Kerr)
SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU
PADA PEMBUATAN MIE KERING
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
Oleh :
Dwi R. Budiarsih
H 0605049
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
Anggota I
Surakarta,
Mei 2010
Mengetahui
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
Anggota II
KATA PENGANTAR
7. Ibu Sri Liswardani, S.TP, Pak Slameto, Pak Giyo, Pak Joko dan Pak Slamet
Rahardjo atas semua bantuannya. Maaf, saya selalu merepotkan.
8. Ibu, mbak Ani, mas Sur dan d Titin serta seluruh keluarga atas atas doa,
dukungan serta senantiasa menjadi sumber inspirasi bagi penulis.
9. Teman-teman seperjuangan Eti, Retnati, Dhilla, Tina, Lina dan Ruw. Makasih
atas semua bantuan dan dukungannya selama peneitian ini berlangsung.
Kalian adalah sahabat sejati bagiku, sahabat yang selalu ada saat aku susah
maupun senang.
10. Teman-teman Kost Edellweiss Siska, Datik, Yunis, Ellen, mbak Ayu dan
eks anggota Kost Edellweiss (d Eka, mbak Fatma, mbak Hafid). Makasih
atas hari-hari yang semarak selama 4 tahun lebih ini.
11. Teman-teman mahasiswa Jurusan THP angkatan 2005 (H0605) yang selalu
membantu dan memberi dukungan selama penelitian ini berlangsung.
12. Teman-teman mahasiswa Jurusan THP 2004 angkatan 2004 dan ITP angkatan
2006 2009.
Pada penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa tidak ada yang
sempurna di dunia ini kecuali ciptaan-Nya. Namun penulis tetap berharap skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Surakarta,
April 2010
Penulis
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini penulis persembahkan kepada:
Ibunda tercinta yang telah melahirkanku ke dunia ini. Sosok yang menjadi
sumber inspirasi, kekuatan dan semangat buatku, tempat mencurahkan isi
hati dan tempat bersandar saat aku sedang goyah. Ibu yang selalu mengasihi,
menyayangi, mencintai dan berjuang seorang diri selama 8 tahun menjaga
putri-putrimu. Terima kasih atas semua yang telah engkau berikan selama ini.
Semoga ini dapat membuatmu bangga dan bahagia.
Ayahda tercinta yang telah berpulang sebelum aku bisa membahagiakanmu.
Ayah yang selalu mendidik, menjaga, membimbing dan melindungiku selama
engkau di sisiku. Teima kasih atas semua yang telah engkau berikan. Semoga
ini dapat membuatmu bangga dan bahagia di sana.
Mbak Ani, d Titin dan mas Sur yang selalu memberikan semangat, dukungan
dan bantuannya. Kalian adalah saudara-saudara terbaikku. Maaf kalau akhirakhir ini aku sering uring-uringan. Aku sayang kalian.
Mbah putri, mbah kakung, pakdhe, budhe, om, bulik, sepupu-sepupuku dan
semua keluarga. Terima kasih atas doa dan dukungannya.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
ii
iii
vi
ix
xi
xii
RINGKASAN ...............................................................................................
xiv
SUMMARY ..................................................................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
1. Mie .....................................................................................
b. Air ................................................................................
10
11
11
12
12
b. Pengulenan adonan.......................................................
12
13
14
e. Pengukusan. .................................................................
14
f. Pengeringan ..................................................................
15
g. Pendinginan ..................................................................
15
5. Ganyong .............................................................................
16
21
C. Hipotesa....................................................................................
21
22
22
22
1. Bahan..................................................................................
23
2. Alat .....................................................................................
23
23
23
24
29
1. Analisa Kimia.....................................................................
28
29
29
30
30
31
1. Kadar Air............................................................................
31
32
34
35
37
38
39
8. Kadar Fosfor.......................................................................
41
42
1. Warna .................................................................................
43
2. Aroma.................................................................................
44
3. Rasa ....................................................................................
46
4. Elastisitas ...........................................................................
47
5. Keseluruhan........................................................................
49
50
52
A. Kesimpulan ..............................................................................
52
B. Saran .........................................................................................
53
54
LAMPIRAN ..................................................................................................
58
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
2.1
Komposisi Gizi Mie Basah dan Mie Kering per 100 gram Bahan
2.2
2.3
2.4
2.5
18
3.1
26
3.2
4.1
4.2
40
4.10
39
4.9
37
4.8
36
4.7
34
4.6
33
4.5
31
4.4
30
4.3
29
41
43
4.11
4.12
4.13
46
4.14
45
47
4.15
49
50
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.1
3.1
3.2
16
27
28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
58
2.
Cara Kerja Analisa Abu dengan Metode Penetapan Total Abu ........
58
3.
59
4.
60
5.
61
6.
61
7.
62
8.
63
9.
65
10.
11.
12.
72
18.
71
17.
70
16.
69
15.
68
14.
67
13.
66
73
74
19.
75
20.
76
21.
76
22.
77
23.
77
24.
78
25.
Hasil Analisa Anova (Duncan) Kadar Serat Kasar Mie Kering .......
78
26.
79
27.
79
28.
80
29.
80
30.
81
31.
81
32.
82
33.
82
34.
83
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mie merupakan salah satu produk pangan yang cukup populer dan disukai
oleh berbagai kalangan masyarakat. Mie sering dikonsumsi sebagai bahan pangan
alternatif pengganti nasi karena kandungan karbohidratnya yang cukup tinggi.
Sifatnya yang praktis dan rasanya yang enak menjadi daya tarik mie. Harganya
yang relatif murah, menjadikan produk ini dapat dijangkau oleh berbagai lapisan
masyarakat.
Mie merupakan bahan pangan yang berbentuk pilinan memanjang dengan
diameter 0,07-0,125 inchi yang dibuat dari bahan baku terigu dengan atau tanpa
tambahan kuning telur (Beans et al, 1974). Menurut Astawan (1999), mie terbagi
menjadi beberapa jenis yaitu mie segar atau mie mentah, mie basah, mie kering
dan mie instan. Mie mentah adalah mie yang tidak mengalami proses tambahan
setelah pemotongan dan mengandung air sekitar sekitar 35%. Mie basah adalah
mie yang mengalami proses perebusan setelah tahap pemotongan dan kadar
airnya dapat mencapai 52%. Mie kering adalah mie mentah yang dikeringkan
hingga kadar airnya sekitar 10% dan mie instan adalah mie mentah yang dikukus
kemudian digoreng dan mengandung air
5-8%.
(Anonima, 2008).
berpotensi
sebagai sumber karbohidrat. Ada lebih dari 30 jenis umbi-umbian yang biasa
ditanam dan dikonsumsi rakyat Indonesia. Produksi umbi-umbian melimpah pada
saat panen raya terutama di daerah sentra produksi. Umbi-umbian merupakan
bahan berkarbohidrat tinggi tetapi belum semua umbi-umbian dimanfaatkan dan
dikembangkan. Salah satu komoditas umbi-umbian yang ada di Indonesia adalah
umbi ganyong. Menurut Rukmana (2000), produksi ganyong dapat mencapai 30
ton umbi per hektar sehingga dapat membantu menyediakan karbohidrat yang
diperlukan penduduk.
Ganyong adalah tanaman umbi-umbian yang termasuk dalam tanaman dwi
tahunan (2 musim) atau sampai beberapa tahun, hanya saja dari satu tahun ke
tahun berikutnya mengalami masa istirahat, daun-daunnya mengering dan
tanamannya hilang sama sekali dari permukaan tanah. Pada musim hujan, tunas
akan keluar dari mata-mata umbi atau rhizomanya. Ganyong sering dimasukkan
pada tanaman umbi-umbian karena orang bertanam ganyong biasanya untuk
diambil umbinya yang kaya akan karbohidrat (Anonim, 2009). Di antara
komoditas umbi-umbian, ganyong merupakan umbi yang belum dimanfaatkan
secara optimal dan belum sepopuler ubi jalar maupun ubi kayu. Selama ini,
ganyong biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan dalam bentuk ganyong
rebus maupun kukus. Ganyong merupakan salah satu umbi yang memiliki nilai
gizi cukup tinggi. Menurut Direktorat Gizi Depkes RI (1981) dalam Rukmana
(2000), komposisi gizi ganyong dalam tiap 100 g bahan adalah karbohidrat 22,60
g, protein 1,00 g, lemak 0,11 g, kalsium 21,00 mg, fosfor 70,00 mg, zat besi 1,90
g, vitamin B1 0,10 mg, vitamin C 10,00 mg dan air 70 g.
Umbi ganyong dapat diolah menjadi produk antara, misalnya pati atau
tepung. Tepung ganyong adalah tepung yang dibuat langsung dari umbinya yang
sudah tua dan baik (tidak ada tanda-tanda kebusukan) (Anonim, 2000). Bentuk
tepung akan mempermudah dan memperlama penyimpanan ganyong hingga dapat
tahan berbulan-bulan, bahkan hingga tahunan. Selain itu, dalam bentuk tepung
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh penggunaan tepung ganyong sebagai substitusi tepung
terigu terhadap karakteristik kimia (kadar air, abu, protein lemak, karbohidrat,
serat kasar, kalsium dan fosfor) mie kering.
ganyong
yang
memenuhi
syarat
mutu
dan
masih
dapat
diterima/disukai konsumen.
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi tentang karakteristik kimia dan sensoris mie kering
dari tepung terigu yang disubstitusi dengan tepung ganyong
2. Mengurangi penggunaan tepung terigu terutama pada pembuatan mie kering.
3. Mendapatkan formulasi mie kering dengan komposisi tepung terigu dan
tepung ganyong yang masih dapat diterima/disukai konsumen.
4. Meningkatkan nilai ekonomis ganyong.
A. Tinjauan Pustaka
1. Mie
Mie merupakan salah satu jenis makanan yang paling populer di Asia
khususnya di Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurut catatan sejarah, mie
dibuat pertama kali di daratan Cina kira-kira 2000 tahun yang lalu di bawah
kekuasaan dinasti Han. Dari Cina, mie berkembang dan menyebar ke Jepang,
Korea, Taiwan dan negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Di
benua Eropa, mie mulai dikenal setelah Marcopolo berkunjung ke Cina dan
membawa oleh-oleh mie. Selanjutnya, di Eropa mie berubah menjadi pasta
seperti yang dikenal saat ini (Suyanti, 2008).
Mie merupakan bahan pangan yang berbentuk pilinan memanjang
dengan diameter 0,07-0,125 inchi yang dibuat dengan bahan baku terigu
dengan atau tanpa tambahan kuning telur (Beans et al,1974). Sedangkan
menurut Miskelly dan Gore (1986) dalam Armiyanti (2004), mie adalah bahan
makanan yang berbentuk pilinan terbuat dari tepung terigu dan dapat dijual
dalam bentuk segar atau basah, dikeringkan, dikukus, dikukus dan
dikeringkan atau dikukus dan digoreng.
Mie merupakan salah satu jenis makanan yang cukup disukai orang.
Mie dibuat dari pasta yang dicetak memanjang berbentuk pita yang ramping
atau berbentuk benang. Pada umumnya mie dikonsumsi dengan ditambah
sayuran, daging, telur dan beberapa bumbu. Mie dibuat dengan bahan dasar
tepung terigu. Di Asia, dapat ditemukan berbagai macam bentuk mie yang
masing-masing diproses dengan cara yang berbeda, walaupun langkahlangkah proses pembuatannya sama dengan bahan dasar tepung terigu yang
kualitasnya bervariasi (Supriyanto, 1992).
2. Mie Kering
Mie dapat dibedakan dengan mie jenis lain berdasarkan kadar air dan
tingkat pemasakan awalnya. Mie mentah yaitu mie yang belum direbus
mengandung air sekitar 35 %, mie basah yaitu mie mentah yang direbus dan
mengandung air sekitar 52%, mie kering yaitu mie mentah yang dikeringkan
5
sampai kadar air sekitar 10%, mie instan yaitu mie mentah yang dikukus
kemudian digoreng dan mengandung air sekitar 8%, serta mie goreng yaitu
mie mentah yang digoreng dan mengandung lipid sekitar 20% (Kruger et al,
1996).
Mie kering adalah produk makanan kering yang dibuat dari tepung
terigu dengan atau tanpa tambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan
makanan yang diizinkan (SNI 01-2979-1992).
Ditinjau dari segi nilai gizinya, mie banyak mengandung karbohidrat
dan energi dengan kandungan protein yang relatif rendah. Kandungan gizi mie
sangat bervariasi tergantung pada jenis, jumlah, dan kualitas bahan
penyusunnya (Astawan, 1999). Komposisi gizi mie basah dan mie kering per
100 gram sampel secara umum dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Komposisi Gizi Mie Basah dan Mie Kering per 100 gram Bahan
Zat Gizi
Mie Basah
Mie Kering
Energi (Kal)
86
337
Protein (g)
0,6
7,9
Lemak (g)
3,3
11,8
Karbohidrat (g)
14,0
50,0
Kalsium (mg)
14
49
Fosfor (mg)
13
47
Besi (mg)
0,8
2,8
Vitamin A (SI)
Vitamin B1 (mg)
0,01
Vitamin C (mg)
80,0
28,6
Air (g)
Mie kering adalah mie segar yang telah dikeringkan hingga kadar
airnya mencapai 8-10 %. Pengeringan umumnya dilakukan dengan
penjemuran di bawah sinar matahari atau dengan oven. Karena bersifat kering
maka mie ini mempunyai daya simpan yang relatif panjang dan mudah
penanganannya (Astawan, 1999). Syarat mutu mie kering dapat dilihat pada
Tabel 2.2.
Kriteria uji
Satuan
Mutu I
Mutu II
Keadaan
1.1. Bau
Normal
Normal
1.2. Rasa
Normal
Normal
1.3. Warna
Normal
Normal
Kadar air
% b/b
Maks 8
Maks 10
Kadar abu
% b/b
Maks 3
Maks 3
Protein
% b/b
Min 10
Min 8
5.2. Pewarna
Yang diizinkan
Yang diizinkan
Cemaran logam
6.1. Timbal (Pb)
Mg/kg
Maks 1,0
Maks 1,0
Mg/kg
Maks 10,0
Maks 10,0
Mg/kg
Maks 40,0
Maks 40,0
Mg/kg
Maks 0,05
Maks 0,05
Arsen (As)
Mg/kg
Maks 0,05
Maks 0,05
Cemaran mikrobia
8.1. Angka lempeng total
Koloni/gr
Maks 1,0x106
Maks 1,0x106
8.2. E. Coli
APM/gr
Maks 10
Maks 10
8.3. Kapang
Koloni/gr
Maks 1,0x10
Maks 1,0x104
Jumlah
365
Protein (g)
8,9
Lemak (g)
1,3
Karbohidrat (g)
77,3
Kalsium (mg)
16
Fosfor (mg)
106
Besi (mg)
1,2
Vitamin B1 (mg)
0,12
Air (g)
12
Cakra Kembar/
Segitiga Biru
Kunci Biru
Kereta Kencana
14,5
0,6
12
30
14,5
0,6
10-11
25
14,5
0,6
8-9
21
Ernawati, 2009).
air
sampai
membentuk
adonan
yang
homogen
yaitu
(Anonim, 2005).
dalam tepung terigu. Protein penyusun gluten yang berkaitan erat dengan
ekstensibilitas mie adalah gliadin.
5. Ganyong
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman
ganyong diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
Subdivisi
Kelas
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Cannaceae
Spesies
(Rukmana, 2000).
A
B
Gambar 2.1. Gambar Umbi Ganyong (A) dan Tanaman Ganyong (B)
Bentuk tanaman ganyong adalah berumpun dan merupakan tanaman
herba. Semua bagian vegetatif yaitu batang, daun serta kelopak bunganya
sedikit berlilin. Tanaman ini tetap hijau disepanjang hidupnya. Saat umbi
telah cukup dewasa, daun dan batang mulai mengering. Keadaan seperti ini
seakan-akan menunjukkan bahwa tanaman mati, padahal tidak. Karena bila
hujan tiba maka rimpang atau umbi akan bertunas dan membentuk tanaman
lagi. Tinggi tanaman ganyong antara 0.9 - 1,8 meter. Bahkan di Queensland
dapat mencapai 2,7 meter. Sedang untuk daerah Jawa, tinggi tanaman
ganyong umumnya 1,35 1,8 meter. Apabila diukur lurus, maka panjang
batang bisa mencapai 3 meter. Panjang batang dalam hal ini di ukur mulai dari
ujung tanaman sampai ujung rhizoma atau yang sering disebut dengan umbi
(Anonimc, 2008)
Tanaman ganyong menghasilkan akar tongkat (bonggol) yang sering
disebut ubi. Bentuk ubi ganyong beraneka macam, mulai dari panjang
lonjong, bulat, agak pipih, sampai tidak beratuan. Pada umumnya ubi
berukuran panjang 60 cm dengan diameter 10 cm dan dikelilingi oleh bekasbekas sisik serta akar tebal yang berserabut. Ubi ganyong berdaging tebal dan
berwarna putih atau keungu-unguan. Bila ubi dimasak rasanya enak kemanismanisan. Ujung ubi ganyong bertunas, sehingga menghasilkan anakan sebagai
bahan perbanyakan secara vegetatif (Rukmana 2000).
Di Indonesia dikenal dua kultivar atau varietas ganyong, yaitu
ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna
batang, daun dan pelepahnya yang berwarna merah atau ungu, sedang yang
warna batang, daun dan pelepahnya hijau dan sisik umbinya kecoklatan
disebut dengan ganyong putih. Dari kedua varietas tersebut mempunyai
beberapa berbedaan sifat, sebagai berikut :
a) Ganyong merah: batang lebih besar, agak tahan kena sinar dan tahan
kekeringan, sulit menghasilkan biji, hasil umbi basah lebih besar tapi
kadar patinya rendah dan lazim dimakan segar (direbus)
b) Ganyong putih: lebih kecil dan pendek, kurang tahan kena sinar tetapi
tahan kekeringan, selalu menghasilkan biji dan bisa diperbanyak
menjadi anakan tanaman, hasil umbi basah lebih kecil tapi kadar patinya
tinggi dan lazim diambil patinya (Anonimc, 2008).
Menurut Nuryadin (2008), ganyong (Canna edulis. Kerr) adalah
tanaman herba yang berasal dari Amerika Selatan. Rhizoma atau umbinya bila
sudah dewasa dapat dimakan dengan mengolahnya terlebih dahulu, atau untuk
diambil patinya. Saat panen umbi, sangat tergantung dari daerah tempat
menanamnya. Di dataran rendah sudah bisa dipanen pada umur 6 - 8 bulan,
sedang di daerah yang hujannya sepanjang tahun, waktu panennya lebih lama,
yaitu pada umur 15 - 18 bulan. Umbi yang sudah dewasa biasanya ditandai
dengan menguningnya batang dan daun tanaman.
Banyaknya (proporsi)
95,00 kal
1,00 g
0,11 g
22,60 g
21,00 mg
70,00 mg
1,90 mg
0,10 mg
10,00 mg
75,00 mg
65 %
(Anonim, 2000).
banyak
kandungan
gizi
untuk
pertumbuhan
dan
Pembuatan bioetanol dari bahan yang kurang memiliki nilai jual dan
kurang bermanfaat akan sangat menguntungkan, sebagai contoh adalah
ganyong yang kurang dimanfaatkan masyarakat dan memiliki nilai jual
rendah (Wijayanti, 2008).
b) Konversi ganyong menjadi bioetanol
Umbi ganyong mengandung karbohidrat yang cukup tinggi sehingga dapat
digunakan sebagai bahan dasar untuk produksi glukosa dan fermentasi
etanol (Lily dan Dede, 2008).
c) Komposisi Nutrien dan Kandungan Senyawa Bioaktif Pati Ganyong.
Pemanfaatan umbi ganyong sebagai pangan lokal perlu didukung oleh
pengetahuan tentang komposisi nutrien dan kandungan senyawa bioaktif
di dalamnya (Damayanti, dkk., 2009)
B. Kerangka Berpikir
Mie kering merupakan salah satu bahan makanan yang terbuat dari tepung
terigu. Di Indonesia, tepung terigu merupakan barang yang yang harus diimpor.
Jumlah impor tepung terigu mengalami kenaikan setia tahun. Oleh karena itu,
untuk mengurangi impor tepung terigu perlu dicari alternatif bahan pengganti
tepung terigu.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan komoditas lokal diantaranya
umbi-umbian.
Umbi-umbian
merupakan
bahan
makanan
yang
meniliki
kandungan karbohidrat tinggi. Ada lebih dari 30 jenis umbi-umbian yang ada di
Indonesia. Salah satu komoditas umbi-umbian tersebut adalah umbi ganyong.
Ganyong memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, tetapi pemanfaatan umbi
ganyong belum dilakukan secara optimal. Ganyong dapat diolah menjadi tepung
yang dapat digunakan sebagai bahan substitusi tepung terigu pada pembuatan mie
kering. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
penggunaan tepung ganyong sebagai substitusi tepung terigu terhadap
karakteristik kimia (kadar air, abu, protein, lemak, karbhidrat, serat kasar, kalsium
dan fosfor) dan sensoris (warna, aroma, rasa, elastisitas dan keseluruhan) mie
kering.
C. Hipotesa
Substitusi tepung terigu dengan tepung ganyong pada pembuatan mie
kering akan mempengaruhi karakteristik kimia dan sensoris mie kering yang
dihasilkan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat untuk
pembuatan tepung ganyong, alat untuk pembuatan mie kering, alat untuk
analisa karakter kimia dan alat untuk analisa karakter sensoris. Alat untuk
pembuatan tepung ganyong adalah pisau, alat pengiris, baskom plastik,
cabinet dryer, alat penepung dan ayakan. Alat untuk pembuatan mie kering
adalah pencetak mie, baskom plastik, mangkok, timbangan digital, kompor
gas, alat pengukus, dan cabinet dryer.
Alat untuk analisa kadar air adalah botol timbang, oven, desikator,
penjepit cawan dan timbangan analitik. Alat untuk analisa kadar abu adalah
krus porselen, kompor gas, tanur pengabuan, penjepit cawan, oven, timbangan
analitik dan desikator. Alat untuk kadar lemak adalah timbangan analitik,
tabung ekstraksi Soxhlet, kondensor, penangas air dan oven. Alat untuk
analisa kadar protein adalah timbangan analitik, gelas ukur, labu Kjeldahl,
pemanas Kjeldahl, alat distilasi lengkap dan erlemeyer. Alat untuk analisa
kadar serat kasar adalah timbangan analitik, pemanas, erlenmeyer, pendingin
balik, spatula, oven, desikator dan pompa vakum. Alat untuk analisa kadar
kalsium adalah timbangan analitik, krus porselen, kompor gas, tanur, gelas
piala, penangas air, gelas ukur, labu takar, pipet, pengaduk, buret dan statif.
Alat untuk analisa kadar fosfor adalah timbangan analitik, gelas piala, gelas
ukur, pemanas listrik, termometer, tanur, labu takar, pengaduk, pemanas air,
buret, statif, krus dan desikator. Alat untuk analisa sifat sensoris adalah panci,
kompor gas, baskom plastik, borang dan perlengkapan penyajian sampel.
C. Tahapan Penelitian
1. Pembuatan tepung ganyong.
Umbi ganyong dipilih yang segar, bagus dan mulus. Umbi dibersihkan
dari akar-akar serabut dan tanah yang menempel kemudian kulit umbi
ganyong dikupas dengan pisau yang tajam hingga bersih. Setelah itu daging
umbi ganyong dicuci dengan air mengalir. Selanjutnya daging umbi ganyong
diiris dengan pisau yang tajam atau alat pengiris khusus dengan ketebalan 2-3
mm. Setelah itu, irisan umbi ganyong direndam dalam larutan Na metabisulfit
1000 ppm selama 30 menit kemudian dikeringkan dengan cabinet dryer
dengan mengatur jarak antar rol secara berulang kali (4-5 kali) sampai
ketebalan lembaran mie mencapai 1,5-2 mm. Lembaran mie yang
terbentuk kemudian dibedaki dengan tepung tapioka agar tidak menyatu
kembali.
d. Pembentukan mie
Proses pembuatan mie ini umumnya sudah dilakukan dengan alat
pencetak mi (roll press). Alat ini mempunyai dua rol. Rol pertama
berfungsi untuk menipiskan lembaran mie dan rol kedua berfungsi untuk
mencetak mie. Pertama-tama lembaran mi masuk ke rol pertama kemudian
masuk ke rol kedua. Mie yang keluar dari rol pencetak kemudian dipotong
tiap 20 cm dengan menggunakan gunting.
Menurut Suyanti (2008), ada dua jenis ukuran pencetak mie, yaitu
ukuran kecil dan ukuran besar. Lembaran mie di masukkan ke dalam alat
pencetak dan alat diputar sampai lembaran mie habis tercetak.
e. Pengukusan
Mie yang telah terbentuk dipanaskan (steaming) dengan cara
pemberian uap selama 12 menit. Pemanasan ini menyebabkan gelatinisasi
pati dan koagulasi gluten.
f. Pengeringan
Mie yang telah dikukus kemudian dikeringkan secara sempurna
(kadar air 11-12%) agar menjadi produk yang kering dan renyah, serta
terbentuk lapisan protein. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan
cabinet dryer selama 2,5 jam. Untuk 1,5 jam pertama suhu yang
digunakan adalah 60 C dan untuk 1 jam berikutnya dengan suhu 70 C.
g. Pendinginan
Setelah dikeluarkan dari cabinet dryer mie didinginkan. Proses
pendinginan bertujuan untuk melepaskan sisa-sisa uap panas dari produk
dan membuat tekstur mie menjadi keras. Jika sisa uap panas tidak hilang,
uap tersebut akan mengalami kondensasi saat dikemas dan memungkinkan
untuk ditumbuhi jamur.
Diagram alir proses pembuatan mie kering dapat dilihat pada Gambar
3.2. Adapun formulasi bahan yang digunakan dalam membuat mie kering
dapat dilihat pada Tabel 3.1 sesuai formulasi Astawan (1999).
Tabel 3.1. Formulasi Bahan Pembuatan Mie Kering
Bahan
Tepung terigu Cakra Kembar
Garam
Air
Soda abu
Jumlah
250 gr
1,13 gr
102,2 ml
0,86 gr
Umbi ganyong
Pengupasan
Pencucian
Pengirisan dengan tebal 2 mm
Perendaman dalam larutan Na metabisulfit
1000 ppm selama 30 menit
Pengeringan dengan cabinet driyer pada
suhu 60 C
Tepung
terigu
Tepung
ganyong
Garam
Soda
abu
Pencampuran bahan
Pengulenan bahan selama 15-25 menit
Pembentukan lembaran
Pembentukan mie
Pengukusan selama 12 menit
Mie basah
Air
E. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
dengan satu faktor yaitu variasi subtitusi tepung terigu dengan tepung ganyong.
Untuk masing-masing perlakuan dibuat empat kali ulangan. Variasi konsentrasi
tepung terigu dan tepung ganyong untuk pembuatan mie kering pada penelitian
ini dapat dilihat pada Tabel 3.2. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan ANOVA untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan perlakuan pada
tingkat = 0,05. Apabila hasil yang diperoleh ada beda nyata, maka dilanjutkan
dengan uji DMRT pada tingkat yang sama.
Tabel 3.2. Variasi Konsentrasi Tepung Terigu dan Tepung Ganyong pada
Pembuatan Mie Kering
Formula
F0
F1
F2
F3
F4
Air
Abu
Protein
Lemak
Karbohidrat
Tepung
terigu
13.709
0.583
13.684
1.025
70.999
Tepung
ganyong
9.824
4.245
0.954
0.252
84.726
Serat
Kalsium
Fosfor
0.520
0.0134
0.1177
3.113
0.0202
0.0700
kasar
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kadar air, protein lemak dan fosfor
tepung terigu Cakra Kembar yang digunakan dalam penelitian ini lebih tinggi
daripada tepung ganyong. Sedangkan kadar abu, karbohidrat, serat kasar dan
kalsium tepung terigu lebih rendah daripada tepung ganyong.
30
Perlakuan
Air
Air
(% wb)
(% db)
9.953
9.557
9.184
8.855
8.450
11.053a
10.567b
10.113c
9.715d
9.230e
Keterangan: superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata pada tingkat signifikasi 95%
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kadar air mie kering
adalah berkisar antara 9,230%-11,053% (db). Kadar air mie kering tertinggi
adalah 11,053% yaitu mie kering F0 atau kontrol (substitusi 0%) sedangkan
kadar air terendah adalah 9,230% yaitu pada mie kering F4 (substitusi tepung
ganyong 20%).
Nilai kadar air mie kering yang disubstitusi dengan tepung ganyong
semakin menurun seiring dengan semakin meningkatnya konsentrasi
substitusi. Hal ini disebabkan karena kadar air tepung terigu lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar air tepung ganyong. Kadar air tepung terigu
adalah 13,709% (db) sedangkan kadar air tepung ganyong adalah 9,824%
(db). Selain itu, peningkatan konsentrasi substitusi tepung terigu dengan
tepung ganyong menyebabkan penurunan jumlah gluten adonan mie karena
tepung ganyong tidak mempunyai kandungan gluten seperti yang ada dalam
tepung terigu. Gluten dapat terbentuk karena pencampuran tepung terigu
dengan air pada saat proses pencampuran bahan. Kandungan gluten yang
rendah akan mengakibatkan daya ikat air menjadi lemah sehingga pelepasan
molekul air pada saat proses pengeringan semakin mudah. Menurut Astawan
(1999), tepung terigu memiliki kemampuan untuk membentuk gluten pada
saat dibasahi dengan air. Sehingga mie kering dengan konsentrasi substitusi
tepung ganyong yang semakin tinggi memiliki kadar air yang semakin rendah.
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji ANOVA pada tingkat
signifikasi 95%, nilai kadar air mie kering menunjukkan beda nyata antar
sampel mie kering. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi substitusi tepung
terigu dengan tepung ganyong berpengaruh terhadap kadar air mie kering
yang dihasilkan.
Menurut SNI 01-2979-1992 tentang syarat mutu mie kering,
menyatakan bahwa kadar air mie kering maksimal adalah 10% (wb) untuk
mutu II dan 8% (wb) untuk mutu I. Kadar air mie kering hasil penelitian
berkisar antara 8,450%-9,953% (wb); berarti sesuai dengan syarat mutu mie
kering (mutu II).
2. Kadar Abu
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara
pengabuannya. Kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral suatu
bahan (Sudarmadji, dkk., 1989). Dalam tubuh, mineral-mineral ada yang
bergabung dengan zat organik, ada pula yang berbentuk ion-ion bebas. Di
dalam tubuh unsur mineral berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur
(Winarno, 2002). Hasil analisa kadar abu mie kering yang disubstitusi dengan
tepung ganyong dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Kadar Abu Mie Kering pada Berbagai Tingkat Substitusi Tepung
Terigu dengan Tepung Ganyong
Formula
F0
F1
F2
F3
F4
Perlakuan
Abu
(% wb)
1.269
1.418
1.653
1.873
2.029
Abu
(% db)
1.409a
1.568b
1.820c
2.055d
2.216e
Keterangan: superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata pada tingkat signifikasi 95%
Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa kadar abu mie kering adalah
berkisar antara 1,409-2,216% (db). Kadar abu terendah adalah 1,409% yaitu
pada mie kering F0 atau kontrol (substitusi 0%) sedangkan kadar abu tertinggi
adalah 2,216% yaitu pada mie kering F4 (substitusi tepung ganyong 20%).
Nilai kadar abu mie kering yang disubstitusi dengan tepung ganyong
meningkat seiring dengan semakin meningkatnya konsentrasi substitusi. Hal
ini disebabkan karena kadar abu tepung ganyong lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kadar abu tepung terigu. Kadar abu tepung ganyong
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4,245% (db) sedangkan kadar abu
tepung terigu adalah 0.583% (db).
Besarnya kadar abu produk pangan bergantung pada besarnya
kandungan mineral bahan yang digunakan. Menurut Direktorat Gizi DepKes
RI (1992) dalam Astawan (1999), dalam 100 gram tepung terigu terdapat
kalsium 16 mgr, besi 1,2 mgr, dan fosfor 106 mgr. Sedangkan menurut
Direktorat Gizi DepKes RI (1981) dalam Rukmana (2000), dalam setiap 100
gr ubi ganyong terdapat kalsium 21 mgr, besi 1,9 mgr dan fosfor 70 mgr.
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji ANOVA pada tingkat
signifikasi 95%, nilai kadar abu mie kering menunjukkan beda nyata antar
sampel mie kering. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi substitusi tepung
terigu dengan tepung ganyong berpengaruh terhadap kadar abu mie kering
yang dihasilkan.
Menurut SNI 01-2979-1992 tentang syarat mutu mie kering,
menyatakan bahwa kadar abu mie kering maksimal adalah 3% (wb) untuk
mutu I maupun mutu II. Kadar abu mie kering hasil penelitian berkisar antara
1,269-2,029% (wb); berarti sesuai dengan syarat mutu mie kering (mutu I).
3. Kadar Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang penting bagi tubuh karena
selain berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang
mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat (Winarno, 2002). Hasil analisa kadar protein mie kering yang
disubstitusi dengan tepung ganyong dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Kadar Protein Mie Kering pada Berbagai Tingkat Substitusi
Tepung Terigu dengan Tepung Ganyong
Formula
F0
F1
F2
F3
F4
Perlakuan
Protein
(% wb)
11.980
11.651
11.355
10.977
10.731
Protein
(% db)
13.304a
12.882b
12.503c
12.044d
11.721e
Keterangan: superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata pada tingkat signifikasi 95%
Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kadar protein mie kering
berkisar antara 11,721-13,304% (db). Kadar protein terendah adalah 11,721%
pada mie kering F4 (substitusi dengan tepung ganyong 20%) yaitu sebesar
10,731% sedangkan kadar protein tertinggi terdapat pada mie kering F0 atau
kontrol (substitusi tepung ganyong 0%) yaitu sebesar 13,304%.
Kadar protein mie kering yang disubstitusi dengan tepung ganyong
semakin menurun seiring dengan semakin meningkatnya konsentrasi
substitusi tepung ganyong. Hal ini disebabkan semakin berkurangnya
kandungan gluten seiring dengan penurunan proporsi tepung terigu. Menurut
Fennema (1985), gluten adalah bentuk kompleks dari gliadin dan glutenin
yang dihidrasi dan dicampur. Protein terigu terdiri dari fraksi gliadin dan
glutenin yang mewakili 80-85% protein endosperm. Umumnya kandungan
gluten menentukan kadar protein tepung terigu. Semakin tinngi gluten maka
semakin tinggi pula protein tepung terigu tersebut.
Tepung terigu yang digunakan untuk pembuatan mie adalah jenis hard
wheat yaitu tepung terigu yang mempunyai kadar protein yang tinggi yaitu
12-13%. Terigu jenis ini menghasilkan adonan yang mempunyai daya serap
tinggi, menghasilkan adonan yang kuat, kenyal, dan memiliki daya kembang
yang baik (Astawan, 1999). Tepung terigu yang digunakan dalam penelitian
ini memiliki kadar protein sebesar 13,684% (db). Sedangkan kadar protein
tepung ganyong yang digunakan adalah sebesar 0,954% (db). Kadar protein
tepung ganyong lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar protein tepung
terigu mengakibatkan penurunan kadar protein mie kering.
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji ANOVA pada tingkat
signifikasi 95%, nilai kadar protein mie kering menunjukkan beda nyata antar
sampel mie. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi substitusi tepung terigu
dengan tepung ganyong berpengaruh terhadap kadar protein mie kering yang
dihasilkan
Menurut SNI 01-2979-1992 tentang syarat mutu mie kering,
menyatakan bahwa kadar protein mie kering minimal adalah 11% (wb) untuk
mutu I dan 8% untuk mutu II. Kadar protein mie kering hasil penelitian
berkisar antara 10,731-11,980% (wb); berarti mie kering F3 dan F4 sesuai
dengan syarat mutu mie kering (mutu II) sedangkan mie kering F0, F1 dan F2
sesuai dengan syarat mutu I.
4. Kadar Lemak
Lemak atau minyak secara kimiawi adalah tigliserida yang merupakan
bagian terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida merupakan senyawa hasil
kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Dalam
bidang biologi, lemak atau minyak dikenal sebagai salah satu bahan penyusun
dinding sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul (Sudarmadji, 1989).
Lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu, lemak merupakan sumber energi yang
lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak
dapat menghasilkan 9 kkal. Lemak berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi
vitamin-vitamin A, D, E, dan K. Lemak terdapat pada hampir semua bahan
pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Lemak dapat digunakan untuk
memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan (Winarno, 2002). Hasil
analisa kadar lemak mie kering dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Kadar Lemak Mie Kering pada Berbagai Tingkat Substitusi Tepung
Terigu dengan Tepung Ganyong
Formula
F0
Perlakuan
100% tepung terigu dan 0% tepung ganyong
F1
F2
F3
F4
Lemak
(% db)
13.057a
12.743b
12.489c
11.973d
11.610e
Keterangan: superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata pada tingkat signifikasi 95%
Dari Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa kadar lemak mie kering berkisar
antara 11,610-13,057% (db). Kadar lemak terendah adalah pada mie kering F4
(substitusi tepung ganyong 20%) yaitu sebesar 11,610%, sedangkan kadar
lemak tertinggi terdapat pada mie kering F0 atau kontrol (substitusi tepung
ganyong 0%) yaitu sebesar 13,057%.
Kadar lemak mie kering yang disubstitusi dengan tepung ganyong
semakin menurun seiring dengan semakin meningkatnya konsentrasi
substitusi. Hal ini dikarenakan kadar lemak tepung ganyong lebih rendah jika
dibandingkan dengan kadar lemak tepung terigu. Dalam penelitian ini, kadar
lemak tepung ganyong yang digunakan adalah sebesar 0,252% (db) dan kadar
lemak tepung terigu sebesar 1,025% (db). Sehingga semakin besar konsentrasi
tepung ganyong dan semakin kecil konsentrasi tepung terigu maka kadar
lemak mie kering yang dihasilkan semakin rendah.
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji ANOVA pada tingkat
signifikasi 95%, nilai kadar lemak mie kering menunjukkan beda nyata antar
sampel mie. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi substitusi tepung terigu
dengan tepung ganyong berpengaruh terhadap kadar lemak mie kering yang
dihasilkan
5. Kadar Karbohidrat
Di alam, karbohidrat merupakan hasil sintesa CO2 dan H2O dengan
pertolongan sinar matahari dan hijau daun (klorofil). Hasil fotosintesa ini
Perlakuan
Karbohidrat
(% db)
61.176a
62.240b
63.075c
64.213d
65.223e
Keterangan: superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata pada tingkat signifikasi 95%
Perlakuan
Serat kasar
(% db)
1.099a
1.726b
F2
F3
F4
2.508c
2.886d
3.591e
Keterangan: superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata pada tingkat signifikasi 95%
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa kadar serat kasar mie
kering berkisar antara 1,099-3,591% (db). Kadar serat kasar terendah adalah
pada mie kering F0 atau kontrol (substitusi tepung ganyong 0%) yaitu sebesar
1,099% sedangkan kadar serat kasar tertinggi terdapat pada mie kering F4
(substitusi tepung ganyong 20%) yaitu sebesar 3,591%.
Kadar serat kasar mie kering yang disubstitusi dengan tepung ganyong
semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya konsentrasi
substitusi. Hal ini disebabkan karena kadar serat kasar tepung ganyong lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kadar serat kasar tepung terigu. Dalam
penelitian ini, kadar serat kasar tepung ganyong yang digunakan adalah
sebesar 3,113% (db) dan kadar serat kasar tepung terigu sebesar 0,520% (db).
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji ANOVA pada tingkat
signifikasi 95%, nilai karbohidrat mie kering menunjukkan beda nyata antar
sampel mie. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi substitusi tepung terigu
dengan tepung ganyong berpengaruh nyata terhadap kadar serat kasar mie
kering yang dihasilkan.
7.
Kadar Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang sangat penting bagi tubuh. Menurut
Olson, et al (1988), kalsium merupakan unsur terbanyak kelima dan kation
terbanyak di dalam tubuh manusia dan terdapat dalam jumlah 1,5-2% dari
keseluruhan berat tubuh. Menurut Winarno (2002), peranan kalsium di dalam
tubuh dibagi menjadi dua, yaitu membantu pembentukan tulang dan gigi serta
mengukur proses biologis dalam tubuh. Keperluan kalsium tebesar pada
waktu pertumbuhan. Kalsium yang berada di dalam sirkulasi darah dan
jaringan tubuh berperan untuk transmisi impuls syaraf, kontraksi otot,
penggumpalan darah, pengaturan permeabilitas sel serta keaktifan enzim.
Kadar kalsium mie kering yang disubstitusi dengan tepung ganyong dapat
dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Kadar Kalsium Mie Kering pada Berbagai Tingkat Substitusi
Tepung Terigu dengan Tepung Ganyong
Formula
F0
F1
F2
F3
F4
Perlakuan
Kalsium
(% db)
0,0552a
0,0572b
0,0583c
0,0595d
0,0596d
Keterangan: superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata pada tingkat signifikasi 95%
8. Kadar Fosfor
Fosfor merupakan mineral yang sangat penting bagi tubuh selain
kalsium. Menurut Winarno (2002), di dalam tubuh, fosfor merupakan mineral
terbanyak kedua setelah kalsium. Fosfor berperan untuk pembentukan tulang
dan gigi serta untuk penyimpanan dan pengeluaran energi. Dalam bahan
pangan, fosfor terdapat dalam berbagai bahan organik dan anorganik. Kadar
fosfor mie kering yang disubstitusi dengan tepung ganyong dapat dilihat pada
Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Kadar Fosfor Mie Kering pada Berbagai Tingkat Substitusi Tepung
Terigu dengan Tepung Ganyong
Formula
F0
F1
F2
F3
F4
Perlakuan
Fosfor
(% db)
0,0523a
0,0524ab
0,0518bc
0,0512c
0,0503d
Keterangan: superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata pada tingkat signifikasi 95%
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa kadar fosfor mie kering
berkisar antara 0,0503-0,0523% (db). Kadar fosfor tertinggi adalah pada mie
kering dengan substitusi tepung ganyong 0% yaitu sebesar 0,0523%
sedangkan kadar fosfor terendah terdapat pada mie kering yang disubstitusi
tepung ganyong 20% yaitu sebesar 0,0503%.
Kadar fosfor mie kering yang disubstitusi dengan tepung ganyong
semakin menurun seiring dengan semakin meningkatnya konsentrasi
substitusi tepung ganyong. Hal ini disebabkan karena kadar fosfor tepung
ganyong lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar fosfor tepung terigu.
Menurut Direktorat Gizi DepKes (1992) dalam Astawan (1999), tiap 100 gr
tepung terigu mengandung fosfor sebesar 106 mgr. Sedangkan menurut
Direktorat Gizi DepKes RI (1981) dalam Rukmana (2000), dalam setiap 100
gr ubi ganyong terdapat fosfor 70 mgr. Dalam penelitian ini, kadar fosfor
tepung ganyong yang digunakan adalah sebesar 0.1177% (db) dan kadar
fosfor tepung terigu sebesar 0.0700% (db).
1. Warna
Menurut Fennema (1985), warna adalah atribut kualitas yang paling
penting. Bersama-sama dengan tekstur dan rasa, warna berperan dalam
penentuan tingkat penerimaan suatu makanan.
Warna merupakan suatu sifat bahan yang dianggap berasal dari
penyebaran spektrum sinar, begitu juga dengan kilap dari suatu bahan yang
dipengaruhi oleh sinar pantul. Warna bukan merupakan suatu zat, melainkan
sensasi seseorang oleh karena adanya rangsangan dari seberkas energi radiasi
yang jatuh ke indera penglihatan/mata. Warna merupakan salah satu profil
visual yang menjadi kesan pertama konsumen dalam menilai bahan makanan
(Kartika dkk, 1988)
Warna mempunyai peran dan arti yang sangat penting pada komoditas
pangan, karena mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap komoditas
tersebut. Walaupun suatu produk bernilai gizi tinggi, rasa enak dan tekstur
baik, namun jika warna kurang menarik maka produk tersebut kurang
diminati. Penerimaan panelis terhadap mie kering berdasarkan parameter
warna dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Nilai Kesukaan terhadap Warna Mie Kering pada Berbagai
Tingkat Substitusi Tepung Terigu dengan Tepung Ganyong
Formula
F0
F1
F2
F3
F4
Perlakuan
Warna
6.13a
4.93b
4.13c
3.17d
2.97d
Keterangan: superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata pada tingkat signifikasi 95%
Skala nilai : 1) Sangat tidak suka; 2) Tidak suka; 3) Agak tidak suka; 4) Netral; 5) Agak
suka; 6) Suka; 7) Sangat suka
disukai) dan F0 atau kontrol dengan nilai 6,13 (suka). Umumnya, panelis
menyukai mie yang berwarna kuning. Nilai kesukaan panelis terhadap warna
mie kering semakin menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi
substitusi tepung ganyong. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi
konsentrasi substistusi tepung ganyong warna mie kering yang dihasilkan
semakin cokelat. Warna cokelat pada mie disebabkan karena tepung ganyong
yang digunakan dalam penelitian ini berwarna kecokelatan akibat dari adanya
reaksi pencoklatan (browning).
2. Aroma
Aroma dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diamati dengan
indera pembau. Di dalam industri pangan pengujian terhadap bau dianggap
penting karena dengan cepat dapat memberikan hasil penilaian terhadap
produk tentang diterima atau tidaknya produk tersebut (Kartika, dkk., 1988).
Menurut de Mann (1989), timbulnya aroma atau bau ini karena zat bau
tersebut bersifat volatil (mudah menguap), sedikit larut air dan juga sedikit
larut lemak. Penerimaan panelis terhadap mie kering berdasarkan parameter
aroma dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Nilai Kesukaan terhadap Aroma Mie Kering pada Berbagai
Tingkat Substitusi Tepung Terigu dengan Tepung Ganyong
Formula
F0
F1
F2
F3
F4
Perlakuan
Aroma
5.00a
4.80ab
4.30bc
4.23c
3.87c
Keterangan: superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata pada tingkat signifikasi 95%
Skala nilai : 1) Sangat tidak suka; 2) Tidak suka; 3) Agak tidak suka; 4) Netral; 5) Agak
suka; 6) Suka; 7) Sangat suka
Perlakuan
Rasa
5.13a
4.93ab
4.50bc
4.17c
4.03c
Keterangan: superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata pada tingkat signifikasi 95%
Skala nilai : 1) Sangat tidak suka; 2) Tidak suka; 3) Agak tidak suka; 4) Netral; 5) Agak
suka; 6) Suka; 7) Sangat suka
Perlakuan
Elastisitas
5,17a
4,97a
4,60ab
4,10b
4,20b
Keterangan: superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata pada tingkat signifikasi 95%
Skala nilai : 1) Sangat tidak suka; 2) Tidak suka; 3) Agak tidak suka; 4) Netral; 5) Agak
suka; 6) Suka; 7) Sangat suka
Perlakuan
Keseluruhan
5,80a
5,07b
4,70b
4,17c
3,70d
Keterangan: superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata pada tingkat signifikasi 95%
Skala nilai : 1) Sangat tidak suka; 2) Tidak suka; 3) Agak tidak suka; 4) Netral; 5) Agak
suka; 6) Suka; 7) Sangat suka
Abu
a
11.053
10.567b
10.113c
9.715d
9.230e
1.409
1.568b
1.820c
2.055d
2.216e
Protein
Lemak
13.304
12.882b
12.503c
12.044d
11.721e
13.057
12.743b
12.489c
11.973d
11.610e
Karbohidrat
61.176a
62.240b
63.075c
64.213d
65.223e
Serat
kasar
1.099a
1.726b
2.508c
2.886d
3.591e
Kalsium
a
0,0552
0,0572b
0,0583c
0,0595d
0,0596d
Fosfor
Keseluruh
an
0,0523a
0,0524ab
0,0518bc
0,0512c
0,0503d
5,80a
5,07b
4,70b
4,17c
3,70d
Keterangan: superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata pada
tingkat signifikasi 95%
Skala nilai : 1) Sangat tidak suka; 2) Tidak suka; 3) Agak tidak suka; 4) Netral; 5)
Agak suka; 6) Suka; 7) Sangat suka
F0
: 100% tepung terigu dan 0% tepung ganyong
F1
: 95% tepung terigu dan 5% tepung ganyong
F2
: 90% tepung terigu dan 10% tepung ganyong
F3
: 85% tepung terigu dan 15% tepung ganyong
F4
: 80% tepung terigu dan 20% tepung ganyong
Berdasarkan Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa mie kering F0 atau kontrol
(substitusi tepung ganyong 0%) dengan kadar air 11,053%; abu 1,409%; protein
13,304%; lemak 13,057%; karbohidrat 61,176%; serat kasar 1,099%; kalsium
0,0552% dan fosfor 0,0523% memiliki tingkat penerimaan panelis 5,80 (suka).
Mie kering F1 (substitusi tepung ganyong 5%) dengan kadar air 10,567%; abu
1,568%; protein 12,882%; lemak 12,743%; karbohidrat 62,240%; serat kasar
1,726%; kalsium 0,0572% dan fosfor 0,0524% memiliki tingkat penerimaan
dengan nilai 5,07 (agak suka) dan tidak berbeda nyata dengan tingkat penerimaan
panelis terhadap mie kering F2 yang bernilai 4,70 (agak suka). Mie kering F2
(substitusi tepung ganyong 10%) memiliki kadar air 10,113%; abu 1,820%;
protein 12,503%; lemak 12,489%; karbohidrat 63,075%; serat kasar 2,508%;
kalsium 0,0583% dan fosfor 0,0518%.
Mie kering F3 (substitusi tepung ganyong 15%) dengan kadar air 9,715%;
abu 2,055%; protein 12,044%; lemak 11,973%; karbohidrat 64,213%; serat kasar
2,886%; kalsium 0,0595% dan fosfor 0,0512% memiliki tingkat penerimaan
panelis dengan nilai 4,17 (netral). Sedangkan mie kering F4 (substitusi tepung
ganyong 20%) dengan kadar air 9,230%; abu 2,216%; protein 11,721%; lemak
11,610%; karbohidrat 65,223%; serat kasar 3,591%; kalsium 0,0596% dan fosfor
0,0503% memiliki tingkat penerimaan panelis 3,70 (agak tidak suka).
Dari Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa mie kering yang memenuhi syarat
mutu SNI 01-2979-1992 dan masih diterima/disukai panelis adalah mie kering
kontrol yang terbuat dari 100% tepung terigu dan 0% tepung ganyong, mie kering
yang terbuat dari 95% tepung terigu dan 5% tepung ganyong serta mie kering
yang terbuat dari 90% tepung terigu dan 10% tepung ganyong.
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Kajian Penggunaan
Tepung Ganyong (Canna edulis Kerr) sebagai Substitusi Tepung Terigu pada
Pembuatan Mie Kering adalah sebagai berikut:
1. Semakin tinggi konsentrasi tepung ganyong yang digunakan pada pembuatan
mie kering maka kadar abu, karbohidrat, serat kasar dan kalsium mie kering
semakin tinggi tetapi kadar air, protein, lemak, dan fosfor mie kering semakin
turun.
2. Semakin tinggi konsentrasi tepung ganyong yang digunakan pada pembuatan
mie kering, semakin menurunkan penilaian panelis terhadap warna, aroma,
rasa, elastisitas dan keseluruhan mie kering yang dihasilkan.
3. Mie kering yang masih dapat diterima/disukai konsumen adalah:
a. Mie kering F0 atau kontrol (100% tepung terigu dan 0% tepung ganyong)
11,053%; abu 1,409%; protein 13,304%; lemak 13,057%; karbohidrat
61,176%; serat kasar 1,099%; kalsium 0,0552%, fosfor 0,0523% memiliki
tingkat penerimaan panelis 5,80 (suka).
b. F1 (95% tepung terigu dan 5% tepung ganyong) dengan kadar air
10,567%; abu 1,568%; protein 12,882%; lemak 12,743%; karbohidrat
62,240%; serat kasar 1,726%; kalsium 0,0572%, fosfor 0,0524% memiliki
tingkat penerimaan dengan nilai 5,07 (agak suka).
c. F2 (90% tepung terigu dan 10% tepung ganyong) dengan kadar air
10,113%; abu 1,820%; protein 12,503%; lemak 12,489%; karbohidrat
63,075%; serat kasar 2,508%; kalsium 0,0583%, fosfor 0,0518% dan
tingkat penerimaan 4,70 (agak suka).
53
B. Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Mie kering yang dihasilkan pada penelitian ini kurang disukai konsumen
karena semakin coklat seiring dengan peningkatan konsentrasi tepung
ganyong. Hal ini dikarenakan tepung ganyong yang digunakan berwarna
kecoklatan. Oleh karena itu, perlu dicari metode yang pembuatan tepung
ganyong yang lain agar tepung yang dihasilkan lebih putih sehingga dapat
menghasilkan mie kering yang lebih disukai konsumen.
2. Untuk meningkatkan kadar protein mie kering dari tepung terigu yang
disubstitusi dengan tepung ganyong perlu dilakukan fortifikasi dengan bahanbahan berprotein tinggi seperti kacang-kacangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2000.
Tepung
Ganyong.
http://warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/piwp/tepung_ganyong.
Iklan.
Damayanti, Ema., C.D. Poeloengasih dan Ika Warakasih. 2009. Komposisi Nutrien
dan Kandungan Senyawa Bioaktif Pati Ganyong (Canna edulis Ker.) Kultivar
Lokal
Gunungkidul.
Abstrak.
54
http://www.lipi.go.id/www.cgi?publikasi&1255835534&&2007&105534155
5. Diakses pada tanggal 3 Februari 2010
Damayanti,
Nessya.
2007.
Pemanfaatan
Ubi
Ganyong
(Canna
edulis).
http://www.tek pangan/PEMANFAATAN
edulis).html. Diakses tanggal 18 Juli 2009.
UBI
GANYONG
(Canna
de Mann. 1976. Principle of Food Chemistry. The Avi Publishing Co. Inc., Westport,
Connecticut.
Fajriyah, Siti. 2003. Pengaruh Konsentrasi Labu Kuning (Curcubita, sp) dan
Pengukusan-Perebusan terhadap Sifat Kimia, Fisik, dan Organoleptik Mi
Kering. Skripsi S1 Jur TPHP, Fakultas Teknologi Pertanian. UGM.
Yogyakarta.
Fardiaz, Dedi, Nuri Andarwulan, Hanny Wijaya dan Ni Luh Puspitasari. 1992.
Petunjuk Laboratorium Teknik Analisis Sifat Kimia dan Fungsional
Komponen Pangan. PAU pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fennema, R.O. 1985. Food Chemistry second edition. Revised and Expanded.
Academic Press, New York.
Kartika, Bambang, Pudji Hastuti dan Wahyu Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi
Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.
Kent-Jones, D.W. and A.J. Ames. 1967. Modern Cereal Chemistry. Food Trade Press
Inc., London.
Kruger, James E., Robert B. Matsuo and Joel W. Dick. 1996. Pasta and Noodle
Technology. American Association of Cereal Chemistry, Inc. Minnesota, USA
Lily Surayya Eka Putri dan Dede Sukandar. 2008. Konversi Pati Ganyong (Canna
edulis Ker.) Menjadi Bioetanol Melalui Hidrolisis Asam dan Fermentasi.
Jurnal BIODIVERSITAS. Vol 9, No 2, April 2008 hal. 112-116.
http://agribisnis.deptan.go.id/xplore/files/PENGOLAHANHASIL/PENGOLAHAN%20HASIL/DIVERSIFIKASIPANGAN/D3tanaman
ganyong.pdf. Diakses pada tanggal 3 April 2010.
Meyer, L.N., 1973. Food Chemistry. Aftiliated Esat West Press PVT, Ltd., New
Delhi
Lain
PT.
Gunanya.
Suyanti. 2008. Membuat Mi Sehat Bergizi dan Bebas Pengawet. Penebar Swadaya.
Depok.
Wijayanti, Ratih Dwi. 2008. Kadar Glukosa dan Bioetanol pada Fermentasi Gaplek
Ganyong (Canna edulis Kerr.) dengan Dosis Ragi dan Waktu Fermentasi
yang Berbeda. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.