 1.056 orang (1,2 per 1.000 orang), dan tumor
payudara sebanyak 2.368 orang (2,6 per 1.000 orang).
Kegiatan deteksi dini tidak hanya perlu terus diperkuat di daerah yang sudah mengembangkan, namun juga diperluas ke daerah
lain yang belum mengembangkan untuk mencapai target dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan.
12
7
Gambar 1. Infografis Situasi Kanker
Latar Belakang
Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan 7,5 juta orang
meninggal akibat kanker, dan lebih dari 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang (WHO dan World Bank,2005).
Jenis kanker tertinggi pada perempuan di dunia adalah kanker payudara (38 per 100.000 perempuan) dan kanker leher rahim
(16 per 100.000 perempuan) (Globocan/IARC 2012).
Di Indonesia, prevalensi kanker adalah sebesar 1,4 per 1.000 penduduk (Riskesdas 2013), serta merupakan penyebab
kematian nomor 7 (5,7%) dari seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi insidens kanker payudara di Indonesia
sebesar 40 per 100.000 perempuan dan kanker leher rahim 17 per 100.000 perempuan (Globocan/IARC 2012). Angka ini
meningkat dari tahun 2002, dengan insidens kanker payudara 26 per 100.000 perempuan dan kanker leher rahim 16 per
100.000 perempuan (Globocan/IARC 2012). Jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia
tahun 2010 adalah kanker payudara (28,7%), disusul kanker leher rahim (12,8%). Estimasi tahun 1985, hanya 5% perempuan di
negara sedang berkembang yang mendapat pelayanan penapisan, dibandingkan dengan 40% perempuan di negara maju
(PATH, 2000).
7
13
Untuk itu Kementerian Kesehatan, melalui Subdit Pengendalian Penyakit Kanker, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, bekerja sama dengan lintas program terkait, pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi
profesi, Female Cancer Program (FCP), Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), dan Organisasi Aksi Solidaritas Era
Kabinet Kerja (OASE-KK), serta PKK dalam mengembangkan program deteksi dini kanker leher rahim dan payudara. Tahun
2007 telah dikembangkan pilot proyek deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara di 6 daerah, yaitu Deli Serdang
(Sumatera Utara), Gresik (Jawa Timur), Kebumen (Jawa Tengah), Gunung Kidul (D.I. Yogyakarta), Karawang (Jawa Barat), dan
Gowa (Sulawesi Selatan). Dalam pengembangan pilot proyek tersebut, Kementerian Kesehatan dibantu secara teknis oleh
JHPIEGO, suatu LSM dalam kesehatan perempuan yang berafiliasi dengan John Hopkins University, Amerika Serikat, dan
bekerja sama dengan Female Cancer Program (FCP). Program Nasional Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara
dicanangkan oleh Ibu Negara Hj. Ani Yudhoyono pada tanggal 21 April 2008, dilanjutkan dengan Pencanangan Program
Nasional Peran serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia 2015-2019 oleh Ibu
Negara Iriana Jokowi. Program ini terus diperkuat dan dikembangkan ke daerah-daerah lain di Indonesia.
Metodologi
Kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dilakukan dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan
pengobatan segera dengan krioterapi untuk IVA positif (lesi pra kanker leher rahim positif). Sedangkan deteksi dini kanker
payudara menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) atau Clinical Breast Examination (CBE) dan
dengan mengajarkan Periksa Payudara Sendiri (SADARI). Pemeriksaan IVA bertujuan untuk menemukan lesi pra kanker leher
rahim, sebelum menjadi kanker, sedangkan SADANIS dan SADARI bertujuan untuk menemukan benjolan pada payudara
sedini mungkin agar dapat dilakukan tindakan secara dini.
Penggunaan metode IVA dan CBE karena metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
1) Program IVA dan CBE merupakan pemeriksaan yang sederhana, mudah, cepat, dan hasil dapat diketahui langsung,
2) Tidak memerlukan sarana laboratorium dan hasilnya segera dapat langsung didapatkan,
3) Dapat dilaksanakan di Puskesmas bahkan mobil keliling, yang dilakukan oleh dokter umum dan bidan,
4) Jika dilakukan dengan kunjungan tunggal (single visit approach), IVA dan krioterapi akan meminimalisasi klien yang
hilang (loss) sehingga menjadi lebih efektif,
5) Cakupan deteksi dini dengan IVA minimal 80% selama lima tahun akan menurunkan insidens kanker leher rahim
secara signifikan (WHO, 2006),
6) Sensitifitas IVA sebesar 77% (range antara 56-94%) dan spesifisitas 86% (antara 74-94%) (WHO, 2006),
7) Skrining kanker leher rahim dengan frekuensi 5 tahun sekali dapat menurunkan kasus kanker leher rahim 83,6%
(IARC, 1986), dan
8) Deteksi dini kanker payudara dengan CBE dapat menemukan stadium I dan II (downstaging) sebesar 68% (Regional
Workshop NCCP, India 2010 )
Target program adalah 50% perempuan berusia 30-50 tahun yang dicapai pada tahun 2019. Kegiatan deteksi dini dilaksanakan
di Puskesmas dengan rujukan ke rumah sakit kabupaten/kota dan rumah sakit tingkat provinsi. Kegiatan pokoknya adalah
advokasi dan sosialisasi, pelatihan pelatih (training of trainers), pelatihan provider di kabupaten/kota, pelatihan kader di
Puskesmas, promosi, pelaksanaan skrining, pencatatan dan pelaporan (surveilans), serta monitoring dan evaluasi.
Pencatatan dan pelaporan data dilakukan dengan menggunakan formulir baku sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
796 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. Data dimasukkan ke
dalam buku register kemudian dimasukkan ke dalam aplikasi Sistem Informasi Surveilans Penyakit Tidak Menular. Data diolah
dan dianalisis secara otomatis oleh sistem informasi dan dapat diakses secara berjenjang mulai dari Puskesmas, dinas
kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan Kementerian Kesehatan (Direktorat Penanggungan Penyakit Tidak
Menular).
7
7
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
14
Hasil
Sampai tahun 2014, program deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim telah berjalan pada 1.986 Puskesmas di 304
kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di Indonesia. Pelatih (trainer) deteksi dini berjumlah 430 orang terdiri dari dokter
spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis onkologi, dokter bedah, dokter umum dan bidan. Sedangkan pelaksana (provider)
deteksi dini di Puskesmas berjumlah 4.127 orang, yang terdiri dari 2.671 bidan dan 1.456 dokter umum. Sedangkan untuk
cakupan dan hasil, skrining telah dilakukan terhadap 904.099 orang (2,45%), hasil IVA positif sebanyak 44.654 orang (4,94%),
suspek kanker leher rahim sebanyak 1.056 orang (1,2 per 1.000 orang), tumor payudara sebanyak 2.368 orang (2,6 per 1.000
orang).
Cakupan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara masih rendah, yaitu sebesar 2,45%, sehingga memerlukan
upaya lebih kuat untuk mencapai target. yaitu deteksi dini terhadap 50% perempuan usia 30-50 tahun selama 5
tahun.
Program deteksi dini kanker leher rahim dan payudara telah berjalan dengan baik untuk mendeteksi lesi pra
kanker leher rahim dan benjolan pada payudara.
Program deteksi dini menggunakan metode IVA dan SADANIS sudah sesuai dengan kemampuan sumber daya di
daerah.
Saran
Monitoring lebih intensif ke daerah yang sudah mengembangkan kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan
kanker payudara.
Advokasi dan sosialisasi ke daerah agar mengembangkan kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara.
Pengawasan kualitas pelayanan deteksi dini dan tindak lanjutnya di setiap jenjang agar program dapat mencapai
tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker leher rahim dan payudara.
Evaluasi tahunan nasional kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara.
15
Pendahuluan
Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan tumbuh tidak terkendali
serta membelah lebih cepat dibandingkan dengan sel normal. Sel kanker tidak mati setelah
usianya cukup, melainkan tumbuh terus dan bersifat invasif sehingga sel normal tubuh
dapat terdesak atau malah mati.
Di Indonesia, kanker perlahan mulai menggeser posisi serangan jantung sebagai
penyebab utama kematian. Data dari Departemen Kesehatan tahun 2007 menunjukkan
kanker berada pada posisi keempat penyebab kematian akibat penyakit non-infeksi,
setelah serangan jantung, stroke, dan diabetes mellitus. Naiknya posisi kanker sebagai
penyebab kematian adalah akibat tingginya jumlah kasus baru kanker yang datang pada
stadium lanjut.
Dianggap sebagai penyakit yang mengerikan, kanker sebenarnya dapat didiagnosis
secara dini. Deteksi dini kanker tidak hanya dapat menurunkan angka kematian akibat kanker, tetapi juga meningkatkan kualitas
hidup penderitanya.
RS Kanker Dharmais sebagai pusat rujukan kanker nasional memiliki komitmen besar terhadap deteksi dini kanker yang
diwujudkan dengan dibentuknya Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) pada tahun 1999 yang
mengusung konsep Penanggulangan kanker terpadu paripurna. Instalasi Deteksi Dini & PKRS memberikan pelayanan
komprehensif di dalam gedung maupun di luar gedung untuk satu tujuan utama, yaitu meningkatkan persentase kasus kanker
yang didiagnosis secara dini.
Klinik Deteksi Dini Kanker melayani pemeriksaan deteksi dini kanker payudara, kanker leher rahim (serviks), kanker kolorektal,
kanker hati, kanker prostat dan kanker paru, serta program imunisasi Human Papilloma Virus dan Hepatitis B. Paket deteksi dini
ini termasuk pemeriksaan fisik dan penunjang yang berkaitan (pencitraan dan penanda tumor). Dengan fasilitas laboratorium
dan peralatan radiologis yang lengkap, semua pemeriksaan dapat dilakukan di satu atap. Konsep one-stop shopping services
ini diharapkan dapat memberikan kenyamanan lebih bagi pasien. Semua hasil pemeriksaan akan dijelaskan oleh dokter yang
bertugas setiap hari kerja di klinik deteksi dini kanker dan bila hasil pemeriksaan mencurigakan ke arah kanker, pasien akan
dikonsultasikan ke dokter spesialis yang sesuai.
Semua layanan yang ada tidak serta merta menjamin banyak orang datang untuk memeriksakan diri. Dari berbagai survei
diketahui bahwa salah satu faktor penyebab tingginya jumlah kasus kanker stadium lanjut adalah keengganan memeriksakan
diri ke dokter karena takut didiagnosis kanker. Orang awam seringkali hanya mendengar bahwa kanker penyakit kutukan atau
kanker tidak ada obatnya, tanpa pernah memperoleh informasi yang benar tentang kanker.
Untuk menjawab tantangan ini, Instalasi Deteksi Dini & PKRS RS Kanker Dharmais telah melakukan kegiatan preventif dan juga
promotif yaitu seperti pembuatan media berupa leaflet, poster, banner dan lain sebagainya. Selain itu, dilakukan pula
16
W
17
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Waktu buang air besar (BAB) / buang air kecil (BAK) ada perubahan.
Alat pencernaan terganggu.
Suara serak/batuk tidak sembuh.
Payudara/di tempat lain ada benjolan.
Andeng-andeng berubah sifat.
Darah/lendir abnormal.
Ada koreng yang tidak sembuh.
Kanker Payudara
Tidak menyusui.
Kanker Usus
Kanker Prostat
18
Kanker Prostat
Riwayat menderita infeksi usus besar (colitis ulcerative atau penyakit Chron).
Faktor genetik.
Obesitas
Kanker Hati
Kanker Paru
Obesitas.
Pria mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker hati. Perbandingan pria : wanita = 3 : 1.
19
Dari data di atas terlihat kunjungan pasien ke poliklinik deteksi dini tahun 2012-2013 mengalami kenaikan sebesar 3,32%,
sedangkan tahun 2013-2014 mengalami penurunan sebesar 6,57%. Hal ini disebabkan karena Poliklinik Deteksi Dini sudah
tidak menerima pasien-pasien rujukan dari Puskesmas binaan dikarenakan sudah memakai sistem BPJS yang mengikuti sistem
alur rujukan.
Gambar 2. Jumlah Tindakan Layanan Deteksi Dini di Poliklinik Deteksi Dini Kanker,
Tahun 2010-2014
Meskipun kunjungan pasien mengalami penurunan dari tahun 2013-2014, tetapi terjadi kenaikan data tindakan yang dapat
dilihat pada Gambar 2 di atas.
Dari data di atas, terlihat kenaikan jumlah tindakan layanan poliklinik deteksi dini di RSK Dharmais tahun 2012-2013 sebesar
2,20% dan tahun 2013-2014 sebesar 15,77%. Hal ini menunjukkan bahwa sudah mulai terlihat kesadaran dari masyarakat
20
untuk melakukan deteksi dini lebih dari satu macam penyakit kanker. Sejak tahun 2013 beberapa pemeriksaan sudah tidak
dipakai lagi, seperti uji kesehatan Lengkap Wanita (LW) + treadmill, uji kesehatan LW standar, uji kesehatan tanpa
kolonoskopi, uji kesehatan Lengkap Pria (LP) + treadmill, uji kesehatan LP tanpa kolonoskopi, dan treadmill karena mengacu
ke visi RS Kanker Dharmais.
Tabel 2. Jenis Tindakan Deteksi Dini di Poliklinik Deteksi Dini Kanker Tahun 2010-2014
No
Jenis Tindakan
2010
2011
2012
2013
2014
1.
1342
1525
1366
1517
1526
2.
98
3.
173
386
250
266
244
4.
363
109
293
109
128
5.
84
33
6.
7.
36
13
54
31
8.
14
17
16
9.
56
33
10.
11.
12.
22
14
43
41
13.
14.
15.
16
40
51
15
16.
11
20
17.
25
18.
11
18
19.
Treadmill
20.
Mobile Mammografi
388
135
405
317
801
21.
92
113
86
130
22.
Konsul Imunisasi
73
56
63
79
61
Jumlah tindakan
2510
2358
2631
2689
3113
Jumlah kegiatan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah sakit) yang dilakukan di luar RS mengalami penurunan. Sejak tahun 2012,
kegiatan PKRS tidak lagi dilaksanakan di Puskesmas binaan dan sekolah/universitas secara rutin setiap bulannya, melainkan
dilaksanakan hanya bila ada permintaan dari lembaga pemerintah/swasta, sosial dan agama dikarenakan terbitnya peraturan
sistem kesehatan nasional melalui BPJS yang harus memakai sistem rujukan.
16
Sebaliknya, kegiatan PKRS di dalam RS mengalami kenaikan yang disebabkan karena sejak tahun 2014 telah dibuka Unit 16
7
21
PKRS. Unit ini berfungsi memberikan penyuluhan dan edukasi kepada pasien, keluarga, pengunjung dan masyarakat rumah
sakit agar sadar betapa pentingnya melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker dan pola hidup sehat.
Gambar 3. Kegiatan Penyuluhan di Luar dan di Dalam RS Kanker Dharmais Tahun 2010 - 2014
Insiden kanker serviks dan payudara masih berada pada urutan pertama dan kedua jenis penyakit kanker terbanyak yang
ditemukan di Poliklinik Deteksi Dini Kanker RSK Dharmais, sesuai dengan jumlah angka kunjungan terbanyak yang
menggunakan fasilitas pemeriksaan pada Tabel 2. Gambar 4. menunjukkan bahwa insiden suspek kanker payudara dan
kanker serviks terbanyak pada tahun 2011.
Gambar 4. Insiden Suspek Kanker Payudara dan Kanker Serviks berdasarkan Diagnostik di Poliklinik
Deteksi Dini RSK Dharmais Tahun 2010-2014
7
7
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
22
Tahun
Jenis Kanker
2010
2011
2012
2013
2014
Kanker Hati
Kanker Prostat
Kanker Usus
Kanker Paru
Dari Tabel 3. di atas dapat dilihat bahwa insiden kanker lainnya belum signifikan karena walau terlihat ada sedikit peningkatan,
namun kunjungan pasien kanker lainnya ke Poliklinik Deteksi Dini dari tahun ke tahun masih rendah.
Bila dilihat dari data penyakit kanker di Indonesia, kelompok penyakit di atas termasuk 10 besar penyakit kanker. Namun dari
tabel dapat dilihat bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker tersebut masih sangat rendah.
IMUNISASI DEWASA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Imunisasi Hepatitis B.
Pada tahun 2014, unit mobile mammografi yang dilaksanakan oleh Poliklinik Deteksi Dini RS Kanker Dharmais bekerjasama
dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) telah melakukan pemeriksaan mammografi pada 733 orang di 22 lokasi,
23
Kesimpulan
1.
2.
Terlihat dari hasil kegiatan Poliklinik Deteksi Dini RS Kanker Dharmais dari tahun 2010-2014 terlihat bahwa minat
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan deteksi dini kanker dari tahun ke tahun terlihat meningkat
terutama untuk pemeriksaan deteksi dini kanker payudara dan serviks, namun untuk jenis deteksi dini kanker yang lain
terlihat masih rendah.
Adapun beberapa kemungkinan alasan melakukan deteksi dini kanker adalah:
a. Masyarakat sudah mulai terbuka dan mau mencari informasi tentang penyakit kanker melalui media cetak/
elektronik ataupun pergi ke fasilitas kesehatan.
b. Masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya Deteksi Dini kanker terutama kanker payudara dan serviks.
c. Semakin berkembangnya media informasi kesehatan saat ini,terutama penyakit kanker yang sudah semakin
berkembang dan selalu up-to-date.
d. Tarif paket pemeriksaan deteksi dini kanker terjangkau masyarakat, walau kunjungan ke poliklinik tidak begitu
signifikan peningkatannya.
Saran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Menyebarluaskan informasi tentang deteksi dini kanker yang benar dan faktor-faktor resikonya melalui media
elektronik/cetak.
Perlu pemerataan informasi dan edukasi kedepan tentang penyakit kanker lain terhadap semua kelompok usia dan
jenis kelamin.
Meningkatkan kerja sama dengan instansi terkait untuk bersama sama melakukan penyuluhan kesehatan khususnya
deteksi dini kanker kepada masyarakat luas yang secara rutin dan berkesinambungan.
Peningkatan ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada petugas kesehatan (dokter umum, bidan dan perawat) untuk
mampu melakukan deteksi dini kanker dengan mengikuti pelatihan CBE (clinical breast examination) dan pelatihan
IVA test dan Pap Smear test.
Peran serta pemerintah untuk kedepannya membuat program nasional untuk melakukan pemeriksaan mammografi
dan Pap Smear gratis wajib bagi perempuan usia 40 tahun keatas.
Membuat program kerja di setiap layanan kesehatan tingkat primer tentang sosialisasi dan edukasi pentingnya deteksi
dini kanker kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Mengusulkan program deteksi dini kanker dimasukkan ke dalam kurikulum pelajaran bagi anak sekolah tingkat SMP
dan SMA oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pemerataan tenaga SDM dan fasilitas kesehatan yang mendukung untuk deteksi dini kanker di seluruh Indonesia.
24
Kanker tidak mengenal usia. Anak-anak dan orang dewasa dapat terkena kanker. Salah
satu perbedaan antara kanker pada anak dan orang dewasa adalah bahwa kanker pada
anak tidak dapat dicegah seperti halnya kanker pada orang dewasa. Jadi tidak ada istilah
pencegahan kanker pada anak, melainkan mewaspadai gejala kanker pada anak.
Mengacu pada pernyataan di atas, sebagian orang tua tentu bertanya-tanya tentang
apakah masih ada gunanya mengajarkan pola hidup sehat kepada anak-anak. Pola hidup
sehat tetap harus diajarkan kepada anak-anak sedini mungkin. Tujuannya memang bukan
untuk mencegah kanker pada anak, namun untuk mencegah kanker yang sekiranya dapat
timbul saat anak ini telah dewasa. Sebab, seperti telah ditulis sebelumnya di atas, kanker
pada orang dewasa dapat dicegah.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun ada 4.100 kasus baru kanker pada anak. Menurut
data yang diperoleh dari Rumah Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2006, lebih kurang
50% pasien yang datang sudah dalam keadaan stadium lanjut. Berdasarkan penelitian, hal ini disebabkan salah satunya oleh
karena orang tua pasien kurang mendapat informasi tentang kanker pada anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk
mengetahui gejala-gejala apa saja yang harus diwaspadai pada anak yang dicurigai terkena kanker. Apabila anak menunjukkan
gejala kanker, maka segera bawa ke Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya, untuk mengonfirmasi apakah
benar gejala-gejala yang dijumpai itu suatu kanker. Jika ternyata itu bukan kanker, tentunya kita patut mensyukurinya. Namun,
jika ternyata itu benar kanker, tetap kita harus mensyukurinya karena artinya kanker tersebut ditemukan pada stadium awal.
Kanker yang dijumpai pada stadium awal tentunya mempunyai kemungkinan untuk sembuh lebih besar dibanding kanker yang
dijumpai pada stadium lanjut.
Gambar 1. Distribusi Kanker Anak di Rumah Sakit Kanker Dharmais Tahun 2006-2014
25
No
Jenis Kanker
Jumlah Kasus
Leukemia
46
Lymphoma
19
Rhabdomyosarcoma
13
Brain Tumor
13
KNF
10
Osteosarcoma
Retinoblastoma
Neuroblastoma
Wilms Tumor
10
11
Ewing Sarcoma
12
Others
27
Pada beberapa literatur, kanker disebut juga sebagai keganasan. Jika diperhatikan dari karakteristiknya, memang benar sel
kanker sangat ganas. Bagaimana tidak, sel-sel tersebut ternyata mempunyai kemampuan untuk menyebar ke organ-organ
tubuh lain di luar dari organ primernya melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Secara logika, kalau itu kanker mata,
seharusnya sel kanker tersebut adanya di mata saja dan tidak menyebar kemana-mana. Namun yang terjadi adalah dari hasil
pemeriksaan CT-scan otak, sel-sel kanker yang seharusnya berada di mata saja ternyata sudah mencapai otak. Jika
keadaannya sudah seperti ini, kanker yang terjadi dinyatakan sebagai kanker stadium lanjut.
Secara garis besar, kanker pada anak dibagi atas dua bagian, yaitu kanker darah atau lebih dikenal dengan istilah leukemia,
dan tumor padat. Gejala yang harus diwaspadai bila mencurigai seorang anak terkena leukemia adalah anak terlihat pucat,
sering mengalami demam, dan perdarahan, baik itu di kulit, gusi, atau hidung. Gejala-gejala ini terjadi karena kadar sel darah
merah, sel darah putih, dan keping darah yang rendah akibat produksinya ditekan oleh sel-sel leukemia. Sel-sel leukemia ini
tidak puas hanya beredar di sumsum tulang. Sel-sel ini dapat menyebar keluar dari sumsum tulang menuju hati, limpa, otak,
atau tulang. Secara fisik, perut anak akan terlihat membuncit akibat hati dan limpa yang membesar. Selain itu, anak biasanya
juga akan mengeluh sakit saat berjalan karena sel-sel leukemia yang menyebar ke tulang. Bila sel-sel leukemia sudah
menyebar ke otak, anak dapat mengalami kejang. Waspadai gejala-gejala tersebut di atas dan segera bawa ke puskesmas,
rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya untuk dikonfirmasi.
Mengenai tumor padat, hal ini dapat dijumpai pada hampir semua organ tubuh seorang anak, mulai dari kepala sampai ujung
kaki. Orang tua biasanya meraba tumor atau benjolan pada tubuh seorang anak saat mereka memandikannya. Seperti prinsip
yang telah disebutkan sebelumnya di atas, segera bawa anak ke Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya
untuk mengonfirmasi apakah benar benjolan yang teraba di tubuh anak itu benar kanker atau bukan.
26
27
Lihat Merah
Teknik pemeriksaan :
Anak duduk di pangkuan orangtua; gunakan oftalmoskop
dengan cahaya halogen yang baik yang diatur pada
angka nol dan difokuskan pada wajah anak; arahkan
anak untuk melihat ke sumber cahaya. Jika tidak jelas
apakah refleks tersebut normal atau tidak, maka dilatasi
pupil menggunakan tetes mata seperti tropicamid 1%
akan membantu. Pemeriksaan mata orang tua akan
membantu menentukan refleks merah mata yang normal
pada anak dengan kelompok etnik yang berbeda. Pada
saat yang bersamaan refleks kornea dapat diperiksa.
28
29
30
7
saya dan anak saya begini, tutur Bunda Almira. Setelah
mempunyai cukup ongkos, Almira dan kedua orang tuanya
berangkat ke Jakarta.
Setelah seminggu berlalu, Almira masih harus menjalani
serangkaian tes untuk memastikan penyakit apa yang
sebenarnya dideritanya. Dalam kebingungannya, Bunda
Almira perlahan mempelajari situasi. Tak mudah memahami,
apa saja yang harus dilakukan, apa saja yang mungkin
dihadapi nanti. Saya masih bingung mesti gimana-gimana,
jadi ngobrol saja dengan Ibu-Ibu di sini, ujar Bunda Almira.
Bunda Almira nampak tercekat ketika ditanya apa saja
kesulitan yang ia rasakan. Di Jakarta, ia benar-benar
sendirian, menanggung sendiri beban secara fisik dan
mental, karena suaminya harus tetap bekerja di Karawang
agar tidak kehilangan penghasilan. Bunda Almira masih
bersyukur, karena saat akhir pekan, suaminya masih bisa
datang mengunjungi Almira di RSCM. Walaupun ia sendiri
tak yakin, sampai kapan bisa begitu, mengingat ongkos
yang dikeluarkan tidaklah sedikit bagi mereka.
31
29
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
Masa terberat mungkin telah mereka lalui, sudah lewat dua tahun Bunda Fadli dengan sabar menemani buah hatinya menjalani
berbagai prosedur pengobatan, tapi bukan berarti semua masalah benar-benar telah selesai. Selain harus bolak-balik ke rumah
sakit serta mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk ongkosnya, Bunda Fadli juga harus berjuang melawan kebosanan dan
bahkan rasa putus asa. Baginya, teman-teman sesama orang tua penderita kanker adalah penghibur sejati Kalau lagi pusing,
bingung, ngobrol sama mereka jadi lebih lega. Kalau sudah ketemu, bercanda, ketawa-ketawa bikin lupa sama masalah.
Memiliki banyak teman menjadi obat untuk mengusir lelah, ujar Bunda Fadli.
Kelelahan fisik dan mental tidak hanya dirasakan oleh Bunda Fadli sebagai orang tua. Fadli sebagai pasien yang berhadapan
langsung dengan kanker neuroblastoma dan harus menjalani berbagai prosedur pengobatan pun merasakan hal serupa. Fadli
bahkan pernah berandai-andai, kalau aku sudah tidak ada, seperti diceritakan Bunda Fadli dengan mata berkaca-kaca. Saat
ini hiburan Fadli hanyalah teman sesama pasien, permainan games dan siaran televisi. Sebenarnya dia suka sekali jalan-jalan,
tapi kan tidak mungkin karena terlalu mahal biayanya, ujar Bunda Fadli. Kenangan ketika Komunitas Taufan mengajaknya
berlibur ke Ancol selalu teringat oleh bocah sembilan tahun itu.
32
33
31
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
Kegiatan #FunTrip Mengajak Pasien Jalan Santai Didampingi oleh Dokter Jaga dan Relawan
#PeduliKankerAnak, yaitu melakukan edukasi kepada publik mengenai pentingnya deteksi gejala dini dan penanganan kanker
pada anak, melalui kegiatan kampanye publik saat pelaksanaan Car Free Day di jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta.
Bersama relawan, Komunitas Taufan juga mengajak publik memberikan dukungan simbolis dan finansial kepada pejuangpejuang cilik sahabat Komunitas Taufan.
34
35
31
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015