Ensikom Vol - 3 No - 1 Juni 2005
Ensikom Vol - 3 No - 1 Juni 2005
Penanggung Jawab
Pemimpin Redaksi
Redaksi Ahli
Redaksi Pelaksana
Sirkulasi/Publikasi
Bendahara
Administrasi
Alamat Redaksi
Frekuensi terbitan
ISSN
: 1693 - 6787
DAFTAR ISI
Salam Redaksi ......................................................................................................................
1-4
5-9
SALAM REDAKSI
Kami memanjatkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Ynag Maha Esa karena
atas ridho nya Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM, Volume : 1, No. 3
Juni 2005 telah dapat diterbitkan dan sampai kehadapan para pembaca
yang budiman.
Jurnal ENSIKOM adalah suatu jurnal ilmiah yang berisi hasil penelitian,
kajian pustaka maupun rekayasa peralatan yang digunakan oleh
laboratorium serta informasi yang berkaitan dengan Energi, Sistem
Telekomunikasi dan Komputer .
Penerbitan Jurnal ENSIKOM ini diterbitkan setiap 6 (enam) bulan sekali,
untuk itu kami harapkan partisipasi dari para ilmuan maupun praktisi
untuk mengisi tulisan pada Jurnal ini demi kemajuan ilmu Teknik Elektro.
Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan
keberhasilan penerbitan Jurnal ini pada edisi berikutnya.
demi
Dalam kesempatan ini pula kami seluruh Redaksi Jurnal Teknik Elektro
ENSIKOM mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke- 40 Departemen
Teknik Elektro FT - USU (1965 2005). Semoga dengan
bertambahnya usia akan menjadikan departemen teknik elektro ft-usu
menjadi lebih berkembang dimasa mendatang dalam menunjang
kemajuan teknologi untuk kesejahteraan bangsa dan negara Republik
Indonesia.
Atas perhatian dan partisipasinya dengan segala kerendahan hati, kami
ucapkan banyak terima kasih.
Wassalam
REDAKSI
F. Rizal batubara1)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU
Abstrak
Sistem akuisisi data menkonversikan besaran fisis sumber data ke bentuk sinyal digital dan diolah oleh
suatu komputer. Pengolahan dan pengontrolan proses oleh komputer memungkinkan penerapan
akuisisi data dengan software. Konfigurasi sistem akuisisi data dapat di lihat dari banyaknya tranduser
atau kanal yang digunakan, kecepatan pemrosesan data, dan letak masing-masing komponen pada
sistem akuisisi data.
Kata kunci: Akuisisi data, konverter A/D
Abstract
Data Acquisition System converts physical number of data sources to digital signal form and
processed by computer. Processing and Controlling of process by computer allow the application of
data acquisition with software. Configuration of data acquisition system can be known from number of
tranducer or channel which are used, data processing speed, and position of each component on data
acquisition system.
Keywords: Data Acquisition, A/D converter
Pendahuluan
Sistim akuisisi data dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk
mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan
data, hingga memprosesnya untuk menghasilkan
data yang dikehendaki. Jenis serta metode yang
di pilih pada umumnya bertujuan untuk
menyederhanakan
setiap
langkah
yang
data
trand
pengkondisian
sinyal
mux
data
trand
pengiriman
dan
penyimpanan
pengolahan
data
pengkondisian
sinyal
display
memory
trands
A/D
Display
komputer
mass storage
trands
filter
S/H
A/D
Komputer
display
A/D
trands
Filter
S/H
A/D
Sistem
MUX
Digital
trands
Filter
S/H
Komputer
A/D
input
Analog
A/D
2
A/D
1
MUX DIGITAL
Sistem
Komputer
input
Analog
A/D
Komputer
Modem
Modem
sistem komunikasi
analog
Mass
Storage
Komputer
Input
Analog
Sstem
Komputer
A/D
ISDN
SISTEM
kOMPUTER
Mass
Storage
Acquisition
San Diego:
1)
Suherman1)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU
Abstrak
Salahsatu perkembangan perangkat elektronika adalah miniaturisasi, yakni pengurangan pada volume
perangkat. Dan teknologi yang berperan penting dalam proses miniaturisasi adalah teknologi Surface
Mount. Teknologi Surface Mount adalah teknologi komponen yang berusaha nengurangi ukuran
komponen dan diletakkan secara langsung pada permukaan PCB. Teknologi ini menggantikan
teknologi sebelumnya, yakni teknologi thru hole, dimana dalam pemasangannya dilakukan pelubangan
pada PCB.
Pemakaian komponen ini telah merata pada semua perangkat elektronika. Namun sangat disayangkan,
teknologi ini sangat asing di ndonesia, baik pada tingkat industri, pasar komponen, maupun pada
kurikulum perguruan tinggi. Tulisan ini akan mengulas mengenai teknologi elektronika surface mount,
komponen, peralatan pendukung serta proses implementasi rangkaian.
Kata kunci : Elektronika, surface mount, thru hole
Abstract
Miniaturization is one of the electronics devices development that reduce equipment size. Surface
mount technology fullfil this requirement. Surface Mount is an electronics devices technology that
reduce the size and mounting the components on the board surface directly. This technology then
replace through hole technology that using hole on PCB, even sometimes they are combined.
All electronics devices are now using surface mount, but it still unknown well in Indonesian factory,
market or in the university curriculum. This paper describe surface mount technology, its components,
devices and implementation process.
Keywords : Electronics, surface mount, thru hole
1. Pendahuluan
Teknologi Surface Mount adalah
teknologi komponen elektronika terintegrasi
dengan cara peletakan (mounting) komponen
secara langsung pada permukaan (surface) PCB.
Teknologi
ini
menggantikan
teknologi
sebelumnya, yakni teknologi thru hole (through
hole), dimana dalam pemasangannya dilakukan
proses pelubangan pada PCB. Pada gambar 1
(Sam Ulbing, 1999) terlihat perbedaan
perangkat yang tersusun dari komponen surface
mount dan komponen thru hole.
Beberapa
keuntungan
penggunaan
komponen Surface Mount dibandingkan thru
Pada
perkembangan
selanjutnya,
kemasan thru hole dikembangkan menjadi
beberapa bentuk, termasuk menjadi kemasan
komponen surface mount. Gambar 3
menunjukkan perkembangan kemasan IC thru
hole dan surface mount.
Pemasangan Komponen
(a) Thru Hole (b) Surface Mount
(c) PGA
(b) ZIP
p resistor
n isolation region
p substrate
(c) Resistor
value
100
102
105
107
110
113
115
118
121
124
127
130
133
137
140
143
code
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
value
147
150
154
158
162
165
169
174
178
182
187
191
196
200
205
210
code
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
value
215
221
226
232
237
243
249
255
261
237
274
280
287
294
301
309
code
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
value
316
324
332
340
348
357
365
374
383
392
402
412
422
432
442
453
code
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
value
464
475
487
499
511
523
536
549
562
576
590
604
619
634
649
665
code
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
value
681
698
715
732
750
768
787
806
825
845
866
887
909
931
953
976
3.2 Kapasitor
Komponen kapasitor SMT paling banyak
terbuat dari keramik. Kapasitor keramik SMT
tersedia dalam bentuk fixed ataupun variabel.
Sedangkan kapasitor film plastik dan elektrolit
aluminium jarang digunakan. Kapasitor keramik
memiliki desain dielektrik berlapis seperti pada
gambar 5 (Bryan Bergeron, 1991). nilai
standartnya dari 1pF sampai 1 uF dengan range
tegangan 25 sampai 200V. Ukuraan sebuah
kapasitor keramik SMT sangat kecil, berkisar
3,2 x 2,5 x 0,7 mm.
Tabel 3. Multiplier (G4PMK, 2003)
letter
F
E
D
C
multiplier
100000
10000
1000
100
letter multiplier
B
10
A
1
X or S
0.1
Y or R
0.01
(a)
(b)
(c)
Gambar 5. Konstruksi Kapasitor SMT
Kapasitor SMT umumnya tanpa penanda.
Jika
tanpa
kode,
satu-satunya
cara
mengetahuinya adalah dengan menggunakan
kapasitansi
meter.
Beberapa
capasitor
menggunakan kode yang berisi 2 atau 3
karakter. Karakter pertama adalah kode pabrik,
karakter kedua adalah mantisa (dengan nilai
tertentu), karakter ketiga adalah multipier. Basis
nilai adalah pF. Contoh KA2, K adalah kode
pabrik (pabrik Kemet), A adalah 1.0 dan 2
4.
(a)
(b)
(c)
Suherman1)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU
Abstrak
Sentral yang menggunakan sistem step by step switching telah lama ditinggalkan. Teknologi telah
beralih ke sistem switching digital common control, bahkan berbasis packet switching khususnya
penggunaan IP based Network. Namun demikian, teknologi switching step by step yang dahulu
berbasis sistem mekanis masih dapat diperbaharui dengan memanfaatkan komponen terintegrasi
(integrates cicuit, IC).
Sistem switching step by step dengan komponen terintegrasi ini dapat dimanfaatkan untuk membentuk
sistem PABX kapasitas kecil. Karena dibentuk dengan memanfaatkan komponen terintegrasi,
teknologi ini memungkinkan untuk diimplementasikan dalam bentuk IC tunggal (Application Specipic
Integrated Circuit, ASIC). Sehingga akan diperoleh komponen PABX mini yang lebih sederhana
dibandingkan PABX berbasis microcontroller.
Kata kunci : Switching, step by step, PABX, telepon, extension, trunk
Abstract
munication exchange which used step by step switching system are obsolete. Technology had move to
the digital common control switching system even based on switching package, especially using IP
based network. Even though, the step by step switching system technology based on mechanical
switching system are renewable by using integrated circuits ICs.
Step by step switching system using the integrated circuits technologies can be used to build a small
capacity PABX system. Because of built by using ICs, this technology can be implemented in the form
of single chip IC (Application Spesific Integrated Circuits, ASIC). This will give small PABX
components which is more simple compared to microcontroller base PABX.
Keywords: Switching, step by step, PABX, telepon, extension, trunk
1. Pendahuluan
Sistem switching merupakan bagian dari
teknologi telekomunikasi. Sistem switching
manual mengawali teknologi ini, kemudian
ditemukan sistem switching otomatis oleh
Almon B. Strowger dengan sistemnya yang
dikenal sebagai sistem step by step atau direct
control. Sistem inilah yang diadopsi dalam
tulisan ini.
Pada perkembangan selanjutnya, muncul
sistem switching common control atau indirect
control yang diawali oleh Gothief Betulander
dengan switch crossbar. Sistem common control
berkembang dari sistem crossbar, electro10
Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (10 - 14)
Gambar 1. Selektor
Selektor dalam keadaan awal berada pada
home position, saat menerima impuls dari
pesawat telepon, wiper atau tungkai selektor
akan berpindah. Perpindahannya ditentukan oleh
besarnya impulse tadi. Setiap output selektor
dihubungkan dengan saluran ke telepon lain.
0
SLIC
SLIC
SLIC
SLIC
SLIC
5
5
Line
Finder
Controller
Selector
Controller
0
3
5
Line
Finder
Controller
5
Selector
Controller
5
0
5
Line
Finder
Controller
5
Selector
Controller
Ke
Sentral Lain
11
SLIC
TELEPHONE
LINE
SLIC
VOICE
CHANNEL
SLIC
SLIC
SLIC
SWITCH
CONTROL
HOOK
DETECT
IC QUAD
LATCH
SLIC
SLIC
TELEPHONE
LINE
VOICE
CHANNEL
SLIC
SLIC
SLIC
SWITCH
CONTROL
HOOK DETECT
IC QUAD
LATCH
SWITCH CONTROL
DARI
SELECTOR LAIN
SWITCH CONTROL
KE SELECTOR LAIN
12
VOICE
CHANNEL
VOICE
CHANNEL
SWITCH
CONTROL
CALL
CONTROL
SET
Clk
D
LATCH
Q
BCD - DECIMAL
ENCODER
Std
DTMF RECEIVER
Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (10 - 14)
Sinyal
Dering
470
470
Kontrol
Dering
+48V
5V
MOV
10uF/
100V
10K
Sinyal
Suara
10K
Sinyal
Ringback Tone
10K
Deteksi
Hook
BD139
2x1N4148
100nF
10uF
4K7
4N25
100K
5V
Telepon
5V
OT600
10uF
10K
10K
Ke
Final Selector
Trunk
Interface
Ke
Line Finder
SLIC
Trunk
13
10. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa implementasi teknologi switching step by
step dengan komponen terintegrasi adalah
mungkin. Namun masih memiliki kekurangan
pada kepadatan komponen dan fitur sentral.
Daftar Pustaka
Sigit Haryadi,Ir, 1986, Diktat Kuliah
Dasar Teknik Penyambungan Telepon,
Pendidikan Ahli Teknik Telekomunikasi.
Suherman,ST., 2004, Diktat Teknik
Jaringan Telekomunikasi, Politeknik Caltex
Riau, Pekanbaru.
Suherman,ST.,
(Desember
2004)
Modifikasi Sistem Pemrograman Pabx Mini
Dilengkapi
Rangkaian
Penguji,
Jurnal
Ensikom, Vol.2 No.2, Medan.
14
Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (10 - 14)
T.Ahri Bahriun 1)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik USU
Abstrak
Salah satu alat proteksi yang sangat dibutuhkan untuk mengamankan peralatan listrik ialah rele
tegangan. Rele ini berfungsi untuk memantau tegangan dan akan memberikan sinyal melalui kontakkontak keluarannya, jika tegangan yang dipantau lebih besar dari nilai maksimum atau lebih kecil dari
nilai minimum yang diperkenankan. Rele ini umumnya bekerja secara elektronik dan rangkaian yang
digunakan sangatlah sederhana, sehingga mudah untuk dipahami. Tulisan ini mencoba membahas
suatu rangkaian rele tegangan yang sangat sederhana.
Kata kunci: Rele, Tegangan, Proteksi.
Abstract
One of the protection equipments which is needed for protecting the electrical instruments is a
voltage relay. This relay function as to detect voltages and will send signals from its terminals when
the detect voltege greater than its maximum value or smaller than its minimum voltage rating. In
general this relay works electronically, and using simple circuits so it is easy to understand.
This paper try to explain a very simple voltage relay.
Keywords: relay, voltage, protection.
1. Pendahuluan
Salah satu hal yang harus dihindari pada
pengoperasian peralatan listrik ialah kelebihan
tegangan (overvoltage) ataupun kekurangan
tegangan (undervoltage). Kelebihan tegangan
hampir dapat dipastikan akan merusak setiap
peralatan listrik.
Hal ini umumnya akan
menyebabkan timbulnya panas yang belebihan
sehingga dapat menyebabkan terbakarnya
peralatan listrik tersebut.
Sebaliknya,
kekurangan tegangan belum tentu merusak
peralatan listrik. Pada beberapa peralatan listrik
seperti lampu pijar ataupun peralatan lain yang
bersifat resistip, kekurangan tegangan tidak akan
membahayakan peralatan tersebut. Tetapi bagi
beberapa peralatan lain seperti motor induksi,
kekurangan tegangan dapat menyebabkan faktor
daya (cos-) yang terlalu rendah. Hal ini akan
menyebabkan arus peralatan tersebut terlalu
besar, sehingga menimbulkan panas yang
berlebihan dan pada akhirnya akan merusak
peralatan tersebut. Untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan ini maka suatu panel
distribusi tegangan rendah umumnya dilengkapi
Rele Tegangan Elektronik (T. Ahri Bahriun)
D1
T1
R1
VS
INPUT
220V
C1
R2
D2
Vm
I DC
4fC
2 x VSEK
R2
. VC1
R1 + R2
16
Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (15 - 19)
+12V
R3
+
VR1
VA
A1
KE
RANGKAIAN
TUNDA
VS
VR2
VB
+
A2
N2
R4
DARI
KELUARAN
A1
D3
N1
VR3
D4
DARI
KELUARAN
A2
R5
KE
PENGGERAK
RELE RL1
C2
N3
KE
PENGGERAK
RELE RL2
17
+12V
D5
DARI
KELUARAN
N2
RL1
R6
Q1
R7
+12V
DARI
KELUARAN
N3
D6
RL2
R8
Q2
R9
R6
R7
T2
D7
+12V
IC1
D8
7812
C3
18
C4
C5
C6
Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (15 - 19)
Daftar Pustaka
Deboo G. J., Burrous C. N., 1977,
Integrated Circuits and Semiconductor Devices
: Theory and Application, 2nd edition, McGrawHill Kogakusha Ltd.,.
Fairchild Semiconductor,
Integrated Circuits Data Book.
1988,
CMOS
19
1}
Abstrak
Sumber energi batubara diperkirakan sebesar 36.5 milyar ton, dengan sekitar 5.1 milyar ton
dikategorikan sebagai cadangan terukur. Produksi batubara pada tahun 1995 mencapai sebesar 44 juta
ton. Sekitar 33 juta ton dieksport dan sisanya sebesar 11 juta ton untuk konsumsi dalam negeri. Dari
jumlah 11 juta ton tersebut 60 % atau sekitar 6.5 juta ton digunakan untuk pembangkit listrik, 30 %
untuk industri semen dan sisanya digunakan untuk rumah tangga dan industri kecil. Permasalahan
utama dalam pemanfaatan batubara adalah wujud batubara yang berupa zat padat sehingga kurang
luwes dalam transportasinya. Disamping itu batubara mengandung sulfur, nitrogen dan abu dalam
jumlah besar sehingga gas buang hasil pembakaran menghasilkan polutan seperti SO2 dan NO2 serta
abu terbang. Pembakaran batubara juga menghasilkan CO2 yang berperan dalam proses pemanasan
global.
Kata kunci : energi batubara, pembangkit listrik, wujud batubara, polutan, pemanasan global
Abstract
Energy sources of coal estimated 36,5 billion ton and 5,1 billion ton as measureable reseve. Coal
production in 1995 achieve 44 million ton. Thereabouts 33 million ton is exported and 11 million ton
remainder for consumption of country. Around 60% is used for powerplant, 30% for cement industries
and the remainder for household and home industries. The main problem in coal using is shape of
coal. Besides the coal contains sulfur, nitrogen and ash in large quantity so gas exhaust of combustion
yield pollutant like SO2, NO2 and fly ash. Coal combustion also yield CO2 which make global
warming process.
Keywords : coal energy, power plant, shape of coal, pollutant, global warming
I.
Pendahuluan
Keterbatasan cadangan minyak bumi
menjadi hal yang hangat di bahas saat ini
disamping cadangan gas alam serta cadangan
batubara yang melimpah. Sumber daya energi
batubara diperkirakan sebesar 36.5 milyar ton,
dengan sekitar 5.1 milyar ton dikategorikan
sebagai cadangan terukur. Sumber daya ini
sebagian besar berada di Kalimantan yaitu
sebesar 61 %, di Sumatera sebesar 38 % dan
sisanya tersebar di wilayah lain. Menurut
jenisnya dapat dibagi menjadi lignite sebesar
58.6 %, sub-bituminous sebesar 26.6 %,
bituminous sebesar 14.4 % dan sisanya sebesar
0.4 % adalah anthracite (Agus S. 1995). Tahun
20
Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (20 - 26)
Gambar 1. Data Historis dan Proyeksi Pembangkit Listrik (sumber : Agus S., 1995)
Pembahasan
Penggunaan tenaga listrik di Indonesia
selama 20 tahun terakhir ini mengalami
peningkatan yang cukup pesat, yaitu sebesar
14.5 % per tahun. Pada tahun 1971
penggunaannya baru sebesar 2.5 TWh dan
meningkat mencapai 38.6 TWh pada tahun
1991. Penggunaan tenaga listrik ini diperkirakan
masih terus berkembang meskipun tingkat
pertumbuhannya akan berkurang. Dari studi
MARKAL, kebutuhan tenaga listrik dalam 25
tahun mendatang akan mengalami pertumbuhan
21
22
Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (20 - 26)
Biaya investasi sudah termasuk interest during construction (sumber : BPPT-KFA, 1995)
23
24
Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (20 - 26)
Gambar 4. Perbandingan Operasional PLTU Batubara Konvensional dengan IGCC (sumber : R. Muller, 1988)
25
26
Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (20 - 26)
Zulkarnaen Pane 1)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro FT USU
Abstrak
Tulisan ini akan memaparkan penerapan pengujian model skala pada dua lapisan tanah yang tidak
uniform. Pengujian dilakukan pada bak elektrolitik untuk mengukur tahanan grid pembumian. Rincian
dari bak elektrolitik, peralatan dan rangkaian yang digunakan akan dijelaskan. Untuk memverifikasi
keakuratan dari hasil yang diperoleh melalui pengujian akan dibandingkan dengan hasil perhitungan.
Kata kunci: model skala, grid pembumian, dua lapis tanah
Abstract
This paper will explain the testing application of scale models for two non uniform earth layer. The
testing is done in an electrolytic tank for measuring the earth grid resistance.
The details of an electrolytictank, instruments and circuits which are used, will be explained. For the
verification the results accuracies of the testing will be compared by calculation.
Keywords: scale model, earth grid, two earth layer.
1.
Pendahuluan
Dengan semakin bertambahnya jumlah,
ukuran dan kompleksitas suatu gardu induk,
tuntutan untuk mengembangkan prosedur
perencanaan yang akurat untuk sistem
pembumian yang ekonomis dan memberikan
tingkat keamanan yang diharapkan menjadi
penting. Untuk keperluan perencanaan tersebut
telah dikembangkan berbagai teknik analitis
mulai dari rumus-rumus sederhana yang dapat
dikerjakan dengan tangan sampai dengan yang
menggunakan komputer. Disamping itu untuk
memverifikasi kedua teknik tersebut digunakan
pengujian model skala. Dengan menggunakan
model yang kecil dalam suatu bak elektrolitik
dapat ditentukan tahanan dan potensial
permukaan dari suatu sistem pembumian.
Tanah pada lokasi gardu induk adakalanya
tidak uniform atau terdiri dari dua lapisan tanah
yang berbeda tahanan jenisnya. Parameterparameter dari dua lapisan tanah adalah tahanan
jenis lapisan atas 1, ketebalan lapisan atas h,
dan tahanan jenis lapisan bawah 2 dengan
kedalaman yang tak berhingga. Perbedaan kedua
tahanan jenis ini dinyatakan oleh faktor refleksi
K yang didefensikan sebagai ( 2 - 1 )/ (2 +
1).
27
2.
28
Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (27 - 33)
rangka kayu
C
V
probe
220 VAC
PTAC
grid
1
95 cm
benang nilon
grid
95 cm
C
V
220 VAC
C
PTAC
Rangkaian Pengujian
Gambar 3 dan 4 memperlihatkan rangkaian
pengujian yang digunakan masing-masing untuk
metoda Fall of potential dan metoda dua titik.
Kapasitor C, 10 F, berfungsi untuk mencegah
mengalirnya arus DC yang dapat ditimbulkan
karena ketidaksamaan bahan yang digunakan,
yaitu model grid pembumian yang terbuat dari
tembaga dan dinding bak yang terbuat dari plat
bergalvanis, serta menghindari terjadinya
polarisasi. Selama pengujian dioperasikan arus
sebsar 100 mA.
grid
4.
29
5.
Pelaksanaan Pengujian
Sebelum melakukan pengukuran terhadap
model elektroda grid, terlebih dahulu dilakukan
pengukuran tahanan jenis air pada kedua bak
dengan menggunakan metoda Wenner seperti
yang dijelaskan pada lampiran. Tahanan jenis air
pada masing-masing bak tersebut dapat diubah
dengan menambahkan garam (NaCl) pada salah
satu atau kedua bak, sehingga diperoleh tahanan
jenis air dan faktor refleksi yang berbeda.
Pengukuran tahanan grid pembumian dilakukan
dengan menggunakan parameter-parameter
sebagai berikut :
Ukuran grid
: 20 cm x 20 cm
Jumlah Mesh
: 16 dan 25
Diameter konduktor, do : 0,25 mm
Faktor refleksi K
: - 0, 372 dan 0,367
Kedalaman lapisan atas, h
: 5 cm;
7,5 cm; 10 cm
Kedalaman grid, hb
: 0,5 cm
Arus pengujian, I
: 100 mA
Untuk metoda Fall of Potential (Gambar
3), probe potensial (P) secara bertahap
digerakkan mulai dari pinggir model elektroda
pembumian grid hingga mendekati posisi probe
arus yang berada pada dinding bak (C). Untuk
setiap 0,5 cm pergerakan probe, catat dan
perhatikan tegangan yang terukur pada
voltmeter digital. Untuk metoda dua titik
(Gambar 4), posisi probe arus dan potensial
berada pada dinding bak (Q), catat besar
tegangan yang terukur pada voltmeter.
6. Data dan Analisis Hasil Pengujian
6.1 Tahanan Jenis Air
Besarnya tahanan jenis air yang diukur pada
bak elektrtolitik untuk masing-masing lapisan
(1 dan 2) dapat dilihat pada Tabel 1 sampai
dengan Tabel 3.
Untuk memperoleh nilai faktor refleksi K
negatip maka lapisan pertama adalah air leding
dan lapisan kedua adalah air leding yang telah
dicampur dengan garam secukupnya ( 25
gram) sehingga diperoleh nilai tahanan jenis
lapisan kedua yang lebih kecil dari lapisan
pertama. Dari Tabel 1 dan 2 diperoleh bahwa
tahanan jenis air lapisan pertama (1) rata-rata
adalah 75,72 .m, tahanan jenis air lapisan
kedua 2 rata-rata adalah 34,69 .m sehingga
diperoleh faktor refleksi K = - 0,372
30
I (mA)
10
20
10
20
10
20
V
(volt)
0.874
1.744
0.754
1.502
0.663
1.321
R
(ohm)
87.40
87.20
75.40
75.10
66.30
66.05
= 2aR
(.m)
76.84
76.67
75.76
75.46
74.95
74.66
I
(mA)
V
(volt)
R
(ohm)
10
20
10
20
10
20
0.405
0.804
0.348
0.690
0.300
0.595
40.50
40.20
34.80
34.50
30.00
29.75
=
2aR
(.m)
35.61
35.34
34.97
34.67
33.91
33.63
I (mA)
10
20
10
20
10
20
V
(volt)
0.186
0.367
0.158
0.311
0.136
0.304
R
(ohm)
18.60
18.35
15.80
15.55
13.60
15.20
= 2aR
(.m)
16.35
16.13
15.88
15.62
15.37
17.18
Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (27 - 33)
Jumlah
Mesh
Kedalaman
lapisan
atas,
h
(cm)
5
7,5
10
5
7,5
10
5
7,5
10
5
7,5
10
Faktor
refleksi,
K
0,372
1.
16
0,367
0,372
2.
25
0,367
Tahanan,
R
(ohm)
116,9
123,9
127,3
47,8
43,5
41,2
112,1
118,2
121,7
46,7
41,7
39,2
Jumlah
Mesh
Faktor
refleksi,
K
0,372
1.
16
0,367
0,372
2.
25
0,367
Kedalaman
lapisan
atas,
h
(cm)
5
7,5
Tahanan,
R (ohm)
129,30
137,80
10
143,30
51,10
7,5
47,40
10
45,20
125,70
7,5
134,10
10
139,40
50,20
7,5
46,60
10
44,40
Rhitung Rukur
Rhitung
x100%
Kesimpulan
1. Nilai tahanan pembumian grid pada dua
lapisan tanah yang diperoleh melalui
pengujian model skala memberikan
hasil yang mendekati harga yang
diperoleh dengan menggunakan rumus
pendekatan yang diusulkan oleh Salama,
dimana persen kesalahan (% Error) yang
lebih kecil dari 2% diperoleh dengan
31
Jumlah
mesh
Faktor
refleksi, K
0,372
1.
16
0,367
0,372
2.
25
0,367
Kedalaman
lapisan atas, h
(m)
RUKUR(1)
RUKUR(2)
Rhitung
116,9
129,30
131,06
7,5
123,9
137,80
139,92
10
127,3
143,30
145,68
47,8
51,10
51,61
7,5
43,5
47,40
47,99
10
41,2
45,20
45,77
112,1
125,70
126,55
7,5
118,2
134,10
135,42
10
121,7
139,40
141,17
46,7
50,20
50,66
7,5
41,7
46,60
46,96
10
39,2
44,40
44,82
Error (%)
Fall of
potential
Dua
Titik
10,80
1,34
11,45
1,52
12,62
1,63
7,38
0,99
9,36
1,23
9,98
1,25
11,42
0,67
12,72
0,97
13,79
1,25
7,82
0,91
11,20
0,77
12,54
0,94
Keterangan :
RUKUR(1) = Tahanan pembumian yang diukur dengan metoda Fall of potential
RUKUR(2) = Tahanan pembumian yang diukur dengan metoda dua titik
Rhitung
= Tahanan pembumian yang dihitung dengan Persamaan 1pada lampiran.
32
Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (27 - 33)
LAMPIRAN
1.
= 2aR
di mana R =
V
I
2,256 h b
ln(1 K )
1
1
2(h + h o )
A
dengan :
1
K= 2
2 + 1
(2)
h < 0,2 A
hb < h
(3)
(4)
h o = cf
A
C
A
[ln(1 K )] K 1
2
2K
l = l y l x
220 VAC
(1)
(5)
(6)
V
PTAC
AIR
di mana :
Rg = tahanan pembumian grid ()
lx = panjang sisi mesh pada sumbu x (m)
ly = panjang sisi mesh pada sumbu y (m)
A = luas grid pembumian (m2)
1 = tahanan jenis tanah lapisan atas (.m)
2 = tahanan jenis tanah lapisan bawah (.m)
do = diameter konduktor grid (m)
L = panjang total konduktor grid (m)
hb = kedalaman
penanaman
grid
dari
permukaan tanah (m)
h = kedalaman tanah lapisan atas (m)
cf = faktor bentuk ( 0,9)
33
Panjang halaman
Identasi
Ukuran teks
3. Kerangka Tulisan
Kerangka tulisan terdiri dari judul tulisan, abstrak
dan isi paragraf:
3.1 Bagian Judul Tulisan (Bold, 10 TNR)
2. Umum
34
y = xi
(1)
i =1
Memenuhi
kaidah
penalaran
Memilih
kata (diksi)
dan kalimat
yang baik
dan akurat
Mengandung
koherensi dan
komposisi
gagasan yang
baik
6. Kesimpulan
Naskah harus diakhiri dengan kesimpulan yang
berisi tentang implikasi-implikasi penting dari
informasi yang dipresentasikan pada badan tulisan
atau isi paragraf.
Daftar Pustaka
1. A.F. Zobaa, 2004, A new approach for voltage
harmonic distortion minimization, Journal Of
Electric Power System Research, 70 (3), 253260.
2. Baafai
Usman, 2003, Pengaruh Pemaparan
Medan Magnet terhadap Aktifitas Mencit,
Buletin Utama Teknik UISU, Terakreditasi,
No.52/Dikti/Kep/2002, ISSN.1410-4520, Vol. 7,
No. 1, Januari, 6 12.
3. Clinton Ober A., 2000, ESD Journal, Grounding
Human Body to Neutralizer Bioelectrical Stress
From
Static
Electricity
&
EMF,
www.esdjournal.com, February.
4. Hernowo, H. 2004, Main-main dengan Teks.
Kaifa, PT Mizan Pustaka, Bandung, 184 p.
5. L.J. Carpenter dan L. G. Levoy Jr, 1955, System
Grounding, In, DONALD Beeman editor, in
Industrial Power Systems Handbook, McGraw
Hill,
New
York,374
387.
35
SURAT PENGANTAR
No :
No. Isi Surat/Barang
Jumlah
Keterangan
1.
1 (satu) eksemplar
Disampaikan dengan
hormat sebagai tukar
informasi ilmiah. Mohon
lembar di bawah ini dikirim
kembali
Medan,
Juni 2004
TANDA TERIMA
Telah diterima dari
Berupa
Nama
Jabatan
Institusi
Alamat
Telepon/fax.
Tanda Tangan/Stempel