Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KERJA

DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DAN KANKER PAYUDARA


TAHUN 2022

1. Latar Belakang

Kanker payudara merupakan kanker terbanyak di Indonesia saat ini dengan


insidens rate sebesar 42.1 per 100.000 penduduk dengan angka kematian sebesar 17
per 100.000 penduduk dan diikuti oleh kanker leher rahim dengan insidence rate
sebesar 23.4 per 100.000 (Globocan 2018). Prevalensi kanker Indonesia 1.8 per 1000
penduduk (Riskesdas 2018).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan RI pada tahun 2018 menyebutkan angka prevalensi penyakit kanker di
Indonesia sebesar 1,79 per 1000 penduduk. Prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker
yang tertinggi di Provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu sebesar 4,86‰, Data RS Kanker
Dharmais dari tahun 2010-2013 menunjukan bahwa penyakit kanker terbanyak di RS
Kanker Dharmais adalah kanker payudara, serviks, paru, ovarium, rektum, tiroid, usus
besar, hepatoma, dan nasofaring, dan jumlah kasus baru serta jumlah kematian akibat
kanker tersebut terus meningkat.
Pada stadium awal, kanker tumbuh setempat dan tidak menimbulkan keluhan
ataupun gejala. Kondisi ini seringkali menyebabkan seseorang tidak menyadari jika
dirinya sudah menderita kanker. Terlebih lagi, penderita datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan berada dalam kondisi stadium lanjut sehingga menyulitkan penanganannya.
Oleh karena itu, upaya yang efektif untuk mencegah peningkatan insidensi, morbiditas,
dan kematian dini akibat kanker, melalui upaya pencegahan dengan skrining, deteksi
dini, penemuan dini kasus kanker dan imunisasi. Untuk mendukung pencapaian target
sasaran dari kegiatan ini, perlu dilakukan promosi kesehatan dan kampanye sosial
yang masif dan berkesinambungan.
Oleh karena itu, upaya penanggulangan kanker diselenggarakan secara
komprehensif dan terintegrasi melalui pendekatan sistem berbasis bukti. Berbagai
kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan kanker meliputi promosi kesehatan,
pencegahan faktor risiko dan perlindungan khusus, skrining dan deteksi dini,
penatalaksanaan melalui kerjasama multidisiplin, serta dukungan surveilans dan
paliatif kanker. Dengan demikian, Upaya penanggulangan kanker tidak hanya terbatas
ditujukan kepada penderita kanker saja, melainkan juga terhadap populasi yang masih
sehat maupun yang sudah berisiko. Melalui dukungan dan komitmen seluruh pihak
terkait, maka efektivitas penanggulangan kanker merupakan hal yang tidak mungkin

1
untuk dapat diwujudkan dalam rangka penurunan insidensi, morbiditas, dan kematian
dini akibat kanker di Indonesia.
Data yang diperoleh dari tahun 2015 – 2019 dari 34 Propinsi di Indonesia yaitu
cakupan Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim masih sangat rendah
yaitu sebesar 4.040.298 orang (10,8%) dari jumlah penduduk sasaran yaitu
perempuan usia 30 – 50 tahun. Pada saat ini puskesmas yang sudah memiliki tenaga
terlatih sebanyak 4536 puskesmas terdiri dari tenaga dokter dan bidan. Pada
puskesmas tersebut sudah mampu melakukan deteksi dini kanker payudara dan leher
rahim dari jumlah 9.993 Puskesmas di seluruh Indonesia. Merujuk pada Peraturan
Menteri Kesehatan No 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan, kegiatan
Deteksi Dini Kanker Payudara dengan metode Sadanis dan kanker Leher Rahim
dengan metode IVA merupakan salah satu layanan yang harus diberikan pada
kelompok Usia Produktif. PMK tersebut menyatakan bahwa wanita usia 30 – 50 tahun
yang telah menikah atau mempunyai Riwayat berhubungan seksual wajib dilakukan
pemeriksaan IVA minimal 1 kali dalam 1 tahun. Selain dari pada itu, Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2020 - 2024, telah menetapkan indikator capaiannya adalah
jumlah Kabupaten/Kota yang melaksanakan Sadanis dan IVA pada sekurang-
kurangnya 80% penduduk sasaran, yang mana Renstra ini sudah direvisi berdasarkan
Permenkes No.13 Tahun 2022 menjadi Persentase penduduk sesuai kelompok usia
yang dilakukan skrining PTM prioritas* (* Hiperetensi, DM, Stroke, Jantung, PPOK,
Kanker Payudara, Kanker Leher Rahim, Katarak dan Kelainan Refraksi, Tuli Kongenital
dan Otitis Media Supurative Kronis).
Salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam mencapai target yang diharapkan
adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas pelaksana
deteksi dini yang berkesinambungan yang salah satunya dilakukan melalui kegiatan
peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memenuhi jumlah, jenis,
serta kualitas Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan dalam Deteksi Dini Kanker
Payudara dan Kanker Leher Rahim. Dalam situasi Adaptasi Kebiasaan Baru, perlu
dilakukan penyesuaian dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan di
Provinsi, maka perlu dilakukan refreshing ilmu dan keterampilan dan deteksi dini
kanker payudara dan kanker leher rahim dengan melakukan Pelatihan Deteksi Dini
Kanker Payudara dan kanker Leher Rahim, yang dilaksanakan secara tatap muka.
Kegiatan ini harus berlangsung secara tatap muka atau luring atau luar jaringan karena
harus ada peningkatan keterampilan atau psikomotor dari SDM yang dilatih dan

2
karena harus bertemu dengan pasien atau klien di fasyankes dengan cara
mempraktekkan cara pengulasan teknik IVA dan praktek Sadanis langsung pada
pasien dan kemudian ada praktek Krioterapi pada pasien yang terbukti IVA positif ( lesi
pra kanker). Oleh karena itu kegiatan pelatihan ini harus dilaksanakan secara tatap
muka atau luring. Selesai kegiatan pelatihan dilakukan monev oleh provinsi ke
puskesmas. Dalam masa pandemi ini tentu saja penyelenggaraan dilaksanakan
dengan menerapkan protokol kesehatan.

2. Tujuan Pelatihan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu melakukan deteksi dini
kanker leher rahim dan kanker payudara di FKTP sesuai dengan kewenangan
klinisnya.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan kanker payudara di Indonesia
b. Melakukan deteksi dini kanker payudara
c. Menjelaskan kanker leher rahim di Indonesia
d. Melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan tes IVA
e. Melakukan tindak lanjut lesi pra kanker leher rahim dengan krioterapi atau
metode
Lainnya
f. Melakukan pencegahan infeksi dan perlindungan spesifik
g. Melakukan promosi kesehatan dan konseling kanker leher rahim dan kanker
payudara
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan hasil deteksi dini kanker leher rahim dan
kanker payudara.

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan


a. Pelatihan akan diselenggarakan selama 7 hari efektif yang akan direncanakan
pada tanggal 16-23 Oktober 2022 (angkatan 1) dan 23-30 Oktober 2022
(angkatan 2)
b. Tempat
1.Kelas : Hotel Emesia di Bandar Lampung
2.Praktek Lapangan : akan dilaksanakan di 2 (dua) puskesmas yang ada di wilayah
kerja Kota Bandar Lampung.

3
4. Peserta
Peserta pelatihan ini adalah Dokter Umum dan Bidan Fungsional yang bekerja di
Puskesmas. Jumlah peserta di masing- masing angkatan adalah 30 orang, yang terdiri
dari 15 dokter umum dan 15 bidan, setiap puskesmas mengirim 1 dokter umum dan 1
bidan.

5. Penceramah/ Pengajar/ MOT


a. Penceramah berasal dari organisasi Profesi seperti POGI (Persatuan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia)/ HOGI (Himpunan Ginekologi Onkologi
Indonesia)/ PERABOI (Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Onkologi
Indonesia) dan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.
b. Pengajar berasal dari Dokter Umum, Bidan, Dokter Obgyn, Dokter Obgyn
Onkologi, Dokter Bedah Onkologi yang sudah dilatih menjadi fasilitator (TOT)
oleh Kementerian Kesehatan RI.
c. MOT berasal dari Balai Pelatihan Kesehatan Provinsi Lampung

6. Struktur Kurikulum
Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, pelatihan deteksi dini kanker leher
rahim dan payudara maka disusun materi yang akan diberikan secara rinci
pada tabel berikut:

No Mata Pelatihan (MP) Waktu JML


T P PL
A. Mata Pelatihan Dasar (MPD)
1. Kebijakan Program Penanggulangan 2 0 0 2
Kanker Leher Rahim dan Kanker
Payudara
2. Penguatan Capaian Deteksi Dini 2 0 0 2
Kanker Leher Rahim dan Kanker
Payudara
Sub Total 4 0 0 4
B. Mata Pelatihan Inti (MPI)
1. Kanker Payudara di Indonesia 2 1 0 3
2. Deteksi Dini Kanker Payudara 3 3 3 9
3. Kanker Leher Rahim di Indonesia 2 1 0 3
4. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim 3 5 4 12
dengan Tes IVA
5. Tindak lanjut Lesi Pra Kanker Leher 3 5 5 13
Rahim dengan Krioterapi atau Metode
Lainnya
6. Pencegahan Infeksi dan Perlindungan 2 2 2 6
Spesifik
7. Promosi Kesehatan, dan Konseling 2 3 2 7
Kanker Leher Rahim dan Kanker
Payudara

4
8. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Deteksi 2 2 0 4
Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker
Payudara
Sub Total 19 22 16 57
C. Mata Pelatihan Penunjang (MPP)
1. Buliding Learning Commitment (BLC) 0 3 0 3
2. Anti Korupsi 2 0 0 2
3. Rencana Tindak Lanjut 0 2 0 2
Sub Total 2 5 0 7
JUMLAH 25 27 16 68

Keterangan:
Untuk T dan P di kelas, 1 JPL @ 45 menit. Untuk PL, 1 JPL @ 60 menit

7. Biaya yang diperlukan


Biaya kegiatan tersebut di atas dibebankan pada DIPA APBN Dekonsentrasi,
Kementerian Kesehatan tahun 2022.

Bandar Lampung, 25 Agustus 2022


Ketua Panitia Penyelenggara Pelatihan

Ns. Elis Melinda, S.Kep


NIP. 19720905 199602 2 001

Anda mungkin juga menyukai