Anda di halaman 1dari 69

DIABETES MELITUS TIPE II

Oleh :

Aziz Djohari

06120172

Hasnan Habibi Srg

07923048

Ari Gusnover
Milla Silvia

Putri Yanasari

07923027

0810312046

0810312083

Sari Budi Pertiwi 0810312093


Dwi Sabtika Julia 0810313212
Farah Nuruliayana0810314272
Nurdalila Bt Zainal

Pembimbing :

Dr. Amirah Zatil Izzah

0810314275

BAB I
PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma


klinis kelainan metabolik, ditandai oleh adanya
hiperglikemik yang disebabkan oleh defek
sekresi insulin, defek kerja insulin atau
keduanya.
Diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita
diabetes di Indonesia akan berjumlah 21,3 juta.
Tetapi, hanya 50% dari penderita diabetes di
Indonesia menyadari bahwa mereka menderita
diabetes, dan hanya 30% dari penderita
melakukan pemeriksaan secara teratur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA)
2005, Diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980
dikatakan bahwa diabetes melitus sebagai suatu
kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang
merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana
didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin.

2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut American
Diabetes Association (ADA), 2005, yaitu
1.
Diabetes Melitus Tipe 1
2.
Diabetes Melitus Tipe 2
3.
Diabetes Melitus Tipe lain
a. Defek genetik pada fungsi sel beta
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas
d. Endokrinopati
e. Diinduksi obat atau zat kimia
f. Infeksi
g. Imunologi
4. DM Gestasional

2.3 Prevalensi

World Health Organization (WHO) memperkirakan,


prevalensi global diabetes melitus tipe 2 akan
meningkat dari 171 juta orang pada 2000 menjadi 366
juta tahun 2030. WHO memperkirakan Indonesia
menduduki ranking ke-4 di dunia dalam hal jumlah
penderita diabetes setelah China, India dan Amerika
Serikat.

2.4 Patogenesis

2.4.1 Diabetes mellitus tipe 1


Defisiensi insulin absolut akibat destuksi sel beta,
karena:
1.autoimun
2. idiopatik

2.4.2 Diabetes Melitus Tipe 2

1.
2.

3.

Pasien DM tipe 2 mempunyai dua defek fisiologik :


sekresi insulin abnormal dan resistensi terhadap kerja
insulin pada jaringan sasaran (target). Secara
deskriptif, tiga fase dapat dikenali pada urutan klinis
yang biasa.
Glukosa plasma tetap normal walaupun terlihat
resistensi insulin karena kadar insulin meningkat.
Resistensi insulin cenderung memburuk sehingga
meskipun konsentrasi insulin meningkat, tampak
intoleransi glukosa dalam bentuk hiperglikemia
setelah makan.
Resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi
insulin menurun, menyebabkan hiperglikemia puasa
dan diabetes yang nyata.

2.5 Manifestasi Klinik


Polifagi dengan penurunan berat badan,
Polidipsi dengan poliuri, juga keluhan
tambahan lain seperti sering kesemutan, rasa
baal dan gatal di kulit.
Kriteria diagnostik :
Gula Darah Sewaktu 200 mg/dl.
Gula Darah Puasa 126 mg/dl.
Gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl.
TTGO dilakukan dengan standard WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 gram glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi


kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalamkelompok TGT (toleransi
glukosa terganggu) atau GDPT (glukosa darah
puasa terganggu) dari hasil yang diperoleh
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah
pembenanan antara 140-199 mg/dl
GDPT : glukosa darah puasa antara 100-125
mg/dl

2.6 Komplikasi
a. Penyulit akut
1. Ketoasidosis diabetik
KAD adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi
insulin absolut atau relatif dan peningkatan hormon kontra
regulator (glukagon, katekolamin, kortisol dan hormon
pertumbuhan). Keadaan tersebut menyebabkan produksi
glukosa hati meningkat dan penggunaan glukosa oleh sel
tubuh menurun dengan hasil akhir hiperglikemia.

2. Koma Hiperosmolar Non Ketotik


Ditandai dengan penurunan kesadaran dengan
gula darah lebih besar dari 600 mg% tanpa
ketosis yang berarti dan osmolaritas plasma
melebihi 350 mosm. Keadaan ini jarang
mengenai anak-anak, usia muda atau diabetes
tipe non insulin dependen karena pada keadaan
ini pasien akan jatuh kedalam kondisi KAD,
sedang pada DM tipe 2 dimana kadar insulin
darah nya masih cukup untuk mencegah lipolisis
tetapi tidak dapat mencegah keadaan
hiperglikemia sehingga tidak timbul
hiperketonemia

3. Hipoglikemia
Ditandai dengan menurunnya kadar glukosa
darah < 60 mg% tanpa gejala klinis atau GDS
< 80 mg% dengan gejala klinis. Dimulai dari
stadium parasimpatik: lapar, mual, tekanan
darah turun. Stadium gangguan otak ringan :
lemah lesu, sulit bicara gangguan kognitif
sementara. Stadium simpatik, gejala
adrenergik yaitukeringat dingin pada muka,
bibir dan gemetar dada berdebar-debar.
Stadium gangguan otak berat, gejala
neuroglikopenik : pusing, gelisah, penurunan
kesadaran dengan atau tanpa kejang.

b. Penyulit menahun
1. Mikroangiopati
Terjadi pada kapiler arteriol karena disfungsi endotel
dan trombosis.
Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik nonproliferatif, karena
hiperpermeabilitas dan inkompetens vasa. Kapiler
membentuk kantung-kantung kecil menonjol seperti
titik-titik mikroaneurisma dan vena retina mengalami
dilatasi dan berkelok-kelok. Bahayanya dapat terjadi
perdarahan disetiap lapisan retina. Rusaknya sawar
retina darah bagian dalam pada endotel retina
menyebabkan kebocoran cairan dan konstituen plasma
ke dalam retina dan sekitarnya menyebabkan edema
yang membuat gangguan pandang.

Pada retinopati diabetik prolferatif terjadi iskemia


retina yang progresif yang merangsang
neovaskularisasi yang menyebabkan kebocoran
protein-protein serum dalam jumlah besar.
Neovaskularisasi yang rapuh ini berproliferasi ke
bagian dalam korpus vitreum yang bila tekanan
meninggi saat berkontraksi maka bisa terjadi
perdarahan masif yang berakibat penurunan
penglihatan mendadak. Dianjurkan penyandang
diabetes memeriksakan matanya 3 tahun sekali
sebelum timbulnya gejala dan setiap tahun bila sudah
mulai ada kerusakan mikro untuk mencegah
kebutaan. Faktor utama adalah gula darah yang
terkontrol memperlambat progresivitas kerusakan
retina.

Nefropati

Diabetik
Ditandai dengan albuminura menetap > 300 mg/24
jam atau > 200 ig/menit pada minimal 2x
pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan. Berlanjut
menjadi proteinuria akibat hiperfiltrasi patogenik
kerusakan ginjal pada tingkat glomerulus. Akibat
glikasi nonenzimatik dan AGE, advanced glication
product yang ireversible dan menyebabkan
hipertrofi sel dan kemoatraktan mononuklear serta
inhibisi sintesis nitric oxide sebagai vasadilator,
terjadi peningkatan tekanan intraglomerulus dan
bila terjadi terus menerus dan inflamasi kronik,
nefritis yang reversible akan berubah menjadi
nefropati dimana terjadi keruakan menetap dan
berkembang menjadi chronic kidney disease.

Neuropati

diabetik
Yang tersering dan paling penting adalah
neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi
distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus
kaki dan amputasi. Gejala yang sering
dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar
sendiri dan lebih terasa sakit di malam hari.
Setelah diangnosis DM ditegakkan, pada
setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk
mendeteksi adanya polineuropati distal
dengan pemeriksaan neurologi sederhana,
dengan monofilamen 10 gram, dilakukan
sedikitnya setiap tahun.

2. Makroangiopati
Pembuluh darah jantung atau koroner dan
otak
Kewaspadaan kemungkinan terjadinya PJK dan
stroke harus ditingkatkan terutama untuk
mereka yang mempunyai resiko tinggi seperti
riwayata keluarga PJK atau DM.
Pembuluh darah tepi
Penyakit arteri perifer sering terjadi pada
penyandang diabetes, biasanya terjadi dengan
gejala tipikal intermiten atau klaudikasio,
meskipun sering anpa gejala. Terkadang ulkus
iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama
muncul.

PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI

Kebutuhan basal :
Laki-laki = berat badan ideal (kg) x 30 kalori
Wanita

= berat badan ideal (kg) x 25 kalori

Koreksi :
Umur

40-59 th

60-69

-10%

>70%

-20

+10%

-5%

Aktivitas
Istirahat

Aktivitas sedang

Aktivitas ringan: +20%


:

+30%

Aktivitas berat : +50%

Berat badan
Kegemukan

Kurus

+20-30%

Stress metabolik

- 20-30%
:

+ 10-30%

Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar :


makan pagi 20%
makan siang 30% a
makan malam 25%
2-3 porsi ringan 10-15% diantara porsi besar

LATIHAN JASMANI

DM ringan atau terkontrol bisa latihan berat


DM yang agak berat (GDS > 350 mg/dl) olahraga ringan
Semua latihan harus memenuhi: CRIPE, yaitu:
Continous : berkesinambungan
Rhytmical: berirama, yaitu otot berkontraksi dan relaksi
secara teratur.
Interval : dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan
lambat.
Progresive dilakukan bertahap sesuai kemampuan
(intensitas ringan sampai sedang hingga 30-60 menit)
Endurance : latihan daya tahan untuk meningkatkan
kemampuan kardiopulmoner seperti jalan santai, jogging

OBAT HIPOGLIKEMI ORAL


Insulin Secretagogue

glukosidase inhibitor (acarbose) : Bekerja


menghambat absorbsi glukosa di usus halus sehingga
mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah
sesudah makan

INDIKASI INSULIN

penurunan berat badan yang cepat

TERAPI KOMBINASI
D

PENCEGAHAN
Primer

BAB II
LAPORAN
KASUS

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
a.

Nama : Ratna wilis


b. Umur: 73 tahun
c. Alamat : Jl. Padang pasir 9, no 26 A

Latar belakang sosial ekonomidemografi lingkungankeluarga-kebiasaan


Status

Pernikahan : Menikah

Jumlah
Status

Anak : 9 orang

Ekonomi Keluarga

Cukup, penghasilan dari anak pasien Rp


3.500.000,-

KONDISI RUMAH
Ibu

Ratna tinggal di sebuah rumah permanen.

Luas rumah 5x7m2 yang terdiri atas rumah inti


dan paviliun, rumah inti terdiri dari 2 kamar
tidur, ruang keluarga dan dapur.

Untuk

MCK di kamar mandi yang terdapat di

dalam rumah.
Sirkulasi

udara baik dan terdapat ventilasi yang

cukup di dalam rumah.

KEBIASAAN SEHARI-HARI
Kebiasaan

makan

3x

sehari-hari, setiap hari pasien


sehari

dengan

porsi

yang

secukupnya setengah piring dengan lauk


pauk seperti ikan, tahu, tempe, dan sering
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan

Pasien sudah memulai untuk hidup sehat


sejak 2 tahun yang lalu, sebelumnya pasien
sering mengemil

Kebiasaan

merasa

pada saat sakit, ketika pasien


sering

lelah,

pasien

hanya

membatasi makanan dan mengkonsumsi


obat yang didapatkan dipuskesmas
Kebiasaan

olahraga

jarang

dilakukan,

aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah


tangga juga tidak terlalu banyak karena
telah dibantu oleh dua orang anaknya

ANAMNESIS
Seorang wanita usia 73 tahun datang ke Puskesmas
Padang Pasir, dengan :
Keluhan Utama

Kontrol gula darah


Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien

sering merasa letih walaupun tidak melakukan

aktivitas berat
Pasien

sering merasa haus

Pasien

sering merasa lapar

Pasien

sering terbangun malam hari karena ingin BAK

Nilai

gula darah paling tinggi >300, pada

pemeriksaan 1 bulan yang lalu


Penurunan

berat badan

5 kg selama

setahun terakhir tanpa sebab


Riwayat

mata kiri kabur sejak tahun 2005

dan telah dilakukan pemeriksaan dengan


dokter mata, didapatkan retinopati diabetik.
Kini mata kiri pasien tidak dapat berfungsi
seperti biasa

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien

sudah dikenal dengan diabetes melitus

sejak 10 tahun yang lalu, sering tidak kontrol


berobat namun dua tahun terakhir pasien
berobat teratur ke puskesmas

Pasien

menderita hipertensi sejak 8 tahun yang

lalu dan berobat teratur ke puskesmas

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Kakak perempuan pasien juga menderita


penyakit diabetes mellitus

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum

: baik

Tinggi badan

: 145 cm

Berat badan

: 48 kg

IMT : 22.87

Tekanan darah :160/ 90mmHg

HR

: 87x/menit

RR

: 20x/menit

Suhu : 36,80 C

Status

Okuler Dekstra Okuler Sinistra

Ophtalmikus
Visus
Silia/ Supersilia

3/5
Madarosis(-),

0
Madarosis(-),

Trikiasis (-)
Palpebra superior Udem (-)

Trikiasis (-)
Udem (-)

Palpebra inferior

Udem (-)

Udem (-)

Margo palpebral

Hordeolum (-)

Hordeolum (-)

Khalazion (-)

Khalazion (-)

Konjungtiva

Hiperemis (-),

tarsalis

Papil (-), Folikel (-) Papil (-), Folikel (-)

Konjungtiva forniks Khemosis (-)

Konjungtiva bulbi

Sclera

Hiperemis (-),

Khemosis (-)

Hiperemis(-), Injeksi Hiperemis(-), Injeksi


Konjungtiva(-),

Konjungtiva(-),

Injeksi Siliaris

Injeksi Siliaris

(-), Sekret (-)


Tidak dilakukan

(-), Sekret (-)


Tidak dilakukan

Kornea

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Iris

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Pupil

Bulat,

diameter

3 Sulit dinilai

mm, reflex (+)


Lensa
Tekanan
okuli
Gerakan
okuli

Tidak dilakukan

Keruh

bulbus Normal

dengan Normal

palpasi

palpasi

dengan

bulbus Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

Telinga , Hidung, Tenggorok : dalam batas normal

Toraks
Paru

Inspeksi : simetris kiri dan kanan

Palpasi

Perkusi : sonor

Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

: fremitus kiri = kanan

Jantung

Inspeksi : Iktus tidak terlihat

Palpasi

Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : irama teratur, bising (-)

: Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit. Distensi (-)
Palpasi

: Hepar dan lien tidak teraba, NT(-),

NL(-)
Perkusi

:Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Extremitas

Tidak ditemukan adanya edema maupun


sianosis, refiling kapiler kurang dari 1 detik,

Pemeriksaan Penunjang

GDR

: 184 mg/dl

DIAGNOSIS HOLISTIK
Aspek personal

Pasien sering merasa letih padahal tidak melakukan kegiatan


yang berat, sering merasa haus dan lapar, BAK sering pada
malam hari.

Mata kiri pasien tidak berfungsi karena keterlambat


mendapatkan pengobatan.

Kedua keluhan tersebut mengganggu aktivitas pasien melakukan


pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.
Aspek klinis

Diabetes

Mellitus tipe II tidak terkontrol dengan hipertensi grade

I ec essential

Aspek Faktor Resiko Internal

Pola Makan

Pola makan yang tidak sehat,

Aktivitas yang kurang :


Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.
Dikategorikan sebagai aktivitas ringan, kegiatan
sehari-hari membereskan rumah memasak, jika
tidak ada kegiatan duduk-duduk.

Faktor usia
pasien > 70 tahun

Aspek faktor resiko eksternal

Pola makan keluarga :


Pasien dan keluarga sering makan berat diantara
waktu makan yang telah ditentukan, ini menjadi
suatu kebiasaan

Perhatian keluarga :
ahli keluarga pasien merupakan tenaga kesehatan
namun tinggal jauh di Jakarta sehingga anak
pasien yang tinggal bersama pasien tidak terlalu
mengerti diet untuk pasien diabetes dan jarang bisa
membatasi makan pasien.

Aspek penilaian fungsional

Terganggu aktivitas sehari-hari karena sering


merasa letih dan pola tidur pasien terganggu karena
sering BAK di malam hari.

MANAJEMEN

Promotif

Edukasi kepada pasien mengenai penyakit DM


merupakan

penyakit

yang

disebabkan

oleh

peningkatan gula dalam darah,

Edukasi mengenai

penyakit DM tidak dapat

disembuhkan

dapat

tapi

perubahan gaya hidup dan

dikontrol

dengan

obat-obatan, serta

komplikasi yang mungkin terjadi seperti gangguan


penglihatan mata, gangguan pada ginjal, jantung
dan lain- lain.

Edukasi kepada pasien megenai pola diet pada


penderita

diabetes

dengan

membatasi

asupan

karbohidrat serta bersesuaian dengan daftar diet


pasien

diabetes.

Selain

itu

pasien

harus

mengamalkan diet rendah garam (1 sendok makan


perez 6mg/ hari) untuk mengontrol tekanan darah.

Edukasi kepada keluarga karena anggota keluarga


juga memiliki resiko tinggi untuk terkena DM

PREVENTIF

Menjaga kadar gula darah untuk menghindari


kerusakan pembuluh darah kecil seperti pada mata
dan saraf berupa kesemutan pada bagian ujung
jari. Serta menghindari kerukan pembuluh darah
besar seperti gangguan pada ginjal dan jantung.

Pemeriksaan berkala untuk mencegah agar tidak


terjadi komplikasi lebih lanjut.

Olah raga 3-4 kali seminggu selama jam, olah raga


yang ringan seperti jalan santai, bersepeda, berenang.

Menjaga berat badan dalam keadaan stabil atau ideal.

Memakai sandal atau sepatu jika keluar rumah,


sandal dan sepatu tidak boleh yang sempit untuk
mencegah terjadi luka yang tidak dapat disembuhkan

KURATIF
Non Farmakologis
Terapi Gizi Medis
Perubahan pola makan yang didasarkan pada gaya
hidup dan pola kebiasaan makan. Beberapa faktor
yang

perlu

diperhatikan

sebelum

melakukan

perubahan pola makan pada pasien diabetes adalah


tinggi badan, berat badan, status gizi, status
kesehatan, aktivitas fisik, dan faktor usia.

Pasien seorang wanita berusia 73 tahun,


mempunyai tinggi 145 cm dan berat badan 48 kg,
mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.

Berat Badan Ideal


=45-4,5
= 40,5 kg

= (145-100)-10 %

Status Gizi
= (BB actual : BB ideal) x 100 %
=( 48 kg:40,5 kg) x 100 %
= 118,5 %

Jumlah kebutuhan kalori perhari

Kebutuhan kalori basal = BB ideal x 25 kalori =


40,5 x 25 kalori= 1012,5kalori
Koreksi aktivitas ringan +20 % = 20 % x 1012,5 =
202,5 kalori
Koreksi berat badan ideal +20% = 20% x 1012,5 =
202,5 kalori
Umur diatas 70 tahun dikurangi -20 % = 20% x
1012,5 = 202,5 kalori

Jadi total kebutuhan kalori perhari untuk


penderita

1012,5

kalori

202,5

kalori-

202,5kalori -202,5 kalori =1215 kalori

Untuk

mempermudah

perhitungan

dalam

konsultasi gizi digenapkan menjadi 1200 kalori

Makanan tersebut dibagi dalam tiga porsi besar untuk makan


pagi 20%, makanan siang 30%, makan sore 25%, 2-3 porsi
makanan ringan 10-15 %.

Distribusi makanan :

Karbohidrat 60 % = 60 % x 1200 kalori = 720 kalori dari


karbohidrat yang setara dengan 180 gram karbohidrat (720
kalori: 4 kalori/gram karbohidrat)
Protein 20 %=20 % x 1200 kalori = 240 kalori dari protein yang
setara dengan 60 gram protein (240 kalori : 4 kalori/gram
protein)
Lemak 20 % =20% x 1200 kalori = 240 kalori dari lemak yang
setara dengan 26,7 gram lemak (240 kalori : 9 kalori /gram
lemak)

CONTOH POLA MAKAN PASIEN


DIABETES :
1200 KAL/HARI
Golongan Bahan Makanan

Jumlah

Nasi atau penukar

Ikan atau penukar

Daging atau penukar

Tempe atau penukar

Sayuran/penukar A

Sayuran/penukar B

Buah atau penukar

Susu atau penukar

Minyak atau penukar

PEMBAGIAN MAKANAN SEHARI TIAP STANDAR


DIET DIABETES MELLITUS DAN NILAI GIZI
Jenis Makanan

Jumlah

Takaran

Menu

Nasi

1/3 gls

Nasi

Ikan

1 ptg sdg

Pepes ikan

Tempe

2 ptg sdg

Oseng-oseng tempe

Sayuran A

1 sdm

Sop oyong+tomat

Minyak

1 ptg sdg

Papaya

Pagi

Pukul 10.00
Buah

Susu

Siang
Nasi

gelas

Nasi

Daging

1 ptg sdg

Daging

Tempe

2 ptg sdg

Tempe goring

Sayuran A

1 gls

Sop oyong + tomat

Sayuran B

bh sdg

Lalapan kc panjang

Buah

sdm

Nenas

Minyak

Pukul 16.00
Buah

1 bh

Pisang

Nasi

gls

Nasi

Ikan

1 ptg sdg

Pepes ikan

Tempe

2 ptg sdg

Tempe bacem

Sayuran A

1 gls

Sop ayam

Sayuran B

1 ptg sdg

tomat

Buah

sdm

Stup buncis +

Minyak

Malam

wortel
Papaya

BAHAN MAKANAN YANG TIDAK DIANJURKAN (DIBATASI/DIHINDARI)

Mengandung banyak gula sederhana, seperti :

Gula pasir, gula jawa


Sirop, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula,
susu kental manis, minuman botol ringan dan es krim
Kue-kue manis, dodol, dan lain-lain

Mengadung

banyak lemak, seperti cake,


makan siap saji (fast food), goreng-gorengan
Mengandung banyak natrium, seperti ikan
asin, telur asin, makanan yang diawetkan.

LATIHAN JASMANI PADA PASIEN DIABETES


Frekuensi :
jumlah oalahraga perminggu sebaiknya dilakukan
denga teratur 3-5 kali per minggu
Intensitas
:
Ringan dan sedang (60-70 % Maximum Heart
Rate)
Durasi
:
30-60 menit
Jenis :
latihan jasmani untuk meningkatkan
kemamapuan kardiorespirasi seperti jalan,
jogging, berenang, dan bersepeda

Farmakologis
Metformin 1x250 mg
Amlodipin 1x5mg

Rehabilitatif
-Kontrol teratur ke puskesmas dan pemeriksaan
gula darah dan tekanan darah secara berkala

Masalah yang ditemukan


1. Keluarga belum mendukung secara maksimal
untuk pengaturan pola makan
2. Pasien tidak melakukan olahraga.
Manajemen
Komunikasikan pada keluarga untuk ikut serta
mengontrol pola makan
Edukasi pasien untuk kontrol teratur ke puskesmas
dan rutin untuk cek gula darah dan tekanan darah.
Edukasi pasien untuk melakukan olahraga secara
rutin

DINAS KESEHATAN KODYA PADANG


PUSKESMAS PADANG PASIR
DOKTER : DR.MILLA SILVIA

Tanggal: 11 Maret 2014


R/ Metformin tab 500 mg No.XV
S 1 dd tab I

R/ Amlodipin tab 5 mg
S 1 dd tab I/2 tab

No.VII

Pro : Ratna
Umur : 73 tahun
Alamat: Jl. Padang Pasir 9, No. 26A

FOLLOW UP

HARI/TANGGAL : SABTU/8 MARET


2014
STATUS GENERALIS
Keadaan

Umum : tidak tampak sakit

Kesadaran

: CMC

Nadi:

87x/ menit

Nafas

: 20x/menit

TD:

160/90 mmHg

Suhu

: 36,80C

BB:

48 kg

TB :

145 cm

Status

gizi : Baik

Mata

: konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik

Kulit

: tidak ada kelainan

KGB:

tidak teraba membesar

Thorak
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi
(-/-)wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama teratur, bising (-)

Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit, distensi (-)
Palpasi
: hepar dan lien tidak teraba, nyeri
tekan (-), nyeri lepas (-),
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Extremitas
Tidak ditemukan adanya edema maupun
sianosis, capillary refill kurang dari 1 detik

Kesan pasien
Rasa letih semakin berkurang
BAK pada malam hari berkurang

Manajemen
Lanjutkan pengobatan yang dilakukan
Edukasi pasien jika obat sudah habis
tetap harus kontrol ke puskesmas

FOLLOW UP
HARI/TANGGAL : SELASA /11 MARET 2014

STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
: tidak tampak sakit
Kesadaran : CMC
Nadi : 74x/ menit
Nafas : 21x/menit
TD: 150/80 mmHg
Suhu : 36,50C
BB: 48 kg
TB : 145 cm
Status gizi : Baik
Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : tidak ada kelainan
KGB : tidak teraba membesar

Thorak
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi
: fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi
(-/-)wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi
: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama teratur, bising (-)

Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit, distensi (-)
Palpasi
: hepar dan lien tidak teraba, nyeri
tekan (-), nyeri lepas (-),
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Extremitas
Tidak ditemukan adanya edema maupun
sianosis, capillary refill kurang dari 1 detik
Pemeriksaan gula darah :119mg/dl

Kesan pasien
Rasa letih semakin berkurang
BAK pada malam hari berkurang

Manajemen
Lanjutkan pengobatan yang dilakukan
Edukasi pasien jika obat sudah habis tetap harus
kontrol ke puskesmas

Anda mungkin juga menyukai