Anda di halaman 1dari 17

SULFAS ATROPIN DAN

ADRENALIN
Oleh :
Hasnan Habibi Siregar

Pembimbing :
dr.Emilzon Taslim,Sp.An ,KAO,M.Kes.

Sulfas Atropin

a. Sulfas atropin : Antikolinergik


Atropin dapat mengurangi sekresi dan
merupakan obat pilihan utama untuk
mengurangi efek bronchial dan kardial
yang berasal dari perangsangan
parasimpatis, baik akibat obat atau
anestesikum maupun tindakan lain dalam
operasi.

Merupakan antikolinergik, bekerja


menurunkan tonus vagal dan
memperbaiki sistim konduksi
AtrioVentrikuler
Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas
II B), bradikardi (kelas II A) selain AV blok
derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati
pemberian atropine pada bradikardi
dengan iskemi atau infark miokard),
keracunan organopospat (atropinisasi)

Kontra indikasi : bradikardi dengan irama


EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat
III.
Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam
3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04
mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV
bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg.
dapat diberikan intratrakeal atau
transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis
intra vena diencerkan menjadi 10 cc

Disamping itu efek lainnya adalah


melemaskan tonus otot polos organorgan dan menurunkan spasme
gastrointestinal. Perlu diingat bahwa obat
ini tidak mencegah timbulnya
laringospame yang berkaitan dengan
anestesi umum.

Setelah penggunaan obat ini (golongan


baladona) dalam dosis terapeutik ada
perasaan kering dirongga mulut dan
penglihatan jadi kabur.

Karena itu sebaiknya obat ini tidak


digunakan untuk anestesi regional atau
lokal. Pemberiannya harus hati-hati pada
penderita dengan suhu diatas normal dan
pada penderita dengan penyakit jantung
khususnya fibrilasi atrial.

Atropin tersedia dalam bentuk atropin


sulfat dalam ampul 0,25 mg dan 0,50
mg. Diberikan secara suntikan subkutis,
intramuscular atau intravena dengan
dosis 0,5-1 mg untuk dewasa dan 0,015
mg/kgBB untuk anak-anak.
Diberikan untuk mencegah hipersekresi
kelenjar ludah dan bronkus selama 90
menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular
bekerja setelah 10-15 menit.

Adrenalin

Adrenalin (Epinefrin) mempunyai efek


meningkatkan tekanan darah melalui
aktivasi adrenoseptor -1jantung yang
terjadi setelah pelepasan atau pemberian
adrenalin (Epinefrin) berhubungan
dengan kerja kronotropik positif dan
inotropik positif atas jantung.

Dengan demikian adrenalin (Epinefrin) juga


mempunyai efek kronotropik positif (meningkatkan
kecepatan denyut jantung) dan inotropik positif
(memperkuat kontraksi myokardium) sehingga
cardiac out put (curah jantung) meningkat.
Adrenalin (Epinefrin) juga berefek pada timbulnya
vasokontriksi karena stimulasi adrenoseptorpada otot polos dinding pembuluh darah perifer.
Kedua hal tersebut berakibat tekanan darah
meningkat. Efek adrenalin (Epinefrin) terutama
pada arteriola kecil dan sfingter prekapiler
sehingga tahanan perifer meningkat.

Pada dosis kecil adrenalin (Epinefrin) juga


mengaktivasi adrenoseptor -2pada otot
polos dinding pembuluh darah dalam
bundel otot lurik dan pembuluh koroner
berakibat vasodilatasi pembuluh darah
tersebut, akibatnya tahanan perifer total
sebenarnya bisa turun, hal ini
menjelaskan penurunan dalam tekanan
diastolik yang kadang-kadang terlihat
pada penyuntikan adrenalin (Epinefrin).

Dalam dosis besar terjadi dominasi


aktivasi adrenoseptor -sehingga
tahanan perifer meningkat, aktivasi
adrenoseptor -1sehingga curah jantung
juga naik. Kedua hal tersebut
meningkatkan tekanan darah. Jika
sebelum diberi adrenalin sudah lebih
dahulu diberi obat penyekat
adrenoseptor -maka adrenalin justru
menurunkan tekanan darah.

Pada saluran nafas adrenalin (Epinefrin)


mempunyai efek bronkodilatasi melalui
stimulasi adrenoseptor -2pada otot
polos bronkhus. Efek tersebut tampak
jelas jika sebelumnya sudah ada
bronkokonstriksi (misalnya pada
serangan asma bronkial). Adrenalin
(Epinefrin) yang mempunyai efek
vasokonstriksi sehingga dapat
mengurangi kongesti mukosa dan dapat
memperkuat efek pelebaran saluran
nafas.

Adrenalin (Epinefrin) merupakan senyawa


endogen yang amat penting dalam pengaturan
metabolisme, terutama metabolisme
karbohidrat. Adrenalin meningkatkan
glikogenolisis di hepar dan otot rangka,
menghambat sekresi insulin melalui aktivasi
adrenoseptor -(lebih dominan dibanding
peningkatan sekresi insulin melalui aktivasi
adrenoseptor -2). Adrenalin (Epinefrin) juga
memacu pemecahan lemak (lipolisis) melalui
aktivasi adrenoseptor -1dan meningkatkan
aktivitas lipase.

Adapun efek samping dari adrenalin


(Epinefrin) adalah Disritmia ventrikel,
angina pektoris, nyeri kepala, tremor,
pengeluaran urine berkurang, ketakutan
serta ansietas.
Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa
nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi
atau syok anfilaktik, hipotensi.

Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 35


menit, dapat diberikan intratrakeal atau
transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra
vena. Untuk reaksi reaksi atau syok anafilaktik
dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang
setiap 15-20 menit. Untuk terapi bradikardi
atau hipotensi dapat diberikan epinephrine
perinfus dengan dosis 1mg (1 mg = 1 : 1000)
dilarutkan dalam 500 cc NaCl 0,9 %, dosis
dewasa 1 g/mnt dititrasi sampai menimbulkan
reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 210 g/mnt

Pemberian dimaksud untuk merangsang


reseptor adrenergic dan meningkatkan
aliran darah ke otak dan jantung

Anda mungkin juga menyukai