Anda di halaman 1dari 18

A.

DEFINISI
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S.
scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi terhadap
sarcoptes scabiei varian homonis dan produknya,Beberapa sinonim penyakit ini yaitu
:Kudis,the Itch,guding,Budukan,Gatal agogo.

B. EPIDEMIOLOGI
Skabies merupakan penyakit epidemic pada banyak masyarakat ,ada dugaan bahwa
setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies .Penyakit ini banyak di jumpai pada anak
dan orang dewasa muda ,tetapi dapat juga mengenai semua umur ,insidensi semua pada
pria dan wanita.
Insidensi skabies pada negara berkembang menunjukkan siklus fluktasi yang sampai
saat ini belum dapat di jlaskan , interval dari akhir suatu epidemik pada permulaan
epidemik berikutnya kurang lebih 10-15 tahun,Beberapa faktor yang dapat mempengaruh
penyebarannya adalah kemiskinan,hygiene yang jelek,seksual promiskuitas,diagnosis yang
salah,demogarfi ,ekologi dan derajat sensitasi individual,insidensi di indonesia masih
cukup tinggi ,terendah di sulawesi utara ,dan tertinggi di jawa barat.

C. ETIOLOGI
Sarcoptes scabiei termasuk filum arthopoda kelas arachnida,ordo ackarina,superfamili
sarcoptes ,pada manusia disebut sarcoptes scabiei var homini,sedangkan varietas pada
mamalia lain dapat menginvestasi manusia tetapi tidak hidup lama.
Secara marfologik merupakan tungau kecil,berbentuk oval,punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata,tunggau ini transient,berwarna putih kotor dan tidak bermata
tungau betina panjangnya 300-450 mikron,sedangkan tungau jantan lebih kecil kurang
lebih setengahnya yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit.
Sarcoptes scabiei betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit
untuk kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm 5 mm per hari.
Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum
granulosum. Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu
kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari.
Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan
kulit untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar
folikel rambut untuk melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari,
menjadi bentuk dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga
bentuk dewasa sekitar 10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih
pendek dari pada tungau betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis
penyakit. Biasanya hanya hidup dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi
tungau betina.
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7
14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit

pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan
dapat terserang Sarcoptes scabiei var hominis

D. PATOGENESIS
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga
terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal
yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan
gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

E. GEJALA KLINIS SKABIES


Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah,iritasi dan rasa gatal pada kulit yang
umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha. Gejala lain adalah
munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit yang merupakan
terowongan yang digali Sarcoptes betina. Gejala lainnya muncul gelembung berair
(vesikel) pada kulit.
Gambar lesi skabies
Ada 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2005) :
a.

Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas

tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
b.

Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga

biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan
gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
c.

Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih

atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola

mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
d.

Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau

lebih stadium hidup tungau ini.


Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.

F. DASAR PENEGAKKAN DIAGNOSIS PENYAKIT SKABIES


1.

Anamnesis

Menurut Rahariyani (2007), beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis antara
lain:
1.

Biodata

Perlu dikaji secara lengkap untuk umur, penyakit scabies bisa menyerang semua kelompok
umur, baik anak-anak maupun dewasa bisa terkena penyakit ini, tempat, paling sering di
lingkungan yang kebersihannya kurang dan padat penduduknya seperti asrama dan
penjara.
2.

Keluhan Utama

Biasanya penderita datang dengan keluhan gatal dan ada lesi pada kulit.
3.

Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya penderita mengeluh gatal terutama malam hari dan timbul lesi berbentuk pustule
pada sela-sela jari tangan, telapak tangan, ketiak, areola mammae, bokong, atau perut
bagian bawah. Untuk menghilangkan gatal, biasanya penderita menggaruk lesi tersebut
sehingga ditemukan adanya lesi tambahan akibat garukan.
4.

Riwayat penyakit dahulu

Tidak ada penyakit lain yang dapat menimbulkan scabies kecuali kontak langsung atau
tidak langsung dengan penderita.
5.

Riwayat penyakit keluarga

Pada penyakit skabies, biasanya ditemukan anggota keluarga lain, tetangga atau juga teman
yang menderita, atau mempunyai keluhan dan gejala yang sama.
6.

Psikososial

Penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, dan cemas dengan adanya lesi yang
berbentuk pustul. Mereka biasanya menyembunyikan daerah-daerah yang terkena lesi pada
saat interaksi sosial.
7.

Pola kehidupan sehari-hari

Penyakit skabies terjadi karena hygiene pribadi yang buruk atau kurang (kebiasaan mandi,
cuci tangan dan ganti baju yang tidak baik). Pada saat anamnesis, perlu ditanya secara jelas
tentang pola kebersihan diri penderita maupun keluarga. Dengan adanya rasa gatal
dimalam hari, tidur penderita sering kali terganggu. Lesi dan bau yang ridak sedap, yang
tercium dari sela-sela jari atau telapak tangan akan menimbulkan gangguan aktivitas dan
interaksi sosial.
2.

Pemeriksaan Fisik

Menurut Harahap (2000), dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa:


1.

Terowongan berupa garis hitam, lurus, berkelok, atau terputus-putus, berbentuk

benang.
2.

Papula, urtikaria, ekskoriasi dalam perubahan eksematous ialah lesi-lesi sekunder

yang disebabkan sensitisasi terhadap parasit, serta ditemukan eksantem.


3.

Terlihat infeksi bakteri sekunder dengan impegtinasi dan furunkulosis.

Lokasi biasanya pada tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti: sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola
mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perutbagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang telapak tngan dan kaki bahkan diseluruh permukaan kulit,
sedangkan pada remaja dan dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah (Siregar,
2005).
Sifat-sifat lesi berupa papula dan vesikel milier sampai lentikuler disertai ekskoriasi. Bila
terjadi infeksi sekunder tampak pustule lentiuler. Lesi yang khas adalah terowongan
(kanalikulus) milier, tampak berasal dari salah satu papula atau vesikel, panjang kira-kira 1
cm, berwarna putih abu-abu. Ujung kanalikuli adalah tempat persembunyian dan bertelur
Sarcoptes scabiei (Siregar, 2005).
3.

Pemeriksaan Penunjang

Menurut Tabri (2005), diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya tungau pada
pemeriksaan mikroskopis yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1.

Kerokan kulit.

Minyak mineral diteteskan di atas papul atau terowongan baru yang masih utuh, kemudian
dikerok dengan menggunakan scalpel steril untuk

mengangkat atap papul atau

terowongan, lalu diletakkan di atas gelas objek, di tutup dengan gelas penutup, dan
diperiksa di bawah mikroskop. Hasil positif apabila tampak tungau, telur, larva, nimfa,
atau skibala. Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati pada bayi dan anak-anak atau
pasien yang tidak kooperatif

2.

Mengambil tungau dengan jarum.

Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap, lalu digerakkan secara
tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.
3.

Epidermal shave biopsi.

Mencari terowongan atau papul yang dicurigai pada sela jari antara ibu jari dan jari
telunjuk, lalu dengan hati-hati diiris pada puncak lesi dengan scalpel no.16 yang dilakukan
sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superficial sehingga tidak terjadi
perdarahan dan tidak memerlukan anestesi. Spesimen kemudian diletakkan pada gelas
objek, lalu ditetesi minyak mineral dan periksa di bawah mikroskop.
4.

Tes tinta Burrow.

Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan alkohol. Jejak
terowongan akan tampak sebagai garis yang karakteristik berbelok-belok karena adanya
tinta yang masuk. Tes ini mudah sehingga dapat dikerjakan pada bayi/anak dan pasien
nonkooperatif.
5.

Kuretasi terowongan.

Kuretasi superficial sepanjang sumbu terowongan atau pada puncak papul, lalu kerokan
diperiksa dibawah mikroskop setelah ditetesi minyak mineral. Cara ini dilakukan pada
bayi, anak-anak dan pasien nonkooperatif.

G. PENGOBATAN
Menurut Handoko (2008), obat-obat anti skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara
lain:
1.

Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau

krim.
Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
Sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25 M.
Cara pemakaiannya: sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh
kulit tubuh selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut.
Keuntungannya: harganya yang murah dan mungkin merupakan satu-satunya pilihan di
negara yang membutuhkan terapi massal.Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini
akan membentuk hydrogen sulfide dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat
germicid dan fungicid. Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak,
wanita hamil dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi.
Kerugian/Efek samping: pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian
dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
2.

Emulsi benzil-benzoat (20-25%)

Benzil benzoat adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang merupakan bahan
sintesis balsam peru.
Cara Kerja: Benzil benzoat bersifat neurotoksik pada tungau skabies.

Cara Pemakaian: Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan
pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzil
benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa
diterima.
Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan
skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara
berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini
dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2
tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies.
3.

Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane ; Lindane

Cara Kerja: Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah sebuah
insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau. Lindane diserap masuk ke
mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh bagian tubuh
tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang
menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau. Lindane dimetabolisme dan
diekskresikan melalui urin dan feses.
Cara Pemakaian: Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan
tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari leher
ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau lotion. Setelah pemakaian dicuci
bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larvalarva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian
menunjukkan penggunaan Lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak
mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lain selain 1%.

Efek Samping: Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP, kejang,
dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis
toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah, gelisah,
tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan
pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat
mempengaruhi

perjalanan

fisiologis

kelainan

darah

seperti

anemia

aplastik,

trombositopenia, dan pancytopenia.


4.

Krotamiton 10%

Krotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau lotion. Tingkat


keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%.
v Cara pemakaian: Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama
lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2
malam kemudian dicuci setelah aplikasi kedua.
v Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka panjang.Beberapa
ahli beranggapan bahwa Krotamiton krim ini tidak memiliki efektivitas yang tinggi
terhadap skabies. Krotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai efek sistemik
dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak kecil.
5.

Permetrin dengan kadar 5%

Cara kerja: Merupakan sintesa dari pyrethroid dan bekerja dengan cara mengganggu
polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan natrium. Hal ini
memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Obat ini
merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena efek toksisitasnya terhadap
mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat kesalahan dalam

penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorpsi di
kulit dan cepat dimetabolisme yang kemudian dikeluarkan kembali melalui keringat dan
sebum, dan juga melalui urin. Belum pernah dilaporkan resistensi setelah penggunaan obat
ini.
Cara pemakaian: Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan selama
8-12 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan
pemberian kedua setelah 1 minggu. Permethrin jarang diberikan pada bayi-bayi yang
berumur kurang dari 2 bulan, wanita hamil dan ibu menyusui. Wanita hamil dapat
diberikan dengan aplikasi yang tidak lama sekitar 2 jam.
Efek samping: jarang ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan gatal, namun mungkin
hal tersebut dikarenakan kulit yang sebelumnya memang sensitive dan terekskoriasi.

H. UPAYA PENCEGAHAN
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang yang kontak
langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi
pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran scabies karena seseorang
mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi
asimptomatik. Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal,
handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan
dikeringkan dengan udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar
kulit, karpet dan kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (Orkin, 2005)

I.

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding skabies adalah (Siregar, R.S,1996):


a)

Prurigo

Diagnosis banding berupa prurigo hampir menimbulkan gejala yang sama dengan skabies.
Namun biasanya pada prurigo ditemukan papel-papel yang gatal, predileksi pada bagian
ekstensor ekstremitas. Hal ini berbeda dengan predileksi dari skabies yang cenderung
mengenai bagian tubuh yang memiliki stratum korneum kulit yang tipis, seperti sela-sela
jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, dll.
b)

Gigitan serangga

Diagnosis banding gigitan serangga biasanya gejalanya jelas timbul sesudah ada gigitan.
Efloresensinya urtikaria papuler yang hampir sama dengan skabies.
c)

Folikulitis

Perbedaannya dengan skabies adalah bahwa pada folikulitis biasanya disertai nyeri berupa
pustule miliar dikelilingi daerah yang eritema.

Gambar lesi folikulitis superfisialis. Pustul multiple terlihat pada daerah jenggot.

DAFTAR PUSTAKA
Aisah S.2007. Creeping Eruption dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima.
Penerbit Fakultas Kedokteran FKUI.
Djuanda, A., Hamzah,M. Aisah, S. 2010 Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi keenam.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Handoko R, Djuanda A, Hamzah M. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.4.
Jakarta: FKUI.
Handoko R. 2008. Skabies. Dalam: Adhi D, Mochtar M, Siti A, editor. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin Edisi 5. Cetakan ke 3. Jakarta. Balai Penerbit FK UI.
Harahap M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit.Ed.1. Jakarta: Hipokrates.

Anda mungkin juga menyukai