Anda di halaman 1dari 7

Cutaneous Tuberculosis In a Region of Southeast of Turkey

Abstrak : Latar belakang : TB kutis adalah bentuk yang jarang dari TB ekstrapulmonar. Diagnosis TB kutis mungkin sulit ditegakkan karena beberapa tampilan klinis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan manifestasi klinis tuberkulosis kulit di daerah Tenggara Turki selama sepuluh tahun Bahan dan Metode : Data pasien dari 2000-2009 yang dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan umur, kelamin, vaksin BCG, pemeriksaan tuberculin, tipe TB kutis, hasil histopatologi, hasil mikrobiologi, foto rontgen dada, dan penggunaan jenis obat. Hasil : Selama 10 tahun, 40 pasien dengan TB kutis teridentifikasi rata-rata umurnya 18,4 35,2 tahun. Perbandingan pria dan wanita 0,66. Sebanyak sembilan pasien (22,5%) memiliki pernah memiliki riwayat kontak dengan pasien TB paru. Lesi pada kuli 27 pasien dan negative pada 13 pasien. 30 pasien terdiagnosis Lupus vulgaris merupakan bagian dari 40 pasien TB kutis. 10 pasien lagi terdiagnosis skrofuloderma. Kesimpulan : Dalam penelitian Lupus vulgaris dideteksi terbanyak berasal dari TB kutis. Diagnosis dari TB kutis biasanya telat ditemukan pada gambaran klinis.

Pendahuluan TB masih merupakan mayoritas penyakit mematikan didunia, terutama di Asia dan Afrika. Insiden di Turki pada 2007 sebanyak 30 per 100.000 kasus. TB kutis bagian dari TB ekstra pulmonal yang mana perbandingannya 1-2 % dari semua kasus TB. Masalah dari diagnosis TB kutis sering karena manifestasi klinis yang bermacam variasi dan insiden kultur positif rendah. Ditemukan hanya sedikit data terkait TB kulit dari Turki. Tujuan penelitian untuk menemukan manifestasi klinis dari TB kutis didaerah Turki tenggara selama 10 tahun.

Bahan dan Metode Data dari TB kutis yang diikuti selama periode waktu januari 2000 sampai desember 2009 di Universitas Hospital Dermatologi Clinic adalah analisis retrospektif. Data pasien dikumpulkan berdasarkan umur, jenis kelamin, vaksin BCG, tes tuberculin, jenis TB kutis, hasil histopatologi, hasil mikrobiologi, foto rontgen dada, dan penggunaan jenis obat. Tes tuberculin yang dilakukan dengan PPD 5 TU ( TODD UNIT ) dan indurasi sebesar 15 mm atau lebih selama 48-72 jam yang menunjukkan hasil positif. Berdasarkan investigasi berbagai pasien : Pemeriksaan Hematologi termasuk darah lengkap dan sedimen eritrosit. Diagnosis TB kutis dibuat berdasarkan kombinasi klinisl histopatologi dan mikrobiologi hasinya sama baiknya dengan respon terapi anti TB. Penyebab TB kutis dilaporkan pada klinik TB. Di Negara kami klinik TB mencatat hasil klinis TB,pengobatan,observasi semua jenis TB dan membuat vaksin untuk TB. Vaksin TB diberikan pada umur 60 hari dan 7 tahun secara rutin. Standar terapi pengobatan TB dalam 2 bulan menggunakan 4 jenis obat ( Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol ) dan selama 4 bulan isoniazid + rifampisin adalah peraturan dari klinik TB. Jumlah data yang dipersentasikan berdasarkan proporsi dan variable jenis dinyatakan standar deviasi rata-rata.

Hasil Berdasarkan selama 10 tahun teridentifikasi 40 pasien TB rata-rata umur 18,4 dan 35,2 tahun. Enam belas adalah pria dan dua puluh empat adalah wanita. Rasio pria dan wanita adalah 0,66. Sembilan dari pasien memilki riwayat kontak dengan pasien TB. Tiga puluh enam pasien melakukan vaksin BCG dimana empat pasien tidak melakukan vaksin BCG. Lesi pada kulit merupakan diagnosis utama pada umur 2 bulan dan 16 tahun. Reaksi uji tuberculin positif pada 27 pasien dan negative pada 13 pasien. Rata-rata dan standar deviasi termasuk dari reaksi uji tuberculin pada semua pasien, baik pada pasien uji tuberculin pasitif dan pasien negative uji tuberculin adalah 13,4 + 7,2 mm, 20,6 + 3,6 mm, 8,6 + 4,2 mm pada diameter, secara berturutturut. Lupus vulgaris didiagnosis pada 30 pasien dari 40 semua pasien TB kutis. Skrofuloderma terdiagnosis pada 10 pasien. Tidak ada pasien yang memeliki serum HIV positif.

Hasil histopatolgi cocok dengan diagnosis klinis pada 32 pasien ( 80 % ). Spesimen kulit untuk kultur TB dilaukan pada semua pasien dan hasil positif pada 5 pasien. Pada 3 pasien diagnosis TB kutis berdasarkan pada respon obat anti TB. Diagnosis TB kutis didasarkan pada tampilan jenis, positif uji tuberculin, Biopsi kulit menunjukkkan dermatitis granulomatous, kultur biopsy kulit menunjukkan M.Tuberculosis atau respon baik pada anti TB. Semua pasien diobati dengan regimen anti TB termasuk isoniazid 300 mg/hari, rifampisin 600 mg/hari, etambutol 1000 mg/hari, dan pirazinamid 2000 mg/hari untuk 2 bulan diikuti dengan isoniazid dan rifampisin pada dosis yang sama untuk 4 bulan. Pada anak dosis disesuaikan.

Gambar 1. Lupus vulgaris di pipi

Gambar 2. Lupus vulgaris tangan menyebabkan deformitas

Gambar 3. Skrofuloderma dari payudara, ketiak dan keterlibatan serviks

Diskusi Sebagai pengetahuan kita laporan pertama terkait TB kulit di wilayah Tenggara Turki. Tuberkulosis kulit adalah paling sering terlihat pada orang dewasa muda, kami 62,5% pasien berada di bawah 40 tahun. konkordansi dengan studi dari negara kita
[5], [6, 7]

dalam penelitian

Kami mengamati dominasi perempuan di

bertentangan dengan penelitian sebelumnya [8, 9,

10]. Kami mendeteksi riwayat kontak dengan paru pasien TB di 22,5% dari 40 pasien. Setelah diagnosis TB kulit, individu yang dekat dan berkepanjangan kontak dengan pasien yang terkena menjalani TST, X-ray dada dan analisis dahak.[11]

Gambar 4. Skrofuloderma thorax Durasi lesi kulit yang TB adalah 2 bulan sampai 16 tahun. Diagnosis TB kulit biasanya terjawab atau tertunda karena berbagai presentasi klinis dan kurangnya pertimbangan penyakit dalam diagnosis diferensial, karena budaya negatif palsu dan deteksi langsung BTA negatif [10]. Dalam penelitian kami, diagnosis TB kulit dibuat sesuai hasil histopatologis di 32 pasien (80%), dan dalam hasil Mikrobiologis, 5 pasien (12,5%). Disarankan, pasien yang dicurigai tuberkulosis harus mengirim spesimen yang sesuai untuk pewarnaan bacillus asam (BTA), histologi, kultur mikobakteri, dan Isolasi M. Tuberkulosis oleh polymerase chain reaction (PCR).[12, 13]. Selain itu, kami mendiagnosis TB kulit di tiga pasien berdasarkan respon dari pengobatan anti tuberkulosis. Di daerah prevalensi TB yang tinggi, percobaan terapi untuk kemoterapi antiTB harus dipertimbangkan [14, 15,16]. Pada pasien TB kulit, LV terdeteksi sebagai jenis yang paling umum (75%). SFD diamati pada 10 pasien (25%). Dalam sebuah studi dari Maroko SFD adalah yang paling umum jenis TB 4

kulit.[4] LV adalah yang bentuk paling umum dari CTB dilaporkan dalam studi dari Hong Kong, Afrika dan India.
[6, 8, 17,18]

Perbedaan ini disebabkan baik kondisi perumahan dan sebagai

pelayanan kesehatan serta vaksinasi BCG saat lahir.[8] Dengan kejadian secara keseluruhan TB paru di masa lalu lebih rendah dan menjaga kesehatan (misalnya larangan dari meludah di jalanjalan) yang mengarah ke penurunan kontaminasi oleh asam Cepat Bacillus.[19] Kami berpendapat bahwa rutinitas vaksinasi BCG di negara kita dan semakin rendah kejadian TB paru daripada di masa lalu dapat berkontribusi dominasi LV. Kami menemukan kelainan X-ray dada pada 3 pasien. Pada dua pasien lesi apical fibrosis paru, pada satu pasien lesi apikal fibrosis paru dan ketebalan pleura kiri terdeteksi. Dahak untuk BTA dan untuk M. tuberculosis yang negatif. Telah dilaporkan tuberkulosis Extracutaneous pada 5% sampai 21% dari pasien dengan tuberculosis kulit pada studi yang berbeda. [20, 21] Pasien kami telah dilakukan standar pengobatan regimen untuk TB kulit mereka. Regimen ini terdiri dari 2 bulan terapi quadruple (isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol) kemudian di lanjutkan 4 bulan isoniazid ditambah terapi rifampisin. Karena sebagian besar kasus TB kulit berhubungan dengan penyakit tuberkulosis dari organ lain dan beban basiler di kulit biasanya kurang dari tempat lain, rejimen pengobatan, sudah cukup seperti yang digunakan untuk mengobati TB paru.[22]. Kesimpulannya, LV terdeteksi sebagai jenis yang paling umum dari TBC kulit. diagnosis TB kulit biasanya tertunda karena berbagai presentasi klinis.

Referensi 1. Global tuberculosis control: epidemiology, strategy, financing: WHO report (Last

2009.Online:http://www.who.int/tb/publications/global_report/2009/en/index.html. access Oct 2009)

2. Caminero J. Guia de la tuberculosis para medicos especialistas. Paris: International Union Against Tuberculosis And Respiratory Diseases, 2003; 35: 7. 3. Tappeiner G, Wolff K. Tuberculosis and other mycobacterial infections. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI (eds). Dermatology in General Medicine, 6th Edition. USA, The McGraw-Hill Companies Inc, 2003:1933-1950. 4. Zouhair K, Akhdari N, Nejjam F, Ouazzani T, Lakhdar H. Cutaneous tuberculosis in Morocco. Int J Infect Dis 2007; 11: 209-212. PMID: 16822685 5. Kl A, Gl U, Soylu S, Gnl M, Demiriz M. Clinical and laboratory features of cutaneous tuberculosis. Eur J Dermatol 2009; 19: 527-528. PMID: 19638334 6. Kumar B, Muralidhar S. Cutaneous tuberculosis: a twenty-year prospective study. Int J Tuberc Lung Dis 1999; 3: 494-500. PMID: 10383062 7. Fenniche S, Ben Jennet S, Marrak H, Khayat O, Zghal M, Ben Ayad M, et al. Tuberculose cutane: aspects anatomocliniques et volutifs (26 cases). Ann Dermatol Venereol 2003;130:1021-1024. PMID: 14724536 8. Ho CK, Ho MH, Chong LY. Cutaneous tuberculosis in Hong Kong: an update. Hong Kong J Med 2006; 12: 272-277. PMID:16912353 9. Farina MC, Gegundez MI, Pique E, Esteban J, Martin L, Requena L, et al. Cutaneous tuberculosis: a clinical, histopathologic and bacteriologic study. J Am Acad Dermatol 1995; 33: 433-440. PMID: 7657867 10. Shegal VN, Srivastava G, Rhurana VK, Sharman VK, Bhalla P, Beohar PC. An appraisal of epidemiologic, clinical, bacteriologic, histopathologic and immunologic parameters in cutaneous tuberculosis. Int J Dermatol 1987; 26: 521-526. PMID: 3119506 11. Lai-Cheong JE, Perez A, Tang V, Martinez A, Hill V and Menage H du P. Cutaneous manifestations of tuberculosis. Clin Exp Dermatol 2007; 32: 461466. PMID: 17376216 12. Golden MP, Vikram HR. Extrapulmonary tuberculosis: an overview. Am Fam Physician 2005; 72: 1761-1768. PMID: 17376216

13. Almaguer-Chvez J, Ocampo-Candiani J, and Rendn A. Current panorama in the diagnosis of cutaneous tuberculosis. Actas Dermosifiliogr 2009; 100: 562-570. PMID: 19715641 14. Akoglu G, Karaduman A, Boztepe G, Ozkaya O, Sahin S, Erkin G, et al. A case of lupus vulgaris successfully treated with antituberculous therapy despite negative PCR and culture. Dermatology 2005; 211: 290-292. PMID: 16205078 15. Lipsker D, Grosshans E. What is lupus vulgaris in 2005? Dermatology 2005; 211: 189190. PMID: 16205061 16. Ramam M, Mittal R, Ramesh V. How soon does cutaneous tuberculosis respond to treatment? Implications for a therapeutic test of diagnosis. Int J Dermatol 2005; 44: 121124. PMID: 15689209 17. Visser AJ, Heyl T. Skin tuberculosis as seen at Ga-Rankuwa Hospital. Clin Exp Dermatol 1993; 18: 507- 515. PMID: 8252787 18. Ramesh V, Misra RS, Beena KR, Mukherjee A. A study of cutaneous tuberculosis in children. Pediatr Dermatol 1999;16: 264-269. PMID: 10469408 19. Mitchell PC. Tuberculosis verrucosa cutis among Chinese in Hong Kong. Br J Dermatol 1954; 66: 444-448. PMID: 13230395 20. Chong LY, Lo KK. Cutaneous tuberculosis in Hong Kong. A 10-year retrospective study. Int J Dermatol 1995; 34: 26-29. PMID: 7896481 21. Ramesh V, Misra RS, Jain RK. Secondary tuberculosis of the skin. Clinical features and problems in laboratory diagnosis. Int J Dermatol 1987; 26: 578-581. PMID: 3443525 22. Bravo FG, Gotuzzo E. Cutaneous tuberculosis. Clin Dermatol 2007; 25: 173-180. PMID: 17350496

Anda mungkin juga menyukai