Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN LUKA BAKAR

Oleh :
MILA FATMAWATI
NIM : 1414201112

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
PENDAHULUAN

A.

Latar belakang
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah,
tempat kerja bahkan dijalan atau ditempat-tempat lain. Penyebab luka bakar bisa bermacammacam, yaitu berupa api, cairan panas, uap panas bahkan aliran listrik dan lain-lain.
Luka nakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga
dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Cedera luka bakar terutama luka bakar yang
dalam dan luas masih merupakan penyebab utama kematian dan disfungsi berat jangka
panjang.
Berbagai karakteristik unik dari luka bakar membutuhkan intervensi khusus yang
berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh penyebab luka bakar dan bagian
tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan atau
intervensi yang lebih intensif dibandingkan dengan luka bakaryang hanya sedikit dan
superfisial. Luka bakar yang terjadi karena siraman air panas dengan luka bakar yang
disebabkan oleh karena zat kimia atau radiasi atau listrik membutuhkan penanganan yang
berbeda meskipun luas luka bakarnya sama. Luka bakar yang mengenai daerah genetalia
mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi infeksi dibandingkan dengan luka bakar
yang ukuran dan luasnya sama pada bagian tubuh lain. Luka bakar yang mengenai tangan dan
kaki dapat mempengaruhi kapasitas fungsi pasien ( produktifitas atau kemampuan kerja )
sehingga memerlukan penanganan yang berbeda dengan bagian tubuh lain ( Sherif dan Sato,
1989 ).

TINJAUAN TEORITIS

LUKA BAKAR
1. Defenisi
Kerusakan / kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas : api, air
panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Prognosis penderita diramalkan jelek bila : luas
luka bakar + umur penderita > 80 (dr.med Puruhito).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi, juga disebabkan oleh kontak dengan suhu
rendah (frost bite) (Kapita Selektra Kedokteran Jilid 2, 2000).
Luka bakar (burn) adalah lesi jaringan akibat terbakar oleh bahan kimia, panas
kering, arus listrik, nyala api, friksi atau radiasi; diklasifikasi menjadi ketebalan penuh
dan parsial seseuai dengan kedalaman kulit yang mengalami kerusakan: luka bakar
ketabalan penuh memerlukan tandur kulit.( Hancock Christine, 1999 ).
2. Etiologi
a. Benda panas / cairan panas dan bila suhu > 400C
b. Bahan kimia : cairan dan basa kuat seperti air aki
c. Radio Aktif :kebocoran stadium nuklir
d. Arus listrik dan petir : voltase yang meningkat
e. Akibat lain seperti problem fungsi
3.

Anatomi fisiologi Kulit


Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan
hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 15 m2 dengan berat kira-kira 15 % dari
berat badan. Kulit merupakan organ yang essensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan, kulit juga sangat komplek, elastis dan sensitif bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga tergantung pada lokasi tubuh.
Warna kulit juga berbeda-beda, mulai dari kulit yang berwarna terang (fair skin),
pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi serta warna
hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa.

Kulit bervariasi dalam hal lembut, tipis, dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar
terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat pada
telapak kaki dan tangan orang dewasa, kulit yang tipis terdapat, pada muka, yang
lembut pada leher dan badan, serta yang berambut kasar terdapat pada kepala.
Secara histopatologik, kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama,
yaitu;
a. Lapisan Epidermis atau kutikel
Terdiri atas : stratum korneum, yang merupakan lapisan kulit paling luar dan
terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin, Stratum lusidum, merupakan
lapisan sel-sel yang tidak berinti dengan protoplasma yang telah berubah
menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di
telapak tangan dan kaki, Stratum granulosum, merupakan dua atau tiga lapis
sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dab terdapat inti diantaranya.
Butir-burti kasar ini terdri atas keratohyalin. Mukosa biasanya tidak
mempunyai lapisan ini, stratum granulosum juga terlihat ditelapak tangan dan
kaki, Stratum spinosum, disebut juga prickle cell layer (lapisan akanta) terdri
antara beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbedabeda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin
dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya, dan diantara sel-sel stratum
spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri dari atas
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-jembatan
ini membentuk penebalan bulat kecil yang

disebut nodulus bizzozero.

Diantara sel-sel spinosum terdapat pula sel langerhan. Sel-sel spinosum


banyak mengandung glikogen, Stratum basale, merupakan sel-sel berbentuk
kubus atau kolumnar yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal
berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis
yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi

reproduktif. Laspisan ini terdiri dari dua jenis sel yaitu; sel-sel yang berbentuk
kolumnar dengan protoplasma bisofilik, inti lonjong dan besar dihubungkan
satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel dan sel pembentuk melanin
(melanosit) atau clear cell.
b. Lapisan dermis (korum, kutis vera, true skin ).
Terdapat dibawah epidermis dan jauh lebih tebal. Lapisan ini terdiri atas
lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen seluler dan folikel
rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian, yaitu; pars papilare dan
pars retikulare.
c. Lapisan subkutis (hipodermis).
Adalah kelanjutan dermis, terdiri dari atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel
lemak didalmnya. Sel lemak merupakan sel yang bulat, besar, dengan inti yang
terdesak ke pinggir sitoplasma yang bertambah. Sel-sel ini membentuk
kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa.
Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, yang berfungsi sebagai
cadangan makanan. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh
darah dan getah bening, ketebalan jaringan lemak tidak sama tergantung pada
lokasinya.
Di abdomen dapat mencapai kedalaman 3 cm, didaerah kelopak mata dan
penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.

Vaskularisasi kulit diatur oleh dua pleksus yaitu pleksus yang terletak dibagian
atas dermis disebut pleksus superfisialis dan pleksus yang terletak di subkutis yang
disebut pleksus profunda. Pleksus dibagian dermis mengadakan anastomosis di
papil dermis, pleksus yang di subkutis dan pars retikular juga mengadakan
anastomosis, dibagian ini pembuluh darah berukuran lebig besar. Bergandengan
dengan pembuluh darah yang terdapat pada saluran getah bening.
Walaupun demikian sebenarnya tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis
dan subkutis.
Secara fisiologis kulit mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah; fungsi
proteksi, absorbsi, ekspresi, persepsi, termoregulasi, pembentukan pigmen dan
keratinisasi.

4.

Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada
tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar
dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan
terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran
napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ
visera dapat mengalami kerusakan karena luka nbakar elektrik atau kontak yang lama
dengan agens penyebab (burning agent). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya
kontak agen tersebut. Sebagai contoh pada kasus luka bakar tersiram air panas pada
orang dewasa. Kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu

68,9 0 C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga
terjadi cedera derajat III

( Full Thickness Injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air

panas yang suhunya sebesar 56,10 C mengakibatkan cedera Full thickness yang serupa.
Suhu yang kurang dari 44 0 C dapat ditoleransi dala,m periode waktu yang lama tanpa
menyebabkan luka bakar.
Trauma termal dapat meningkatkan

permeabilitas

pembuluh darah yang

mengakibatkan air, natrium, klorida dan protein keluar dari dalam intra vaskuler kedaerah
yang mengalami trauma dan menyebabkan edema yang disertai penguapan yang cukup
tinggi pada daerah yang luka dan dapar berlanjut pada keadaan hipovolemia dan
hemokonsentrasi bila kondisi tersebut tidak cepat ditanggulangi dengan pemberian cairan
dan elektrolit.
Luka bakar selain mengakibatkan kerusakan fisik kulit, mengakibatkan
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia yang pada akhirnya juga akan
mempengaruhi seluruh sistem tubuh penderita tersebut, juga keadaan hemostatis tubuh,
perubahan reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap luka bakar berupa
gejala-gajalanya adalah; haus, pernapasan cepat, frekwensi jantung meningkat, mual dan
muntah, bising usus meningkta, edema, perubahan berat badan.

Peningkatan

kotekolamin dan peningktana sekresu aldosteron, pemingktan pelepasan glikogen,


peningkatan kadar gula darah, pengisian kapiler darah, tidak kuat terhadap suhu dingin,
penurunan haluaran urin dan peningkatan berat jenis urin.
Pasien dengan luka bakar luas atau mayor, kadang tubuhnya tidak mampu lagi
untuk

mengkompensasikan

terhadap

perubahan

yang

terjadi

sehingga

dapat

menimbulkan beragam komplikasi. Shock luka bakar adalah merupakan komplikasi yang
sering kali dialami pasien dengan luka bakar luas karena hipoivolemik yang tidak segera
diatasi.
5.

6.

WOC (Web of Causation)


Terlampir
Dampak luka bakar terhadap sistem tubuh.

Luka bakar dapat mengakibatkan terjadi perubahan secara fisiologis yang akut,
berupa ;
a.

Gangguan cairan dan elektrolit


Gangguan cairan dan elektrolit terjadi akibat perubahan dari mekanisme dimana
terjadi perubahan pemindahan cairan dan elektrolit dari intra vasculer ke ekstra
vasculer, akibat penguapan air yang berlebihan melalui permukaan kulit yang
rusak. Kondisi tersebut diperberat dengan terjadinya juga perpindahan cairan dari
cairan ekstraseluler pada daerah yang sehat/tidak terbakar ke tempat daerah yang
trauma. Sehingga gangguan metabolisme sel terjadi hampir seluruh tubuh, maka
kondisi ini kadang dapat lebih memperberat kondisi shock yang terjadi.
Perbedaan shock luka bakar dengan shock akibat pendarahan yang menyebabkan
hipovolemik adalah pada shock luka bakar selain terajdi shock hipovolemia juga
terjadi kekurangan cairan ekstraseluler dalam jaringan yang sehat terjadi gangguan
metabolisme sel yang akan memperberat keadaan shock. Selain hal tersebut diatas
terjadi

peningkatan

permeabilitas

kapiler

yang

mengakibatkan

semakin

menutrunnya volume cairan. Dalam intra vena kebocoran pada pembuluh darah
ini, mengakibatkan protein dalam plasma lolos melalui dinding kapiler sehingga
dari jumlah protein yang lolos ini akan keluar dari tubuh melalui luka-luka,
sedangkan sisinya bertahan diruanga ekstraseluler kurang lebih tiga minggu
sebelum masuk kembali ke pembuluh darah. Perbaikan permeabilitas kapiler
terjadi berangsur-angsur setelah 24-36 jam dan cairan edema mulai diserap
kembali. Dalam klinik dikenal sebagai fase diuresis dan secara tuntas perbaikan
permeabilitas normal kembali 5-6 hari.
b.

Gangguan sirkulasi dan hematologi.


Adanya penurunan cairan dan elektrolit dalam intravaskuler mengakibatkan
terjadinya penurunan curah jantung berupa stroke volume berkurang dan resisten
perifer meninggi, tachikardia dan hipotensi. Trauma luka bakar mengakibatkan
hemolisis eritrosit sehingga terjadi penurunan eritrosit sebesar 10 % karena adanya
perubahan fisik / morfologi dalam darah yang terjadi 1-2 jam setelah luka bakar

yang diakibatkan oleh pengaruh panas tersebut. Dapat pula terjadi hemolisis yang
lambat setelah 2-7 hari terbakar yang disebabkan oleh fragilitas eritrosit yang
bertambah.
Pada kondisi tersebut diatas perlu diperhatikan lebih utama adalah jumlah eritrosit
yang aktif dalam sirkulasi. Selain terjadinya hemolisis dan perubahan morfologi
eritrosit,, berkurangnya eritrosit akibat

tertahan dalam pembuluh darah dan

perdarahan-perdarahan dari jaringan yang granulasi. Terapi transfusi darah belum


diperlukan sampai 72 jamsetelah terbakar, pada fase awal terjadinya
hemokonsentrasi. bila terlalu dini pemberian darah akan menambah kepekatan
darah sedangkan plasma masih terus bocor. Jika kondisi hemokonsentarsi sudah
dikoreksi dengan pemberian cairan dan volume intra vaskuler sudah diperbaiki
juga, transfusi perlu dipertimbangkan dengan pedoman pada hematokrit.
3. Gangguan hormonal dan metabolisme.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menimbulkan rasa tidak nyaman baik fisik
maupun psikologis dan stress yang berkepanjangan. Kondisi tersbut akan
meningkatkan stimulus dari kerja hormon-hormon dan berakibat peningkatan
metabolisme tubuh. Di ruang perawatn pada umumnya klien luka bakar yang
mampu melampaui fase akut akan terjadi penurunan berat badan lebih cepat bila
tidak mendapatkan penanganan yang adekuat. Hal ini terjadi akibat adanya
peningkatan metabolisme tubuh untuk mengembalikan fungsi-fungsi tubuh yang
terganggu akibat kerusakan jaringan, berupa perbaikan sel sel yang rusak. Bila
sumber nutrisi / energi tidak terpenuhi dari intake makanan dari luar maka tubuh
secara alami akan melakukan pembongkaran sumber-sumber energi cadangan
yang terdapat dalam tubuh pada jarinag tubuh yang sehat, ini tidak terlepas dari
kerja hormon-hormon. Begitu juga pada saat terjadinya kekurangan cairan tubuh.
Pada luka bakar terjadi penghamburan sumber energi dan penurunan berat badan
karena adanya katabolisme yang hebat akibat kekurangan intake nutrisi. Lamanya
katabolisme ini tergantung dari beberapa faktor dan biasanya metabolisme baru
akan normal kembali setelah luka bakar yang dalam sudah ditutupi dengan tandur

kulit. Hipermetabolisme pada luka bakar akan meningkat sebanding dengan


luasnya luka bakar sampai dengan luas luka bakar 40-50 % dan selanjutnya pada
luka bakar yang lebih luas tidak sebanding.
Kerusakan kulit ,mengakibatkan ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan
suhu tubuh akibat ketidakmampuan kulit mempertahankan pengauapn air sehingga
terjadi pendinginan permukaan tubuh. Hal ini akan merangsang untuk
menghaslikan panas agar suhu dalam tubuh dapat dipertahankan.
c.Gangguan imunologi.
Pada periode awal segera setelah trauma kepekaan terhadap infeksi meningkat, hal
ini disebabkan netropil yang seharusnya memfagosit kuman-kuman, terperangkap
dalam kapiler (zona stasis), sehingga secara bertahap terjadin penurunan daya
tahan tubuh.
Pada luka bakar II yang tidak mengalami infeksi akan terjadi rekanalisasi
pembuluh darah, hal tersebut terjadi 48 jam pasca trauma da proses rekanalisasi
akan lengkap pada akhir minggu pertama sehingga netrofil dapat bergerak
kembali. Pada luka bakar II jaringan dibawah eschar / subschar membentuk
jaringan granulasi yang kaya dengan fibroblas dan kapiler-kapiler baru. Bila tidak
terjadi infeksi proses ini mulai pada akhir minggu kedua dan biasanya sudah
lengkap pada minggu ketiga. Dalam keadaan normal kemampuan netrofil untuk
menghancurkan bakteri naik turun secara siklus sedangkan pada luka bakar
flaktuasi tersebut amat berlebihan sehingga pada saat terjadinya penurunan
kemampuan netrofil dapat timbul sepsis luka bakar.

7. Klasifikasi
Tingkat keparahan luka bakar diklasifikasikan berdasarkan pada resiko mortalitas
dan resiko kecacatan fungsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keparahan cedera tersebut
:

a. Kedalaman luka bakar.

Pengklasifikasian ini menurut jarinag yang rusak; luka bakar superfisial thickness,
luka bakar deep parsial thickness dan luka bakar full thickness.
Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat satu, dua, dan tiga. Respon
lokal terhadap luka bakar tergantung pada dalamnya kerusakan kulit, berikut ini
adalah tabel karakteristik luka bakar menurut kedalamannya.
Tabel karakteristik luka bakar berdasarkan keadalaman.
Kedalaman dan
penyebab LB
Derajat I

Bagian kulit yang

Penampilan luka

Perjalanan

Kesemutan,

Memerah, menjadi

kesembuhan
Kesembuhan

Tersengat

hiperestesia,

putih

lengkap

matahari

supersensitivitas,

ditekan,

rasa nyeri mereda

atau tanpa edema

minggu

Nyeri

Melepuh : dasar

Kesembuhan

Hiperestesia

luka

dalam waktu dua

Sensitif

bintik

Terkena

terkena
Epidermis

Gejala

api

dengan intensitas
rendah
Derajat II
Tersiram

dan

bagian dermis

mendidih
Terbakar

minimal

dalam

waktu

satu

jika didinginkan
Epidermis

air

ketika

oleh

terhadap

udara yang dingin

nyala api

berbintikmerah,

epidermis

retak,

permukaan

luka

basah dan edema

atau tiga minggu


Pembentukan
parut

dan

depigmentasi
Infeksi

dapat

mengubahnya
menjadi
Derajat III
Terbakar

nyala

api

Epidermis

Tak terasa nyeri

keseluruhan

Hematuria
kemungkinan

dermis

Terkena

cairan

mendidih dalam
jangka

dan

derajat

Kering : luka bakar

tiga
Pembentukan

dan

berwarna

eschar

pula

seperti bahan kulit

diperlaukan

putih

kadang-kadang

hemolisis (destruksi

atau gosong

pencangkokan

jaringan subkutan

sel darah merah)

Kulit retak dengan

Pembentukan

Kemungkinan

bagian lemak yang

parut

terdapat luka masuk

tampak edema

hilangnya

waktu

lama

dan

keluar

(pada

luka bakar listrik

kontour

dan
serta

fungsi kulit
Hilangnya
tangan

jari
atau

ekstremitas dapat
terjadi

b. Berdasarkan luas luka bakar


1. Rule of nine : Dewasa

Kepala dan leher


Ekstremitas atas kanan
Ekstremitas atas kiri
Ekstremitas bawah kanan
Ekstremitas bawah kiri
Tubuh bagian belakang
Tubuh bagian depan
Perineuin/ Kelamin

: 9%
: 9%
: 9%
: 18%
: 18%
: 18%
: 18%
: 1%

2. Rule of nine : Anak\

d.

Berdasar dalamnya luka bakar


1. Derajat I
Luka bakar yang mengenai lapisan epidermis, kulit tampak kemerah-merahan
(hipermis), kering tidak bergelembung (bullae), terasa sakit karena ujung saraf
terganggu dan biasanya akan sembuh tanpa jaringan perut dalam waktu 5-7 hari.

2. Derajat II
Luka bakar derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada element epitel
yang tersisi seperti sel epitel basal, kelenjer seasea, kelenjer keringat dan folikel
rambut dengan adanya sisa sel epital yang sehat ini luka bisa sembuh sendiri
dalam 10-21 hari. Luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri
dibandingkan luka bakar superficial karena adanya ujung saraf sensorik.
3. Derajat III
Luka bakar derajat III meliputi seluruh kulit, mungkin subkutis atau organ yang
lebih dalam karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk
mendapatkan kesembuhan terus dilakukan cangkok kulit, koabulasi protein yang
terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula dan
tidak nyeri.

e.

Berdasarkan beratnya luka bakar


1. Ringan
Luka bakar derajat I kurang 5 % dan luka bakar derajat III kurang 2 % serta luka
bakar derajat II.
2. Sedang

Luka bakar derajat II lebih dan 30 %

Luka bakar derajat III < 10 %

3. Berat
-

Luka bakar derajat II > 38 %, luka bakar derajat III > 10 %


Luka bakar dengan komplikasi pernafasan, luka bakar karena listrik dan petir
dan luka bakar derajat III yang mengenai tangan.

8.

Komplikasi
a.

SIRS (System Inflammatory Responde Syndrome)

b.

Infeksi dan sepsis

c.

Parut hipertrofik

d.

Kontraktur

e.

Parut tidak beraturan

f.

Kerapuhan jaringan dan struktur fungsional

g.

Disfusi kegagalan fungsi organ tubuh.

9.

Tujuan perawatan di Rumah sakit


a.

Mengurangi rasa sakit

b.

Mencegah injeksi dan komplikasi

c.

Penyembuhan luka

d.

Pemenuhan nutrisi yang adekuat

e.

Mencegah sepsis

f.

Mencegah / mengurangi kecacatan

g.

Mempertahankan fungsi sendi-sendi

h.

Perawatan lokal dapat secara terbuka atau tertutup

i.

Terpenuhinya suplemen vitamin

j.

Rehabilitasi

k.

Mengatasi proses matarasi

10.

Penatalaksanaan
a.

Fase resoisitasi ( 48 jam)

1.

Memerlukan penanganan yang cepat dan tepat sesuai kondisi


klien.

2.

Pemberian terapi cairan yang sesuai dengan kebutuhan dan


pemantauan ketat

b.

Fase akut ( > 48 jam) luka bakar mulai sembuh


-

Mulai ada dearisis

Terjadi perpindahan cairan intestinal dan diteruskan melalui


luka bakar

Masanya dilakukan skin graf untuk luka bakar yang luas


dan dalam.

c.

Fase Rehabilitasi
Luka sembuh, pengembalian fungsi tubuh
-

Mengembalikan fungsi tubuh yang mengalami defisit


kemunduran seperti : kontraktor.

Perawatan luka bakar

Derajat I :
- Cuci NaCl 500 cc
- Zalf Bioplasenton untuk mencegah kuman masuk/infeksi
Derajat II :
- Cuci lar savlon 5 cc dalam NaCl 500 cc
- Sufratul
- Tutup verband steril tebal , ganti tiap minggu
Derajat III :
- Cuci lar savlon 5 cc dalam NaCl 500 cc tiap hari
- Debridemen tiap hari
- Escharektomi
- Dermazin/Burnazin (sulfadiazin) tiap hari

Hari ke-7 dimandikan air biasa, setelah mandi daerah luka didesinfektan sol savlon
1 : 30

Luka dibuka 3 4 hari jika tidak ada infeksi / jaringan nekrose

Posisi Penderita :
1. Ekstremitas sendi yang luka posisi fleksi / ekstensi maksimal
2. Leher & muka defleksi, semi fowler (bantal di punggung)
3. Eskarektomi dilakukan bila luka melingkar atau berpotensi penekanan
Skin Graft dilakukan bila :

Luka grade II dalam 3 minggu tak sembuh

Luka grade III setelah eksisi

Terdapat granulasi luas ( diameter > 3 cm)

Medikasi :

Antibiotika ( bila < 6 jam) diberikan Sefalosporin generasi III

Analgetika

Antasid (H2 blocker ) , untuk mencegah stress ulcer

ATS / Toxod

Nutrisi

TKTP diberikan oral secepat mungkin

Kebutuhan kalori menurut Formula Curreri :

1. Dewasa = 25 cal/KgBB + 40 cal% LB


2. Anak

= 60 cal/KgBB + 35 cal% LB

11.

Pemeriksaan Laboratorium :

Hb, Ht, albumin pada hari I, II, III

Elektrolit setiap hari pada minggu I

RFT & LFT pada hari ke II dan setiap minggu

Kultur kuman hari I, II, III

ASKEP TEORITIS
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Yang dikaji pada RKS luka bakar yaitu melihat keadaan luka bakar dengan
mengetahui terlebih dahulu penyebab luka, ukuran / besarnya ;luka, dalam luka
bakar, apakah derajat I, II dan III, beratnya luka, tanyakan kepada klien keluhan
yang dirasakannya, apakah sering mengeluh keharuan dan sesak nafas.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Biasanya pada pasien luka bakar pengkajian dilakukan hanya berupa penyakit
seperti DM, serosis hepatis & GGK.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Dikaji apakah ada salah satu anggota keluarga klien yang pernah menderita
penyakit keturunan sepertiDM, Hipertensi, tumor /CA, hepaititis, GGK atau
mungkin luka bakar, luka bakar bukan merupakan penyakit keturunan.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Bentuk kepala, warna rambut, ada tidaknya oedema, lesi.
2. Mata
Perlu dikaji kesimetrisan muka, skema ikterik atau tidak, palpebra oedema / tidak
3. Leher
Apakah leher ada / tidaknya pembesaran kelenjer tyroid dan kelenjer getah bening,
apakah terkena luka bakar / tidak.
4. Dada
I

: melihat, apakah mengenai luka bakar atau tidak

P : apakah premitus kiri dan kanan


P : Sonor kiri dan kanan
A : Bagaimana bunyi nafasnya, apakah vesikuler, bronco vesikuler,
abdominal thorakal.
5. Kulit
Bagaimana keadaan luka, ukuran luka, dalamnya dan berat luka, biasanya ditemui
adanya oedema, lepuh, luka bewarna merah jambu sampai merah.
6. Abdomen
I

: Perut membuncit atau tidak, seberapa besar ukuran luka bakar


pada perut

P : Hepar teraba jelas / tidak


P : Pekak
A : Bising usus (+) / tidak
7. Genitalia
Apakah terpasang kateter / tidak, alat genitalia bersih atau tidak
8. Ektermitas
Terdapat oedema atau tidak lengkap / tidak terdapat varises atau tidak, biasanya
terpasang infus Rh II menambah cairan elektrolit pada tubuh, pucat, dingin,
sianosis.
d. Aktivitas sehari-hari
1) Eliminasi : Observasi jumlah, warna, konsistensi, frekluensi baik pada miksi
maupun defekasi, terjadi diguria dan penurunan output cairan.
2) Makan dan Minum
Biasanya yang perlu dikaji nafsu makan, porsi yang disediakan habis / tidak,
konsistensi makanannya, biasanya pada pasien luka bakar dianjurkan makan lebih
banyak untuk menjaga keseimbangan cairan elektrolit klien, biasanya pada pasien
luka bakar proses metabolisme berlebihan sedangkan kalori dan protein yang tidak
seimbang dengan kebutuhan metabolisme.

3) Kebersihan
Bagaimana kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri selama sakit
4) Personal hygiene klien biasanya terganggu dan dibantu segala aktivitas klien oleh
keluarga dan perawat.
5) Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur klien akan terganggu karena nyeri yang dirasakan akibat luka
bakar sehingga gerak otot terganggu.
e. Data Psikologis
Klien akan merasa asing atau rendah diri karena kulit yang dilihat sekarang tidak
seperti dulu lagi biasanya klien akan mengalami gangguan konsep diri.
f. Data Sosial Ekonomi
Luka bakar dapat dikenai oleh seluruh golongan ekonomi masyarakat
g. Data spiritual
Biasanya klien akan mengalami gangguan dalam melakukan ibadahnya karena
keterbatasan gerak
h. Data Penunjang
Leukosit, Hb, kadar elektrolit, ureum, trombosit, analisa gas darah ( Co meningkat 2430 ml/i)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data-data diatas dapat ditegakkan beberapa kemungkinan Dx keperawatan.
1. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan permeabililitas kapiler yang
mengakibatkan cairan dan elektrolit masuk kedalam ruangan intestial
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
3. Potensial terjadinya infeksi berhubungan masuknya kuman melalui lapisan kulit yang
rusak
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan metabolisme
yang berlebihan.

3.

PERENCANAAN

Dx I
1) Monitor adanya hipovolume
Rasional :

dapat mengetahui tindakan yang tepat untuk mengurangi rasa nyeri.

2) Monitor pertambahan berat badan setiap hari


Rasional :

BB merupakan indikator yang tepat untuk menunjukkan keseimbangan


cairan.

3) Catat intake output


Rasional :

Dapat diketah8ui adanya kekurangan cairan

4) Monitor Vital Sign


Rasional :

Pedoman untuk penggantian cairan / menilai respon dari kardiovaskuler.

5) Monitor Tanda-tanda perubahan kesadaran


Rasional :

Dapat merumuskan adanya sirkulasi cairan / penurunan perfusi serebral

Dx. II
1) Kaji tingkat nyeri, luka dan interaksi nyeri
Rasional :

Dapat mengetahui tindakan yang tepat untuk mengurangi rasa nyeri.

2) Lakukan perawatan luka terbuka pada klien


Rasional :

Diharapkan perubahan suhu dan pergerakan udara yang terjadi dapat


dkurangi

3) Atur posisi klien dengan cepat


Rasional :

Posisi yang tepat sangat mengurangi kontraktor serta memberikan


perasaan yang nyaman pada klien.

4) Anjurkan klien merubah posisinya senyuman mungkin


Rasional :

Mengurangi kekuatan otot dan kelemahan otot.

5) Jelaskan pada klien penyebab rasa nyeri.


Rasional :

Karena luka bakarnya mengenai saraf-sarat yang terbuka.

6) Alihkan perhatian klien pada hal-hal yang dirasakannya.


Rasional :

Menghilangkan konsentrasinya terhadap nyeri.

Dx III.
1. Auskultasi bising usus
Rasional :

Ilues sering kali berhubungan dengan periode sesudah terbakar tetapi


makanan dimulai pada 36-38 jam sesudah terbakar.

2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan makanan tambahan
Rasional :

Diharapkan

dapat

meningkatkan

distensi

lambung

dan

dapat

dibutuhkan

untuk

meningkatkan intake makanan


3. Berikan makanan diet tinggi kalori dan protein untuk masa penyembuhan
Rasional :

Kalori

dan

protein

sangat

diharapkan

mempertahankan berat badan memenuhi kebutuhan metabolisme dan


mempercepat proses penyembuhan.

4. Kolaborasikan dengan tim gizi untuk pemberian diit TKTP


Rasional :

Diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kalori dan protein bagi tubuh


klien.

Dx IV. Potensi terjadinya infeksi berhubungan masuknya kuman melalui lapisan kulit yang
rusak.
1) Kaji ukuran, warna, jaringan nekrolik serta kondisi disekitar luka bakar.
Rasional :

Agar dapat mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi

2) Lakukan teknik isolasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan


Rasional :

Tergantung pada keadaan luka bakar dan pilihan cara perawatan luka
untuk menghindari kontaminasi oleh bakteri yang beragam.

3) Lakukan teknik aseptic yang tepat selama perawatan luka


Rasional :

Dapat memutuskan rantai infeksi yang disebabkan mikro organisme.

4) Kontrol vital sign


Rasional :

Mengetahui tanda-tanda kulit yang telah matik.

5) Lakukan debridement pada kulit yang telah matik


Rasional :

Diharapkan dapat mempercepat proses pertumbuhan jaringan.

4. IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan tersusun diharapkan / diterapkan dalam tindakan yang nyata
untuk mencapai hasil yang diharapkan, tindakan keperawatan harus cukup mendetail dan
bersifat khusus agar tujuan tercapai dan semua tenaga keperawatan dapat dilaksanakan
dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan.

5. EVALUASI
Merupakan kegiatan atau tindakan akhir dari proses keperawatan untuk mengidentifikasi
hasil yang diharapkan mengevaluasi sejauh mana masalah klien dapat teratasi atau
intervensi harus dilanjutkan atau dihentikan dengan membandingkan hasil yang didapat
dengan kriteria / standar yang telah ditentukan.

PENUTUP
Kulit adalah organ tubuh yang paling luas dan meruapakan pertahanan baris pertama
dari tubuh terhadap serangan mikroorganisme dan radiasi lingkungan. Kulit mempunyai
banyak fungsi fisiologis dalam membantu proses metabolisme didalam tubuh, sehingga jika
sebagian kulit rusak maka akan terjadi reaksi sistemik yang hebat.
Perawat sebagai seorang yang memberikan asuhan keperawatan harus mempunyai
pengetahuan tentang struktur dan fungsi dasar kulit untuk mengerti klasifikasi berbagai
derajat luka bakar. Cedrea luka bakar digambarkan dengan kedalaman, agen penyebab dan
keparahan.
Korban luka bakar menempuh fase-fase penyembuhan, dimana masing-masing
mempunyai masalah-masalah khusus. Fase resusitatif dimulai dengan cedera luka bakar dan
berlangsung sampai terjadi diuresis selama 1-15 hari.
Masalah utama bagi pasien dalam fase ini adalah m,empertahankan jalan nafas dan
perfusi jaringan yang adekuat. Setelah diuresis pasien memasuki fase yang akut dimana
selama fase ini masalah yang utama adalah sepsis, sedangkan rehabilitasi difokuskan pada
nutrisi yang cukup dan pencegahan terhadap pembentukan jaringan parut serta kontraktur.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 1998. Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta
Crowin, J. Elisabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi, EGC. Jakarta
Dolans. 1996. Critical Care Nursing. F.A Davis Company. New York.
Hudak & Galo. 2000. Keperawatn Kritis, EGC, Jakarta.
.Sabiston. 1995. Buku Ajar Bedah; bagian I, EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai