Teknologi Esplorasi Batubara
Teknologi Esplorasi Batubara
Black
Brownish Black
Blackish Brown
Brown
Dark
Light
Mottled
Hitam
Hitam Kecoklatan
Coklat kehitaman
Coklat
Gelap
Cerah
Bintik-bintik
B
D
Coal B
Coal Bd
Coal BD
Bright
Dull
Coal>90% bright
Coal 60-90% bright
Coal 40-60& bright
Coal Db
Coal D
Cemerlang
Kusam
Batubara cemerlang
Batubara agak cemerlang
Perselingan
cemerlangkusam
Batubara agak kusam
Batubara kusam
Black
Brownish Black
Blackish Brown
Brown
Hitam
Hitam Kecoklatan
Coklat kehitaman
Coklat
B. Kilap
C. Gores
Bk
Br bk
Bk br
Br
D. Kekerasan
Very Soft
Soft
Moderately
soft
Moderately
hard
Hard
Very hard
E. Pecahan
Une
E
Cub
Sht
Uneven
Even
Cubical
Sheet
Tidak beraturan
Beraturan
Kubus
Lembaran
F. Pelapukan
Segar
Agak lapuk
Lapuk
sedang
Lapuk
Sangat
lapuk
II.
1. Plies
Perlapisan batubara ini sangat bervariasi, dari ketebalannya,
karakteristiknya. Secara vertikal lapisan batubara ini membentuk
perlapisan yang bagus dan masing-masing lapisan batubara mempunyai
kualitas yang berbeda. Diantara lapisan batubara disisipi oleh lapisan
bukan batubara. Dengan adanya lapisan sisipan bisa digunakan untuk
membagi lapisan batubara menjadi unit lapisan yang lebih kecil. Band
atau parting : adalah lapisan-lapisan yang terdiri atas material bukan
batubara yang berada diantara dua lapisan batubara. Material penyusun
parting : terdiri atas material bukan batubara yang terbentuk selama
akumulasi peat, material ini terdiri atas material yang dibawa pada
waktu rawa terkena banjir. Material yang dibawa pada waktu rawa
terkena banjir. Material yang berupa abu vulkanis yang sumbernya
diluar lingkungan rawa.Material yang berupa abu vulkanis yang
sumbernya diluar lingkungan rawa.
2. Split
Bentuk lapisan batubara yang ditemui di lapangan, kadang- kadang
didapatkan adanya bentuk lapisan yang terbelah- belah, serta disisipi
oleh lapisan sedimen yang akhirnya membagi lapisan batubara menjadi
dua lapisan atau lebih. Dalam satu daerah bisa ditemukan suatu lapisan
batubara, tetapi bila ditelusuri secara lateral maka pada tempat lain
lapisan tersebut dapat terbelah menjadi dua lapisan atau lebih.
Bentuk-bentuk split dapat dibedakan menjadi :
Simple split
Bentuk split ini diketemukan pada lapisan batubara yang tidak
menerus. Hal ini disebabkan karena pada suatu daerah proses
akumulasi tumbuh-tumbuhan dalam waktu yang relatif pendek
terhenti dan digantikan oleh adanya sedimen clastic. Setelah itu
kondisi bisa berubah menjadi kondisi rawa sehingga akumulasi
satu dengan cleat yang lain dari beberapa milimeter sampai 30 cm.
Clastic Dike
Merupakan suatu bentuk badan batuan sedimen yang memotong
lapisan batubara.
arah lateral lapisan batubara mungkin akan sama tebalnya atau menjadi tipis.
Kenampakan ini dapat terlihat langsung pada singkapan lapisan batubara yang
tampak/dijumpai di lapangan (dalam skala kecil), atau dapat diketahui dari
hasil rekontruksi beberapa lubang pemboran eksplorasi pada saat dilakukan
coring secara sistematis.Akibat dari perlengkungan ini lapisan batubara
terlihat terpecah-pecah akibatnya batubara menjadi kurang kompak.
Pengaruh air hujan, yang selanjutnya menjadi air tanah, akan mengakibatkan
sebagian dari butiran batuan sedimen yang terletak di atasnya, bersama air
tanah akan masuk di antara rekahan lapisan batubara. Kejadian ini akan
megakibatkan apabila batubara tersebut ditambang, batubara mengalami
pengotoran (kontaminasi) dalam bentuk butiran-butiran batuan sedimen
sebagai kontaminan anorganik, sehingga batubara menjadi tidak bersih.
Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan, apabila batubara tersebut akan
dipergunakan sebagai bahan bakar.
bukan
merupakan
penampakan
tunggal,
melainkan
merupakan
bentukan
tersebut.
Apabila
bentukan
intrusi
tersebut
melaksanakan
eksplorasi
batubara
di
daerah
yang
tungku (furnace) pada suhu 815oC dan dengan mengalirkan udara secara
lambat ke dalam tungku, kemudian abu yang didapat ditimbang.
3) Zat Terbang (Volatile Matter)
Merupakan bagian dari batubara yang mudah menguap atau hasil dari
penguraian senyawa kimia dan campuran kompleks yang membentuk
batubara. Bagian yang mudah menguap tersenut terdiri dari gas gas
yang mudah terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida, dan metan
serta sebagian kecil uap yang mudah mengembun seperti tar, karbon
dioksida dari karbonat, sulfur dari pirit, dan air dari lempung. Zat
terbang dapat diukur dengan cara sampel ditempatkan di dalam krusibel
silika dan ditempatkan di dalam tungku tertutup dengan suhu 900oC
selama 7 menit.
4) Karbon Tertambat (Fixed Carbon)
Fixed Carbon menyatakan nilai karbon yang terdapat dalam batubara
setelah volatile matter dihilangkan.
IV.
KOMPOSISI BATUBARA
Batubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di
alam dengan komposisi yang cukup kompleks. Bahan organik utamanya
yaitu tumbuhan yang dapat berupa jejak kulit pohon, daun, akar, struktur
kayu, spora, polien, damar, dan lain sebaginya.
Selanjutnya bahan organik tersebut mengalami tingkat pembusukan
(dekomposisi) sehingga menyebabkan perubahan sifat sifat fisik maupun
kimia baik sebelum maupun sesudah tertutup oleh endapan lainnya.
Pada dasarnya terdapat dua jenis material yang membentuk batubara, yaitu :
1) Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari
karbon padat (fixed carbon), senyawa hidrokarbon, sulfur, hidrogen, dan
beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
2) Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut terdiri dari senyawa
anorganik seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2O,
K2O, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah kecil yang akan
membentuk abu dalam batubara.
Pada proses pembentukan batubara dengan bantuan faktor fisika dan
kimia alam, selulosa (C49H7O44) yang berasal dari tumbuhan akan
mengalami perubahan menjadi lignit (C70H5O25), Subbituminous (C75H5O20),
Bittuminous (C80H5O15), dan Antrasit (C94H3O3). Dari fase pembentukan
tersebut terlihat bahwa unsur senyawa karbon yang bertambah, dengan
unsur higrogen dan unsur oksigen yang terikat semakin sedikit.
V.
KELOMPOK MASERAL
3) Vitrodetrinite
1) Sporinite
Sporinite adalah salah satu maseral dari grup maseral liptinite yang
paling umum yang berasal dari lapisan lilin spora fosil dan serbuk
sari. Pada umumnya maseral ini memiliki bentuk bulat pipih dengan
bagian atas dan belahan rendah Sporinite juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan ketebalan dinding spora berdinding tipis (tenuispores)
dan berdinding tebal (crassispores). Spora terbentuk dalam kantung
(sporangium) pada tanaman asli yang mereka dipadatkan menjadi
empat kelompok tetrahedral. Bukti formasi ini kadang-kadang dapat
dilihat di bawah mikroskop sebagai trilete bekas luka.
5) Liptodetrinite
Liptodetrinite adalah bentuk klastik dari liptinite di mana fragmen
fragmen dari berbagai jenis maceral muncul berbagai liptinite
sebagai partikel tersebar.
4) Sclerotinite
Sclerotinite terjadi sebagai badan bulat telur dengan sel-struktur,
dengan reflectances mencakup seluruh rentang inertinit.