Oleh :
MILA FATMAWATI
NIM : 1414201112
A.
Latar belakang
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah,
tempat kerja bahkan dijalan atau ditempat-tempat lain. Penyebab luka bakar bisa bermacammacam, yaitu berupa api, cairan panas, uap panas bahkan aliran listrik dan lain-lain.
Luka nakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga
dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Cedera luka bakar terutama luka bakar yang
dalam dan luas masih merupakan penyebab utama kematian dan disfungsi berat jangka
panjang.
Berbagai karakteristik unik dari luka bakar membutuhkan intervensi khusus yang
berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh penyebab luka bakar dan bagian
tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan atau
intervensi yang lebih intensif dibandingkan dengan luka bakaryang hanya sedikit dan
superfisial. Luka bakar yang terjadi karena siraman air panas dengan luka bakar yang
disebabkan oleh karena zat kimia atau radiasi atau listrik membutuhkan penanganan yang
berbeda meskipun luas luka bakarnya sama. Luka bakar yang mengenai daerah genetalia
mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi infeksi dibandingkan dengan luka bakar
yang ukuran dan luasnya sama pada bagian tubuh lain. Luka bakar yang mengenai tangan dan
kaki dapat mempengaruhi kapasitas fungsi pasien ( produktifitas atau kemampuan kerja )
sehingga memerlukan penanganan yang berbeda dengan bagian tubuh lain ( Sherif dan Sato,
1989 ).
TINJAUAN TEORITIS
LUKA BAKAR
1. Defenisi
Kerusakan / kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas : api, air
panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Prognosis penderita diramalkan jelek bila : luas
luka bakar + umur penderita > 80 (dr.med Puruhito).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi, juga disebabkan oleh kontak dengan suhu
rendah (frost bite) (Kapita Selektra Kedokteran Jilid 2, 2000).
Luka bakar (burn) adalah lesi jaringan akibat terbakar oleh bahan kimia, panas
kering, arus listrik, nyala api, friksi atau radiasi; diklasifikasi menjadi ketebalan penuh
dan parsial seseuai dengan kedalaman kulit yang mengalami kerusakan: luka bakar
ketabalan penuh memerlukan tandur kulit.( Hancock Christine, 1999 ).
2. Etiologi
a. Benda panas / cairan panas dan bila suhu > 400C
b. Bahan kimia : cairan dan basa kuat seperti air aki
c. Radio Aktif :kebocoran stadium nuklir
d. Arus listrik dan petir : voltase yang meningkat
e. Akibat lain seperti problem fungsi
3.
Kulit bervariasi dalam hal lembut, tipis, dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar
terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat pada
telapak kaki dan tangan orang dewasa, kulit yang tipis terdapat, pada muka, yang
lembut pada leher dan badan, serta yang berambut kasar terdapat pada kepala.
Secara histopatologik, kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama,
yaitu;
a. Lapisan Epidermis atau kutikel
Terdiri atas : stratum korneum, yang merupakan lapisan kulit paling luar dan
terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin, Stratum lusidum, merupakan
lapisan sel-sel yang tidak berinti dengan protoplasma yang telah berubah
menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di
telapak tangan dan kaki, Stratum granulosum, merupakan dua atau tiga lapis
sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dab terdapat inti diantaranya.
Butir-burti kasar ini terdri atas keratohyalin. Mukosa biasanya tidak
mempunyai lapisan ini, stratum granulosum juga terlihat ditelapak tangan dan
kaki, Stratum spinosum, disebut juga prickle cell layer (lapisan akanta) terdri
antara beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbedabeda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin
dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya, dan diantara sel-sel stratum
spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri dari atas
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-jembatan
ini membentuk penebalan bulat kecil yang
reproduktif. Laspisan ini terdiri dari dua jenis sel yaitu; sel-sel yang berbentuk
kolumnar dengan protoplasma bisofilik, inti lonjong dan besar dihubungkan
satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel dan sel pembentuk melanin
(melanosit) atau clear cell.
b. Lapisan dermis (korum, kutis vera, true skin ).
Terdapat dibawah epidermis dan jauh lebih tebal. Lapisan ini terdiri atas
lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen seluler dan folikel
rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian, yaitu; pars papilare dan
pars retikulare.
c. Lapisan subkutis (hipodermis).
Adalah kelanjutan dermis, terdiri dari atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel
lemak didalmnya. Sel lemak merupakan sel yang bulat, besar, dengan inti yang
terdesak ke pinggir sitoplasma yang bertambah. Sel-sel ini membentuk
kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa.
Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, yang berfungsi sebagai
cadangan makanan. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh
darah dan getah bening, ketebalan jaringan lemak tidak sama tergantung pada
lokasinya.
Di abdomen dapat mencapai kedalaman 3 cm, didaerah kelopak mata dan
penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.
Vaskularisasi kulit diatur oleh dua pleksus yaitu pleksus yang terletak dibagian
atas dermis disebut pleksus superfisialis dan pleksus yang terletak di subkutis yang
disebut pleksus profunda. Pleksus dibagian dermis mengadakan anastomosis di
papil dermis, pleksus yang di subkutis dan pars retikular juga mengadakan
anastomosis, dibagian ini pembuluh darah berukuran lebig besar. Bergandengan
dengan pembuluh darah yang terdapat pada saluran getah bening.
Walaupun demikian sebenarnya tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis
dan subkutis.
Secara fisiologis kulit mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah; fungsi
proteksi, absorbsi, ekspresi, persepsi, termoregulasi, pembentukan pigmen dan
keratinisasi.
4.
Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada
tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar
dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan
terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran
napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ
visera dapat mengalami kerusakan karena luka nbakar elektrik atau kontak yang lama
dengan agens penyebab (burning agent). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya
kontak agen tersebut. Sebagai contoh pada kasus luka bakar tersiram air panas pada
orang dewasa. Kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu
68,9 0 C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga
terjadi cedera derajat III
panas yang suhunya sebesar 56,10 C mengakibatkan cedera Full thickness yang serupa.
Suhu yang kurang dari 44 0 C dapat ditoleransi dala,m periode waktu yang lama tanpa
menyebabkan luka bakar.
Trauma termal dapat meningkatkan
permeabilitas
mengakibatkan air, natrium, klorida dan protein keluar dari dalam intra vaskuler kedaerah
yang mengalami trauma dan menyebabkan edema yang disertai penguapan yang cukup
tinggi pada daerah yang luka dan dapar berlanjut pada keadaan hipovolemia dan
hemokonsentrasi bila kondisi tersebut tidak cepat ditanggulangi dengan pemberian cairan
dan elektrolit.
Luka bakar selain mengakibatkan kerusakan fisik kulit, mengakibatkan
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia yang pada akhirnya juga akan
mempengaruhi seluruh sistem tubuh penderita tersebut, juga keadaan hemostatis tubuh,
perubahan reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap luka bakar berupa
gejala-gajalanya adalah; haus, pernapasan cepat, frekwensi jantung meningkat, mual dan
muntah, bising usus meningkta, edema, perubahan berat badan.
Peningkatan
mengkompensasikan
terhadap
perubahan
yang
terjadi
sehingga
dapat
menimbulkan beragam komplikasi. Shock luka bakar adalah merupakan komplikasi yang
sering kali dialami pasien dengan luka bakar luas karena hipoivolemik yang tidak segera
diatasi.
5.
6.
Luka bakar dapat mengakibatkan terjadi perubahan secara fisiologis yang akut,
berupa ;
a.
peningkatan
permeabilitas
kapiler
yang
mengakibatkan
semakin
menutrunnya volume cairan. Dalam intra vena kebocoran pada pembuluh darah
ini, mengakibatkan protein dalam plasma lolos melalui dinding kapiler sehingga
dari jumlah protein yang lolos ini akan keluar dari tubuh melalui luka-luka,
sedangkan sisinya bertahan diruanga ekstraseluler kurang lebih tiga minggu
sebelum masuk kembali ke pembuluh darah. Perbaikan permeabilitas kapiler
terjadi berangsur-angsur setelah 24-36 jam dan cairan edema mulai diserap
kembali. Dalam klinik dikenal sebagai fase diuresis dan secara tuntas perbaikan
permeabilitas normal kembali 5-6 hari.
b.
yang diakibatkan oleh pengaruh panas tersebut. Dapat pula terjadi hemolisis yang
lambat setelah 2-7 hari terbakar yang disebabkan oleh fragilitas eritrosit yang
bertambah.
Pada kondisi tersebut diatas perlu diperhatikan lebih utama adalah jumlah eritrosit
yang aktif dalam sirkulasi. Selain terjadinya hemolisis dan perubahan morfologi
eritrosit,, berkurangnya eritrosit akibat
7. Klasifikasi
Tingkat keparahan luka bakar diklasifikasikan berdasarkan pada resiko mortalitas
dan resiko kecacatan fungsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keparahan cedera tersebut
:
Pengklasifikasian ini menurut jarinag yang rusak; luka bakar superfisial thickness,
luka bakar deep parsial thickness dan luka bakar full thickness.
Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat satu, dua, dan tiga. Respon
lokal terhadap luka bakar tergantung pada dalamnya kerusakan kulit, berikut ini
adalah tabel karakteristik luka bakar menurut kedalamannya.
Tabel karakteristik luka bakar berdasarkan keadalaman.
Kedalaman dan
penyebab LB
Derajat I
Penampilan luka
Perjalanan
Kesemutan,
Memerah, menjadi
kesembuhan
Kesembuhan
Tersengat
hiperestesia,
putih
lengkap
matahari
supersensitivitas,
ditekan,
minggu
Nyeri
Melepuh : dasar
Kesembuhan
Hiperestesia
luka
Sensitif
bintik
Terkena
terkena
Epidermis
Gejala
api
dengan intensitas
rendah
Derajat II
Tersiram
dan
bagian dermis
mendidih
Terbakar
minimal
dalam
waktu
satu
jika didinginkan
Epidermis
air
ketika
oleh
terhadap
nyala api
berbintikmerah,
epidermis
retak,
permukaan
luka
dan
depigmentasi
Infeksi
dapat
mengubahnya
menjadi
Derajat III
Terbakar
nyala
api
Epidermis
keseluruhan
Hematuria
kemungkinan
dermis
Terkena
cairan
mendidih dalam
jangka
dan
derajat
tiga
Pembentukan
dan
berwarna
eschar
pula
diperlaukan
putih
kadang-kadang
hemolisis (destruksi
atau gosong
pencangkokan
jaringan subkutan
Pembentukan
Kemungkinan
parut
tampak edema
hilangnya
waktu
lama
dan
keluar
(pada
kontour
dan
serta
fungsi kulit
Hilangnya
tangan
jari
atau
ekstremitas dapat
terjadi
: 9%
: 9%
: 9%
: 18%
: 18%
: 18%
: 18%
: 1%
d.
2. Derajat II
Luka bakar derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada element epitel
yang tersisi seperti sel epitel basal, kelenjer seasea, kelenjer keringat dan folikel
rambut dengan adanya sisa sel epital yang sehat ini luka bisa sembuh sendiri
dalam 10-21 hari. Luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri
dibandingkan luka bakar superficial karena adanya ujung saraf sensorik.
3. Derajat III
Luka bakar derajat III meliputi seluruh kulit, mungkin subkutis atau organ yang
lebih dalam karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk
mendapatkan kesembuhan terus dilakukan cangkok kulit, koabulasi protein yang
terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula dan
tidak nyeri.
e.
3. Berat
-
8.
Komplikasi
a.
b.
c.
Parut hipertrofik
d.
Kontraktur
e.
f.
g.
9.
b.
c.
Penyembuhan luka
d.
e.
Mencegah sepsis
f.
g.
h.
i.
j.
Rehabilitasi
k.
10.
Penatalaksanaan
a.
1.
2.
b.
c.
Fase Rehabilitasi
Luka sembuh, pengembalian fungsi tubuh
-
Derajat I :
- Cuci NaCl 500 cc
- Zalf Bioplasenton untuk mencegah kuman masuk/infeksi
Derajat II :
- Cuci lar savlon 5 cc dalam NaCl 500 cc
- Sufratul
- Tutup verband steril tebal , ganti tiap minggu
Derajat III :
- Cuci lar savlon 5 cc dalam NaCl 500 cc tiap hari
- Debridemen tiap hari
- Escharektomi
- Dermazin/Burnazin (sulfadiazin) tiap hari
Hari ke-7 dimandikan air biasa, setelah mandi daerah luka didesinfektan sol savlon
1 : 30
Posisi Penderita :
1. Ekstremitas sendi yang luka posisi fleksi / ekstensi maksimal
2. Leher & muka defleksi, semi fowler (bantal di punggung)
3. Eskarektomi dilakukan bila luka melingkar atau berpotensi penekanan
Skin Graft dilakukan bila :
Medikasi :
Analgetika
ATS / Toxod
Nutrisi
= 60 cal/KgBB + 35 cal% LB
11.
Pemeriksaan Laboratorium :
ASKEP TEORITIS
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Yang dikaji pada RKS luka bakar yaitu melihat keadaan luka bakar dengan
mengetahui terlebih dahulu penyebab luka, ukuran / besarnya ;luka, dalam luka
bakar, apakah derajat I, II dan III, beratnya luka, tanyakan kepada klien keluhan
yang dirasakannya, apakah sering mengeluh keharuan dan sesak nafas.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Biasanya pada pasien luka bakar pengkajian dilakukan hanya berupa penyakit
seperti DM, serosis hepatis & GGK.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Dikaji apakah ada salah satu anggota keluarga klien yang pernah menderita
penyakit keturunan sepertiDM, Hipertensi, tumor /CA, hepaititis, GGK atau
mungkin luka bakar, luka bakar bukan merupakan penyakit keturunan.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Bentuk kepala, warna rambut, ada tidaknya oedema, lesi.
2. Mata
Perlu dikaji kesimetrisan muka, skema ikterik atau tidak, palpebra oedema / tidak
3. Leher
Apakah leher ada / tidaknya pembesaran kelenjer tyroid dan kelenjer getah bening,
apakah terkena luka bakar / tidak.
4. Dada
I
3) Kebersihan
Bagaimana kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri selama sakit
4) Personal hygiene klien biasanya terganggu dan dibantu segala aktivitas klien oleh
keluarga dan perawat.
5) Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur klien akan terganggu karena nyeri yang dirasakan akibat luka
bakar sehingga gerak otot terganggu.
e. Data Psikologis
Klien akan merasa asing atau rendah diri karena kulit yang dilihat sekarang tidak
seperti dulu lagi biasanya klien akan mengalami gangguan konsep diri.
f. Data Sosial Ekonomi
Luka bakar dapat dikenai oleh seluruh golongan ekonomi masyarakat
g. Data spiritual
Biasanya klien akan mengalami gangguan dalam melakukan ibadahnya karena
keterbatasan gerak
h. Data Penunjang
Leukosit, Hb, kadar elektrolit, ureum, trombosit, analisa gas darah ( Co meningkat 2430 ml/i)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data-data diatas dapat ditegakkan beberapa kemungkinan Dx keperawatan.
1. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan permeabililitas kapiler yang
mengakibatkan cairan dan elektrolit masuk kedalam ruangan intestial
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
3. Potensial terjadinya infeksi berhubungan masuknya kuman melalui lapisan kulit yang
rusak
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan metabolisme
yang berlebihan.
3.
PERENCANAAN
Dx I
1) Monitor adanya hipovolume
Rasional :
Dx. II
1) Kaji tingkat nyeri, luka dan interaksi nyeri
Rasional :
Dx III.
1. Auskultasi bising usus
Rasional :
2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan makanan tambahan
Rasional :
Diharapkan
dapat
meningkatkan
distensi
lambung
dan
dapat
dibutuhkan
untuk
Kalori
dan
protein
sangat
diharapkan
Dx IV. Potensi terjadinya infeksi berhubungan masuknya kuman melalui lapisan kulit yang
rusak.
1) Kaji ukuran, warna, jaringan nekrolik serta kondisi disekitar luka bakar.
Rasional :
Tergantung pada keadaan luka bakar dan pilihan cara perawatan luka
untuk menghindari kontaminasi oleh bakteri yang beragam.
4. IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan tersusun diharapkan / diterapkan dalam tindakan yang nyata
untuk mencapai hasil yang diharapkan, tindakan keperawatan harus cukup mendetail dan
bersifat khusus agar tujuan tercapai dan semua tenaga keperawatan dapat dilaksanakan
dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan.
5. EVALUASI
Merupakan kegiatan atau tindakan akhir dari proses keperawatan untuk mengidentifikasi
hasil yang diharapkan mengevaluasi sejauh mana masalah klien dapat teratasi atau
intervensi harus dilanjutkan atau dihentikan dengan membandingkan hasil yang didapat
dengan kriteria / standar yang telah ditentukan.
PENUTUP
Kulit adalah organ tubuh yang paling luas dan meruapakan pertahanan baris pertama
dari tubuh terhadap serangan mikroorganisme dan radiasi lingkungan. Kulit mempunyai
banyak fungsi fisiologis dalam membantu proses metabolisme didalam tubuh, sehingga jika
sebagian kulit rusak maka akan terjadi reaksi sistemik yang hebat.
Perawat sebagai seorang yang memberikan asuhan keperawatan harus mempunyai
pengetahuan tentang struktur dan fungsi dasar kulit untuk mengerti klasifikasi berbagai
derajat luka bakar. Cedrea luka bakar digambarkan dengan kedalaman, agen penyebab dan
keparahan.
Korban luka bakar menempuh fase-fase penyembuhan, dimana masing-masing
mempunyai masalah-masalah khusus. Fase resusitatif dimulai dengan cedera luka bakar dan
berlangsung sampai terjadi diuresis selama 1-15 hari.
Masalah utama bagi pasien dalam fase ini adalah m,empertahankan jalan nafas dan
perfusi jaringan yang adekuat. Setelah diuresis pasien memasuki fase yang akut dimana
selama fase ini masalah yang utama adalah sepsis, sedangkan rehabilitasi difokuskan pada
nutrisi yang cukup dan pencegahan terhadap pembentukan jaringan parut serta kontraktur.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 1998. Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta
Crowin, J. Elisabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi, EGC. Jakarta
Dolans. 1996. Critical Care Nursing. F.A Davis Company. New York.
Hudak & Galo. 2000. Keperawatn Kritis, EGC, Jakarta.
.Sabiston. 1995. Buku Ajar Bedah; bagian I, EGC. Jakarta.