Perencanaan Link Transmisi Radio Paket M
Perencanaan Link Transmisi Radio Paket M
Perencanaan Link Transmisi Radio Paket Microwave Perangkat CERAGON FibeAir 1528hp untuk PT
Telkom, Tbk Area Riau Daratan dan Riau Kepulauan
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat Kelulusan Program Sarjana Teknik Telekomunikasi Fakultas Elektro dan
Komunikasi Institut Teknologi Telkom
DARMAWAN SETIABUDI
111040045
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Telah disetujui sebagai Syarat Kelulusan Pendidikan Program Sarjana Teknik Telekomunikasi
Fakultas Elektro dan Komunikasi Institut Teknologi Telkom
Pembimbing I
Pembimbing II
Hendi Evany W, ST
NIK : 94690125-4
NIK : 8006002
Nama
: Darmawan Setiabudi
NIM
: 111040045
Alamat
: drakulic_slo@yahoo.com
Merupakan karya orisinil saya sendiri. Atas pernyataan ini, saya siap menganggung resiko / sanksi
yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap kejujuran
akademik atau etika keilmuan dalam karya ini, atau ditemukan bukti yang menunjukan ketidak aslian
karya ini
Bandung, 14 Februari 2011
Darmawan Setiabudi
111040045
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ...................................................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. iii
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
Batasan Masalah ................................................................................................................ 2
Metode Penelitian .............................................................................................................. 3
Sistematika Penulisan ....................................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................................... 4
Komunikasi Gelombang Radio ........................................................................................ 4
Propagasi Gelombang pada Sistem Komunikasi Radio ............................................. 4
Pengaruh atmosfer terhadap pada propagasi gelombang radio .................................... 10
Perhitungan power link budget ............................................................................... 13
Availibility ............................................................................................................. 16
Perbaikan Sistem (Sistem Diversitas) ............................................................................. 17
BAB III PERENCANAAN LINK RADIO ................................................................................ 19
Tahap Tahap Perencanaan ...................................................................................... 19
Inisialisasi ............................................................................................................... 19
Site Planning .................................................................................................................... 20
Pemilihan Subsistem Radio ............................................................................................ 25
Power Link Budget ......................................................................................................... 28
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Alloh SWT karena berkat Rahman serta
Rahim_Nya penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya.
Tak lupa Salawat serta Salam semoga senantiasa terlimpahkan kehadirat Nabi Muhammad
SAW pembawa terang dari jaman kegelapan, yang mengenalkan dalam nikmat iman Islam.
Tak lupa juga penulis haturkan terima kasih pada Bapak Uke Kurniawan Usman, Ir.,MT sebagai
pembimbing 1 dan Bapak Hendi Evany W, ST ., sebagai pembimbing 2 pada tugas akhir penulis yang
berjudul Perencanaan Link Transmisi Radio Paket Microwave Perangkat CERAGON FibeAir
1528hp untuk PT Telkom, Tbk Area Riau Daratan dan Riau Kepulauan.
Penulis menyusun Tugas Akhir sebagai syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan
pendidikan tahap sarjana Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Telekomunikasi.
Penulis harapkan Tugas Akhir ini dapat menjadi salah satu referensi sehingga mampu
memberikan manfaat bagi dunia telekomunikasi umumnya dan pembaca khususnya. Kritik dan
saran penulis harapkan.
Penulis
Selama proses menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis mengalami berbagai hambatan dan
rintangan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihakpihak yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini:
1. Syukur hamba pada Alloh SWT yang telah mengaruniakan segala kasih sayang yang tak terkira
dan tak ada duanya. Syukur hamba telah mengijinkan hamba hadir kedunia dengan harapan
dapat bermanfaat sehingga hamba tidak merasa malu jika hamba kembali pada-Mu kelak.
2. Teruntuk Ayah dan Ibu tercinta terima kasih telah menghadirkan ke dunia. Terima kasih telah
memberi dorongan dengan doa. Terima kasih atas kesabaran, kebijaksanaan, kasih sayang yang
tidak pernah ternilai harganya. Terima kasih atas segalanya semoga Alloh SWT selalu
memberikan kebahagian tiada terkira di dunia dan mengumpulkan kelak di surga-Nya yang
paling indah.
3. Teruntuk adik-adikku tersayang Isnan, Adit dan Azi. Terima kasih atas dukungan yang diberikan.
4. Teruntuk Bapak Uke Kurniawan Usman, Ir.,MT dan Hendi Evany W, ST yang dengan sabarnya
membimbing saya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Teruntuk keluargaku di kost GBA Playgroup: Mas Febru, Mas Masud, Mas Teguh, Surya
mandra Wijaya, Iwanquinta, Juang, Wewek, Bangga, Fauji, Ucup mahox, Pras, Mie, Egar Tegal,
Yanto, Oli & Pay. Terima kasih atas kebersamaan selama ini.
6. Teruntuk pihak-pihak yang belum penulis sebutkan yang telah memberikan dukungan, penulis
sampaikan terima kasih yang tidak terkira.
7. Untuk semuanya penulis sampaikan terima kasih yang tak terkira, semoga Alloh SWT
membalasnya dengan kemulyaan dan kebahagiaan.
ABSTRAK
Teknik komunikasi dengan menggunakan frekuensi radio dianggap mampu
memenuhi tantangan sistem telekomunikasi saat ini, dimana mampu menangani jumlah
pelanggan yang banyak. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk dan bertambahnya
penggunaan media transmisi frekuensi radio, maka timbul permasalahan. Dengan
bertambahnya jaringan, maka bertambah pula penggunaan frekuensi radio. Hal ini dapat
menyebabkan masalah antara lain gangguan dari frekuensi yang saling berdekatan
(interference).
Tugas akhir ini merencanakan pembangunan link transmisi pada PT Telkom, Tbk area
Riau Daratan dan Riau Kepulauan dengan menggunakan software pathloss. Perangkat radio
yang digunakan adalah CERAGON FibeAir 1528hp. Langkah langkah perencanaannya
meliputi : inisialisasi, site planning, pemilihan sub-system radio,power link budget, evaluasi
hasil perencanaan, rekonfigurasi, dan konfigurasi akhir. Sedangkan arameter yang akan
dianalisa dalam tugas akhir ini meliputi line of sight , Power Link Budget , dan performansi
hasil perencanaan.
Berdasarkan hasil perencanaan link radio paket microwave untuk Riau Daratan dan
Riau Kepulauan didapatkan bahwa semua link dalam kondisi LOS dengan space tower yang
sudah ada. Seperti didapatkannya tinggi antena untuk Selat Panjang Penyengat setinggi 75
m. Nilai RSL Rth untuk semua link seperti yang terlihat untuk kasus link Selat Panjang
Penyengat didapatkan nilai RSL -32,85 dBm dan level daya threshold (Rth) -69 dBm.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hanya link Siak Penyengat yang telah memenuhi
standar availibility sebesar 99,995%, sehingga memerlukan perbaikan sistem dengan space
diversity untuk link- link yang lain agar terpenuhi availibility yang ditargetkan. Dengan
space diversity semua link dapat mencapai standar yang diinginkan dengan link Selat Panjang
Penyengat memiliki availibility 99,999,67%
ABSTRACT
Technical communication using radio frequencies are considered able to meet the
challenges of the current telecommunication system, which can handle a lot of customers.
Along with the growing population and increasing use of radio frequency transmission
medium, then problems arise. With increasing network, it also increased the use of radio
frequencies. This can cause problems such as interference from adjacent frequencies
(interference).
In This final projects using pathloss software as a planning tool for the transmission
link in PT Telkom, Tbk area Riau and Riau Islands. The planning steps include: initialization,
site planning, the selection of radio sub-system, power link budget, evaluating the results of
planning, reconfiguration, and the final configuration.This planning also use Radio device
CERAGON FibeAir 1528hp. The parameters analyzed in this thesis include the line of sight,
Power Link Budget, and performance.
Based on the results of planning, microwave packet radio link to Riau Daratan and Riau
Kepulauan, it was found that all the links in LOS conditions such as obtaining a high antenna
for Selat Panjang - Penyengat as high as 75 m. RSL value RTH for all the links as seen in
the case of Selat Panjang - Penyengat link obtain the RSL = -32.85 dBm and the power level
threshold (RTH) = -69 dBm. Based on the result is obtained only link Siak - Penyengat which
meets the standards and availibility of 99.995%, while for the other link has not been meets the
standards. To obtain standard availibility should be improved by using space diversity system.
With space diversity all the links to reach the standard such as Selat Panjang - Penyengat link
have availibility 99,999,67%
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar perencanaan link radio area Riau Daratan dan Riau Kepulauan ...... 20
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Gambar 3.9
IDU ............................................................................................................... 27
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10 worksheet pathloss Sei Apit - Siak setelah space diversity ........................... 43
Gambar 4.11 Full report Sei Apit - Siak .............................................................................. 44
Gambar 4.12 Print Profile Sei Apit - Bengkalis ................................................................... 45
Gambar 4.13 worksheet pathloss Sei Apit - Bengkalis ........................................................ 47
Gambar 4.14 worksheet pathloss Sei Apit - Bengkalis setelah space diversity ................... 48
Gambar 4.15 Full report Sei Apit - Bengkalis ..................................................................... 49
Gambar 4.16 Print Profile Tanjung Baru Bukit pongkar................................................... 50
Gambar 4.17 worksheet pathloss Tanjung Baru Bukit pongkar........................................ 52
Gambar 4.18 worksheet pathloss Tanjung Baru Bukit pongkar setelah space diversity .. 53
Gambar 4.19 Full report Tanjung Baru Bukit pongkar ..................................................... 54
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 4.1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sistem komunikasi radio pada saat ini telah mulai banyak dipakai dan telah
berkembang aplikasinya. Hal ini dikarenakan fungsi radio sebagai salah satu media transmisi
komunikasi yang mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan media trannsmisi lain
seperti kabel dan serat optik. Keunggulan itu diantaranya biaya instalasi yang mudah dan
murah, area cakupan yang luas serta pembangunannya yang dapat dicicil.
Telkom sebagai salah satu operator telekomunikasi di Indonesia dituntut untuk
meningkatkan layanan dalam kualitas suara dan data. Untuk memberikan pelayanan yang
semakin baik, maka perlu dioptimalkan layanan yang sudah ada maupun layanan yang akan
dibuat.
Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk dan bertambahnya penggunaan
media transmisi frekuensi radio ini, maka timbul permasalahan. Dengan bertambahnya
jaringan, maka bertambah pula penggunaan frekuensi radio. Hal ini dapat menyebabkan
masalah antara lain gangguan dari frekuensi yang saling berdekatan (interference). Untuk
mengatasi masalah interference diperlukan suatu perencanaan yang matang dalam pemakaian
frekuensi radio. Selain itu, perlu untuk memperhatikan jarak transmisi dan kondisi baik
topografi area dan iklim area dimana jalur media transmisi akan dipasang.
Pemahaman mengenai topologi dan kondisi cuaca, serta parameter yang
mempengaruhi media transmisi microwave ini, perlu ditunjang dengan pemahaman piranti
yang akan dipasang. Dengan adanya pemahaman terhadap pentingnya kebenaran dalam
perhitungan parameter jalur microwave, dan pemahaman tentang tipe radio yang, akan
dipasang diharapkan jalur transmisi microwave yang dirancang memiliki keandalan yang
tinggi. Dengan keandalan yang tinggi, tentunya jalur transmisi tersebut layak untuk
digunakan
1.2
Tujuan Penulisan
Penyusunan tugas akhir ini bertujuan
1. Membuat perencanaan pembangunan link transmisi sistem komunikasi gelombang
radio area Riau Daratan dan Riau Kepulauan
2. Menganalisa Line of Sight (LOS) semua link transmisi
3. Menghitung Power Link Budget untuk semua link transmisi
4. Menganalisa performansi hasil perencanaan
1.3
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang muncul dalam tugas akhir ini adalah:
1. Bagaimana melakukan perencanaan link transmisi pada daerah Riau daratan dan
Riau kepulauan sehingga memenuhi standar ITU-G 826
2. Perhitungan dan analisa parameter link berdasarkan data real di lapangan melalui
perhitungan teoritis dan menggunakan software yang ada.
3. Perhitungan power link budget, penentuan perangkat, tinggi antena, agar resource
yang dibutuhkan minimum
1.4
Batasan Masalah
1. Media transmisi yang dibahas adalah media transmisi udara dengan penggunaan
frekuensi radio 8 GHz
2. Perangkat radio yang dipergunakan yaitu perangkat CERAGON Fibeair 1528
3. Link yang akan direncanakan merupakan jaringan high capacity
4. Analisis jalur transmisi pada perhitungan line of sight, link budget jalur terestrial
microwave point to point.
5. Perencanaan link transmisi dilakukan menggunakan software Pathlos 4.0
6. Tidak membahas signalling
7. Tidak membahas masalah cost
1.5
Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah
1. Studi literatur mempelajari konsep-konsep dan teori-teori tentang radio microwave
yang dapat mendukung dalam penyusunan tugas akhir ini.
2. Mengumpulkan data lapangan dan data perangkat yang digunakan kemudian
dikaji dan dianalisa
3. Konsultasi dengan pembimbing untuk mengetahui metode perancangan yang tepat
berdasarkan kondisi yang ada di lapangam
4. Melakukan perhitungan teoritis dari data data yang ada.
1.6
Sistematika Penulisan
Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika berikut ini :
1. Bab I
Pendahuluan
Dasar Teori
Pada bab ini berisi dasar teori yang mendukung dan mendasari penulisan tugas
akhir ini.
3. Bab III
Dalam bab ini dibahas tentang data lapangan berupa letak geografis, alokasi
frekuensi, dan juga spesifikasi perangkat serta tahapan yang dilakukan pada
penentuan site planning hingga diperoleh hasil yang diinginkan.
4. Bab IV
Dalam bab ini dibahas hasil analisa hasil perancangan yang dilakukan berupa
tinggi antena, analisis power link budget, dan performansinya
5. Bab V
Penutup
Bab ini berisi kesimpulan terhadap hasil yang telah diperoleh dan berisi saransaran yang mungkin dapat dikembangkan ke depannya.
BAB II
DASAR TEORI
2.1
melainkan menggunakan udara atau ruang angkasa sebagai bahan penghantar. Secara garis
besar sistem ini adalah sebuah pemancar Tx yang memancarkan dayanya menggunakan
antena ke arah tujuan, sinyal yang dipancarkan berbentuk gelombang elektromagnetis. Pada
penerima gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sebuah antena yang sesuai. Sinyal
yang diterima kemudian diteruskan ke sebuah pesawa penerima Rx.
Gelombang elektromagnet pertama kali diturunkan oleh Maxwell dalam rumusrumusnya. Kemudian dikembangkan oleh Hertz, yang menunjukkan bahwa energi dapat
disalurkan dalam bentuk elektromagnet. Gelombang elektromangnet dicirikan oleh
frekuensinya. Dimana kecepatan penjalarannya rata-rata 300.000 km/detik. Panjang
gelombangnya dapat dihitung : (f dalam Hertz)
2.2
Seperti kita ketahui, bahwa dalam pentransmisian sinyal informasi dari satu tempat ke
tempat lain dapat dilakukan melalui beberapa media, baik media fisik, yang berupa
kabel/kawat (wire) maupun non-fisik (bukan kabel/kawat), yang lebih dikenal dengan
wireless, seperti halnya udara bebas.
Dengan beberapa pertimbangan teknis dan terutama ekonomis, untuk komunikasi
pentransmisian gelombang dalam jarak yang jauh, akan lebih efisien apabila menggunakan
udara bebas sebagai media transmisinya. Hal ini memungkinkan karena gelombang radio atau
RF (radio frequency) akan diradiasikan oleh antena sebagai matching device antara sistem
pemancar dan udara bebas dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetik. Gelombang ini
merambat atau berpropagasi melalui udara dari antena pemancar ke antena penerima yang
jaraknya bisa mencapai beberapa kilometer, bahkan ratusan sampai ribuan kilometer.
ionosfir ini disebut sebagai gelombang ionosfir (ionospheric wave) atau juga disebut
gelombang langit (sky wave).
Gelombang ionosfir terpancar dari antena pemancar dengan suatu arah yang
menghasilkan sudut tertentu dengan acuhan permukaan bumi. Dalam perjalanannya, bisa
melalui beberapa kali pantulan lapisan ionosfir dan permukaan bumi, sehingga jangkauannya
bisa mencapai antar pulau, bahkan antar benua. Aksi pembiasan pada lapisan ionosfir dan
permukaan bumi tersebut disebut dengan skipping .
Ionosfir adalah nama yang benar-benar sesuai, karena lapisan ini tersusun dari
partikel-partikel yang terionisasi. Lintasan ini tidak terkontrol dan bervariasi terhadap waktu,
musim dan aktivitas matahari. Kerapatan pada bagian yang paling atas adalah sangat rendah
dan semakin ke bawah, makin tinggi kerapatannya. Bagian yang lebih atas mengalami radiasi
matahari yang relatif lebih kuat. Radiasi ultraviolet dari matahari menyebabkan udara yang
terionisasi menjadi ion-ion positip, dan ion-ion negatip. Sekalipun kerapatan molekul udara
di bagian atas ionosfir kecil, namun partikel-partikel udara di ruang angkasa mempunyai
energi yang sedemikian tinggi pada daerah tersebut. Sehingga menyebabkan ionisasi dari
molekul-molekul udara bisa bertahan lama. Ionisasi ini meluas ke bagian bawah di seluruh
lapisan ionosfir dengan intensitas yang lebih rendah. Karena itu, derajat paling tinggi terjadi
proses ionisasi adalah bagian paling atas dari ionosfir, sedangkan derajat ionisasi terendah
terjadi pada bagian paling bawah.
Lapisan ionospher terdiri dari beberapa/bermacam-macam lapisan yang terionisasi
kira-kira ketinggian 40 400 km (25 mil 250 mil) di atas permukaan bumi. Ionisasi ini
disebabkan oleh radiasi sinar ultraviolet dari matahari yang mana lebih terasa pada siang hari
dibandingkan pada malam hari.
Lapisan D
Lapisan E
Tergantung pada frekw dan kekuatan lapisan E, suatu sinyal dapat dibiaskan ataupun
dapat diteruskan ke lapisan F
Pada malam hari lsinyal dapat melewati lap ini, karena pada malam hari lapisan ini
menyusut.
Lapisan F
juta dari daya yang dipancarkan. Disini jelas diperlukan daya pemancar yang sangat besar,
dan penerima yang sangat peka. Selain itu, proses hamburan mengalami dua macam fading.
Yang pertama, fading yang disebabkan oleh transmisi dengan banyak lintasan (multipath
fading ) yang bisa timbul beberapa kali dalam 1 menit. Yang kedua, fading yang disebabkan
oleh perubahan atmosfir, tetapi lebih lambat dari yang pertama, yang mengakibatkan
perubahan level/kuat gelombang yang diterima. Meskipun sistem propagasi radio dengan
menggunakan hamburan lapisan ini memerlukan daya yang sangat besar dan perlunya
diversiti, penggunaan siste m ini telah tumbuh pesat sejak pemakaian pertamanya tahun 1955.
Karena sistem ini memberikan jarak jangkau jauh yang handal di daerah-daerah seperti
padang pasir dan daerah-daerah seperti padang pasir dan daerah pegunungan dan antar pulau.
Jaringan ini digunakan untuk komunikasi suara dan data dalam militer dan komersial.
2.2.4 Propagasi Gelombang Mikro
Macam propagasi gelombang yang dipilih dalam sistem komunikasi radio
dipengaruhi oleh frekuensi radio dan sistem komunikasi radio yang digunakan. Jika dilihat
dari frekuensi radio yang digunakan maka propagasi gelombang yang umum digunakan
adalah sebagai berikut :
a. Gelombang permukaan, merambat relatif dekat dengan permukaan bumi jika
dibandingkan terhadap panjang gelombangnya.
b. Gelombang ruang, merupakan resultante antara gelombang langsung dan gelombang
pantul. Merambat relatif jauh dengan permukaan bumi jika dibandingkan dengan
panjang gelombangnya. Contohnya pada frekuensi radio > 1 GHz (yang dikenal
gelombang mikro).
Termasuk dalam dalam komunikasi gelombang ruang ini adalah :
utama dari propagasi ini. Jarak jangkauannya sangat terbatas, kira-kira 30 50 mil per link,
tergantung topologi daripada permukaan buminya. Dalam praktek, jarak jangkaunya
sebenarnya adalah 4/3 dari line of sight (untuk K = 4/3), karena adanya faktor pembiasan oleh
atmosfir bumi bagian bawah.
Propagasi line of sight, disebut dengan propagasi dengan gelombang langsung (direct
wave), karena gelombang yang terpancar dari antena pemancar langsung berpropagasi
menuju antena penerima dan tidak merambat di atas permukaan tanah. Oleh karena itu,
permukaan bumi/tanah tidak meresamnya. Selain itu, gelombang jenis ini disebut juga
dengan gelombang ruang (space wave), karena dapat menembus lapisan ionosfir dan
berpropagasi di ruang angkasa.
Propagasi jenis ini garis pandang merupakan andalan sistem telekomunikasi masa kini
dan yang akan datang, karena dapat menyediakan kanal informasi yang lebih besar dan
keandalan yang lebih tinggi, dan tidak dipengaruhi oleh fenomena perubahan alam, seperti
pada propagasi gelombang langit pada umumnya.
Band frekuensi yang digunakan pada jenis propagasi ini sangat lebar, yaitu meliputi
band VHF (30 300 MHz), UHF (0,3 3 GHz), SHF (3 30 GHz) dan EHF (30 300
GHz), yang sering dikenal dengan band gelombang mikro (microwave).
Aplikasi untuk pelayanan komunikasi, antara lain : untuk siaran radio FM, sistem
penyiaran televisi (TV), komunikasi bergerak, radar, komunikasi satelit, dan penelitian ruang
angkasa.
2.3
sebagainya. Dalam sistem komunikasi seluler digunakan udara (atmosfer) sebagai media
penghantar informasi. Karena udara terdiri dari komponen komponen yang tidak ideal, maka
komponen ini akan menyebabkan ducting, refraksi, dan redaman terhadap sinyal yang akan
dipropagasikan.
a. Ducting
Ducting umumnya terjadi karena anomali perubahan suhu atau kelembaban atmosfer
terhadap ketinggian atmosfer dari permukaan bumi.
b. Refraksi
Refraksi (pantulan) gelombang radio diakibatkan perubahan karakteristik atmosfer
(index bias udara) terhadap ketinggian atmosfer mengakibatkan lintasan propagasi
gelombang radio melengkung ke bumi. Hubungan antara kelengkungan bumi dan
Pada kondisi atmosfir normal, dalam perhitungan radius bumi ekuivalen biasanya
digunakan K = 4/3. Bila kita menggunakan K = 4/3 dan dengan mengalikan radius bumi yang
sesungguhnya dengan harga K tersebut, maka pada waktu memetakan lintasan propagasi
gelombang, kita dapat memodifikasi kurvatur bumi sedemikian rupa, sehingga lintasan radio
dapat digambarkan secara garis lurus (straight line). Gambar 2.2 menunjukkan hasil
modifikasi kurvatur bumi untuk radius bumi ekuivalen untuk harga K = 4/3, yang disebut
dengan Profile Lintasan atau Path Profile K = 4/3.
Berdasarkan Gambar dan keterangan di atas, F1 disebut sebagai radius daerah Fresnel
pertama , yang dirumuskan dengan:
(meter)
(2.1)
Dimana :
F1
d1
d2
d, sehingga :
(meter)
(2.2)
(2.3)
Sedangkan untuk untuk radius daerah Fresnell kedua, daerah Fresnel ketiga, dan seterusnya
seperti diilustrasikan pada gambar 2.2. dinyatakan dengan rumusan berikut :
(meter)
(2.4)
(2.5)
(2.6)
(2.7)
dimana :
F1
d1
d2
= d1 + d2
hc
memastikan bahwa level daya penerimaan lebih besar atau sama dengan level daya threshold.
Level daya threshold sendiri diartikan sebagai level daya minimum yang diperlukan agar
sistem penerima dapat bekerja dengan baik sesuai dengan QoS (Quality of Service) yang
dipersyaratkan.
Tujuan dalam tahap perencanaan power link budget adalah merencanakan kebutuhan
daya suatu sistem komunikasi radio sehingga kualitas sinyal di penerima memenuhi standar
sesuai dengan jenis layanan informasi dan terjamin kualitas sinyal tersebut selama waktu
pelayanan, sesuai dengan kehadalan yang harus dipenuhi oleh sistem komunikasi tersebut.
Parameter yang harus diperhatikan dalam perhitungan kebutuhan daya adalah level
daya terima (RSL), fading margin yang diberikan kepada sistem agar memenuhi time
availability requirement, besarnya redaman, baik redaman propagasi maupun redaman
perangkat dan besarnya penguatan antena
Perhitungan link budget merupakan perhitungan level daya yang dilakukan untuk
memastikan bahwa level daya penerimaan lebih besar atau sama dengan level
daya threshold (RSL Rth). Tujuannya untuk menjaga keseimbangan gain dan loss guna
mencapai SNR yang diinginkan di receiver. Parameter-parameter yang mempengaruhi
kondisi propagasi suatu kanal wireless yaitu antara lain
2.5.1 Saluran Transmisi
Saluran transmisi didefinisikan sebagai media untuk mentransmisikan energi
elektromaknetik dari satu node ke node berikutnya. Saluran transmisi ada yang berupa
coaxial, wave guide, fiber optic, dan lain-lain. Pada umumnya saluran transmisi bersifat
meredam dan mempunyai konstanta redaman (loss) yang memiliki satuan dalam dBm. Nilai
redaman saluran transmisi dapat dicari dengan
(2.8)
Dimana :
Lf
2.5.2 FSL
Free Space Loss (FSL) adalah suatu nilai yang menunjukkan rugi-rugi jalur transmisi. Rugirugi jalur transmisi ini dikarenakan karena penggunaan media udara sebagai media pemandu,
jarak jalur transmisi dan penggunaan frekuansi radio. Besar FSL ini dapat dihitung
dengan rumus:
Dengan
FSL
2.5.3 EIRP
Evective Isotropic Received Power (EIRP) menunjukkan nilai efektif daya yang
dipancarkan antena pemancar. Nilai ini dipengaruhi oleh level keluaran pemancar,
kemungkinan rugi-rugi feeder dan gain antena. Secara matematis, nilai ini dapat ditulis:
EIRP(dBw)
Dengan
(2.9)
LfTx
2.5.4 RSL
Received Signal Level (RSL) merupakan level daya yang diterima oleh piranti pengolah
decoding. Nilai RSL ini dipengaruhi oleh rugi-rugi jalur dan gain antena penerima. Dengan
ini nilai RSL dapat dihitung dengan rumus:
RSL
Dengan
PTX
PRX
GTX
GRX
LfTX
LfRX
(2.10)
2.5.5 Fading
Fading adalah fluktuasi amplituda sinyal. Fading margin adalah level daya yang harus
dicadangkan yang besarnya merupakan selisih antara daya rata-rata yang sampai di penerima
dan level sensitivitas penerima. Nilai fading margin biasanya sama dengan peluang level
fading yang terjadi., yang nilainya tergantung pada kondisi lingkungan dan sistem yang
digunakan.
(2.11)
Availibility
Salah satu ukuran kehandalan suatu Sistem Komunikasi radio adalah availability,
yaitu kemampuan sistem untuk memberikan layanan sesuai dengan standar yang diinginkan.
Besarnya availability tergantung pada standar link yang diinginkan:
-
Selain ditentukan oleh standar link yang dipilih, availability juga ditentukan oleh jarak end to
end, formula untuk menghitung availability tersebut dapat dilihat pada rekomendasi ITU-R.
Availability suatu sistem komunikasi radio dipengaruhi oleh2 hal :
-
Path unavailability
(2.14)
(2.16)
f = Frekuensi (GHz)
d = Jarak antar stasiun (km)
F = Fading margin (dB)
V = Perbedaan gain kedua antena (dB)
Sedangkan apabila menggunakan perbaikan sistem , maka besarnya effective fading adalah:
(2.17)
Dimana :
If = Faktor perbaikan flat margin
Is = Faktor perbaikan frequency selective fading margin
BAB III
PERENCANAAN LINK RADIO
3.1
Inisialisasi
Site Planning
Pemilihan Sub-system Radio
Power Link Budget
Evaluasi Performansi
Rekonfigurasi
Konfigurasi Akhir
3.2
Inisialisasi
Suatu hasil rancangan sistem yang bagus adalah yang efisien dan optimal. Sehingga
pada tahap awal perlu dikompilasi segala informasi dan data yang berkaitan dengan kondisi
real lapangan. Hal ini akan terkait dengan strategi perancangan yang akan ditetapkan.
Perencanaan ini dilakukan sebagai solusi karena link existing sudah penuh sementara
ada kebutuhan Metro Ethernet fiber optik yang interkoneksi ke perangkat radio, sehingga
dipilih radio paket sebagai solusi karena protokol baseband existing nya sudah E1 dan
Ethernet sekaligus dan dalam proses implementasinya lebih ringkas bila dibandingkan
dengan penggelaran kabel FO yang baru.
Gambar 3.2 : Gambar perencanaan link radio Riau Daratan dan Riau Kepulauan
Site Planning
Tujuan perencanaan ini adalah merencanakan route siskom radio, end to end,
menentukan letak dan jenis repeater (aktif atau pasif) dan tinggi menara antena pada setiap
stasiun radio, dengan memperhatikan syarat line of sight.
3.3.1 Topografi
Selat Panjang Penyengat
Path profile daerah antara Selat Panjang Penyengat terlihat seperti pada gambar 3.2,
dimana pada daerah Selat Panjang berupa dataran rendah yang lintasannya sebagian besar
melewati gedung-gedung dan pepohonan. Sedangkan pada sekitar daerah Penyengat berupa
daerah laut seperti yang terlihat pada gambar 3.2. Untuk site Selat Panjang memiliki tinggi
tower 90 m dan untuk site Penyengat juga memiliki tinggi tower 90 m.
: 8,33 m dpl
: 90 m
: 3,11 m dpl
: 90 m
Penentuan LOS pd link Selat Panjang - Penyengat di dalam penentuan tinggi antena
dibutuhkan penentuan jarak clearance minimum suatu obstacle dari garis lurus antara 2
antena agar dipenuhi kondisi LOS
Fn = 19,2293 m
H koreksi
Clearance
clearance = 0,6 Fn + hc
= 0,6 . 19,2293 + 25,267
= 36,80458 m
t
= 64,77 meter
Redaman lintasan (pathloss) dianggap seolah adalah redaman ruang bebas (free space
loss) , jika clearance factor = 0,6 . Path loss akan berubah dari harga free space pathloss jika
clearance factor 0,6 . Clearance Factor = 0,6 sangat disukai dalam desain , karena Lp =
Lfs untuk jenis medium pemantul apapun
Dengan mengetahui letak penghalang dan kondisi topografi antara kedua titik maka
dapat ditentukan ketinggian minimum antenna yang akan digunakan untuk membuat titik
antara kedua site tersebut memenuhi kriteria Line of sight yaitu bebasnya zona fresnel 1 dari
segala bentuk penghalang yang dapat menyebabkan pembelokan, penghamburan, maupun
perusakan sinyal yang dikirim oleh pemancar sehingga daya yang diterima sisi penerima
tidak dapat optimum dan diprediksi nilainya.
Dengan demikian letak antenna yang digunakan pada kedua site harus memenuhi
kriteria tersebut. Dengan menggunakan software pathloss dapat ditentukan ketinggian antena
sedemikian sehingga dapat dihasilkan kondisi LOS pada kedua titik tersebut.
Dalam evaluasi ini pengecekan kondisi LOS menggunakan software Pathloss 4.0
maka didapat antena ideal seperti pada gambar 3.3 . Tinggi antena untuk Selat Panjang 75 m
dan site Penyengat 75 m . Dengan ketinggian tersebut maka site dapat diimplementasikan dan
sudah memenuhi kondisi LOS
Sedangkan tinggi antena untuk link yang lain seperti yang terilihat dalam tabel 3.1
Site B
Bukit
Pongkar
Penyengat
Penyengat
Siak
Bengkalis
Fresnell(m)
Cearence(m)
9,2689
9,36834
19,2293
36,80458
17,7285
17,5679
18,9424
27,2468
28,97643
33,02444
Status
Tinggi Antena
Site A (m) Site B (m)
LOS
30
25
LOS
LOS
LOS
LOS
75
80
70
80
75
80
75
80
Survey lokasi site dilakukan supaya dapat mengetahui kondisi nyata dari antara titik
site tersebut. Sehingga dapat diketahui kemungkinan penghalang kritis yang dapat terjadi
diantara kedua titik tersebut. Selain itu dapat diketahui letak antenna yang telah direncanakan
pada tahap perencanaan apakah dapat diimplementasikan. Pada tahap survey ini beberapa hal
penting yang perlu diketahui adalah informasi tentang titik far end, informasi jalur, lokasi
site, dan foto kondisi site.
3.4
Network Interface
Multiplexer (MUX)
Modem
Manager Card
Power Suply
3.5
T/R Module
Controller
Cable Combiner
Power Supply
kualitas sinyal informasi (BER, C/N dll) sesuai dengan macam sinyal informasiyang dilayani
(suara/data/ mutimedia) dan menjamin kehandalan sinyal informasi (path availability) sesuai
dengan grade link yang diinginkan.
Perhitungan link budget merupakan perhitungan level daya yang dilakukan untuk
memastikan bahwa level daya penerimaan lebih besar atau sama dengan level
daya threshold (RSL Rth). Tujuannya untuk menjaga keseimbangan gain dan loss guna
mencapai SNR yang diinginkan di receiver
FSL
= 143,273594 dB
Gtx
= 45,04779 dB
Radio yang digunakan adalah CERAGON FibeAir 1528Hp. Dari spesifikasi perangkat
diperoleh
Power Transmit
= 25 dBm
Receive Threshold
= -69 dBm
EIRP
EIRP
= 65,5477 dBm
RSL
= -32,6781 dBm
Tabel 3.2 : Hasil perhitungan Link Budget dan Free Space Loss
Site A
Site B
FSL (dB)
Gtx (dBi)
EIRP (dBm)
RSL (dBm)
Tanjung Baru
Bukit Pongkar
144,0694
45,0477
64,5477
-38,9740
Selat Panjang
Penyengat
143,2736
45,0478
65,5477
-32,6780
Siak
Penyengat
141,0412
43,1096
63,6096
-34,3220
Sei Apit
Siak
142,1052
43,1096
63,6096
-35,3860
Sei Apit
Bengkalis
142,1962
45,0478
66,5478
-30,6006
Start
Tampilan hasil perhitungan pathlos pada site yang akan dibuat perencanaan seperti
terlihat pada gambar 3.10 . Adapun tahap untuk menampilkan informasi lengkap mengenai
hasil perhitungan sebagai berikut
1. Buka menu worksheet, klik menu report pilih full report
2. Selanjutnya akan ditampilkan secara penuh hasil perhitungan pathloss sbb
Selat Panjang
Penyengat
Elevation (m)
Latitude
Longitude
True azimuth ()
Vertical angle ()
8.33
01 00 48.00 N
102 42 35.00 E
250.60
-0.15
3.11
00 52 58.00 N
102 20 29.00 E
70.60
-0.14
Antenna model
Antenna height (m)
Antenna gain (dBi)
HP10-77GE
75.00
45.20
HP10-77GE
75.00
45.20
4.50
4.50
Frequency (MHz)
Polarization
Path length (km)
Free space loss (dB)
Atmospheric absorption loss (dB)
Net path loss (dB)
8000.00
Vertical
43.46
143.29
0.46
57.85
57.85
-32.85
36.15
52.00
-32.85
36.15
52.00
1.00
36.04
36.04
1.00E-04
0.12
4.30E+00
2.00
99.89295
2813.40
99.98094
6009.42
99.96189 - 12018.84
Rain region
0.01% rain rate (mm/hr)
Flat fade margin - rain (dB)
Rain rate (mm/hr)
Rain attenuation (dB)
Annual rain (%-sec)
Annual multipath + rain (%-sec)
ITU Region P
145.00
36.15
242.46
36.15
99.99882 - 372.22
99.96071 - 12391.05
99.89295
2813.40
99.98094
6009.42
RSL (dBm)
Rth (dBm)
Site A
Site B
Perhitungan
Pathloss
Tanjung Baru
Bukit Pongkar
-38,974
-38,96
-69
Selat Panjang
Penyengat
-32,678
-32,85
-69
Siak
Penyengat
-34,322
-35,11
-69
Sei Apit
Siak
-35,386
-36,22
-69
Sei Apit
Bengkalis
-30,6006
-31,72
-69
BAB IV
ANALISA PERENCANAAN
4.1
Berdasarkan tampilan print profile tersebut, perencanaan link untuk Selat Panjang
Penyengat telah memenuhi syarat Line of Sight seperti yang terlihat pada gambar 4.1 . Dalam
print profile di atas dengan jelas terlihat kondisi LOS sudah terpenuhi dimana garis yang
berwarna biru merupakan Fresnell Zone, garis yang berwarna merah menunjukkan kondisi
LOS, sedangkan antara garis merah dan garis biru menunjukkan clearance.
Dengan diketahui tinggi tower pada Selat Panjang setinggi 90 m dan pada Penyengat
setinggi 90 m, maka penentuan tinggi antena pada Selat Panjang setinggi 75 m dan pada
Penyengat setinggi 75 m dapat dilakukan karena masih dibawah tinggi tower. Selain itu
kondisi LOS Selat panjang Penyengat telah tercapai sehingga disini perencanaan link untuk
Selat Panjang Penyengat dapat dilakukan.
4.1.2 Analisa Power Link Budget
Perhitungan link budget merupakan perhitungan level daya yang dilakukan untuk
memastikan bahwa level daya penerimaan lebih besar atau sama dengan level
daya threshold (RSL Rth). Tujuannya untuk menjaga keseimbangan gain dan loss guna
mencapai SNR yang diinginkan di receiver
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada bab 3 untuk jalur Selat Panjang Penyengat didapatkan nilai RSL hasil perhitungan manual sebesar -32,6780 dBm sedangkan
nilai
RSL hasil perhitungan pathloss sebesar -32,85 dBm. Walaupun terdapat sedikit
perbedaan, nilai RSL hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan pathloss bisa
dibilang presisi.
Dengan nilai RSL sebesar itu dan dengan nilai level daya threshold sebesar -69 dBm,
maka bisa dipastikan level daya penerimaan lebih besar dari level daya threshold ( RSL
Rth ) sehingga keseimbangan gain dan loss untuk mencapai SNR bisa dicapai
Fading margin 30 dB
Reliability = 99,995 %
= -32,85 dBm
Pth
= -69 dBm
Fm
= PRx Pth
= -32,85 (-69)
= 36,5 dB
Dengan didapatkan nilai fading margin untuk Selat Panjang Penyengat sebesar 36,5
dB, maka jalur Selat Panjang Penyengat mempunyai nilai fading margin 30 dB. Ini
berarti jalur Selat Panjang Penyengat sudah layak bekerja dengan baik dilihat dari nilai
fading margin.
4.1.3.2 Parameter Availibility System
Untuk mengetahui kehandalan suatu sistem komunikasi radio bisa dihitung dari nilai
availability-nya. Kehandalan suatu layanan dapat dilihat ketika setiap menggunakan sistem
komunikasi tersebut pengguna terlayani dengan baik tanpa mengalami kegagalan. Hasil
perencanaan ini ingin mendapatkan availibility sistem sebesar 99.995 % itu artinya hanya
boleh ada kegagalan sistem 0,005 %. Besarnya nilai path unavailibility didapat dari pers.
Selat panjang Penyengat
Nilai Path Unavaibility bisa dicari dengan rumus berikut
Pr (%) = 6.10-5.a.b.f.d3.10-FM/10
= 6.10-5.1.0,5.8.(43,46)3.10-36,15/10
Pr (%) = 0,004780577
Dari nilai path unavailibility bisa dicari nilai availibility propagasi dengan persamaan
AV prop (%) = 100 Pr (%)
= 100 - 0,004780577
AV prop (%) = 99,9952 %
Dari hasil pathloss di atas dengan spasi antena 15 m dan diameter antena 3,05 m
menghasilkan nilai improvement factor sebesar 200 sehingga bisa kita dapatkan nilai annual
multipath 99,99990 % . Dengan nilai annual multipath sebesar itu, berarti telah sesuai
dengan yang ditargetkan yaitu annual multipath 99,995 %.
Dengan nilai fading margin 32,85 dB dan nilai annual multipath sebesar 99,99990
% berarti jalur Selat Panjang Penyengat sudah layak bekerja dengan baik dan dapat
diimplementasikan karena telah memenuhi target performansi yang diharapkan
Untuk meluhat hasil full report perhitungan pathloss seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4.6
Selat Panjang
Penyengat
Elevation (m)
Latitude
Longitude
True azimuth ()
Vertical angle ()
8.33
01 00 48.00 N
102 42 35.00 E
250.60
-0.15
3.11
00 52 58.00 N
102 20 29.00 E
70.60
-0.14
Antenna model
Antenna height (m)
Antenna gain (dBi)
HP10-77GE
75.00
45.20
HP10-77GE
75.00
45.20
4.50
4.50
Antenna model
Antenna height (m)
Antenna gain (dBi)
HP10-77GE
60.00
45.20
HP10-77GE
60.00
45.20
Frequency (MHz)
Polarization
Path length (km)
Free space loss (dB)
Atmospheric absorption loss (dB)
Main net path loss (dB)
Diversity net path loss (dB)
Radio model
TX power (watts)
TX power (dBm)
EIRP (dBm)
Emission designator
TX Channels
RX threshold criteria
RX threshold level (dBm)
8000.00
Vertical
43.46
143.29
0.46
57.85
57.85
FibeAir 1528HP 8GHz
0.32
25.00
65.70
28M0D7W
6740.0000V
BER 10-6
-69.00
57.85
57.85
-32.85
-32.85
36.15
52.00
-32.85
-32.85
36.15
52.00
1.00
36.04
36.04
1.00E-04
0.12
4.30E+00
2.00
200.00
99.99946
14.07
99.99990
30.05
99.99981 - 60.09
200.00
99.99946
14.07
99.99990
30.05
ITU Region P
145.00
36.15
242.46
36.15
99.99882 - 372.22
99.99863 - 432.31
4.2
Siak Penyengat
Berdasarkan tampilan print profile tersebut, perencanaan link untuk Siak Penyengat
telah memenuhi syarat Line of Sight seperti yang terlihat pada gambar 4.5 . Dalam print
profile di atas dengan jelas terlihat kondisi LOS sudah terpenuhi dimana garis yang berwarna
biru merupakan Fresnell Zone, garis yang berwarna merah menunjukkan kondisi LOS,
sedangkan antara garis merah dan garis biru menunjukkan clearance.
Dengan diketahui tinggi tower pada Siak setinggi 90 m dan pada Penyengat setinggi
90 m, maka penentuan tinggi antena pada Siak setinggi 80 m dan pada Penyengat setinggi 80
m dapat dilakukan karena masih dibawah tinggi tower. Selain itu kondisi LOS Selat panjang
Penyengat telah tercapai sehingga disini perencanaan link untuk Siak Penyengat dapat
dilakukan.
= - 35,11 dBm
Pth
= - 69 dBm
dB
Dengan didapatkan nilai fading margin untuk Siak Penyengat sebesar 33,89 dB,
maka jalur Siak Penyengat mempunyai nilai fading margin 30 dB. Ini berarti jalur Siak
Penyengat sudah layak bekerja dengan baik dilihat dari nilai fading margin.
Siak - Penyengat
Nilai Path Unavaibility bisa dicari dengan rumus berikut
Pr (%) = 6.10-5.a.b.f.d3.10-FM/10
= 6.10-5.1.0,5.8.(33,61)3.10-33,89/10
= 0,0037206325
Dari nilai path unavailibility bisa dicari nilai availibility propragasi dengan persamaan
AV prop (%) = 100 Pr (%)
= 100 - 0,0037206325
= 99,996279 %
.
Gambar 4.6 : worksheet pathloss Siak penyengat
Untuk meluhat hasil full report perhitungan pathloss seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4.7
Siak
Penyengat
Elevation (m)
Latitude
Longitude
True azimuth ()
Vertical angle ()
5.79
00 47 40.40 N
102 03 08.60 E
73.13
-0.12
3.11
00 52 58.00 N
102 20 29.00 E
253.13
-0.11
Antenna model
Antenna height (m)
Antenna gain (dBi)
HP8-71W
80.00
42.90
HP8-71W
80.00
42.90
4.50
4.50
Frequency (MHz)
Polarization
Path length (km)
Free space loss (dB)
Atmospheric absorption loss (dB)
Net path loss (dB)
8000.00
Vertical
33.61
141.06
0.36
60.11
60.11
-35.11
33.89
52.00
-35.11
33.89
52.00
1.00
33.82
33.82
2.50E-06
0.08
4.47E-02
2.00
99.99815
48.73
99.99967
104.09
99.99934 - 208.17
Rain region
0.01% rain rate (mm/hr)
Flat fade margin - rain (dB)
Rain rate (mm/hr)
Rain attenuation (dB)
Annual rain (%-sec)
Annual multipath + rain (%-sec)
ITU Region P
145.00
33.89
239.22
33.89
99.99873 - 399.64
99.99807 - 607.81
99.99815
48.73
99.99967
104.09
4.3
Setelah mendapatkan tinggi antena untuk Sei Apit - Siak dengan tinggi antena untuk
Siak 80 m dan untuk Penyengat 80 m kita bisa lihat tampilan dari pathloss dalam gambar 4.8
dibawah ini.
Berdasarkan tampilan print profile tersebut, perencanaan link untuk Sei Apit - Siak
telah memenuhi syarat Line of Sight seperti yang terlihat pada gambar 4.8 . Dalam print
profile di atas dengan jelas terlihat kondisi LOS sudah terpenuhi dimana garis yang berwarna
biru merupakan Fresnell Zone, garis yang berwarna merah menunjukkan kondisi LOS,
sedangkan antara garis merah dan garis biru menunjukkan clearance.
Dengan diketahui tinggi tower pada Sei Apit setinggi 83 m dan pada Siak setinggi 82
m, maka penentuan tinggi antena pada Sei Apit setinggi 70 m dan pada Siak setinggi 75 m
dapat dilakukan karena masih dibawah tinggi tower. Selain itu kondisi LOS Sei Apit Siak
telah tercapai sehingga disini perencanaan link untuk Sei Apit - Siak dapat dilakukan.
hasil perhitungan pathloss sebesar -36,22 dBm. Walaupun terdapat sedikit perbedaan, nilai
RSL hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan pathloss bisa dibilang presisi.
Dengan nilai RSL sebesar itu dan dengan nilai level daya threshold sebesar -69 dBm,
maka bisa dipastikan level daya penerimaan lebih besar dari level daya threshold ( RSL
Rth ) sehingga keseimbangan gain dan loss untuk mencapai SNR bisa dicapai.
4.2.3 Fading Margin
Jalur Sei Apit - Siak akan bekerja dengan baik apabila besarnya nilai fading margin
30 dB . Untuk mendapatkan nilai fading margin dapat dicari melalui rumus berikut
Sei Apit - Siak
PRX
= - 36,22 dBm
Pth
= - 69 dBm
dB
Dengan didapatkan nilai fading margin untuk Sei Apit - Siak sebesar 32,78 dB, maka
jalur Sei Apit - Siak mempunyai nilai fading margin 30 dB. Ini berarti jalur Siak
Penyengat sudah layak bekerja dengan baik dilihat dari nilai fading margin.
pemancar dan penerima yang terlalu jauh ditambah permukaan bumi yang tidak menentu
sehingga kemungkinan terjadinya fading cukup besar maka perlu dibuat space .
Sei Apit - Siak
Dengan menggunakan pathloss bisa kita dapatkan rancangan space diversity untuk
jalur Selat Panjang Penyengat seperti pada gambar 4.10
Dari hasil pathloss di atas dengan spasi antena 10 m dan diameter antena 3,05 m
menghasilkan nilai improvement factor sebesar 200 sehingga bisa kita dapatkan nilai annual
multipath 99,99965 % . Dengan nilai annual multipath sebesar itu, berarti telah sesuai
dengan yang ditargetkan yaitu annual multipath 99,995 %.
Dengan nilai fading margin 32,78 dB dan nilai annual multipath sebesar 99,99965
% berarti jalur Sei Apit - Siak sudah layak bekerja dengan baik dan dapat diimplementasikan
karena telah memenuhi target performansi yang diharapkan
Untuk melihat hasil full report perhitungan pathloss seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4.11
Sei Apit
Siak
Elevation (m)
Latitude
Longitude
True azimuth ()
Vertical angle ()
7.07
01 07 18.70 N
102 09 22.10 E
197.70
-0.12
5.79
00 47 40.40 N
102 03 08.60 E
17.70
-0.13
Antenna model
Antenna height (m)
Antenna gain (dBi)
HP8-71W
70.00
42.90
HP8-71W
75.00
42.90
4.50
0.00
4.50
0.00
Antenna model
Antenna height (m)
Antenna gain (dBi)
HP8-71W
60.00
42.90
HP8-71W
65.00
42.90
Frequency (MHz)
Polarization
Path length (km)
Free space loss (dB)
Atmospheric absorption loss (dB)
Main net path loss (dB)
Diversity net path loss (dB)
Radio model
TX power (watts)
TX power (dBm)
EIRP (dBm)
Emission designator
RX threshold criteria
RX threshold level (dBm)
8000.00
Vertical
37.99
142.12
0.40
61.22
61.22
FibeAir 1528HP 8GHz
0.32
25.00
63.40
28M0D7W
BER 10-6
-69.00
61.22
61.22
-36.22
-36.22
32.78
52.00
-36.22
-36.22
32.78
52.00
1.00
32.72
32.72
3.67E-05
0.10
9.96E-01
2.00
200.00
99.99965
9.07
99.99994
19.37
99.99988 - 38.74
ITU Region P
145.00
32.78
230.85
32.78
99.99848 - 480.32
99.99835 - 519.06
200.00
99.99965
9.07
99.99994
19.37
4.4
Berdasarkan tampilan print profile tersebut, perencanaan link untuk Sei Apit Bengkalis telah memenuhi syarat Line of Sight seperti yang terlihat pada gambar 4.8 . Dalam
print profile di atas dengan jelas terlihat kondisi LOS sudah terpenuhi dimana garis yang
berwarna biru merupakan Fresnell Zone, garis yang berwarna merah menunjukkan kondisi
LOS, sedangkan antara garis merah dan garis biru menunjukkan clearance.
Dengan diketahui tinggi tower pada Sei Apit setinggi 82 m dan pada Siak setinggi 82
m, maka penentuan tinggi antena pada Sei Apit setinggi 80 m dan pada Siak setinggi 80 m
dapat dilakukan karena masih dibawah tinggi tower. Selain itu kondisi LOS Sei Apit
bengkalis telah tercapai sehingga disini perencanaan link untuk Sei Apit - Bengkalis dapat
dilakukan.
= - 38,9 dBm
Pth
= - 69 dBm
dB
Dengan didapatkan nilai fading margin untuk Sei Apit - Siak sebesar 37,28 dB, maka
jalur Sei Apit - Bengkalis mempunyai nilai fading margin 30 dB. Ini berarti jalur Siak
Penyengat sudah layak bekerja dengan baik dilihat dari nilai fading margin.
4.4.4 Parameter Availibility System
Untuk mengetahui kehandalan suatu sistem komunikasi radio bisa dihitung dari nilai
availability-nya. Kehandalan suatu layanan dapat dilihat ketika setiap menggunakan sistem
komunikasi tersebut pengguna terlayani dengan baik tanpa mengalami kegagalan. Hasil
perencanaan ini ingin mendapatkan availibility sistem sebesar 99.995 % itu artinya hanya
boleh ada kegagalan sistem 0,005 %. Besarnya nilai availibility jalur Sei Apit Bengkalis
didapatkan dari perhitungan
Sei Apit - Bengkalis
Nilai Path Unavaibility bisa dicari dengan rumus berikut
Pr (%) = 6.10-5.a.b.f.d3.10-FM/10
= 6.10-5.1.0,5.8.(38,39)3.10-37,28/10
= 0,002540186
Dari nilai path unavailibility bisa dicari nilai availibility propragasi dengan
persamaan
AV prop (%) = 100 Pr (%)
= 100 - 0,002540186
= 99,99745981 %
Dari nilai availibility propagasi yang telah didapat maka dapat diketahui bahwa jalur
Sei Apit - Bengkalis tidak memenuhi target annual multipath sebesar 99.995 % . Maka agar
availibility bisa memenuhi target annual multipath 99,995 %. salah satu cara yang
digunakan adalah dengan memakai space diversity.
Gambar 4.14 : worksheet pathloss Sei Apit Bengkalis setelah space diversity
Dari hasil pathloss di atas dengan spasi antena 10 m dan diameter antena 3,05 m
menghasilkan nilai improvement factor sebesar 200 sehingga bisa kita dapatkan nilai annual
multipath 99,99950 % . Dengan nilai annual multipath sebesar itu, berarti telah sesuai
dengan yang ditargetkan yaitu annual multipath 99,995 %.
Dengan nilai fading margin 37,28 dB dan nilai annual multipath sebesar 99,99950
% berarti jalur
Sei Apit - Bengkalis sudah layak bekerja dengan baik dan dapat
Sei Apit
Bengkalis
Elevation (m)
Latitude
Longitude
True azimuth ()
Vertical angle ()
7.07
01 07 18.70 N
102 09 22.10 E
352.44
-0.13
3.88
01 27 57.60 N
102 06 38.77 E
172.44
-0.12
Antenna model
Antenna height (m)
Antenna gain (dBi)
HP10-77GE
80.00
45.20
HP10-77GE
80.00
45.20
3.50
1.00
3.50
1.00
Antenna model
Antenna height (m)
Antenna gain (dBi)
HP10-77GE
70.00
45.20
HP10-77GE
70.00
45.20
Frequency (MHz)
Polarization
Path length (km)
Free space loss (dB)
Atmospheric absorption loss (dB)
Main net path loss (dB)
Diversity net path loss (dB)
Radio model
TX power (watts)
TX power (dBm)
EIRP (dBm)
Emission designator
TX Channels
RX threshold criteria
RX threshold level (dBm)
8000.00
Vertical
38.39
142.21
0.41
56.72
55.72
FibeAir 1528HP 8GHz
0.32
25.00
66.70
28M0D7W
1h 8059.0200V
BER 10-6
-69.00
56.72
55.72
-31.72
-30.72
38.28
52.00
-31.72
-30.72
38.28
52.00
1.00
38.10
38.10
2.23E-04
0.08
6.39E+00
2.00
200.00
99.99950
13.01
99.99991
27.79
99.99982 - 55.58
ITU Region P
145.00
38.28
254.62
38.28
99.99910 - 284.94
99.99892 - 340.52
200.00
99.99950
13.01
99.99991
27.79
4.5
Berdasarkan tampilan print profile tersebut, perencanaan link untuk Tanjung Baru Bukit Pongkar telah memenuhi syarat Line of Sight seperti yang terlihat pada gambar 4.16 .
Dalam print profile di atas dengan jelas terlihat kondisi LOS sudah terpenuhi dimana garis
yang berwarna biru merupakan Fresnell Zone, garis yang berwarna merah menunjukkan
kondisi LOS, sedangkan antara garis merah dan garis biru menunjukkan clearance.
Dengan diketahui tinggi tower pada Tanjung Baru setinggi 42 m dan pada Bukit
Pongkar setinggi 32 m, maka penentuan tinggi antena pada Sei Apit setinggi 30 m dan pada
Siak setinggi 25 m dapat dilakukan karena masih dibawah tinggi tower. Selain itu kondisi
LOS Tanjung Baru Bukit Pongkar telah tercapai sehingga disini perencanaan link untuk
Tanjung Baru Bukit Pongkar dapat dilakukan.
RSL hasil perhitungan pathloss sebesar -38,96 dBm. Walaupun terdapat sedikit
perbedaan, nilai RSL hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan pathloss bisa
dibilang presisi.
Dengan nilai RSL sebesar itu dan dengan nilai level daya threshold sebesar -69 dBm,
maka bisa dipastikan level daya penerimaan lebih besar dari level daya threshold ( RSL
Rth ) sehingga keseimbangan gain dan loss untuk mencapai SNR bisa dicapai.
4.4.3 Fading Margin
Jalur Tanjung Baru Bukit Pongkar akan bekerja dengan baik apabila besarnya nilai
fading margin 30 dB . Untuk mendapatkan nilai fading margin dapat dicari melalui rumus
berikut
Tanjung Baru Bukit Pongkar
PRX
= - 38,96 dBm
Pth
= - 69 dBm
dB
Dengan didapatkan nilai fading margin untuk Sei Apit - Siak sebesar 30,04 dB, maka
jalur Tanjung Baru Bukit Pongkar mempunyai nilai fading margin 30 dB. Ini berarti jalur
Tanjung Baru Bukit Pongkar sudah layak bekerja dengan baik dilihat dari nilai fading
margin.
4.4.4 Parameter Availibility System
Untuk mengetahui kehandalan suatu sistem komunikasi radio bisa dihitung dari nilai
availability-nya. Kehandalan suatu layanan dapat dilihat ketika setiap menggunakan sistem
komunikasi tersebut pengguna terlayani dengan baik tanpa mengalami kegagalan. Hasil
perencanaan ini ingin mendapatkan availibility sistem sebesar 99.995 % itu artinya hanya
boleh ada kegagalan sistem 0,005 %. Besarnya nilai availibility jalur Tanjung Baru Bukit
Pongkar didapatkan dari perhitungan
Tanjung Baru Bukit Pongkar
Nilai Path Unavaibility bisa dicari dengan rumus berikut
Pr (%) = 6.10-5.a.b.f.d3.10-FM/10
= 6.10-5.4.0,5.8.(47,63)3.10-30,04/10
= 0,10278
Dari nilai path unavailibility bisa dicari nilai availibility propagasi dengan
persamaan
AV prop (%) = 100 Pr (%)
= 100 - 0,10278
= 99,8972 %
Maka agar availibility bisa memenuhi target annual multipath 99,995 %. salah satu cara
yang digunakan adalah dengan memakai space diversity.
Penggunaan jarak diversitas (space diversity) diperlukan untuk meningkatkan
performansi sistem dan menurunkan outage akibat fading. Hal ini disebabkan jarak antena
pemancar dan penerima yang terlalu jauh ditambah permukaan bumi yang tidak menentu
sehingga kemungkinan terjadinya fading cukup besar maka perlu dibuat space .
Tanjung Baru bukit Pongkar
Dengan menggunakan pathloss bisa kita dapatkan rancangan space diversity untuk
jalur Tanjung Baru Bukit Pongkar seperti pada gambar 4.18
Dari hasil pathloss di atas dengan spasi antena di Tanjung baru 8 m dan di Bukit
Pongkar 11 m sedangkan diameter antena 3,05 m menghasilkan nilai improvement factor
sebesar 46,82 sehingga bisa kita dapatkan nilai annual multipath 99,99967 % . Dengan nilai
annual multipath sebesar itu, berarti telah sesuai dengan yang ditargetkan yaitu annual
multipath 99,995 %.
Dengan nilai fading margin 30,04 dB dan nilai annual multipath sebesar 99,99967
% berarti jalur Tanjung baru Bukit Pongkar sudah layak bekerja dengan baik dan dapat
diimplementasikan karena telah memenuhi target performansi yang diharapkan
Untuk melihat hasil full report perhitungan pathloss seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4.19
Tanjung Baru
Bukit Pongkar
Elevation (m)
Latitude
Longitude
True azimuth ()
Vertical angle ()
18.82
00 40 00.40 N
103 27 37.00 E
347.21
0.12
261.01
01 05 12.70 N
103 21 55.90 E
167.21
-0.45
Antenna model
Antenna height (m)
Antenna gain (dBi)
HP12-77GF
30.00
46.70
HP12-77GF
25.00
46.70
4.50
0.00
0.00
4.50
0.00
0.00
Antenna model
Antenna height (m)
Antenna gain (dBi)
HP10-77GE
22.00
45.20
HP10-77GE
14.00
45.20
Frequency (MHz)
Polarization
Path length (km)
Free space loss (dB)
Atmospheric absorption loss (dB)
Diffraction loss (dB)
Main net path loss (dB)
Diversity net path loss (dB)
Radio model
TX power (watts)
TX power (dBm)
EIRP (dBm)
Emission designator
TX Channels
RX threshold criteria
RX threshold level (dBm)
Maximum receive signal (dBm)
8000.00
Vertical
47.63
144.09
0.50
7.27
62.96
64.46
FibeAir 1528HP 8GHz
0.25
24.00
66.20
28M0D7W
4l 7836.6500V
BER 10-6
-69.00
-22.00
62.96
64.46
-38.96
-40.46
30.04
52.00
-38.96
-40.46
30.04
52.00
1.00
30.01
30.01
1.00E-04
4.98
5.74E-01
2.00
SD improvement factor
Worst month - multipath (%)
(sec)
Annual - multipath (%)
(sec)
(% - sec)
46.82
99.99812
49.40
99.99967
105.52
99.99949 - 161.72
Rain region
0.01% rain rate (mm/hr)
Flat fade margin - rain (dB)
Rain rate (mm/hr)
Rain attenuation (dB)
Annual rain (%-sec)
Annual multipath + rain (%-sec)
ITU Region P
145.00
30.04
212.95
30.04
99.99774 - 711.79
99.99723 - 873.51
87.92
99.99900
26.31
99.99982
56.20
4.6
Tinggi
Antena
Site Site
A
B
Site A
Site B
Tanjung
Baru
Bukit
Pongkar
LOS
30
25
Selat
Panjang
Penyengat
LOS
75
75
Siak
Penyengat
LOS
80
80
Sei Apit
Siak
LOS
70
75
Sei Apit
Bengkalis
LOS
80
80
RSL
(dBm
)
38,9
6
32,8
5
35,1
1
36,2
2
31,7
2
Rth
(dBm
)
Fading
Margin
(dB)
Av Prop
(%)
Av Prop
(%)
diversity
-69
30,04
99,9898
1
99,9996
7
-69
36,15
99,9809
4
99,9999
-69
33,89
99,9996
7
99,9996
7
-69
32,78
99,9905
3
99,9996
5
-69
37,28
99,978
99,9995
Dari tabel 4.1 terlihat bahwa semua link dalam kondisi LOS dengan tinggi antena
untuk masing masing link seperti yang tertera pada tabel. Dari perhitungan link budget
didapatkkan nilai RSL (Receive Signal Level) untuk tiap link lebih besar dari level daya
threshold (Rth) sehingga keseimbangan gain dan loss untuk mencapai SNR dapat tercapai.
Analisa perfomansi yang menunjukkan bahwa tiap hop bekerja dengan baik adalah nilai
fading margin 30 dB dan nilai availibility 99,995%. Berdasarkan perencanaan yang
dilakukan didapatkan nilai fading margin untuk tiap link 30 dB dan nilai availibility setelah
dilakukan perbaikan sistem dengan space diversity 99,995% .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari analisa perancangan transmisi radio paket mikrowave area Riau Daratan
dan Riau Kepulauan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari perencanaan link radio paket microwave untuk Riau Daratan dan Riau
Kepulauan didapatkan bahwa semua link dalam kondisi LOS, dengan space tower
yang sudah ada, seperti didapatkannya tinggi antena untuk Selat Panjang
Penyengat setinggi 75 m.
2. Dari perhitungan RSL (Receive Signal Level) untuk semua link, didapatkan nilai
RSL Rth sehingga keseimbagan gain dan loss untuk mencapai SNR dapat
dicapai, seperti terlihat pada link Selat Panjang Penyengat yang mempunyai
nilai RSL -32,85 dBm dan level daya threshold (Rth) -69 dBm
3. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hanya link Siak Penyengat yang telah
memenuhi standar availibility sebesar 99,995% dengan nilai availibility
99,999,67% , sedangkan untuk link yang lainnya belum sehingga memerlukan
perbaikan sistem dengan space diversity.
4. Dari hasil perbaikan sistem dengan space diversity, dapat dipastikan tiap link
dapat bekerja dengan baik karena fading margin masing-masing link telah sesuai
target yaitu 30 dB dan target annual multipath telah tercapai dengan melakukan
space diversity sehingga didapatkan nilai annual multipath 99,995%
5.2
Saran
Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan beberapa hal antara lain :
1. Selain menggunakan pathloss 4.0 dapat menggunakan perangkat lunak lain seperti
Aircomm, Atol 2.6
2. Dilakukan perancangan di daerah yang lebih komplek topografinya sehingga bisa
dibandingkan antara daerah dataran, perbukitan, dan perairan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ajay, Mishra L (2007). Advanced Cellular Network Planning and Optimisation
2G/2.5G/3G.Evolution to 4G. Willeyinteracience Publication. Canada.
2. Freeman,
Roger
(1998),
Telecomunications
Transmission
Handbook.