C. Analisa
1. Kesehatan Lansia
Upaya Kesehatan lansia adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh
dibidang Kesehatan usia lanjut meliputi peningkatan Kesehatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan. Masalah yang terjadi pada lansia sangat beragam. Seiring
dengan bertambahnya usia makan akan terjadi penurunan fungsi tubuh, baik fisik,
fisiologis, psikologi dan fungsi-fungsi kehidupan lainnya.
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan usia lanjut melalui kegiatan ……………
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatnya kemudahan bagi usia lanjut dalam mendapatkan pelayanan Kesehatan
dasar dan rujukan
2) Berkembangnya kelompok usia lanjut yang aktif melaksanakan kegiatan dengan
kualitas yang baik
Identifikasi masalah di UPTD Puskesmas sukagalih ……..
a. Tujuan Umum
1. Sebagai Pelayanan Kesehatan Payudara dan Kesehatan Organ Reproduksi di
Masyarakat (Khususnya Wanita Usia Produktif)
2. Sebagai Pencegahan dan Penurunan Angka Kematian Akibat Kanker Payudara
dan Kanker Leher Rahim
3. Sebagai Penanganan Masalah Kesehatan Payudara dan Reproduksi Wanita
b. Tujuan Khusus
1. Terpaparnya deteksi Kanker leher Rahim dan payudara kepada wanita usia
subur sehingga mencegah terjadinya gangguan yang lebih berat akibat
Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim,
2. Terpaparnya informasi Kesehatan Payudara dan Kesehatan Leher Rahim
kepada masyarakat terutama wanita usia subur agar menambah wawasan
tentang langkah pencegahan Kanker Leher Rahim dan Payudara
3. Berkurangnya dampak buruk akibat Penyakit Kanker Leher Rahim dan
Payudara sehingga pasien dapat memiliki usia harapan hidup yang lebih
lama
4. Terlaksananya pembinaan kepada keluarga yang mempunyai anggota
keluarga dengan Kanker Leher Rahim / Kanker Payudara
5. Terlaksananya Pembinaan Pencegahan Kanker Leher Rahim yaitu dengan
Vaksin HPV
Identifikasi masalah
Dasar hukum pelaksanaan kegiatan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim adalah sebagai
berikut :
1. Permenkes Nomor 29 Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Kanker
Payudara Dan Kanker Leher Rahim.
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 796/ Menkes/ SK/VII/2010
Tentang Pedoman TehnisPengendalian Kanker Payudara dan Kanker leher
Rahim
3. Indikator Renstra PTM 2020-2024 bahwa Deteksi Dini sadanis dan tes IVA
pada 80% perempuan usia 30-50tahun perempuan yang memiliki riwayat
seksual aktif atau capaian 80% populasi = 1 kab / kota
Menurut data Rikesdas tahun 2013, Prevalensi Kanker di Indonesia 1,4 per 100.000
penduduk atau sekitar 347.000 orang. Kanker Payudara dan Kanker Serviks
merupakan jenis kanker tertinggi di Indonesia sehingga pemerintah membentuk
kebijakan untuk meningkatkan deteksi dini terhadap kanker serviks dan kanker
payudara. Adapun SADANIS (Periksa Payudara Klinis) merupakan pemeriksaan
Payudara oleh Tenaga Medis/Para medis, dan SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
sudah tidak lagi direkomendasikan oleh para ahli Onkologi, karena SADARI
meningkatkan Kasus Kanker Payudara di RS Dharmais sebesar 20 % di Tahun 2022,
dimana banyak pasien yang tidak merasa yakin akan adanya benjolan, namun
apabila payudara diperiksa oleh Tenaga Medis, maka keyakinan adanya kelainan /
masalah diharapkan lebih akurat dan lebih cepat mendapatkan diagnosa serta
Tindakan yang dibutuhkan. IVA Tes (Inspeksi Viasual Asetat) adalah pemeriksaan
leher Rahim secara visual menggunakan larutan asam cuka 5% (Depkes RI, 2009).
Pemeriksaan ini sangat aman, mudah, dan tidak membutuhkan waktu lama untuk
melihat hasilnya. IVA Tes berbeda dengan Pap Smear, dimana IVA Tes merupakan
Pemeriksaan spesifik (Khusus IVA Tes) dan Sensitif, sedangkan Pap Smear sensitive
namun tidak Spesifik (Tidak hanya untuk pemeriksaan Kanker Leher Rahim) saja.
b Tujuan Khusus
1.Meningkatkan pelayanan pengobatan tradisonal (BATTRA)
Menciptakan suatu sistim keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif.
b.Tujuan Khusus
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan
terintegrasi.
2. Menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan produktif untuk
SDM Fasyankes, aman, selamat dan sehat.
3. Mencegah dan mengurangi kecelakaan akibat kerja (KAK)
dan Penyakit akibat kerja (PAK) dengan melibatkan semua
tenaga kesehatan di fasyankes
Identifikasi masalah
7. Kesehatan Olahraga
Adalah upaya
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Identifikasi masalah ………..
8. Kesehatan Indera
Adalah upaya
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Identifikasi masalah ………..
9. Kesehatan Matra/Haji
Adalah upaya pemeriksaan kesehatan dan pembinaan kesehatan jemaah haji agar
dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam sehingga
jemaah haji dapat mendapatkan status istitha’ah
a. Tujuan Umum
Terselenggaranya pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji UPTD Puskesmas
Sukagalih
b. Tujuan Khusus
- Terlaksananya pemeriksaan kesehatan haji tahap I dan II
- Terlaksananya pemberian Vaksinasi bagi Calon Jemaah haji
- Meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan.
- Pengendalian factor risiko Kesehatan calon Jemaah haji
- Menjaga agar jemaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah haji
sampai tiba kembali di tanah air.
- Mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar atau
terbawa masuk oleh jemaah haji.
- Pencatatan, pelaporan dan sistem informasi Kesehatan haji berjalan dengan baik
Identifikasi masalah :
Indonesia merupakan negara muslim terbesar dan dikenal sebagai negara yang
mengirim jemaah haji terbanyak di dunia. Ibadah haji merupakan rukun Islam ke
lima yang wajib dilaksanakan oleh orang Islam yang telah memenuhi syarat Istithaah
(kemampuan). Melalui Undang-Undang Nomor 8 tahun 2019 tentang
penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, menyatakan bahwa jaminan negara atas
kemerdekaan beribadah ialah memberikan pembinaan, pelayanan, dan pelindungan
bagi warga negara yang menunaikan ibadah haji dan umrah secara aman, nyaman,
tertib, dan sesuai dengan ketentuan syariat. Tantangan penyelenggaraan kesehatan
haji Indonesia antara lain banyaknya jemaah haji yang beriko tinggi yaitu 63-67
persen jemaah haji Indonesia dengan kategori berisiko tinggi. Keadaan tersebut
menuntut pengelolaan penyelenggaraan kesehatan haji harus dapat dilaksanakan
dengan baik. Dari daftar nominatif yang diberikan oleh Kementerian Agama, bahwa
Calon Jemaah Haji UPTD Puskesmas Sukagalih adalah Jemaah haji yang usia lanjut
dan usia produktif yang mungkin masuk kedalam kategori berisiko sehingga perlu
diselenggarakannya pemeriksaan kesehatan dan pembinaan kesehatan jemaah haji
agar dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam
sehingga Jemaah haji secara jasmaniah, ruhaniah, pembekalan dan keamanan untuk
menunaikan iabdah haji tanpa menelantarkan kewajiban terhadap keluarga.
a. Tujuan Umum
1. Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan Jiwa di Masyarakat
2. Sebagai Upaya Pencegahan Masalah kesehatan Jiwa
3. Sebagai Upaya Pencegahan dan Penanganan Masalah NAPZA
b. Tujuan Khusus
c. Identifikasi Masalah
Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat Untuk mencapai sasaran
kegiatan diukur melalui 3 (tiga) indikator kinerja kegiatan yaitu (1) Persentase
penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang mendapatkan
skrining (2) Persentase penyandang gangguan jiwa yang memperoleh layanan di
Fasyankes (3) Jumlah penyalahguna napza yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi.
Dari 3 (tiga) indikator kinerja kegiatan, terdapat 2 ( dua) indikator baru yaitu (1)
Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang
mendapatkan skrining dan (2) Persentase penyandang gangguan jiwa yang
memperoleh layanan di Fasyankes sedangkan indikator (3) Jumlah penyalahguna
napza yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi medis merupakan indikator lama
yang sebelumnya telah tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21
Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024.
Menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022, 15,5
juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen)
remaja mengalami gangguan mental. Dari jumlah itu, hanya 2,6 persen yang
mengakses layanan konseling, baik emosi maupun perilaku. Dalam upaya
mendukung capaian sasaran program kesehatan masyarakat, telah ditetapkan
Perjanjian Kinerja yang ditandatangani Direktur Kesehatan Jiwa dengan Direktur
Jenderal Kesehatan Masyarakat, dengan sasaran kegiatan pembinaan kesehatan jiwa
adalah meningkatnya upaya kesehatan jiwa, sementara itu Berdasarkan Data Kohort
Jiwa Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukagalih Tahun 2023, masih didapatkan 16
dari 26 Sasaran ODGJ masih belum diobati, serta masih rendahnya pencapaian
Skrining Mental pada usia Produktif, yaitu sebesar 4,45 %.
Melihat semua Dasar di atas, maka Pelayanan Kesehatan Jiwa ini sangat penting
untuk berjalan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukagalih, guna mengurangi
masalah kesehatan jiwa di masyarakat sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
11.
ANALISIS PELAYANAN UKM PENGEMBANGAN
UPTD PUSKESMAS SUKAGALIH