Anda di halaman 1dari 4

Contoh penetapan standar cost

Contoh :
Untuk membuat 1 unit produk barang XYZ, dibutuhkan 5 kg bahan baku dengan harga
kontrak sebesar Rp1.000,-. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa standar harga bahan
baku adalah :
5 kg bahan baku x Rp 1.000,- = Rp 5.000,Penentuan Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung,
Dalam praktiknya, manajemen menetapkan standar tarif upah sesuai dengan Upah Minimum
Regional (UMR) dimana kegiatan operasi perusahaan berjalan. Terdapat dua komponen
biaya yang menentukan standar biaya tenaga kerja langsung, yakni :
# standar jam kerja,
# standar tarif upah tenaga kerja langsung.
Sedangkan dalam hal penentuan standar jam kerja terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perhitungan, yakni :
1. kapasitas normal perusahaan dalam satu tahun,
2. jumlah hari kerja dalam satu bulan,
3. efektivitas standar jam kerja dalam satu hari,
4. total pekerja dalam satu hari, dan
5. jumlah produksi dalam satu jamnya.
Contoh :
Jika kapasitas normal perusahaan XYZ dalam satu tahun :
* 1.000.000 unit produksi;
* 21 hari kerja dalam satu bulan adalah 21 hari;
* 7 jam kerja efektif per hari; dan
* 100 pekerja aktif dalam satu hari.
Maka jam kerja efektif perusahaan dalam 1 tahun :
100 pekerja x 7jam/hari x 21 hari kerja x 12 bulan = 176.400 jam
Diketahui UMR yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar Rp1.500.000,- per bulan. Maka
standar biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan perusahaan dalam satu tahun untuk
memproduksi 1.000.000 unit adalah :
100 pekerja x Rp 1.500.000,- x 12 bulan = Rp 1.800.000,Oleh karena itu maka akan didapatkan standar tarif upah yang digunakan dalam kondisi
kapasitas normal perusahaan adalah :
Rp 1.800.000,- : 176.400 jam = Rp 10.204,- per jam
Jika dalam 1 jam setiap orang dapat menciptakan 6 buah produ berarti 1 unit produk akan
memakan waktu sebesar 1/6 jam. Maka biaya standar untuk satu unit produksi adalah :

1/6 x Rp 10.204,- per jam = Rp 1.694,- per buah


Penentuan Standar Biaya Overhead
Penetapan standar biaya overhead didasarkan atas anggaran fleksibel yang ditetapkan oleh
perusahaan. Biaya overhead ditetapkan oleh bagian keuangan bekerjasama dengan bagian
produksi dan bagian akuntansi. Dasar pembebanan terhadap biaya overhead dapat
dibebankan pada jumlah jam tenaga kerja langsung yang berhubungan terhadap kegiatan
operasi perusahaan.
Adapun cara penghitungan tarif biaya standar overhead adalah :
Jumlah biaya overhead : jumlah jam kerja langsung
Setelah didapatkan tarif standar dari pembagian tersebut, maka biaya standar untuk membuat
satu unit produk adalah jumlah jam kerja untuk satu unit produksi dikalikan tariff standar
yang telah didapatkan. Dari perhitungan biaya standar tersebut maka akan didapatkan harga
pokok standar untuk setiap unit produksi adalah :
Biaya standar bahan baku
Biaya standar tenaga kerja langsung
Biaya standar overhead
Harga pokok standar produk

Rp xxxxxx,Rp xxxxxx,Rp xxxxxx,Rp xxxxxx,-

Contoh Kedua:
PT. Royal Bali Cemerlang, perusahaan manufactur di Tangerang yang khusus
memproduksi dasi(ties) Manajemen menginginkan agar perusahaan (bagian
produksi khsusunya) disiplin dalam menjalankan budget yang telah ditentukan
pada tanggal 01 January 2008, dan tidak melakukan pemborosan. Oleh sebab
itu, perusahaan menentukan standard cost untuk product dasi (tie) yang dibuat
sebagai berikut :

Standard Cost & Variancepada Raw Material


Pada tanggal 25 April, diterima kain sebanyak 1000 meters dari toko kain, pada faktur yang
diterima beserta kain, diperoleh data sebagai berikut:
Kain, Qty = 1500 meters, Unit Price Rp 26,000/meter, Total Amount Rp 39,000,000
Jika dibandingkan dengan standard cost tabel di atas, maka dapat kita temukan
perbedaannya, yaitu di unit price-nya, pada standard cost Rp 25,000/mtr, sedangkan
kenyataannya (actual cost di faktur) Rp 26,000, sehingga ada variance pada harga kain
sebesar Rp 1,000/meter, dan total variance = Rp 1,500,000
Maka dicatat dengan jurnal:
[Debit]. Raw Material = Rp 37,500,000
[Debit]. Raw Material Price Variance = 1,500,000
[Credit]. Account Payable = 39,000,000
Catatan: Raw Material yang dibeli tetap dicatat menggunakan Standard Cost, sehingga
nilai persediaan raw material akan meningkat sebesar Rp 37,500,000 saja (sesuai standard
Cost), meskipun tentu saja hutang tetap diakui sesuai dengan Actual Cost,
sedangkan perbedaan pada harga raw material diakui sebagai variance yang disebut
dengan Raw Material Price Variance.
Tanggal 28 April 2008, datang pengiriman kain yang ke-2, dengan faktur sebagai
berikut: Qty 1500 meters, Unit Price Rp 24,500/meter. Jika dibandingkan maka
dapat kita temukan adanya perbedaan lagi, tetapi kali ini harganya lebih rendah
Rp 500/meter dibandingkan standard cost.
Dicatat dengan jurnal:
[Debit]. Raw Material = Rp 37,500,000
[Credit]. Account Payable = Rp 36,750,000
[Credit]. Raw Material Price Variance = Rp 750,000

Nantinya di akhir bulan (pada penutupan bulan April 2008), buku besar akan
nampak sebagai berikut:
Buku Besar Raw Material :
25 April 2008, Debit = Rp 37,500,000
28 April 2008, Debit = Rp 37,500,000
---------------------------------------------* Saldo, Debit = Rp 75,000,000
(Catatan: sesuai dengan standard cost = 3000 pcs x 25,000 = 75,000,000)

Buku Besar Account Payable:


25 April 2008, Credit = Rp 39,000,000
28 April 2008, Credit = Rp 36,750,000
---------------------------------------------* Saldo, Debit = Rp 75,750,000
Raw Material Price Variance:
25 April 2008, Debit = Rp 1,500,000
28 April 2008, Credit = Rp 750,000
---------------------------------------------* Saldo, Debit = 750,000
Kesimpulan: Total Raw Material Variance, Debit= Rp 750,000
Artinya sejauh ini, Actual Raw Material Cost Rp 750,000 lebih tinggi
dibandingkan Standard Cost, artinya cost yang ditanggung oleh perusahaan
Rp 750,000 lebih tinggi dibandingkan cost yang diharapkan (expected cost),
karena actual cost lebih tinggi dibandingkan standard cost, artinya sampai
sejauh ini (per 31 april 2008 nanti) laba yang akan diterima oleh
perusahaan nantinya akan lebih rendah Rp 750,000 dibandingkan dengan
laba
yang
direncanakan,
tentu
itu
pertanda
buruk!,
Jika accounting bisa melaksanakan fungsinya: menganalisa bukti transaksi,
melakukan validasi, mencatat dengan akurat, memperlakukan transaksi dengan
benar, melakukan analisa dan pelaporan dengan benar dan TEPAT WAKTU,
masalah seperti ini harus langsung diketahui dan diantisipasi begitu data masuk
ke accounting (saat faktur penerimaan kain dan nota pembelian diterima)

Anda mungkin juga menyukai