Anda di halaman 1dari 15

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan
yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. (1) Kejang demam dapat juga
didefinisikan sebagai kejang yang disertai demam tanpa bukti adanya infeksi intrakranial,
kelainan intrakranial, kelainan metabolik, toksin atau endotoksin seperti neurotoksin Shigella.
(7)

Kejang demam pertama kali pada anak biasanya dihubungkan dengan suhu yang lebih dari

38C, usia anak kurang dari 6 tahun, tidak ada bukti infeksi SSP maupun ganguan metabolic
sistemik akut.(3)
Pada umumnya kejang demam terjadi pada rentang waktu 24 jam dari awal mulai
demam(1). Pada saat kejang anak kehilangan kesadarannya dan kejang dapat bersifat fokal
atau parsial yaitu hanya melibatkan satu sisi tubuh, maupun kejang umum di mana seluruh
anggota gerak terlibat. Bentuk kejang dapat berupa klonik, tonik, maupun tonik-klonik.
Kejang dapat berlangsung selama 1-2 menit tapi juga dapat berlangsung lebih dari 15 menit
(1,8)

EPIDEMIOLOGI
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang terjadi pada 2-4 % populasi anak
berusia 6 bulan-5 tahun dan 1/3 dari populasi ini akan mengalami kejang berulang (4). Kejang
demam dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak
perempuan (1).
ETIOLOGI
Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi
umur anak, tingginya dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang

(1)

Faktor hereditas juga mempunyai peranan yaitu 8-22 % anak yang mengalami kejang demam
memiliki orangtua yang memiliki riwayat kejang demam pada masa kecilnya (1).

Kejang demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang
paling sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran pernapasan,
otitis media, dan gastroenteritis (6).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing pada 297 anak
penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan demam yang akhirnya
memicu serangan kejang demam adalah tonsillitis/faringitis yaitu 34 %. Selanjutnya adalah
otitis media akut (31 %) dan gastroenteritis (27%) (1).
PATOFISIOLOGI (1,5)
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh natrium (Na+). Akibatnya konsentrasi K+ di dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel neuron.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan
potensial yang disebut potensial dari membran sel neuron. Untyk menjaga keseimbangan
potensial membran sel neuron diperlukan energi yang bersal dari glukosa yang melalui proses
oksidasi oksigen.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15% dan meningkatkan kebuthan oksigen sebanyak 20%. Akibatnya terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari
ion kalium dan ion natrium melalui membran sel sehingga terjadi lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas keseluaruh sel ataupun membral sel
yang berada disekitarnya dengan bantuan neurotransmiter dan menyebabkan terjadinya
kejang.
Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang kejang
yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38C, sedangkan pada ank yang ambang
kejangnya tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40C atau lebih.
Kejang demam yang berlansung singkat pada umumnya tidak berbahaya. Tetapi pada
kejang yang berlansung lama biasanya disertai terjadinya apnue sehingga kebutuhan oksigen
otak meningkat sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan sel neuron otak yang berdampak
pada terjadinya kelainan neuron.

MANIFESTASI KLINIS
Kejang demam dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi
tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki. Anak
dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Kontraksi dapat berlangsung
selama beberapa detik atau beberapa menit. Anak akan jatuh apabila sedang dalam keadaan
berdiri, dan dapat mengeluarkan urin tanpa dikehendakinya (1).
Anak dapat muntah atau menggigit lidahnya. Sebagian anak tidak bernapas dan dapat
menunjukkan gejala sianosis (1).
Pada akhirnya kontraksi berhenti dan digantikan oleh relaksasi yang singkat.
Kemudian tubuh anak mulai menghentak-hentak secara ritmis (pada kejang klonik), maupun
kaku (pada kejang tonik). Pada saat ini anak kehilangan kesadarannya dan tidak dapat
merespon terhadap lingkungan sekitarnya (8).
KLASIFIKASI
Klasifikasi kejang demam menurut Livingstone (1)
A. Kejang Demam Sederhana:
1. Kejang bersifat umum
2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
3. Usia saat kejang demam pertama muncul kurang dari 6 tahun
4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam 1 tahun
5. Pemeriksaan EEG normal
B. Epilepsi yang Dicetuskan oleh Demam:
1. Kejang berlangsung lama atau bersifat fokal
2. Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan kejang demam yang pertama
3. Frekuensi serangan kejang melebihi 4 kali dalam 1 tahun
4. Pemeriksaan EEG yang dibuat setelah anak tidak demam lagi hasilnya abnormal

Sedangkan menurut Fukuyama kejang demam dibagi menjadi (1):


A. Kejang Demam Sederhana:
1. Riwayat penyakit keluarga penderita tidak ada yang mengidap epilepsi

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun


Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan-6 tahun
Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit
Kejang tidak bersifat fokal
Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas

perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
B. Kejang Demam Kompleks
Kejang demam yang tidak memenuhi kriteria di atas digolongkan sebagai kejang
demam kompleks
Sekitar 80-90 % dari keseluruhan kasus kejang demam adalah kejang demam sederhana (1).
DIAGNOSIS
Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyakitpenyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf pusat,
perubahan akut pada keseimbangan homeostasis air dan elektrolit, dan adanya lesi struktural
pada sistem saraf misalnya epilepsy(4). Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini.
Anamnesis (5)
1. Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningitis
encephalitis)
2. Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)
3. Riwayat demam (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik
turun)
4. Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (infeksi saluran napas, otitis
5.
6.
7.
8.

media, gastroenteritis)
Waktu terjadinya kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang
Sifat kejang (fokal atau umum)
Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)
Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam

atau epilepsi)
9. Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
10. Trauma
Pemeriksaan Fisik (5)

1. Temperature tubuh
2. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (infeksi
saluran napas, otitis media, gastroenteritis)
3. Pemeriksaan reflex patologis
4. Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningitis,
encephalitis)
Pemeriksaan Penunjang (5,6)
1. Pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal untuk menyingkirkan
gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan homeostasis apabila pada
anamnesis ditemukan riwayat muntah, diare, gangguan asupan cairan, dan gejala
dehidrasi.
2. Pemeriksaan Cerebro Spinal Fluid (CSF) untuk menyingkirkan diagnosis meningitis
encephalitis apabila anak berusia kurang dari 12 bulan, memiliki tanda rangsang
meningeal positif, dan masih mengalami kejang beberapa hari setelah demam
3. CT Scan cranium pada umumnya tidak diperlukan pada kejang demam sederhana
yang terjadi pertama kali, akan tetapi dapat dipertimbangkan pada pasien yang
mengalami kejang demam kompleks untuk menentukan jenis kelainan struktural
berupa kompleks tunggal atau multipel.
4. EEG pada kejang demam tidak dapat mengindentifikasi kelainan yang spesifik
maupun

memprediksikan

terjadinya

kejang

yang

berulang,

tapi

dapat

dipertimbangkan pada kejang demam kompleks.


TATALAKSANA (1,)
A. Antipiretik dan Antibiotik
Antipiretik diberikan sebagai pengobatan simptomatis terhadap demam. Dapat diberikan
paracetamol dengan dosis untuk anak yang dianjurkan 10-15 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam
atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam.Antibiotik untuk mengatasi infeksi yang
menjadi etiologi dasar demam yang terjadi.
B. Penanganan Kejang pada Neonatus
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.
Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:
KEJANG
30 menit
Luminal IM 20 mg/kg/BB dalam 5 menit
KEJANG (+)

Ulangi luminal IM 10 mg/kg/BB. Dapat


diulangilagi jarak 30 menit bila masih kejang.
KEJANG (+)
Fenitoin bolus IV 20 mg/kgBB dalam 15 ml
NaCl, berikan dalam 30 menit (kecepatan 0.5-1
mg/kgBB/menit)
KEJANG (-)
Bila kejang berulang dalam 2 hari, berikan luminal 5 mg/kg/hari per oral sampai bebas
kejang 7 hari. Bila kejang berulang setelah bebas kejang 2 hari, ulangi pemberian luminal
dari awal.
C. Penanganan Kejang pada Anak
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.
Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:

5 menit

KEJANG
Diazepam rectal 0.5 mg/kgBB atau:
Berat badan 10 kg: 5 mg
Berat badan > 10 kg: 10 mg
KEJANG (+)
Ulangi diazepam rektal seperti sebelumnya.

KEJANG (+)
Diazepam IV dosis 0.3-0.5 mg/kgBB
(kecepatan 0.5-1 mg/menit)

KEJANG (-)
Phenobarbital

< 1 Bulan = 30 mg IM
1-12 bulan = 50 mg
> 1 tahun = 75 mg

KEJANG (+)
Fenitoin bolus IV 1020mg/kgBB
(dengankecepatan 0.51mg/menit)

4 jam kemudian berikan


fenobarbital 8-10 mg/kgBB/hari,
dibagi 2 dosis (2 hari). Selanjutnya

KEJANG (+)

4-5 mg/kgBB/hari sampai resiko

Transfer ke
ICU

kejang tidak ada.

KEJANG (-)
Rumatan fenitoin 1015 mg/kgBB/hari 12
jam kemudian sampai
tidak ada demam.

KoreksiHipokalemia (FCCS)
Kadar K
3-3,5 mEq/L

Koreksi
KCL per oral 75 mg/kgBB/haridibagi 3 dosis (1-3mEq.kg.hari) atau 0,25

2,5-3 mEq/L
<2,5 mEq/L

mEq/kg IV KCL dalam 1 jam


0,5 mEq/kg IV KCL dalam 2 jam (rogers: dalam 1 jam)
0,75 mg/kg IV KCL dalam 3 jam

PROGNOSIS
Penelitian yang dilakukan Tsunoda mendapatkan bahwa dari 188 penderita kejang
demam yang diikutinya selama sekurang-kurangnya 2 tahun dan tanpa pengobatan dengan
antikonvulsan, 97 penderita mengalami kekambuhan (1).
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing, dari 83
penderita kejang demam yang dapat diikuti selama rata-rata 21.8 bulan (berkisar dari 6 bulan3.5 tahun) dan tidak mendapatkan pengobatan antikonvulsan rumatan, kejang demam
kambuh pada 27 penderita (1).
Secara umum dapat dikatakan bahwa sekitar 1/3 penderita kejang demam akan
mengalami kekakmbuhan 1 kali atau lebih. Kemungkinan kambuh lebih besar bila kejang
demam pertama pada usia kurang dari 1 tahun. 3/4 dari kekambuhan ini terjadi dalam kurun
waktu 1 tahun setelah kejang demam pertama, dan 90 % dalam kurun waktu 2 tahun setelah
kejang demam pertama. 1/2 dari penderita yang mengalami kekambuhan akan mengalami

kekambuhan lagi. Pada sebagian terbesar penderita kambuh terbatas pada 2-3 kali. Hanya
sekitar 10 % kejang demam yang akan mengalami lebih dari 3 kali kekambuhan (1,9).
Anak yang mengalami kejang demam pertama pada usia sebelum 1 tahun
kemungkinan kekambuhan ialah 50 %, dan bila berusia lebih dari 1 tahun kemungkinan
kekambuhannya 28 % (1).
Kejang demam sederhana pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan otak yang
permanen dan tidak menyebabkan terjadinya penyakit epilepsi pada kehidupan dewasa anak
tersebut. Sedangkan pada anak-anak yang memiliki riwayat kejang demam kompleks, riwayat
penyakit keluarga dengan kejang yang tidak didahului dengan demam, dan memiliki riwayat
gangguan neurologis maupun keterlambatan pertumbuhan, memiliki resiko tinggi untuk
menderita epilepsi pada kehidupan dewasa mereka (1).

BAB II
TINJAUAN KASUS
Identitas Pasien
Nama

: An. R

Umur

: 3 Tahun

Alamat

: Talang Anau

Tanggal masuk

: 6 Maret 2016

ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki usia 3 tahun datang ke IGD RSUD Achmad Darwis suliki
pada tanggal 6 Maret 2016 dengan :
Keluhan Utama
Kejang sejak 10 menit sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang

Kejang sejak 10 menit sebelum masuk rumah sakit, lama kejang 10 menit, kejang
seluruh tubuh, frekwensi 1x, anak sadar setelah kejang, dan ini merupakan kejang

yang pertama kali.


Sampai di rumah sakit pasien kejang lagi, lama 3 menit, kejang seluruh tubuh,

frekwensi 1x, anak sadar setelah kejang.


Demam ada sejak 1 hari ini, demam tiba-tiba dan tinggi, menggigil.
Riwayat keluar cairan dari telinga disangkal.
Batuk tidak ada
Mual tidak ada, muntah tidak ada
Sesak nafas tidak ada
Buang air besar encer sejak 1 hari ini, frekwensi 5x, lendir tidak ada, darah tidak ada,

berampas, jumlah 1/3 gelas kecil setiap mencret.


Riwayat berganti susu atau makanan disangkal
Buang air kecil jumlah dan warna biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kejang sebelumnya tidak ada

Riwayat Penyaki Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama, penyakit
keturunan, penyakit menular dan penyakit kejiwaan.

PEMERIKSAAN FISIK
Umum
Kesadaran umum

: Sedang

Kesadaran

: CMC

Nadi

: 96x/ menit

Nafas

: 24x/ menit

Suhu

: 39.5 C

Keadaan Gizi

: Baik

Berat Badan

: 15 Kg

Edema

:-

Anemis

:-

Ikterus

:-

Generalisata
Kulit

: Teraba hangat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit kembali cepat

KGB

: Tidak ditemukan pembesaran

Kepala

: Normocephal, rambut tidak mudah dicabut

Mata

: Konjucntiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mata cekung (-), air
mata (+)

Telinga

: Tidak ada kelainan

Hidung

: Tidak ada kelainan

Gigi dan Mulut

: tidak ada kelainan, mukosa bibir basah

Tenggorokan

: Tonsil dan faring sulit dinilai.

Dada

:
Paru :

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Simetris kirir dan kanan, Retraksi (-)


: Fremitus kiri = kanan
: Sonor
: Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Iktus kordis tak terlihat


: iktus kordis tidak teraba
: Batas jantung normal
: Bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Inspeksi
Palpasi

: Distensi tidak ada


: Supel, hepar dan lien tak teraba, Turgor kulit kembali

Jantung

Abdomen

cepat

Ekstremitas

Perkusi
Auskultasi

: Timpani
: BU (+) meningkat

: Akral hangat, perfusi baik.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah rutin

Hb
Ht
Leukosit
Trombosit
GDS

: 11.3
: 34.3 %
: 5.550 / mm3
: 313.000 / mm3
: 149

DIAGNOSIS
Kejang Demam Kompleks + Diare Akut Tanpa Dehidrasi
TATALAKSANA
Tindakan IGD

Stesolid Supp 10 mg
Dumin Supp 125 (12.15 WIB)
Luminal IM 75 mg (12.30 WIB)

Konsul dr. EfitriMelly Sp.A


Th/

IVFD KaEN 1B 16 tetes / menit (Makro)


Luminal 2x60 mg, oral, 4 jam setelah injeksi luminal IM
Paracetamol Syirup 4x1 cth
Zink Syirup 1x20 mg
Oralit sashet setiap mencret

FOLLOW UP
Senin, 7 Maret 2016
Anamensis

Demam (+)
Kejang (-)
Mual (-), Muntah (-)

Pemeriksaan Fisik

Diagnosa
Therapi

Mencret (+) frekwensi 6x, lendir (-), Darah (-), ampas (+)
Ku : Tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 88x/i
Nafas : 20x/i
Suhu : 38 C
Mata : Anemis -/-, Ikterik -/-, Cekung (-), Air mata (+)
Thoraks : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : Distensi (-), BU (+) meningkat, Turgor kulit baik
Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik
Kejang Demam Kompleks + Diare Akut tanpa dehidrasi
IVFD KaEN 1B 16 tetes / menit (Makro)
Luminal 2x60 mg, oral, 4 jam setelah injeksi luminal IM
Paracetamol Syirup 4x1 cth
Zink Syirup 1x20 mg
Oralit sashet setiap mencret
Cek Feses Rutin

Selasa, 8 Maret 2016


Anamensis

Pemeriksaan Fisik

Hasil Laboratorium

Demam (-)
Kejang (-)
Mual (-), Muntah (-)
Mencret (+), frekwensi 2x, lendir (-), darah (-), ampas (-)
Ku : Tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 84x/i
Nafas : 22x/i
Suhu : 36.8 C
Mata : Anemis -/-, Ikterik -/-, Cekung (-), Air mata (+)
Thoraks : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Distensi (-), BU (+) normal, Turgor kulit baik
Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik
Feses warna hijau lembek
Lendir (-)
Darah (-)
Telur Cacing (-)
Amuba (-)
Eritrosit 0-1/ LPB
Leukosit 0-1/ LBP

Diagnosa
Therapi

Kejang Demam Kompleks + Diare Akut Tanpa Dehidrasi


IVFD KaEN 1B 16 tetes / menit (Makro)
Luminal 2x60 mg, oral, setelah 48 jam lanjut luminal 2x30 mg
Paracetamol Syirup 4x1 cth
Zink Syirup 1x20 mg
Oralit sashet setiap mencret

Rabu, 9 Maret 2016


Anamensis

Pemeriksaan Fisik

Diagnosa
Therapi

Demam (-)
Kejang (-)
Mual (-), Muntah (-)
Mencret (-)
Nafsu makan menurun
Ku : Tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 92x/i
Nafas : 20x/i
Suhu : 37 C
Mata : Anemis -/-, Ikterik -/-, Cekung (-), Air mata (+)
Thoraks : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Distensi (-), BU (+) normal, Turgor kulit baik
Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik
Kejang Demam Kompleks + Diare Akut Tanpa Dehidrasi
IVFD KaEN 1B 16 tetes / menit (Makro)
Luminal 2x30 mg
Paracetamol Syirup 4x1 cth (Jika demam)
Zink Syirup 1x20 mg
Oralit sashet setiap mencret

Kamis, 10 Maret 2016


Anamensis

Pemeriksaan Fisik

Demam (-)
Kejang (-)
Mual (-), Muntah (-)
Mencret (-)
Ku : Tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 84x/i
Nafas : 20x/i

Diagnosa
Therapi

Suhu : 36.8 C
Mata : Anemis -/-, Ikterik -/-, Cekung (-), Air mata (+)
Thoraks : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Distensi (-), BU (+) normal, Turgor kulit baik
Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik
Kejang Demam Kompleks + Diare Akut Tanpa Dehidrasi
IVFD KaEN 1B 16 tetes / menit (Makro)
Luminal 2x30 mg
Paracetamol Syirup 4x1 cth (Jika demam)
Zink Syirup 1x20 mg
Oralit sashet setiap mencret
Boleh Pulang

BAB III
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien laki-laki, umur 3 tahun dengan diagnosis Kejang
Demam Kompleks dan Diare Akut Tanpa Dehidrasi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesis didapatkan data bahwa pasien mengalami kejang sebanyak 2x,
kejang seluruh tubuh, anak sadar setelah kejang dan ini merupakan kejang periode pertama.
Demam tinggi mendadak sejak 1 hari, batuk tidak ada, riwayat keluar cairan dari telinga tidak
ada, mual dan muntah tidak ada, BAB encer sejak satu hari dengan frekwensi 5x, dan BAK
biasa.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan anak sadar, keadaan umum sedang, nadi 94x/i,
nafas 24x/i, Suhu 39.5 C. Mata tidak anemis dan ikterik, mata tidak cekung, air mata ada.
Jantung dan paru normal. Abdomen tidak ada distensi, turgor kulit kembali cepat, BU (+)
meningkat. Ekstremitaakral hangat dan perfusi baik. Dari pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 11.3, Ht 34.3%, Leukosit 5.500, trombosit 313.000, gula darah sewaktu 149,
dan dari pemeriksaan feses didapatkan dalam batas normal.

Dari data di atas ditegakkanlah diagnosis kejang demam kompleks dan diare akut
tanpa dehidrasi. Pada pasien diberikan terapi Dumin Supp 125 mg, Stesolid Supp 10 mg, dan
Luminal injeksi 75 mg di IGD dan selanjutnya diberikan IVFD KaEN 1B 16 tetes/i makro,
Luminal 2x60 mg (4 jam setelah injeksi luminal 75 IM), Paracetamol syrup 4x 1 cth, Zink
Syrup 1x20 mg, oralit sashet setiap mencret.
Selama perawatan di bangsal anak setiap harinya pasien mengalami perbaikan, kejang
tidak ada lagi, mencret dan demam pada hari ketiga rawatan tidak ada lagi dan kondisi pasien
secara keseluruhan membaik. Setelah dirawat selama 4 hari dan terus mengalami perbaikan
akhirnya pasien dipulangkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Lumbantobing SM. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.
2. Behrman RE, Kliegman RM, Jensen HB, Nelson Text book of pediatrics, 17 th edition.
Philadelphia: WB Sauders company. 2004. Page 1813- 1829.
3. Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudolph Pediatrics. 20th Edition. Appleton & Lange.
2002. Page 1994.
4. Behrman RE, Kliegman RM, Arvio, Nelson Ilmu Kesehatan anak, volume 3, edisi 15.
Jakarta: EGC 2005. Page 2059- 2066.
5. Tejani NR. Pediatrics, Febrile Seizures. Accessed on Dec10th 2010. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/801500-overview
6. W Hay, William. Current Diagnosis and Treatment of Pediatrics. 19 th edition. United
States of America: McGrawHill. 2009. Page 697-698.
7. R Strange, Gary. Pediatric Emergency Medicine. 3rd edition. United States:
McGrawHill Companies. 2009. Page 46-47.
8. Anonym. Kejang Demam. Accessed

on

http://kedokteran.ums.ac.id/kejang-demam.html

Dec10th

2010.

Available

at:

Anda mungkin juga menyukai