Anda di halaman 1dari 2

Wewenang Bidan

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan


Kebidanan, Bidan memberikan asuhan kebidanan yang bersifat holistik, humanistik berdasarkan
evidence based dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan, dan memperhatikan aspek fisik,
psikologi, emosional, sosial budaya, spiritual, ekonomi, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi
kesehatan reproduksi perempuan, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai
kewenangannya dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.

Bidan sebagai tenaga kesehatan yang strategis, berada ditengah masyarakat sebagai lini
terdepan pelayanan kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia, disamping itu Bidan memiliki
kewenangan dalam pelayanan kesehatan Ibu dan Anak, Kesehatan reproduksi perempuan,
termasuk skrining kanker payudara dan kanker servik. Dalam menangani masalah kesehatan
payudara bidan memiliki wewenang sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah pada payudara pada masa hamil


2. Melakukan Perwatan Payudara pada masa hamil
3. Melakukan Perawatan payudara ( Kompres dan massase payudara) pada masa nifas
4. Melakukan Edukasi Menyusui
5. Melakukan pijat oksitosin
6. Perah ASI
7. Edukasi Deteksi dini kanker payudara dengan Sadari (tidak untuk lulusan Ahli Madya)
8. KIE dan konseling deteksi dini kanker payudara (tidak untuk lulusan Ahli Madya)

Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2015 pada Pasal 1
disebutkan Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim adalah Program pelayanan
kesehatan masyarakat berkesinambungan di bidang penyakit kanker payudara dan kanker leher rahim
yang mengutamakan aspek promotif dan preventif kepada masyarakat disertai pelayanan kesehatan
perorangan secara kuratif dan rehabilitatif serta paliatif yang berasal dari masyarakat sasaran program
maupun atas inisiatif perorangan itu sendiri yang dilaksanakan secara komprehensif, efektif, dan
efisien,dalam hal ini bidan
Kanker Payudara merupakan salah satu kanker yang dapat ditemukan pada stadium dini
sehingga dapat diobati dengan efektif. Sedangkan Kanker Leher Rahim merupakan kanker yang sudah
diketahui patofisiologinya dengan pasti dan tersedianya teknologi untuk memeriksa lesi prakanker serta
pengobatannya yang efektif sehingga menjadikan Kanker Leher Rahim sebagai salah satu kanker yang
dapat dicegah. Kegiatan deteksi dini Kanker Payudara dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih di
Puskesmas yang disebut dengan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) yang diikuti dengan pengajaran
cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan cara yang benar. Selain skrining,
penemuan dini merupakan strategi lain untuk down staging. Penemuan dini dimulai dengan
peningkatan kesadaran masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya kelainan di payudara
mereka sendiri, dengan cara memasyarakatkan program SADARI bagi semua perempuan dimulai sejak
usia subur, sebab 85% kelainan di payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak
dilakukan skrining massal.

Disadari bahwa upaya skrining yang ideal yaitu dengan cara pemeriksaan payudara klinis
(SADANIS) oleh tenaga terlatih, dilanjutkan dengan pemeriksaan USG dan atau mamografi. Tetapi
dengan sumber daya terbatas di Puskesmas, pada saat ini pemeriksaan payudara klinis oleh tenaga
kesehatan (dokter atau bidan) merupakan pilihan. Apabila petugas Puskesmas menemukan benjolan
yang dicurigai jinak atau ganas, maka petugas kesehatan harus merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi
seperti rumah sakit kabupaten/kota atau provinsi untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dan
terapi apabila dibutuhkan. Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan melaksanakan
SADARI, sedangkan pada perempuan yang lebih tua dianjurkan SADANIS yang dilakukan setiap tiga
tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat SADARI dianjurkan dilaksanakan
SADANIS sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada kemungkinan keganasan.

Anda mungkin juga menyukai