Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masih tingginya angka kematian ibu (AKI) serta angka kematian bayi (AKB)
di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga tahun 2002 2003 angka kematian
ibu 207 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi 44,36 per 1000
lahir hidup. Hal ini merupakan suatu masalah yang serius yang memerlukan
perhatian, kepedulian serta penanganan dari berbagai pihak baik dari pemerintah,
pihak swasta maupun masyarakat sendiri. (Dinkes kota Cirebon, 2010)
Kota Cirebon merupakan bagian dari wilayah provinsi Jawa Barat yang
barang tentu ikut menyumbang baik kematian ibu maupun kematian bayi untuk
negara menjadi tinggi. (Dinkes kota Cirebon, 2010)
Ketersediaan pelayanan kegawatdaruratan untuk ibu hamil, bersalin beserta
janinnya sangat berpengaruh besar yang menentukan kelangsungan hidup ibu
maupun bayi yang baru lahir. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai pusat
semua rujukan di wilayah Cirebon memiliki beban yang terlalu berat. Sebagai
perantara antara RSUD dan masyarakat diperlukan keterlibatan yang aktif serta
kepedulian dari Rumah Sakit Swasta. (Dinkes kota Cirebon, 2010)
Berbagai upaya telah dilakukan di kota Cirebon untuk menurunkan angka
kematian ibu dan kematian bayi, namun dari upaya tersebut belum menunjukan
hasil yang diharapkan karena angka kematian ibu serta angka kematian bayi
belum menunjukan penurunan yang signifikan. Untuk mempercepat penurunan
jumlah kematian ibu bersalin dan kematian bayi di kota Cirebon perlu adanya
suatu komitmen dan kerjasama baik dari pemerintah, swasta dan masyarakat
untuk menekan terjadinya kematian ibu bersalin dan kematian bayi. Salah satu
komitmen yang disepakati adalah rumah sakit berbasis masyarakat

(RSBM)

dimana RSBM adalah merupakan kegiatan dalam upaya menekan dan


menurunkan jumlah kematian ibu bersalin dan bayi. Pelaksanaan kegiatan tersebut
dibawah tanggung jawab dinas kesehatan kota Cirebon melalui program
pendanaan kompetisi yang dimulai tahun 2006. (Dinkes kota Cirebon, 2010)

1.2 Tujuan Umum


1. Meningkatkan mutu pelayanan ibu dan bayi secara terpadu dalam upaya

penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi


2. Adanya pedoman pelayanan obstetri dan neonatal bagi masyarakat kota
Cirebon khususnya masyarakat yang kurang mampu dan miskin.
Tujuan Khusus
1. Untuk menanggulangi penyebab utama kesakitan dan kematian ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Pengamatan dan perhatian fokus
kegiatan yang berbasis masyarakat yang diperlukan untuk menjamin akses
pelayanan dan masyarakat merasa memiliki akses pelayanan sehingga
tidak merasa raguragu, waswas bahkan takut bila membutuhkan
pertolongan.
2. Dengan disertai penekanan khusus pada penolong persalinan yang
terampil, kompeten dan profesional dan disertai penyediaan sarana
prasarana yang memadai termasuk rujukan.
3. Disepakatinya langkah-langkah pengembangan dan penerapan Hospital
without wall di Kota Cirebon.
4. Adanya acuan bentuk dan fungsi rumah sakit sebagai pelaku pelayanan

kesehatan.
5. Tersosialisasinya model rumah sakit berbasis masyarakat (RSBM) bagi
jajaran Eksekutif. Legislatif khususnya panitia Anggaran (Panggar) dan
masyarakat di kota cirebon.

BAB II
RUMUSAN MASALAH

II.1 Gambaran Umum


Puseksmas kejaksan merupakan salah satu puskesmas yang berada di kota
cirebon. Wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kedalam kelurahan kesenden
yang terdiri dari 11 RW dan 48 RT dengan jumlah penduduk 12.351 jiwa, dengan
perincian jumlah penduduk ditiap RW seperti yang tercantum dibawah ini.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk tiap RW
Rukun Warga (RW)
RW 01 Kesenden
RW 02 Krucuk
RW 03 Kebon Benteng Barat
RW 04 Kebon Benteng Tengah
RW 05 Kebon Benteng Timur
RW 06 Kramat
RW 07 Kedrunan Barat
RW 08 Kedrunan Timur
RW 09 Kebon Melati
RW 10 Samadikun Selatan
RW 11 Samadikun Utara
Jumlah Penduduk dalam Kelurahan

Jumlah
1355
1320
877
1054
639
906
368
1248
787
1900
1897
12351

Laki-laki
660
666
400
482
315
443
178
620
378
954
940

Perempuan
695
654
654
572
324
463
190
628
409
946
957

(Sumber : Profil Puskesmas Kejaksan, 2013)

Puskesmas merupakan sarana kesehatan lini terdepan yang bertanggung


jawab terhadap kesehatan masyarakat di tiap wilayah kerja tersebut. Tugas
puskesmas secara garis besar meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Paradigma masyarakat di Indonesia masih berorientasi pada upaya
kuratif. Namun dalam hal ini puskesmas berfungsi sebagai pelopor serta
penggerak utama dalam upaya promotif dan preventif terhadap kesehatan individu
dan masyarakat di wilayah tersebut. Hal ini dibuktikan dengan program-program
pelayanan di Puskesmas seperti program kuratif yang dapat dilakukan di BP
umum maupun anak serta KIA, selain itu di Puskesmas kejaksan sangat
menekankan upaya promkes yang meliputi PHBS, presentasi rumah sehat,
pelatihan serta penyuluahan kader siaga. Dinas Kesehatan Kota Cirebon
mempunyai program unggulan yang bertujuan untuk menapis angka kematian dan
kesakitan ibu dan neonatal yang diterapakan oleh Rumah Sakit swasta maupun

pemerintah sebagai rujukan dan kemitraan dengan puskesmas sebagai deteksi ibu
dan bayi risiko tinggi disebut dengan program RSBM, Puskesmas kejaksan
merupakan salah satu Puskesmas yang ikut serta dalam RSBM tersebut.
RSBM ialah jejaring pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Rumah Sakit Swasta dan Pemerintah di masing-masing wilayah binaannya berupa
pelayanan kesehatan RS bagi masyarakat diluar gedung RS secara langsung oleh
dokter spesialis baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta
memberikan transfer knowledge bagi tenaga kesehatan dan masyarakat yang
dibantu oleh Puskesmas, institusi kesehatan lainnya dan warga siaga di wilayah
binaannya dalam suatu tatanan sistem rujukan.
Tujuan program RSBM adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu pelayanan ibu dan bayi secara terpadu dalam upaya

penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi


2. Adanya pedoman pelayanan obstetri dan neonatal bagi masyarakat kota

Cirebon khususnya masyarakat yang kurang mampu dan miskin.


3. Angka kematian ibu bukan saja digunakan untuk mengukur derajat kesehatan
masyarakat namun sering juga digunakan untuk melihat kesejahteraan
masyarakat. Faktor utama yang terkait dalam hal tersebut dengan masih
terbatasnya aksesbilitas dan mutu pelayanan terhadap ibu maternal serta
faktor sosial ekonomi. Data laporan BP KIA puskesmas kejaksan tahun 2012
dari 214 jumlah kelahiran hidup, tidak ada kematian ibu maternal. Hal
tersebut tercantum dalam tabel 2.1
Tabel 2.1. Jumlah Kematian Ibu Maternal di Puskesmas Kejaksan
Tahun
2009
2010
2011
2012

Jumlah Lahir Hidup


184
204
236
214

Jumlah Kematian Ibu


0
1
0
0

(Sumber : Profil Puskesmas Kejaksan, 2012)

Angka kematian bayi merupakan indikator yang sangat penting untuk


mengetahui gambaran tingkat permasaslahan kesehatan masyarakat. Faktor yang
sangat berperan dengan penyebab kematian bayi antara lain adalah tingkat
pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA serta

kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Berdasarkan laporan dari program KIA
tahun 2012 menunjukan angka 2 per 214 kelahiran hidup, mengalami kenaikan
dari 0 per 236 kelahiran hidup pada tahun 2011, hal tersebut tercantum dalam
tabel.
Tabel 2.2 Jumlah kematian bayi di puskesmas kejaksan tahun 2009 2012
Tahun
2009
2010
2011
2012

Jumlah lahir hidup


184
204
236
214

Jumlah kematian bayi


1
2
0
2

(Sumber : Profil Puskesmas Kejaksan, 2012)

2.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan serangkaian RSBM yang sudah berjalan sejak tahun 2006,
masih banyak kendala baik teknis maupun non teknis yang perlu disikapi. Banyak
hal yang terkait dengan program RSBM yang berfokus pada kesehatan ibu dan
anak dalam pelaksanaannya masih belum optimal. Selama dalam proses praktek
belajar lapangan mengenai RSBM yang kami temui di lapangan yang dilakukan
selama 4 minggu antara lain :
1. Pelaksanaan kegiatan RSBM dimulai pada bulan Maret.
Hal tersebut menyebabkan adanya kesenjangan antara tujuan RSBM yang

ingin dicapai dengan pelaksanaan kegiatan RSBM yang tidak sesuai


dengan jadwal yang telah ditentukan. Terlihat pada data rekapitulasi
kegiatan rujukan medis pada tahun 2012 maupun 2013
2. Ketidaksesuaian jadwal kunjungan dokter spesialis dengan jadwal yang telah

ditetapkan.
Data tersebut didapatkan berdasarkan terlihat pada data rekapitulasi kegiatan
-

rujukan medis pada tahun 2012 maupun 2013.


Data kunjungan dr spesialis
Tabel. RSBM Kunjungan Anak Tahun 2013
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni

Jumlah Pasien
-

Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

Jumlah Kunjungan/bulan
Jumlah
I
II
Juli
Agustus
September
Oktober
3
4 orang
4 orang
November
3
5
orang
6
orang
11
orang
Desember
3
7 orang
6 orang
13 orang
4 orang
4 orang
7 orang
7 orang
Tabel. RSBM
10 orang
5 orang
15 orang
kunjungan
7 orang
2 orang
9 orang
obgyn tahun
9 orang
9 orang
2011
10 orang
4 orang
14 orang
Bulan Jumlah Jumlah Kunjungan/bulan86 orang Jumlah

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

I
4 orang
10 orang
11 orang
11 orang
6 orang
5 orang
8 orang
13 orang
Jumlah

II
11 orang
3 orang
9 orang
6 orang
9 orang
5 orang
9 orang
-

Tabel. RSBM kunjungan obgyn tahun 2012

15 orang
10 orang
3 orang
18 orang
17 orang
6 orang
14 orang
13 orang
22 orang
118 orang

Tabel. RSBM Kunjungan Obgyn Tahun 2013


Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

Jumlah Kunjungan/bulan
I
II
13 orang
6 orang
6 orang
9 orang
3 orang
7 orang
7 orang
3 orang
13 orang
5 orang
6 orang
7 orang
Jumlah

Jumlah
13 orang
12 orang
9 orang
3 orang
7 orang
7 orang
16 orang
11 orang
7 orang
88 orang

Data bumil dan neonatus risti


Neonatus dengan risiko tinggi sebanyak 6 orang dengan variasi kasus,
sedangkan ibu hamil dengan risiko tinggi 12 orang.

Waktu pelayanan dokter spesialis terbatas dan tidak sesuai dengan jadwal
dokter spesialis yang mempunyai jam kerja yang cukup padat, serta sulit
untuk menjadwalkan meskipun jadwal RSBM sudah ditetapkan.

3. Pasien ibu hamil tanpa risiko tinggi ingin mengikutsertakan dalam pelayanan

RSBM
Pasien ibu hamil bukan Bumil risti dan bukan pasien SKTM yang ingin
memeriksakan kandungannya, karena keterbatasan pelayanan RSBM yang
sudah di atur dalam SOP dan Alur penerimaan pasien, sehingga pasien
tersebut tidak di ikut sertakan dalam data base RSBM.

4. Pembatasan jumlah pelayanan RSBM


Karena jam kerja dokter spesialis yang sangat padat sehingga dilakukan

pembagian jadwal pemeriksaan agar pelayanan dokter spesialis lebih


optimal. Hal ini di dapat dari hasil wawancara dengan salah satu petugas di
BP KIA mengatakan bahwa dokter spesialis menginginkan pembatasan
jumlah pasien dengan 10-15 pasien, tetapi jika yang datang lebih pun akan
tetap di layani, tujuannya agar pelayanan dokter spesialis lebih maksimal
dengan pembatasan jumlah pasien RSBM yang berkunjung.
5. Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan beresiko tinggi
Masyarakat (sebagian) belum dapat memahami kehamilan risiko tinggi,
karena perbedaan latar belakang pendidikan dan budaya.
6. Pembukuan data layanan dokter spesialis yang tidak tertib pelaporannya
Pencatatan laporan kegiatan dalam buku kegiatan RSBM masih kurang
tertib, sehingga terlihat ketidaklengkapannya data dalam laporan kegiatan
RSBM, hal in terlihat dari pembukuan register kegiatan
II.2 Prioritas Masalah
Berdasarkan dari beberapa permasalahan masalah yang di dapat selama
observasi mengenai kegiatan Rumah Sakit Berbasis Masyarakat (RSBM) di
wilayah kerja Puskesmas Kejaksan untuk penentuan prioritas masalah, dilakukan
menggunakan analisis USG dengan mempertimbangkan kriteria sebagai berikut :
Tabel 1.2 Kriteria penentuan prioritas masalah dengan metode USG
U
S

Urgency
Seriousness

Growth

Tingkat kepentingan yang mendesak


Tingkat kesungguhan, bukan dengan waktu
penanganan masalah
Tingkat perkiraan dan bertambah buruknya
keadaan pada saat masalah mulai terlihat
sesudahnya

Tabel 1.3 Penilaian kriteria metode USG


NILAI
5
4
3
2

URGENCY
Sangat urgen
Cukup urgen
Urgen
Kurang urgen

KRITERIA
SERIOUSNESS
Sangat serius
Cukup serius
Serius
Kurang serius

GROWTH
Sangat tumbuh
Cukup
Tumbuh
Kurang tumbuh

Sangat kurang
urgen

Sangat kurang
serius

Sangat kurang
tumbuh

Dengan menjumlahkan (U + S + G), nilai tertinggi ditetapkan sebagi prioritas


masalah kesehatan.

Tabel 1.4 Masalah pokok dalam menentukan prioritas utama


No Masalah Pokok
1. Pelaksanaan kegiatan RSBM dimulai pada
bulan Maret.
2. Ketidaksesuaian jadwal kunjungan dokter
spesialis dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
3. Pasien ibu hamil tanpa risiko tinggi ingin
mengikutsertakan dalam pelayanan RSBM
4. Pembatasan jumlah pelayanan RSBM
5. Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang
kehamilan beresiko tinggi
7. Pembukuan data layanan dokter spesialis
yang tidak tertib pelaporannya
Dengan menjumlahkan (U+S+G), nilai

U S
3 3

G
4

Total rangking
10
2

11

2
3

2
3

3
3

7
9

6
3

tertinggi ditetapkan sebagai

prioritas masalah kesehatan. Dengan demikian kami kelompok Puskesmas


Kejaksan menentukan prioritas masalah/kasus yang kami dapatkan adalah
Optimalisasi pelaksanaan kegiatan RSBM dengan pengoptimalan jadwal
kunjungan dokter spesialis.
II.3 Analisis Masalah
Analisis dari prioritas masalah yang kami dapatkan yaitu jadwal dokter
spesialis yang tidak sesuai dengan yang sudah ditetapakan, hal ini terlihat dari
laporan pembukuan kegiatan RSBM yang di lakukan di Puskesmas Kejaksan dari
tahun 2012-2013 yang sudah di jelaskan sebelumnya. Analisis baik kekurangan
dan kelebihan yang akan terjadi yaitu:
Pohon Sasaran
Jadwal dokter spesialis yang tidak
sesuai dengan yang sudah ditetapkan
(-)
Pelayanan dokter
spesialis kurang optimal

sebab
b

10

akibat
b

akibat
b

Penapisan Ibu dan Bayi


risti menurun

Melemahnya tujuan yang ingin dicapai


Meningkatkan mutu pelayanan ibu dan
bayi secara terpadu dalam upaya penurun
kesakitan dan kematian ibu dan bayi

Gambaran kegiatan RSBM menunjukan data-data yang kurang optimal dari


permasalahan yang telah diungkapkan, berikut data di bawah ini.
-

Data kunjungan dr spesialis


Tabel. RSBM Kunjungan Anak Tahun 2013
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

Jumlah Pasien
3
3
3

Tabel. RSBM Kunjungan Obgyn Tahun 2013


Bulan

Jumlah Kunjungan/bulan

Jumlah

11

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

I
13 orang
6 orang
9 orang
3 orang
3 orang
5 orang
Jumlah

II
6 orang
7 orang
7 orang
13 orang
6 orang
7 orang

13 orang
12 orang
9 orang
3 orang
7 orang
7 orang
16 orang
11 orang
7 orang
88 orang

Data bumil dan neonatus risti


Neonatus dengan risiko tinggi sebanyak 6 orang dengan variasi kasus,
sedangkan ibu hamil dengan risiko tinggi 12 orang.

Pohon Sasaran

Optimalnya Jadwal kunjungan dokter


spesialis yang sesuai jadwal
(+)

Optimalnya pelayanan
dokter spesialis

akibat
b

akibat
b

Tercapainya tujuan yang ingin dicapai


Meningkatkan mutu pelayanan ibu dan
bayi secara terpadu dalam upaya penurun
kesakitan dan kematian ibu dan bayi

sebab
b

Penapisan Ibu dan Bayi


risti meningkat

12

Dari analisis masalah yang telah teruraikan, sudah terlihat suatu masalah yang
menjadi prioritas serta solusi yang akan dijelaskan pada bab berikutnya.

BAB III
PEMECAHAN MASALAH

III.1 Alternatif kegiatan untuk pemecahan masalah


1. Mengikutsertakan atau menambah sumber daya manusia dalam pelayanan

spesialisasi terkait RSBM


2. Mengganti jadwal kunjungan yang kosong karena tidak berkenaan hadir

pada saat itu dengan hari lain.


3. Menunjuk serta merekomendasikan sejawat untuk mengisi kegiatan
pelaksanaan RSBM apabila dokter spesialis yang memberikan layanan
tidak berkesempatan hadir
4. Dalam proses MOU sebaiknya melibatkan organisasi profesi terkait baik
dari POGI maupun IDAI setempat mengenai pelayanan dokter spesialis di
pelayanan swasta.
5. Memberikan informasi kepada calon pasien yang akan dikonsulkan
dengan dokter spesialis dalam kegiatan RSBM untuk tetap bersabar dalam
memperoleh layanan spesialis.

13

6. Membuat kebijakan antara dinas kesehatan kota Cirebon dengan

Organisasi Profesi terkait (POGI maupun IDAI) untuk melibatkan dokter


spesialis baru yang akan membuka praktek pribadi maupun bekerja di
rumah sakit dalam lingkup kota Cirebon untuk dapat berkontribusi serta
membuat komitmen terkait pelaksanaan RSBM.
7. Membentuk program gratifikasi untuk dokter yang bekerja dalam naungan
dinas kesehatan yang berprestasi untuk mengambil sekolah spesialisasi
yang sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksanaan RSBM

III.2 Urutan prioritas masalah


Berdasarkan alternatif solusi di atas, kami mengurutkan pemecahan
masalah berdasarkan peluang dari pemecahan prioritas masalah yang paling
mungkin dilakukan dan mudah diaplikasikan di masyarakat, oleh karena itu kami
membuat suatu scoring untuk menilai berbagai pemecahan masalah tersebut.
Dinilai dari beberapa aspek yaitu kemungkinan dapat dilaksanakan,inovasi baru
dan keefisienan dari solusi. Maka kami nilai sebagai berikut :
Tabel 3.1. Urutan Prioritas Kegiatan Pemecahan Masalah
Urutan
Solusi 1

Solusi 2
Solusi 3

Solusi 4
Solusi 5

Kegiatan
Menunjuk serta merekomendasikan
sejawat untuk mengisi kegiatan
pelaksanaan RSBM apabila dokter
spesialis yang memberikan layanan
tidak berkesempatan hadir.
Mengganti jadwal kunjungan yang
kosong karena tidak berkenaan hadir
pada saat itu dengan hari lain.
Dalam proses MOU sebaiknya
melibatkan organisasi profesi terkait
baik dari POGI maupun IDAI setempat
mengenai pelayanan dokter spesialis di
pelayanan swasta.
Mengikutsertakan atau menambah
sumber daya manusia dalam pelayanan
spesialisasi terkait RSBM
Membuat kebijakan antara dinas
kesehatan kota Cirebon dengan
Organisasi Profesi terkait (POGI
maupun IDAI) untuk melibatkan dokter

Nilai
90

90
80

90
90

14

spesialis baru yang akan membuka


praktek pribadi maupun bekerja di
rumah sakit dalam lingkup kota
Cirebon untuk dapat berkontribusi serta
membuat
komitmen
terkait
pelaksanaan RSBM.
Solusi 6

Solusi 7

Membentuk program beasiswa untuk 60


dokter yang bekerja dalam naungan
dinas kesehatan yang berprestasi untuk
mengambil sekolah spesialisasi yang
sesuai dengan kebutuhan dalam
pelaksanaan RSBM
Memberikan informasi kepada calon 70
pasien yang akan dikonsulkan dengan
dokter spesialis dalam kegiatan RSBM
untuk
tetap
bersabar
dalam
memperoleh layanan spesialis.

Pemecahan masalah yang diambil disertai alasan mengapa solusi tersebut


dipilih dan didukung oleh dasar atau bukti dari referensi yang disitasi. Dilihat dari
alternatif solusi yang diurutkan berdasarkan solusi yang paling mungkin
dilakukan, mudah dilakukan, menangani masalah yang terkait, dan mencapai
tujuan program RSBM, kami memilih Menunjuk serta merekomendasikan
sejawat untuk mengisi kegiatan pelaksanaan RSBM apabila dokter spesialis
yang memberikan layanan tidak berkesempatan hadir untuk dijadikan usulan
kegiatan sebagai solusi dari prioritas masalah.
Usulan pemecahan masalah disertai rancangan implementasi usulan
tersebut (meliputi rancangan kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan. Program
yang kami usulkan ini bertujuan untuk tercapainya tujuan yang dicapai dalam
kegiatan RSBM yaitu meningkatkan mutu pelayanan ibu dan bayi secara terpadu
dalam upaya penurun kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

III.3 Pemecahan masalah


Dilihat dari alternatif solusi yang diurutkan berdasarkan solusi yang paling
mungkin dilakukan, mudah dilakukan, menangani masalah yang terkait, dan
mencapai

tujuan

program

RSBM

kami

memilih

Menunjuk

serta

merekomendasikan sejawat untuk mengisi kegiatan pelaksanaan RSBM

15

apabila dokter spesialis yang memberikan layanan tidak berkesempatan


hadir untuk dijadikan usulan kegiatan sebagai solusi dari prioritas masalah.

III.4 Usulan pemecahan masalah dengan rancangan implementasi


Program yang kami usulkan dalam kesempatan belajar praktek lapangan
selama 4 minggu di Puskesmas kejaksan ini bertujuan untuk mengoptimalkan
kembali pelaksanaan kegiatan RSBM ini khususnya jadwal kunjungan dokter
spesialis ke Puskesmas RSBM tanggung jawabnya agar pelayanan dokter spesialis
semakin optimal dan penapisan kasus baik ibu risti maupun neonatus risti semakin
meningkat. Kegiatan dalam program yang kami usulkan yaitu :
1. Pengoptimalan jadwal kunjungan dokter spesialis dengan pengganti jika

dokter spesialis yang bertanggung jawab atas kegiatan RSBM wilayah


kegiatannya berhalangan untuk hadir berkunjung.
2. Keterlibatan peran serta dokter spesialis diperluas, seperti mengadakan

kembali MOU dengan organisasi profesi seperti POGI dan IDAI agar dokter
yang sudah termasuk dalam perangkat kegiatan RSBM jika berhalangan
untuk hadir dapat digantikan dengan dokter spesialis yang tidak termasuk
dalam perangkat kegiatan RSBM tersebut dalam hal ini tidak hanya pada
dokter yang sudah menandatangani MOU.
3. Membentuk program beasiswa untuk dokter yang bekerja dalam naungan
dinas kesehatan yang berprestasi untuk mengambil sekolah spesialisasi yang
sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksanaan RSBM.
Kegiatan ini berawal dari pengoptimalan jadwal kunjungan dokter spesialis
dengan pengganti jika spesialis berhalangan hadir sampai jika evaluasi program
ini masih tetap belum optimal langkah terakhir dengan membentuk program
gratifikasi untuk dokter yang bekerja dalam naungan dinas kesehatan yang
berprestasi untuk mengambil sekolah spesialisasi yang sesuai dengan kebutuhan
dalam pelaksanaan RSBM dan terwujudnya pelaksanaan yang optimal.

BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan

16

Kegiatan RSBM merupakan salah satu program unggulan yang dimiliki


oleh Kota Cirebon, hal tersebut di buktikan dengan adanya penurunan jumlah
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi. Berdasarkan data yang
dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Cirebon kematian ibu di kota Cirebon
sebelum adanya RSBM sebanyak 11 orang, sedangkan kematian bayi di kota
Cirebon sebanyak 79 orang. Setelah adanya program RSBM terjadi penurunan
jumlah kematian ibu dan kematian bayi, yakni sebanyak . Orang untuk
kematian ibu dan orang untuk kematian bayi pada tahun .. hal ini
menunjukkan sangat bermanfaatnya kegiatan RSBM dalam menurunkan dan
mengurangi angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Tetapi pada
pelaksanaannya kegiatan RSBM khususnya di Puskesmas Kejaksan masih
mempunyai berbagai permasalahan dalam pelayanannya, terutama jadwal
kunjungan pelayanan dokter spesialis yang masih belum optimal dikarenakan jam
kerja dari dokter spesialis yang bersangkutan cukup padat, sehingga pelayanan
kegiatan kunjungan dokter spesialis di Puskesmas tidak sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan. Untuk menangani permasalahan tersebut, adapun solusi
yang kami ajukan yaitu dengan menunjuk serta merekomendasikan sejawat untuk
mengisi kegiatan pelaksanaan RSBM apabila dokter spesialis yang memberikan
layanan tidak berkesempatan hadir.
IV.2 Saran
Diharapkan dengan adanya kegiatan praktek belajar lapangan ini, dengan
mengalisa kegiatan RSBM yang di selenggarakan di Puskesmas kejaksan dapat
memberikan dampak yang positif dan lebih optimal lagi untuk di kemudian
waktu.

DAFTAR PUSTAKA
RSBM
Profil Puskesmas tahun 2012
Data laporan RSBM KIA tahun 2012 dan 2013

Anda mungkin juga menyukai