Prinsip
: Antibiotic dan zat kimia akan terdifusi dalam media agar, sehingga dapat
menghambat atau membunuh mikroba
Dasar teori
: Antibiotic adalah suatu substansi zat-zat kimia yang diperoleh dari atau di
bentuk dan dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat-zat itu dalam jumlah yang
sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme lain.
Resistensi sel bakteri ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel
bakteri oleh antimikroba.
Alat
: - suspensi bakteri
-
Cara Kerja
1. Siapkan biakan bakteri, bias berasal dari biakan murni maupun sampel (sputum, urin,
pus, feces)
2. Buat suspensi bakteri : inokulasikan bakteri pada media BHI lalu kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C
3. Buat lempeng agar dari media MHA dengan ketebalan 4-5 mm
4. Inokulasikan bakteri dari media BHI kedalam cawan petri secara perataan
menggunakan kapas lidi steril
5. Biarakan 10 menit agar biakan terdifusi kedalam media
6. Letakkan disk dengan menggunakan pinset
7. Inkubasi lempeng pada suhu 370C selama 24 jam
8. Amati hasil
Hasil pengamatan :
B
C
B
C
ANTIBIOTIK
ANTISEPTIC
DESINFEKTAN
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
a. Vancomycin
b. Tetracycline
c. Chloramphenicol
a. Dettol
b. Betadine
c. Rivanol
a. Wipol
b. So klin
c. SOS
Diameter
Antibiotic
Tetracyclin
Chloramphenicol
Vancomycin
Antiseptic
Betadine
Rivanol
Dettol
Desinfektan
SOS
So klin
Wipol
22 mm
25 mm
8 mm
10 mm
7 mm
50 mm
0 mm
9 mm
19 mm
Pembahasan :
Praktikum uji sensitivitas mikroba terhadap antibiotic dan agensia kimia dengan metode
difusi bertujuan untuk mengetahui antibiotic dan agensia yang paling cocok dengan kuman
penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit kronis dan untuk mengetahui adanya
reesistensi terhadap berbagai macam antibiotic.
Digunakan media MHA karena media ini mempunyai komposisi tertentu yang cocok
digunakan untuk uji sensitivitas mikrob. Setelah media memadat bakteri diinokulasikan
merata pada media tersebut, jika inokulasi tidak merata maka hasil sensitivitas setelah
diinkubasi selama 24 jam tidak akan memuaskan ( tidak membuat diameter hambat yang
bulat). Zona hambat yang bulat inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan
anti bakteri.
Kesimpulan :
1. Bakteri Salmonella sensitive terhadap tetracycline dan chloramphenicol sedang
terhadap vancomycin bakteri bersifat resistan
2. Antiseptic Dettol sensitive untuk mengatasi bakteri salmonella daripada Betadine dan
Rivanol
3. Desinfektan Wippol sensitive untuk mengatasi bakteri Salmonella daripada soklin dan
SOS
Tujuan
Prinsip
Dasar Teori
: Mekanisme atau daya kerja setiap antibiotic atau sediaan berbeda pada dosis
tertentu terhadap mikrob. Oleh karena itu penentuan MIC dan MKC suatu
antibiotic berguna dalam pemilihan dan penggunaan efektivitas antibiotic.
Cara Kerja
a. Persiapan inoculum
- Inokulasi biakan salmonella dalam 1 ml media cair BHI, inkubasi pada
0
suhu 37 C selama 24 jam
-
Contro
l
(-)
20
0
(-)
10
0
(-)
50
25
(-)
(-)
12,5
(-)
6,25
(-)
3,12
5
1,562
5
Contro
l
KHM = 1,5625
KBM = 100
Pembahasan
Pada praktikum ini dapat melakukan penetuan MIC dan MBC suatu antibiotic menggunakan
teknik dilusi. Untuk parameter antara MIC dan MBC berbeda untuk MIC parameternya yaitu
kejernihan pada tabung reaksi sedangkan untuk MKC parameternya yaitu tidak adanya
pertumbuhan koloni bakteri pada cawan steril.
Bakteri yang digunakan adalah bakteri salmonella dengan antibiotic kloramfeniko. Untuk
pengencer antibiotic digunakan LDF (larutan dapat fosfat) yang berfungsi mempertahankan
pH larutan antibiotic, larutan ini hanya dapat digunakan sebagai pengencer khusus antibiotic.
Sedangakan media yang digunakan adalah BHI dalam cawan petri untuk mengetahui KBM
digunakan media BTA yang mempunyai sifat selektif terhadap bakteri salmonella.
Praktikum kali ini yang digunakan adalah control + dan -. Control + berisi bakteri yang
bertujuan untuk mengamati pertumbuhan bakteri. Control hanya berisi media antibiotok
yang digunakan sebagai pembanding pada tingkat parameter kejernihan. Dalam praktikum ini
0
setelah didiamkan selama 24 jam pada suhu 37 C pada tabung 2 9 jernih. Kemudian
tabung yang jernih di inokulasikan pada media BSA dengan mengguanakan ose lidi steril
0
secara aseptis, lalu di inkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam.
Kesimpulan
Jadi KBM mikrob salmonella terhadap antibiotic kloramfenikol = 100 ppm KHM = 1,5625
ppm
Prinsip
Dasar teori
Hasil pengamatan :
SP
ST
Cawan
Petri
1
SP 1
SP 2
SP 3
ST 1
ST 2
ST 3
220
260
230
200
260
270
2
3
4
5
Jumlah
190
220
120
260
1010
250
250
320
140
1220
290
300
320
140
1280
190
210
200
210
1010
260
290
260
200
1270
Hasil perhitungan :
SP = SP 1 + SP 2 + SP 3
= 1010 + 1220 + 1280
= 3510
ST = ST 1 + ST 2 + ST 3
= 1010 + 1270 + 1430
= 3710
LSP
LST
= SP 3 - SP 1
= 1280 1010
= 270
= ST 3 - ST 1
= 1430 1010
= 420
Y SP =
SP
n d
Y ST =
ST
nd
3510
6.3
3710
6.3
= 195
= 206, 1
LSP+ LST
( d1 ) .l . n. h
270+ 420
(31).0,3010.6 .2
690
7,224
Y SPY ST
b
195206,1
95,51
= 0,1162
= 95,51
I= log tingkat dosis log 2= 0,3010
Potensi Antibiotik
= antilog R
= antilog - 0,1162
= 0,76 x 100%
320
320
320
200
1430
= 76%
Pembahasan :
Pada praktikum kali ini penghitungan penentuan potensi suatu sediaan antibiotic terlihat tidak
pada umumnya. Hal ini dikarenakan adanya kontaminasi pada bakteri yang ditanam sehingga
potensinya tidak bias dihitung denga benar. Ada beberapa factor penyebab kontaminasi antara
lain seperti pembukaan tutup cawan petri yang tidak aseptis sehingga menyebabkan bakteri
adanya bakteri lain yang masuk dan tumbuh pada media tersebut. Standar untuk antibiotic
yaitu 95-125% sementara yang kita amati hanya 76% saja.
Kesimpulan
Antibiotic yang kita amati belum sesuai dengan standar yaitu 76%
Prinsip
Dasar teori
: Setiap desinfektan pada kadar dan kondisi tertentu mempunyai daya hambat
dan atau daya bunuh terhadap suatu mikrob. Koefisien fenol adalah
kemampuan desinfektan untuk membunuh bakteri dibandingkan dengan fenol.
Uji fenol adalah membandingkan aktivitas antimikroba dari komponenkomponen kimia dengan fenol sebagai standar uji. Pengenceran desinfektan
secara bertahap dan fenol ditempatkan dalam tabung reaksi steril, kultur murni
bakteri yang digunakan sebagai standar ditambahkan pada setiap tabung.
Bakteri itu tersbut dimasukan pada setiap tabung dengan interval waktu 5, 10,
dan15 menit .Semua subkultur dieramkan pada suhu 37O selama48 jam dilihat
kekeruhanya. Pada prinsipnya uji koefisien fenol merupakan Perbandingan
aktivitas fenol dengan pengenceran baku terhadap aktivitas sampel dengan
pengenceran tertentu MIC ( konsentrasi terendah dimana pertumbuhan bakteri
terhambat ) suatu antiseptik terhadap bakteri tertentu. Metode pegenceran
bertingkat dengan mengurangi konsentrasi zat sebanyak setengah dari
konsentrasi awal dengan volume yang sama.
Jarum ose
Lampu spirtus
b. Bahan :
-
Cara kerja
-
Buat seri pengenceran desinfektan dengan aquadest steril sehingga diperoleh konsentrasi
Desinfektan
Pengenceran
Keterangan
Volume
Konsentrasi
5 ml
5 ml
1:20
2 ml
4 ml
1 ml dibuang
5 ml
1:60
2 ml
5ml
2 ml dibuang
5 ml
1:70
2 ml
6ml
3 ml dibuang
5 ml
1:80
2 ml
7ml
4 ml dibuang
5 ml
1:90
1ml
4ml
5 ml
1:100
1ml
4,5ml
0,5ml dibuang
5 ml
1:110
1ml
5ml
1 ml dibuang
5 ml
1:120
1ml
5,5ml
1,5 ml dibuang
5 ml
1:130
1ml
6ml
2 ml dibuang
5 ml
1:140
Inokulasi setiap tabung desinfektan dengan 1 ose suspensi biakan bakteri umur 24 jam dari
desinfektan dengan waktu 5 menit dan 10 menit.
Setelah waktu 5 menit , diambil 1 ose dari tiap tabung desinfektan lalu inokulasikan ke
media BHI cair
Lakukan no 1 sama dengan no 3 dengan waktu kontak 5 menit.
Lakukan cara 1 s.d 4 untuk desinfektan fenol.
Inokulasikan semua tabung pada suhu 37o dalam waktu 24 - 48jam
Amati adanya pertumbuhan bakteri yaitu kekeruhan dari masing masing tabung dan
bandingkan dengan koefisien fenol dari biakan uji.
+ (keruh) : ada pertumbuhan bakteri
-( jernih) : tidak ada pertumbuhan bakteri
Hasil pengamatan
Desinfektan
1:20
1:60
1:70
1:80
1:90
1:100
1:110
1:120
1:130
1:140
Fenol 5
10
Lysol 5
10
Detol 5
10
Wipol 5
10
Soklin 5
10
= 0.96
b. Koefisien fenol detol = [ a/b + c/d] : 2
= [ >140/90 + 140 /110] : 2
= >2.05
c. Koefisien fenol wipol = [ a/b + c/d] : 2
= [ 110/90 + 70 /110] : 2
= 0.87
d. Koefisien fenol soklin = [ a/b + c/d] : 2
= [ >140/90 + 140 /110] : 2
= >2.05
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada larutan fenol yang telah
diinokulasi bakteri tidak menyebabkan kematian bakteri. begitu pula pada larutan desinfektan
yang juga tidak dapat membunuh bakteri gram negative yang ditanamkan di dalamnya. Hal
ini dapat diketahui dengan adanya indikasi kekeruhan yang timbul dalam bahan uji.
Tumbuhnya semua bakteri pada bahan uji ini tidak sesuai dengan teori. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil pengamatan yang hasilnya berupa tanda plus (+) yang berarti pada
tabung reaksi hasil pengenceran ditemukannya pertumbuhan bakteri subkultur (menit) baik
pada pengenceran fenol, bayclin maupun antibiotik. Hal ini bisa disebabkan karena tidak
semua desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum.
Desinfektan hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu
mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya efektif pada
lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan ada
pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme.
Faktor yang mempengaruhi gagalnya praktikum ini adalah kerja yang tidak aseptis.
Komunikasi saat proses kerja mungkin menjadi salah satu faktor gagalnya percobaan. Saat
berkomunikasi, percikan air liur atau hembusan uap air dari hidung dan mulut akan
menambah jumlah kuman yang tidak sebanding dengan daya bunuh desinfektan. Faktor
lainnya kemungkinan disebabkan oleh peralatan yang tercemar/ tidak aseptis.
Kesimpulan
1) Lysol memiliki kemampuan 0,96 kali lebih baik dari koefisien fenol
2) Detol memiliki kemampuan >2,05 kali lebih baik dari koefisien fenol
3) Wipol memiliki kemampuan 0,82 kali lebih baik dari koefisien fenol
4) Soklin memiliki kemampuan >2,05 kali lebih baik dari koefisien fenol
UJI STERILITAS
Hari/ tanggal : Kamis, 22 Oktober 2015
Tujuan
Prinsip
: Tidak adanya pertumbuhan mikrob pada suatu bahan / alat / ruangan dapat
menunjukkan kondisi yang steril
Dasar teori
: Uji sterilitas pada suatu bahan, alat / ruangan mempunyai fungsi penting
untuk mengetahui adanya teknik aseptic. Uji sterilitas dapat dilakukan pula
untuk ruangan , seperti ruang operasi, juga pada pada sediaan farmasi seperti
cairan infus, obat tetes mata, dan lain-lain.
a. Lakukan sterilitas ruangan misal enkas dengen cara menyalakan lampu UV selam 15
menit / menggunakan desinfektan
b. Buat lempeng agar masing masing media yang digunakan
c. Masukkan masing-masing media agar kedalam enkas dan biarkan terbuka selam 15
menit lalu tutup kembali
d. Inkubasi lempaeng agar pada suhu yang sesuai (370 C untuk bakteri, dan suhu kamar
untuk jamur)
2. Uji sanitasi lingkungan dengan menggunakan Rodac
a. Gunakan rodac plate berupa kertas tebal / kertas manila steril dengan lubang di
tengah sebesar 5x5 cm
b. Letakkan kertas tersebut di lantai pada lubang tersebut lakukan usapan kapas lidi
steril yang sudah di basahi BHI cair lalu kapas lidi di buang
c. Ulangi dengan menggunakan kapas lidi steril yang lain dengan cara kerja yang sama
lalu peraslah pada dinding tabung yang mengandung BHI cair, kemudian gojog
d. Inkubasi pada media dengan suhu dan waktu yang sesuai
3. Uji sterilitas bahan (obat mata)
a. Masukkan 0,7 ml obat tetes mata pada masing-masing tabung yang telah berisi BHI
dan thioglikolate (ada 2 tabung) dan 0,6 ml obat tetes mata pada cawan petri yang
sudah diberi SGA
b. 2 tabung yang berisi BHI dan Thioglikolat diinkubasi dalam suhu 37 0 C selama 24
jam sementara cawan petri diinkubasi dalam suhu ruang
Hasil Pengamatan
I
Terdapat 42 koloni
II
Terdapat 32 koloni
BHI
THIOGLIKOLAT
(-)
(-)
Pembahasan :
Steril yaitu suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba baik pathogen maupun non
pathogen baik dalam bentuk vegetative maupun spora.
Uji sterilitas merupakan suatu cara pengujian untuk mengetahui suatu sediaan/ bahan / alat
yang di persyaratkan harus keadaan steril. Sediaan steril seperti bebas dari mikroorganisme,
bebas dari pyrogen bebas dari partikulat dan standard yang sangat tinggi dalam hal
kemurnian dan kualitas.
Pada uji sterilitas ada beberapa metode yaitu :
-
Pada uji sterilitas pada media NA untuk melihat adanya mikroba/ bakteri sedangkan pada
SGA untuk melihat ada tidaknya kapang / khamir
Dalam uji sterilitas secara rodac pada nampan ternyata ditemukan sejumlah 42 dan 32 koloni
sehingga dikatakan tidak steril karena ada koloni yang tumbuh. Sementara untuk obat tetes
mata menunjukkan hasil negative berupa tidak adanya kekeruhan pada tabung yang berisi
BHI dan Thioglikolat serta kapang yang tidak tumbuh dalam cawan petri.
Kesimpulan
Prinsip
Dasar teori
Jarum ose
Lampu bunsen
Pipet ukur steril
Sampel
Pengencer isotonis steril
Media NA, LB dan BGLB cair
Tuangi dengan media NA (nutrient agar) yang telah dicairkan (suhu kira kira
500 C) kedalam cawan petri tersebut.
Campurkan secara merata antara sampel dengan media yang telah cair dengan cara
memutar cawan petri.
b. Metode MPN
- Siapkan 9 tabung media LB/ yang telah dilengkapi dengan tabung durham
3 tabung berisi masing masing 10 ml media kelompok 1
3 tabung berisi masing masing 5 ml media kelompok 2
3 tabung berisi masing masing 5 ml media kelompok 3
- Pipet sampel asli (tanpa pengenceran) sebanyak :
10 ml sampel dimasukkan masing masing kedalam 3 tabung kelompok 1
1 ml sampel dimasukkan masing masing kedalam 3 tabung kelompok 2
0,1 ml sampel dimasukkan masing masing kedalam 3 tabung kelompok 3
- Pipet 1 ml sampel dari masing masing pengenceran menggunakan pipet ukur steril
lalu masukkan kedalam tabung media kelompok 1 , 2 dan 3 secara aseptic
0
- Inkubasi pada suhu 37 C selama 24 48 jam
-
Hasil pengamatan
100
10-1
214 koloni
77 koloni
2,1 x 102
10-1 = 77 koloni
7,7 x 102
10.2
10-2
11 koloni
= 11 koloni
b. Metode MPN
Tabung 10 ml
Tabung I
=
+
Tabung II
=
+
Tabung 1 ml
Tabung I
=
+
Tabung II
=
+
Tabung III
Tabung III
Tabung 0,1 ml
Tabung I
=
+
Tabung II
=
Tabung III
=
+
Setelah melihat table MPN per 100 ml sampel didapatkan bahwa hasilnya adalah 210/100 ml
Pembahasan
Pada praktikum kali ini pengamatan dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu metode
Angka Lempeng Total (ALT) dan metode Most Probable Number (MPN). Metode Angka
Lempeng Total (ALT) menggunakan cawan petri dimana cara ini dilakukan dengan
menuangkan sejumlah sampel dan dikultur dalam media NA. guna medoia ini yntuk tempat
tumbuh mikrob . kemudian setelah diinkubasi maka koloni yang ada dihitung dengan metode
ALT yaitu dengan pengenceran dimana batas koloni yang dihitung dari 30-300 koloni.
Pada metode yang kedua yaitu metode MPN ( Most Probable Number) . Metode ini
menggunakan 3 seri tabung yaitu 10 ml, 1 ml dan 0,1 ml. Ini digunakan untuk pemeriksaan
bakteri coliform. Ada 3 tahapan yaitu uji praduga, uji penguat dan uji pelengkap. Namun
pada praktikum kali ini kita hanya menggunakan uji penduga saja. Dimana di dapatkan hasil
3+ (seri 10 ml), 2+ (seri 1 ml), dan 2+ (seri 0,1 ml). Kemudian dari hasil tersebut di lihat
dalam table standard dan di dapatkan hasil 210/100ml.
Kesimpulan