Anda di halaman 1dari 24

Dimensi Tiga

Oleh Adem

Standar Kompetensi:
6. Menentukan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi tiga

Kompetensi Dasar:
6.1 Menentukan kedudukan titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi tiga
6.2 Menentukan jarak dari titik ke garis dan dari titik ke bidang dalam ruang dimensi tiga
6.3 Menentukan besar sudut antara garis dan bidang dan antara dua bidang dalam ruang dimensi tiga

Pengetahuan Prasyarat
Materi yang sebaiknya telah dikuasai siswa adalah:
a. bangun-bangun ruang yang dibatasi oleh bidang datar, seperti kubus, balok, prisma, dan limas, serta unsur-unsurnya;
b. membuat sketsa bangun ruang;
c. bangun datar, seperti segitiga, persegi panjang, persegi, dan jajarangenjang, serta sifat-sifatnya.

Sistematika Pembelajaran
Salah satu urutan pembelajaran untuk pokok bahasan ini adalah:
a. mengulang bangun ruang;
b. kedudukan titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi tiga;
c. jarak pada bangun ruang dimensi tiga;
d. sudut pada bangun ruang dimensi tiga;

Pre Test: Mengulang Bangun Ruang

1. Manakah dari gambar berikut yang diberi nama limas?


a. b. c. d.

2. Bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar yang biasa disebut bidang alas
dan bidang atas, dan bidang-bidang lain yang saling berpotongan menurut garis-garis
yang sejajar yang biasa disebut rusuk tegak adalah ....
a. limas b. Prisma c. tabung d. kerucut

3. Pada sebuah kubus, jika banyaknya titik sudut adalah t, banyaknya rusuk adalah r,
dan banyak bidang sisi adalah s, maka hubungan ketiga unsur itu adalah ....
a. r + s + t = 20 b. r + s + t = 30 c. r + 2 = s + t d. r – 2 = s + t

4. Pada kubus ABCD.EFGH, diketahui panjang rusuknya 8 cm. Jarak terpendek antara
titik-titik sudut pada kubus itu yang mungkin adalah ....
a. 4 cm b. 6 cm c. 8 cm d. 12 cm

5. Jumlah semua sudut sisi-sisi bidang empat adalah ....


a. 360°
b. 540°
c. 720°
d. 900°

1 dari 24
A. Kedudukan Titik, Garis, Dan Bidang Dalam Ruang Dimensi Tiga

Seorang dokter spesialis bedah otak harus tepat dalam menafsirkan foto-scanning
pasennya, seberapa besar tumor atau pengganggu lain yang berada di kepala pasen dan
memastikan dimana posisi penyakit itu. Persoalan ini ada dalam ruang lingkup
pengetahuan geometri tentang keruangan. Demikian pentingnya pengetahuan tentang
keruangan bagi dokter tersebut.

Pengetahuan geometri tentang keruangan sangat penting. Geometri merupakan bagian


dari matematika yang bisa lebih mudah dipahami oleh siswa dibandingkan dengan cabang
matematika yang lain. Obyek dari geometri sangat mudah dikaitkan dengan peristiwa
nyata yang merupakan bagian dari kehidupan.

1. Hubungan Antara Unsur-Unsur Ruang

Euclid

Unsur-unsur pembentuk bangun ruang adalah titik, garis, dan bidang.

Titik tidak mempunyai ukuran (tidak berdimensi). Sebuah titik digambarkan dengan
memakai noktah. Nama titik biasanya menggunakan huruf kapital.

Garis yang dimaksud pada kajian ini adalah garis lurus. Garis mempunyai ukuran
panjang, tetapi tidak mempunyai ukuran lebar. Sebuah garis dapat diperpanjang
sekehendak kita, namun karena terbatasnya bidang tempat gambar sebuah garis dilukis
sebagiannya saja. Bagian dari garis itu disebut wakil garis. Nama dari sebuah garis dapat
ditentukan dengan menggunakan nama wakil garis itu dengan menggunakan huruf kecil
atau dengan menyebut dua titik yang dilaluinya.

Bidang yang dimaksud pada kajian ini adalah bidang datar. Bidang mempunyai ukuran
panjang dan lebar. Bidang hanya dilukiskan sebagian saja yang disebut wakil bidang.
Nama dari bidang menggunakan huruf kapital atau huruf Yunani yang dituliskan di daerah
pojok wakil bidang atau dengan menyebut titik-titik sudutnya.

2 dari 24
Untuk memahami hubungan antara unsur-unsur ruang diperlukan antara lain aksioma-
aksioma (sering disebut juga postulat). Aksioma atau postulat adalah pernyataan yang
diandaikan benar dalam sebuah sistem dan kebenarannya itu diterima tanpa perlu
pembuktian. Ada empat aksioma penting yang diperkenalkan oleh Euclides (±300 SM),
seorang ahli matematika dari Alexandria.

Aksioma 1
Melalui dua titik yang tidak berimpit selalu hanya ada satu dan tidak lebih dari satu garis lurus.

Akibat aksioma 1 adalah:


a. Jika dua garis bersekutu pada dua buah titik, maka kedua garis itu berimpit dan
dipandang sebuah garis saja.
b. Sebuah garis lurus dalam gambar ditentukan seluruhnya oleh dua buah titik-titiknya.

Aksioma 2
Jika sebuah garis mempunyai dua buah titik persekutuan dengan sebuah bidang datar,
maka garis tersebut seluruhnya terletak pada bidang itu.

Akibatnya, jika antara garis dan bidang tersebut hanya ada satu titik yang bersekutu,
garis itu tidak terletak pada bidang tersebut. Dalam hal ini dikatakan garis tersebut
menembus atau memotong bidang. Titik persekutuannya dinamakan titik tembus garis
terhadap bidang.

Aksioma 3
Melalui sebuah titik di luar sebuah garis hanya dapat dibuat tepat satu garis yang sejajar
dengan garis yang diketahui.

Definisi: Dua garis lurus sejajar, jika dua garis itu terletak sebidang dan tidak
mempunyai titik persekutuan

Aksioma 4
Melalui tiga titik berlainan yang tidak segaris, selalu dapat dilukis tepat sebuah bidang datar.

Akibat Aksioma 4 adalah:

Dalil 1
“Sebuah bidang datar ditentukan oleh tiga buah titik yang tidak segaris lurus,” atau
“Melalui tiga buah titik yang tidak segaris dapat dibuat tepat satu bidang datar.”

Jika titik A, B, dan C terletak pada bidang α, maka bidang yang melalui A, B, dan C
berimpit dengan bidang α.

Dalil 2
“Melalui sebuah garis dan sebuah titik di luar garis tersebut dapat dilukis tepat sebuah bidang datar.”

Jika titik A, B, dan C terletak pada bidang α, garis g melalui A dan B, maka bidang yang
melalui garis g dan titik C berimpit dengan bidang α.

3 dari 24
Dalil 3
“Melalui dua buah garis yang berpotongan hanya dapat dibuat sebuah bidang datar.”

Misalkan titik A, B, dan C terletak pada bidang α, garis g melalui A dan B serta garis h
melalui A dan C. Garis h memotong garis g di titik A dan keduanya terletak pada bidang
α. Karena melalui titik A, B, dan C hanya ada satu bidang saja yaitu bidang α, maka
demikian juga bidang yang melalui garis g dan garis h tidak lain adalah hanya bidang α.

Dalil 4
“Melalui dua buah garis yang sejajar hanya dapat dibuat sebuah bidang datar.”

Pada geometri bidang telah dikenal bahwa melalui sebuah titik di luar sebuah garis g
hanya dapat dibuat satu saja garis sejajar garis g. Misalkan titik A, B, dan C terletak pada
bidang α dan garis g melalui A dan B. Pada bidang α terdapat sebuah titik C berada di
luar garis g. Melalui titik C hanya dapat dibuat satu saja garis sejajar garis g, misalkan
garis k. Garis g//k dan keduanya terletak pada satu bidang tertentu yaitu bidang α.

Dalil 5
“Melalui sebuah garis dapat dibuat tak berhingga banyak bidang datar.”

Misalkan titik C dipindahkan ke C1 dan C1 tidak terletak pada bidang α, maka melalui garis
g dan titik C1 juga dapat dibuat sebuah bidang datar dan bidang ini tidak berimpit dengan
bidang α. Ada sebanyak tidak berhingga kemungkinan melakukan hal itu.

Dalil 6
“Melalui empat buah titik tidak selalu dapat dibuat sebuah bidang datar.”

Misalkan bidang yang dimaksud di atas adalah bidang α. Misalkan pula ada sebuah titik D,
maka titik D ini mungkin pada bidang α atau mungkin di luar bidang α.

4 dari 24
2. Kedudukan Titik, Garis, Dan Bidang Dalam Ruang

Untuk mudahnya memahami kedudukan titik, garis, dan bidang dalam ruang dapat
memperhatikan keberadaan unsur-unsur ruang pada kubus ABCD.EFGH.

H G

E F

D C

A B

Unsur-unsur kubus tersebut antara lain adalah:


• Titik sudut kubus yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H.
• Rusuk-rusuk kubus, yaitu:
rusuk alas :AB, BC, CD, dan AD,
rusuk atas :EF, FG, GH, dan EH,
rusuk tegak :AE, BF, CG, dan DH.
• Sisi-sisi kubus, yaitu:
sisi alas :ABCD,
sisi atas :EFGH,
sisi tegak :ABFE, BCGF, CDHG, dan ADHE.
• Diagonal sisi, yaitu: AC, AF, AH, BD, BE, BG, CF, CH, DG, DE, EG, dan FH.
• Diagonal ruang, yaitu: AG, BH, CE, dan DF.
• Bidang diagonal, antara lain: ABGH, ACGE, ADGF, BCHE, BDHF, dan CDEF.

a. Kedudukan Titik Terhadap Garis

1) Titik terletak pada garis

Sebuah titik dikatakan terletak pada suatu garis, jika titik itu dilalui oleh garis
tersebut.
Pada kubus ABCD.EFGH, titik A terletak pada garis AC. A dilalui oleh AC.

2) Titik di luar garis

Sebuah titik dikatakan berada di luar suatu garis, jika titik itu tidak dilalui oleh garis
tersebut.
Pada kubus ABCD.EFGH, titik F berada di luar garis AC. F tidak dilalui oleh AC.

5 dari 24
b. Kedudukan Titik Terhadap Bidang
1) Titik terletak pada bidang
Sebuah titik dikatakan terletak pada suatu bidang, jika titik itu dilalui oleh bidang
tersebut.
Pada kubus ABCD.EFGH, titik A terletak pada bidang ACGE. A dilalui oleh ACGE.

2) Titik di luar garis


Sebuah titik dikatakan berada di luar suatu bidang, jika titik itu tidak dilalui oleh
bidang tersebut.
Pada kubus ABCD.EFGH, titik F berada di luar garis ACGE. F tidak dilalui oleh ACGE.

c. Kedudukan Garis Terhadap Garis Lain


1) Dua Garis Berpotongan
Dua buah garis dikatakan berpotongan, jika kedua garis itu terletak pada sebuah
bidang dan mempunyai sebuah titik persekutuan. Titik persekutuan itu disebut juga
titik potong.
Pada kubus ABCD.EFGH, garis AB dan garis BG berpotongan. AB dan BG keduanya
terletak pada bidang ABGH dan mempunyai satu titik persekutuan, yaitu titik B.

Catatan:
Jika dua buah garis mempunyai lebih dari satu titik persekutuan, maka kedua garis
itu dikatakan berimpit.

2) Dua Garis Sejajar


Dua buah garis dikatakan sejajar, jika kedua garis itu terletak pada sebuah bidang
dan tidak mempunyai titik persekutuan.
Pada kubus ABCD.EFGH, garis AB dan garis EF sejajar. AB dan EF keduanya
terletak pada bidang ABFE dan mempunyai satu pun titik persekutuan.

3) Dua Garis Bersilangan


Dua buah garis dikatakan bersilangan (titik berpotongan dan tidak sejajar), jika
kedua garis itu tidak dapat terletak pada sebuah bidang.
Pada kubus ABCD.EFGH, garis AB dan garis FH bersilangan. AB dan FH keduanya
tidak dapat ditunjukkan terletak pada satu bidang.

d. Kedudukan Garis terhadap Bidang


1) Garis Terletak Pada Bidang
Sebuah garis dikatakan terletak pada suatu bidang, jika garis dan bidang tersebut
sekurang-kurangnya mempunyai dua titik persekutuan.
Pada kubus ABCD.EFGH, garis AB terletak pada bidang ABFE. AB dan ABFE
mempunyai persekutuan di titik A dan titik B.

6 dari 24
2) Garis Sejajar Bidang

Sebuah garis dikatakan sejajar suatu bidang, jika garis dan bidang tersebut tidak
mempunyai titik persekutuan.
Pada kubus ABCD.EFGH, garis AB sejajar bidang EFGH. AB dan ABFE tidak
mempunyai satu pun titik persekutuan.

3) Garis Menembus Bidang

Sebuah garis dikatakan menembus suatu bidang, jika garis dan bidang tersebut
mempunyai sebuah titik persekutuan.
Pada kubus ABCD.EFGH, garis AB menembus bidang BEG. AB dan BEG mempunyai
sebuah titik persekutuan sekaligus sebagai titik tembus, yaitu titik B.

Bagaimana halnya keadaan garis DF dan bidang BEG? DF pasti menembus DEG.
Tapi dimana titik tembusnya?

Terlebih dahulu perhatikan cara melukis titik tembus suatu garis terhadap suatu
bidang. Berikut ini langkah-langkah yang diperlukan untuk melukis titik tembus
garis g pada bidang U.

Langkah 1 : pilih dan buat bidang yang melalui garis g, misalnya bidang V.
Langkah 2 : tentukan garis potong bidang U dan bidang V, yaitu (U,V).
Langkah 3 : tentukan titik tembus garis g pada bidang U, yaitu titik potong garis
g dengan (U,V).

Contoh

Pada kubus ABCD.EFGH, lukislah titik tembus garis DF pada bidang BEG!

Jawab

1. Kita pilih bidang BDHF yang melalui garis DF.


2. Misalkan P adalah titik potong EG dan FH, maka BP = (BEG,BDHF), yaitu garis
perpotongan bidang BEG dengan BDHF.
3. Titik tembus DF pada BEG adalah perpotongan DF dengan BP, yaitu titik Q.

H G
P
E F

D C

A B

7 dari 24
e. Kedudukan Bidang terhadap Bidang Lain

1) Dua Bidang Berpotongan

Dua buah bidang dikatakan berpotongan, jika kedua bidang itu memiliki sebuah
garis persekutuan.
Pada kubus ABCD.EFGH, bidang ABFE dan EFGH berpotongan. ABFE dan EFGH
mempunyai persekutuan berupa garis EF.

Catatan:
Jika dua buah bidang mempunyai lebih dari satu garis persekutuan atau setiap titik
pada satu bidang terletak pula pada bidang lain, maka kedua bidang itu dikatakan
berimpit.

2) Dua Bidang Sejajar

Dua buah bidang dikatakan sejajar, jika kedua bidang tidak mempunyai satu pun
titik persekutuan.
Pada kubus ABCD.EFGH, bidang AFH dan bidang BGD sejajar. AFH dan BGD tidak
mempunyai satu pun titik persekutuan.

3. Garis Tegaklurus Bidang

Telah dipahami bahwa dua buah garis dikatakan saling tegaklurus jika kedua garis itu
membentuk sudut 90°. Sebuah garis tegaklurus suatu bidang artinya garis itu menembus
bidang dan membentuk sudut 90°. Bagaimana memahaminya, perhatikan pengertian
garis tegaklurus bidang berikut.

“Sebuah garis g dikatakan tegaklurus pada sebuah bidang α, jika garis g tegaklurus pada
semua garis yang terletak pada biang α.”

Sifat:
Jika sebuah garis g tegaklurus pada dua buah garis yang berpotongan dan dua buah garis
itu terletak pada suatu bidang α, maka garis g akan tegaklurus pada setiap garis yang
terletak pada bidang α.

k Perhatikan gambar
o k ⊥ g, k ⊥ h, serta g dan h terletak pada bidang α,
m maka k ⊥ α.
g o Karena m dan n terletak pada bidang α serta k ⊥ α,
maka k ⊥ m dan k ⊥ n.

α h
n

8 dari 24
Contoh

H G
Q Pada kubus ABCD.EFGH:
E F

a. FH ⊥ ACGE
Bukti:
D C AE ⊥ EFGH ⎫ ⎫
⎬ ⇒ FH ⊥ AE⎪
FH pada EFGH⎭ ⎬ ⇒ FH ⊥ bidang yang memuat AE dan EG (FH ⊥ ACGE)
A B ⎪
EFGH persegi ⇒ FH ⊥ EG ⎭

b. FH ⊥ CE
Bukti:
FH ⊥ ACGE ⎫
⎬ ⇒ FH ⊥ CE
CE pada bidang ACGE⎭

c. CE ⊥ AFH
Bukti:
Dengan cara yang sama pada a : AF ⊥ ACGE⎫ ⎫
⎬ ⇒ AF ⊥ CE⎪
CE pada ACGE ⎭ ⎬ ⇒ CE ⊥ AFH

Sudah diperoleh pada b : FH ⊥ CE ⎭

4. Proyeksi

Yang dimaksud dengan proyeksi titik A pada garis g adalah titik di garis g sebagai kaki
ruas garis tegaklurus yang ditarik dari titik A ke g. Dan proyeksi titik A pada bidang α
adalah titik di bidang α sebagai kaki ruas garis tegaklurus yang ditarik dari titik A ke α.

Pada gambar (a), diperlihatkan proyeksi A pada garis g adalah A′, dinotasikan P(A, g)
= A′.

Pada gambar (b) diberikan garis g dan garis h berpotongan di titik L dan terletak pada
bidang α. Diketahui bahwa g ⊥ KL dan h ⊥ KL, sehingga KL ⊥ α. Proyeksi K pada
bidang α adalah L, dinotasikan P(K, α) = L.

A K

A′ g
L
α h
(a) (b)

9 dari 24
Contoh

Pada kubus ABCD.EFGH dengan gambar diperlihatkan, diperoleh:

a. P(E, AD) = A
H G
b. P(B, EF) = F K
E F

c. P(F, EG) = K L

d. P(A, EC) = L
D C
e. P(A, BCGF) = B
A B

f. P(H, ACGE) = K

Evaluasi

1. Diketahui titik P di luar garis a. Diberikan pernyataan-pernyataan berikut.


(1) Melalui P dapat dibuat hanya satu bidang yang sejajar a.
(2) Melalui P dapat dibuat hanya satu bidang yang tegaklurus a.
(3) Melalui P dapat dibuat hanya satu bidang yang ditembus a.
(4) Melalui P dapat dibuat hanya satu bidang yang memuat a.

Pernyataan yang benar adalah ....

A. (1), (2) dan (3)


B. (1) dan (3)
C. (2) dan (4)
D. (4) saja
E. (1), (2), (3) dan (4)

2. Diketahui a dan b adalah dua garis yang bersilangan. Diberikan pernyataan-


pernyataan berikut.
(1) Melalui a selalu dapat dibuat bidang yang tegaklurus terhadap b.
(2) Melalui a selalu dapat dibuat bidang yang ditembus b.
(3) Melalui a selalu dapat dibuat bidang yang memuat b.
(4) Melalui a selalu dapat dibuat bidang yang sejajar b.

Pernyataan yang benar adalah ....

A. (1), (2) dan (3)


B. (1) dan (3)
C. (2) dan (4)
D. (4) saja
E. (1), (2), (3) dan (4)

10 dari 24
3. Garis a ⊥ bidang A dan garis b ⊥ bidang B. Jika c adalah garis perpotongan A dan B,
maka ….
A. a⊥b
B. b⊥A
C. a⊥B
D. c ⊥ a dan c ⊥ b
E. a & b berpotongan

4. Diketahui limas T. ABCD dengan ABCD persegi. Diberikan pernyataan-pernyataan


berikut.
(1) TD ⊥ BC
(2) TA ⊥ BD
(3) TB ⊥ CD
(4) TB ⊥ AD
Jika TC ⊥ ABCD, maka pernyataan yang benar adalah ....
A. (1), (2) dan (3)
B. (1) dan (3)
C. (2) dan (4)
D. (4) saja
E. (1), (2), (3) dan (4)

5. Diberikan pilihan:
(1) sejajar
(2) tegaklurus
(3) berpotongan
(4) berimpit
Hasil proyeksi dua buah garis yang bersilangan pada sebuah bidang datar yang
mungkin adalah ....
A. (1), (2) dan (3)
B. (1) dan (3)
C. (2) dan (4)
D. (4) saja
E. (1), (2), (3) dan (4)

6. Bidang α dan bidang β saling berpotongan sepanjang garis g. Jika garis h tegaklurus
bidang α, maka ….
A. h⊥g
B. h // g
C. h⊥β
D. h // β
E. h memotong β

11 dari 24
7. Diketahui bidang U, garis g, dan garis h. Diberikan pernyataan-pernyataan berikut.
(1) Jika g ⊥ U dan h pada U, maka g ⊥ h
(2) Jika g // U dan h pada U, maka g // h
(3) Jika g // U dan h ⊥ U, maka g ⊥ h
(4) Jika g // U dan h // U, maka g // h
Pernyataan yang benar adalah ....
A. (1), (2) dan (3)
B. (1) dan (3)
C. (2) dan (4)
D. (4) saja
E. (1), (2), (3) dan (4)

8. Jika bidang α dan bidang β berpotongan tegaklurus, maka setiap garis di bidang α
akan tegaklurus ....
A. pada garis potong α dan β
B. pada setiap garis di bidang β
C. hanya pada dua garis di bidang β
D. hanya pada dua garis berpotongan di bidang β
E. pada setiap garis di bidang β yang tegaklurus garis potong α dan β

9. Dua bidang α dan β berpotongan, masing-masing tegaklurus pada bidang γ. Garis


potong antara α dan β akan terjadi ....
A. terletak di bidang γ
B. tegaklurus bidang γ
C. sejajar dengan bidang γ
D. sejajar dengan bidang β
E. menembus terhadap bidang α

10. Diketahui tiga bidang α, β, dan γ. Pernyataan berikut yang benar adalah ....
A. Jika α ⊥ β dan α ⊥ γ, maka β // γ
B. Jika α // β dan α // γ, maka β ⊥ γ
C. Jika α berpotongan dengan β dan α ⊥ β, maka γ tidak mungkin berpotongan
dengan β
D. Jika α berpotongan dengan γ dan β berpotongan dengan γ, maka α // β
E. semua pernyataan di atas benar

12 dari 24
B. Jarak Dalam Ruang

Definisi
Yang dimaksud dengan jarak antara dua buah bangun adalah panjang ruas garis
penghubung terpendek yang menghubungkan dua titik pada bangun-bangun tersebut.

1. Jarak titik P ke titik Q adalah panjang ruas garis PQ.


Contoh
a. Pada kubus ABCD.EFGH, jarak titik E ke garis G adalah panjang ruas garis EG. Jika
panjang rusuk kubus itu adalah r, maka EG = r√2.
Cara menghitung jarak E ke G atau panjang EG dapat diambil segitiga siku-siku
EFG.

G
EG = EF 2 + FG2
? = r√2 r = r2 + r2
=r 2
E F
r

b. Jarak titik P(x1, y1) ke titik Q(x2, y2) dapat digambarkan dengan menarik ruas garis
PQ.

Q(x2,y2)

y2 – y1

x 2 – x1
P(x1,y1)

Panjang PQ adalah:

d = PQ = (x2 − x1 )2 + (y2 − y1 )2
2. Jarak titik P ke garis g adalah panjang ruas garis penghubung P ke proyeksi titik P
pada garis g.
Contoh
a. Pada kubus ABCD.EFGH, jarak titik E ke garis AF adalah jarak E ke titik
perpotongan EB dan AF, sebut E′ = (EB,AF) maksudnya E′ sebagai persekutuan dua
garis EB dengan AF. EB tegaklurus AF, sehingga ruas garis EE′ tegaklurus AF.

13 dari 24
b. (UN 2005 P1-P11 01-31 No.27)
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk √3 cm dan titik T pada AD
dengan panjang AT = 1 cm. Jarak A ke BT adalah ....
A. 1/2 cm
B. 1/3 √3 cm
C. ½ √3 cm
D. 1 cm
E. 2/3 √3 cm

Jawab
D C
Perhatikan sisi ABCD.
T
BT = AB 2 + AT 2 = 3 + 1 = 2
1 d(A,BT)
d(A,BT) : AB = AT : BT
A √3 B
⇔ d(A,BT) = (AT : BT) ⋅ AB
= (1 : 2) ⋅ √3
= ½√3
Jadi jarak A ke BT adalah ½√3 cm. (C)

c. Jarak titik P(x1, y1) ke garis g ≡ ax + by + c = 0 dapat digambarkan dengan


menarik ruas garis PP′ dengan P′ pada garis g dan PP′ tegaklurus garis g. Titik P′
biasa dinamakan proyeksi titik P pada garis g. Jarak P ke g adalah: d = PP′ =
ax1 + by1 + c
a2 + b2

3. Jarak titik P ke bidang α adalah panjang ruas garis penghubung P ke proyeksi titik P
pada bidang α.

Contoh:
a. Pada kubus ABCD.EFGH, jarak titik E ke bidang AFH adalah jarak E ke garis
perpotongan ACGE dengan AFH, sebut AQ = (ACGE,AFH) dengan Q = (EG,FH).
Jarak E ke AFH adalah:
d(E,AFH) = d(E,AQ)
H G
E Q
Q
E F
d(E,AQ)

r E′

D C
A
A B

14 dari 24
b. Pada kubus ABCD.EFGH yang rusuknya r, jarak E bidang AFH adalah ⅓r√3.
Cara menghitung jarak E ke AFH dapat disimak pembahasan berikut.
E ½r√2 Q
AQ = AE2 + EQ2

= r2 + 2
4
r2
r E′

= 6
4
r2
1
A = 2
r 6

Segitiga AEQ sebangun dengan segitiga AE′E, diperoleh:


EE′ EQ
=
AE AQ
EQ
EE′ = × AE
AQ
1
2
r 2
= ×r
1
2
r 6
1
= ×r
3
1
= 3
r 3

4. Untuk garis g yang sejajar bidang α, jarak antara garis g ke bidang α adalah jarak
salah satu titik pada garis g terhadap bidang α.
5. Untuk dua bidang α dan β yang sejajar, jarak antara bidang α dan bidang β adalah
jarak salah satu titik pada bidang α ke bidang β.
6. Jarak antara garis g dan h yang bersilangan adalah panjang ruas garis penghubung
yang tegaklurus pada g dan h.
Contoh
Diberikan kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm. Jika Q adalah titik potong
EG dan FH, hitunglah jarak DH ke AQ

Jawab:
H G HQ tegaklurus DH
Q HQ tegaklurus AQ
E F Jadi HQ adalah jarak DH ke AQ

d(DH,AQ) = HQ
= ½HF
= ½ × 6√2
D C = 3√2
Jadi jarak DH ke AQ adalah 3√2 cm.
A B

15 dari 24
Evaluasi

1. Diketahui balok ABCD.EFGH, AB = BC = 2 cm dan AE = 1 cm. Jarak titik A ke G


adalah ….
A. √3 cm
B. √5 cm
C. √7 cm
D. 3 cm
E. 5 cm
2. ABCD.EFGH sebuah kubus dengan rusuk 2 cm. P dan Q berturut-turut titik tengah
rusuk AB dan FG. Jarak P ke Q adalah ....
A. √3 cm
B. √5 cm
C. √6 cm
D. √7 cm
E. √8 cm
3. Panjang setiap rusuk limas segiempat beraturan T.ABCD adalah 16 cm. Jika P
pertengahan AT dan Q pertengahan BC, maka jarak P ke Q adalah ....
A. 8√2 cm
B. 8√3 cm
C. 8√6 cm
D. 12√2 cm
E. 12√3 cm
4. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk a. Jika titik P terletak pada
perpanjangan AB sehingga PB = 2a dan titik Q pada perpanjangan FG sehingga QG =
a, maka PQ = ….
A. a√5
B. 2a√2
C. 4a
D. 3a
E. a√7
5. Diketahui panjang rusuk kubus ABCD.EFGH adalah a. Jarak titik A ke garis DF adalah
....
A. ½a√6
B. 1/3 a√6
C. ¼a√6
D. 1/5a√6
E. 1/6a√6

16 dari 24
6. Panjang rusuk kubus ABCD.EFGH 6 cm. Jarak titik H ke garis DF adalah ....
A. 3√6 cm
B. 2√6 cm
C. √6 cm
D. 2√3 cm
E. √3 cm

7. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk √5 cm dan titik T pada AD


dengan panjang AT = 2 cm. Jarak A ke BT adalah ....
A. 2/5 cm
B. 1/5 √5 cm
C. 2/5 √5 cm
D. 2/3 √5 cm
E. 2 cm

8. Jarak antara titik C dengan bidang BDG pada kubus ABCD.EFGH yang panjang
rusuknya 6 cm adalah ….
A. 3√2 cm
B. 2√6 cm
C. √6 cm
D. √3 cm
E. 2√3 cm

9. Limas A.BCD beraturan, AB = 6√2 cm dan BC = 12 cm. Jarak titik A ke bidang BCD
adalah ....
A. 3√2 cm
B. 2√6 cm
C. 6 cm
D. 4√3 cm
E. 8 cm

10. Alas limas T.ABCD adalah persegi panjang ABCD, TA = TB = TC = TD = 13 cm, AB =


8 cm, dan BC = 6 cm. Jarak titik T ke bidang ABCD adalah ....
A. 7 cm
B. 8 cm
C. 9 cm
D. 10 cm
E. 12 cm

17 dari 24
C. Sudut

1. Sudut Antara Dua Garis

a. Sudut Antara Dua Garis Yang Berpotongan


Misalkan garis g berpotongan dengan garis h di titik P. Ambil sembarang titik A pada
garis g dan sembarang titik B pada garis h. Besar sudut yang dibentuk kedua garis itu
adalah ∠APB, dinotasikan ∠(g,h) = ∠APB.

g
A

P h
B

b. Sudut Antara Dua Garis Bersilangan

Untuk menentukan sudut yang dibentuk oleh dua garis yang bersilangan dapat
menggunakan sifat tentang dua sudut yang sma besar.

Sifat:
Dua sudut dikatakan sama besar, jika kaki-kaki kedua sudut itu sejajar dan searah.

Untuk dua garis g dan garis h bersilangan, sebut g terletak pada bidang α dan garis h
menembus bidang α. Untuk menentukan besar sudut yang dibentuk oleh g dan h
dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

• Ambil sembarang titik P pada bidang α.


• Melalui titik P, buatlah garis g′ sejajar dengan garis g dan garis h′ sejajar dengan h.
• Sudut yang dibentuk oleh garis g′ dan garis h′ ditetapkan sebagai sudut antara
garis g dan garis h.

h h′

P g′

g
α

18 dari 24
Contoh soal

Panjang rusuk kubus ABCD.EFGH adalah a. P, Q dan R berturut-turut adalah titik


tengah BF, CD dan AD. Jika α sudut EP dan QR, hitunglah nilai tan α!

Jawab

H G

E F

S P
D Q C
R
A B

Dari gambar diperoleh SB//EP dan BT//QR. Sehingga:


α = ∠(EP,QR)
= ∠(SB,BT)
= ∠SBT

Karena:
a2
BS = a2 + = ½a√5
4
BT = a2 + a2 = a√2
a2
ST = a2 + = ½a√5
4

BS2 + BT 2 − ST 2
Maka: cos α =
2 ⋅ BS ⋅ BT

5
4
a2 + 2a2 − 5
4
a2
=
1
2⋅ 2
a 5 ⋅a 2

2
=
10

2
10 − 22 1
Jadi tan α = = 2
6
2

19 dari 24
c. Sudut Antara Garis dan Bidang yang Berpotongan

Sudut antara garis g dan bidang α adalah sudut lancip yang dibentuk oleh garis g
dengan proyeksinya pada bidang α.
Contoh Soal
Diketahui limas segitiga beraturan T.ABC, TA = 6√3 cm dan AB = 6 cm. Sudut yang
dibentuk oleh TC dan ABC adalah α. Hitunglah nilai tan α!
Jawab
Dari yang diketahui pada soal, kita dapat melukis sketsa limas sebagai berikut.
T
T
6√3 cm

α C 3√11 cm
6√3 cm

A 6 cm
α
D D 3√3 cm C
3 cm
B
Sudah diketahui AB = BC = AC = 6 dan TA =TB =TC = 6√3 cm

Diperoleh: TD = (6 3 ) − 3
2
2
cm

= 108 − 9 cm
= 99 cm
= 3 11 cm

α = ∠(TC,ABC)
= ∠(TC,CD) = ∠TCD

DC2 + TC 2 − TD 2 ( ) ( ) ( )
3 3 + 6 3 − 3 11
2 2 2
27 + 108 − 99 36 1
cos α =
2 ⋅ DC ⋅ TC
=
2⋅ 3 3 ⋅ 6 3( )( ) =
108
=
108
=
3

Karena cos α = ⅓, maka dapat dibuat segitiga dengan ukuran sebagai berikut.

3 3 2 − 12 = 8
=2 2
α
1
Jadi nilai tan α = 2√2

20 dari 24
d. Sudut Antara Dua Bidang

Sudut antara dua bidang yang berpotongan adalah sudut yang dibentuk oleh dua garis
yang berpotongan (sebuah garis pada bidang pertama dan sebuah garis lagi pada
bidang yang kedua), garis-garis itu tegaklurus terhadap garis potong antara kedua
bidang tersebut.

Contoh soal

1. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan rusuk 4 cm. Titik P dan Q masing-masing


terletak pada pertengahan CG dan HG. Sudut antara ABFE dan bidang BPQE adalah
α, Hitunglah nilai tan α!
Jawab

H Q G
F 4 G 4 T
E F S
2√2
P S
R
α
R
D C

A B

Terdapat bidang ADGF yang tegaklurus ABFE dan BPQE.

Diperoleh FA = (ABFE,ADGF) dan RS = (BPQE,ADGF).

α = ∠(ABFE , BPQE)
= ∠((ABFE,ADGF) , (BPQE,ADGF))
= ∠(FA , RS)
= ∠FRS

Jadi tan α = 8/2√2 = 2√2

21 dari 24
2. Pada bidang empat T.ABC, bidang alas ABC merupakan segitiga sama sisi, TA
tegaklurus pada bidang alas, panjang TA sama dengan 1 dan besar sudut TBA
adalah 30°. Jika α adalah sudut antara bidang TBC dan bidang alas, hitunglah nilai
tg α!

Jawab

1 C

α
A D
30°
B

Sebut D di tengah-tengah BC, sehingga TAD ⊥ TBC dan TAD ⊥ ABC.


Sudut yang dibentuk oleh TBC dan ABC adalah sudut yang dibentuk oleh garis
perpotongan (TAD,TBC) = TD dan (TAD,ABC) = AD.

∠ (TBC,ABC) = ∠((TAD,TBC),(TAD,ABC))
= ∠(TD,AD)
= ∠TDA

TA
Dari ∆TAB diperoleh: AB = = √3
tan 30°

Dari ∆ABC diperoleh:


AD = AB sin C
= √3 ⋅ sin 60°
= 3/2
α = ∠TDA

TA 1 2
Jadi tan α = = 3 =
AD 2 3

22 dari 24
Evaluasi

1. Besar sudut antara BG dan FH pada kubus ABCD.EFGH adalah ….


A. 30°
B. 45°
C. 60°
D. 75°
E. 90°

2. θ adalah sudut antara AG dan AD pada kubus ABCD.EFGH. Maka nilai cos θ = ….
A. ½
B. ½√2
C. √2
1
D. /3√3
E. √3

3. Panjang rusuk kubus ABCD.EFGH adalah a. P, Q, dan R berturut-turut adalah titik


tengah BF, CD, dan AD. Jika α sudut antara EP dan QR, maka tan α = ….
1
A. /3√3
B. ½√3
C. ½√6
1
D. /3√6
7
E. /6√6

4. Limas T.ABCD beraturan dengan AB = 3 cm dan AT = √6 cm. Besar sudut antara TB


dengan bidang ABCD adalah ….
A. 25°
B. 30°
C. 45°
D. 60°
E. 75°

5. Pada kubus ABCD.EFGH, ∠(AH, CDEF) = ….


A. 15°
B. 30°
C. 45°
D. 60°
E. 75°

23 dari 24
6. Pada kubus ABCD.EFGH, ∠(AH, ACGE) = ….
A. 15°
B. 30°
C. 45°
D. 60°
E. 75°

7. Limas P.QRS beraturan dengan QR = a cm dan PQ = a√3 cm. Sudut antara garis PS
dan bidang QRS adalah α, maka cos α = ….
1
A. /6
1
B. /6√3
1
C. /3
1
D. /3√3
2
E. /3

8. Limas A.BCD beraturan dengan BC = a cm dan AB = a√3 cm. Sudut antara garis AB
dan bidang BCD adalah α, maka sin α = ….
1
A. /3
2
B. /3
1
C. /3√2
1
D. /3√5
2
E. /3√2

9. Sudut antara bidang ABCD dan bidang ACH pada kubus ABCD.EFGH adalah α, maka
cos α = ….
1
A. /3√6
B. ½√2
1
C. /3√3
1
D. /3√2
E. √3

10. Sudut antara bidang ABCD dan bidang BEG pada kubus ABCD.EFGH adalah α, maka
sin α = ….
1
A. /3√6
B. ½√2
1
C. /3√3
1
D. /3√2
E. √3

24 dari 24

Anda mungkin juga menyukai