Oleh :
Aziz Djohari
06120172
07923048
Ari Gusnover
Milla Silvia
Putri Yanasari
07923027
0810312046
0810312083
Pembimbing :
0810314275
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA)
2005, Diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980
dikatakan bahwa diabetes melitus sebagai suatu
kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang
merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana
didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin.
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut American
Diabetes Association (ADA), 2005, yaitu
1.
Diabetes Melitus Tipe 1
2.
Diabetes Melitus Tipe 2
3.
Diabetes Melitus Tipe lain
a. Defek genetik pada fungsi sel beta
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas
d. Endokrinopati
e. Diinduksi obat atau zat kimia
f. Infeksi
g. Imunologi
4. DM Gestasional
2.3 Prevalensi
2.4 Patogenesis
1.
2.
3.
2.6 Komplikasi
a. Penyulit akut
1. Ketoasidosis diabetik
KAD adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi
insulin absolut atau relatif dan peningkatan hormon kontra
regulator (glukagon, katekolamin, kortisol dan hormon
pertumbuhan). Keadaan tersebut menyebabkan produksi
glukosa hati meningkat dan penggunaan glukosa oleh sel
tubuh menurun dengan hasil akhir hiperglikemia.
3. Hipoglikemia
Ditandai dengan menurunnya kadar glukosa
darah < 60 mg% tanpa gejala klinis atau GDS
< 80 mg% dengan gejala klinis. Dimulai dari
stadium parasimpatik: lapar, mual, tekanan
darah turun. Stadium gangguan otak ringan :
lemah lesu, sulit bicara gangguan kognitif
sementara. Stadium simpatik, gejala
adrenergik yaitukeringat dingin pada muka,
bibir dan gemetar dada berdebar-debar.
Stadium gangguan otak berat, gejala
neuroglikopenik : pusing, gelisah, penurunan
kesadaran dengan atau tanpa kejang.
b. Penyulit menahun
1. Mikroangiopati
Terjadi pada kapiler arteriol karena disfungsi endotel
dan trombosis.
Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik nonproliferatif, karena
hiperpermeabilitas dan inkompetens vasa. Kapiler
membentuk kantung-kantung kecil menonjol seperti
titik-titik mikroaneurisma dan vena retina mengalami
dilatasi dan berkelok-kelok. Bahayanya dapat terjadi
perdarahan disetiap lapisan retina. Rusaknya sawar
retina darah bagian dalam pada endotel retina
menyebabkan kebocoran cairan dan konstituen plasma
ke dalam retina dan sekitarnya menyebabkan edema
yang membuat gangguan pandang.
Nefropati
Diabetik
Ditandai dengan albuminura menetap > 300 mg/24
jam atau > 200 ig/menit pada minimal 2x
pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan. Berlanjut
menjadi proteinuria akibat hiperfiltrasi patogenik
kerusakan ginjal pada tingkat glomerulus. Akibat
glikasi nonenzimatik dan AGE, advanced glication
product yang ireversible dan menyebabkan
hipertrofi sel dan kemoatraktan mononuklear serta
inhibisi sintesis nitric oxide sebagai vasadilator,
terjadi peningkatan tekanan intraglomerulus dan
bila terjadi terus menerus dan inflamasi kronik,
nefritis yang reversible akan berubah menjadi
nefropati dimana terjadi keruakan menetap dan
berkembang menjadi chronic kidney disease.
Neuropati
diabetik
Yang tersering dan paling penting adalah
neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi
distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus
kaki dan amputasi. Gejala yang sering
dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar
sendiri dan lebih terasa sakit di malam hari.
Setelah diangnosis DM ditegakkan, pada
setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk
mendeteksi adanya polineuropati distal
dengan pemeriksaan neurologi sederhana,
dengan monofilamen 10 gram, dilakukan
sedikitnya setiap tahun.
2. Makroangiopati
Pembuluh darah jantung atau koroner dan
otak
Kewaspadaan kemungkinan terjadinya PJK dan
stroke harus ditingkatkan terutama untuk
mereka yang mempunyai resiko tinggi seperti
riwayata keluarga PJK atau DM.
Pembuluh darah tepi
Penyakit arteri perifer sering terjadi pada
penyandang diabetes, biasanya terjadi dengan
gejala tipikal intermiten atau klaudikasio,
meskipun sering anpa gejala. Terkadang ulkus
iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama
muncul.
Kebutuhan basal :
Laki-laki = berat badan ideal (kg) x 30 kalori
Wanita
Koreksi :
Umur
40-59 th
60-69
-10%
>70%
-20
+10%
-5%
Aktivitas
Istirahat
Aktivitas sedang
+30%
Berat badan
Kegemukan
Kurus
+20-30%
Stress metabolik
- 20-30%
:
+ 10-30%
LATIHAN JASMANI
INDIKASI INSULIN
TERAPI KOMBINASI
D
PENCEGAHAN
Primer
BAB II
LAPORAN
KASUS
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
a.
Pernikahan : Menikah
Jumlah
Status
Anak : 9 orang
Ekonomi Keluarga
KONDISI RUMAH
Ibu
Untuk
dalam rumah.
Sirkulasi
KEBIASAAN SEHARI-HARI
Kebiasaan
makan
3x
dengan
porsi
yang
Kebiasaan
merasa
lelah,
pasien
hanya
olahraga
jarang
dilakukan,
ANAMNESIS
Seorang wanita usia 73 tahun datang ke Puskesmas
Padang Pasir, dengan :
Keluhan Utama
aktivitas berat
Pasien
Pasien
Pasien
Nilai
berat badan
5 kg selama
Pasien
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: baik
Tinggi badan
: 145 cm
Berat badan
: 48 kg
IMT : 22.87
HR
: 87x/menit
RR
: 20x/menit
Suhu : 36,80 C
Status
Ophtalmikus
Visus
Silia/ Supersilia
3/5
Madarosis(-),
0
Madarosis(-),
Trikiasis (-)
Palpebra superior Udem (-)
Trikiasis (-)
Udem (-)
Palpebra inferior
Udem (-)
Udem (-)
Margo palpebral
Hordeolum (-)
Hordeolum (-)
Khalazion (-)
Khalazion (-)
Konjungtiva
Hiperemis (-),
tarsalis
Konjungtiva bulbi
Sclera
Hiperemis (-),
Khemosis (-)
Konjungtiva(-),
Injeksi Siliaris
Injeksi Siliaris
Kornea
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Iris
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pupil
Bulat,
diameter
3 Sulit dinilai
Tidak dilakukan
Keruh
bulbus Normal
dengan Normal
palpasi
palpasi
dengan
Toraks
Paru
Palpasi
Perkusi : sonor
Jantung
Palpasi
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit. Distensi (-)
Palpasi
NL(-)
Perkusi
:Timpani
Extremitas
Pemeriksaan Penunjang
GDR
: 184 mg/dl
DIAGNOSIS HOLISTIK
Aspek personal
Diabetes
I ec essential
Pola Makan
Faktor usia
pasien > 70 tahun
Perhatian keluarga :
ahli keluarga pasien merupakan tenaga kesehatan
namun tinggal jauh di Jakarta sehingga anak
pasien yang tinggal bersama pasien tidak terlalu
mengerti diet untuk pasien diabetes dan jarang bisa
membatasi makan pasien.
MANAJEMEN
Promotif
penyakit
yang
disebabkan
oleh
Edukasi mengenai
disembuhkan
dapat
tapi
dikontrol
dengan
obat-obatan, serta
diabetes
dengan
membatasi
asupan
diabetes.
Selain
itu
pasien
harus
PREVENTIF
KURATIF
Non Farmakologis
Terapi Gizi Medis
Perubahan pola makan yang didasarkan pada gaya
hidup dan pola kebiasaan makan. Beberapa faktor
yang
perlu
diperhatikan
sebelum
melakukan
= (145-100)-10 %
Status Gizi
= (BB actual : BB ideal) x 100 %
=( 48 kg:40,5 kg) x 100 %
= 118,5 %
1012,5
kalori
202,5
kalori-
Untuk
mempermudah
perhitungan
dalam
Distribusi makanan :
Jumlah
Sayuran/penukar A
Sayuran/penukar B
Jumlah
Takaran
Menu
Nasi
1/3 gls
Nasi
Ikan
1 ptg sdg
Pepes ikan
Tempe
2 ptg sdg
Oseng-oseng tempe
Sayuran A
1 sdm
Sop oyong+tomat
Minyak
1 ptg sdg
Papaya
Pagi
Pukul 10.00
Buah
Susu
Siang
Nasi
gelas
Nasi
Daging
1 ptg sdg
Daging
Tempe
2 ptg sdg
Tempe goring
Sayuran A
1 gls
Sayuran B
bh sdg
Lalapan kc panjang
Buah
sdm
Nenas
Minyak
Pukul 16.00
Buah
1 bh
Pisang
Nasi
gls
Nasi
Ikan
1 ptg sdg
Pepes ikan
Tempe
2 ptg sdg
Tempe bacem
Sayuran A
1 gls
Sop ayam
Sayuran B
1 ptg sdg
tomat
Buah
sdm
Stup buncis +
Minyak
Malam
wortel
Papaya
Mengadung
Farmakologis
Metformin 1x250 mg
Amlodipin 1x5mg
Rehabilitatif
-Kontrol teratur ke puskesmas dan pemeriksaan
gula darah dan tekanan darah secara berkala
R/ Amlodipin tab 5 mg
S 1 dd tab I/2 tab
No.VII
Pro : Ratna
Umur : 73 tahun
Alamat: Jl. Padang Pasir 9, No. 26A
FOLLOW UP
Kesadaran
: CMC
Nadi:
87x/ menit
Nafas
: 20x/menit
TD:
160/90 mmHg
Suhu
: 36,80C
BB:
48 kg
TB :
145 cm
Status
gizi : Baik
Mata
Kulit
KGB:
Thorak
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi
(-/-)wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit, distensi (-)
Palpasi
: hepar dan lien tidak teraba, nyeri
tekan (-), nyeri lepas (-),
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Extremitas
Tidak ditemukan adanya edema maupun
sianosis, capillary refill kurang dari 1 detik
Kesan pasien
Rasa letih semakin berkurang
BAK pada malam hari berkurang
Manajemen
Lanjutkan pengobatan yang dilakukan
Edukasi pasien jika obat sudah habis
tetap harus kontrol ke puskesmas
FOLLOW UP
HARI/TANGGAL : SELASA /11 MARET 2014
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
: tidak tampak sakit
Kesadaran : CMC
Nadi : 74x/ menit
Nafas : 21x/menit
TD: 150/80 mmHg
Suhu : 36,50C
BB: 48 kg
TB : 145 cm
Status gizi : Baik
Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : tidak ada kelainan
KGB : tidak teraba membesar
Thorak
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi
: fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi
(-/-)wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi
: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit, distensi (-)
Palpasi
: hepar dan lien tidak teraba, nyeri
tekan (-), nyeri lepas (-),
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Extremitas
Tidak ditemukan adanya edema maupun
sianosis, capillary refill kurang dari 1 detik
Pemeriksaan gula darah :119mg/dl
Kesan pasien
Rasa letih semakin berkurang
BAK pada malam hari berkurang
Manajemen
Lanjutkan pengobatan yang dilakukan
Edukasi pasien jika obat sudah habis tetap harus
kontrol ke puskesmas