LEMBAR PENGESAHAN
Judul KP
Nama Mahasiswa
NIM
: 11/316710/PA/13838
Tempat KP
Waktu KP
Pembimbing I
Yoga Wismoyo
NP : 19012444
LEMBAR PENGESAHAN
Judul KP
Nama Mahasiswa
NIM
: 11/316710/PA/13838
Tempat KP
Waktu KP
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan kegiatan Kerja Praktek di Pertamina EP Asset 2,
Prabumulih, Sumatera Selatan pada 2 Maret s.d. 2 April 2015. Pun atas kebaikanNya-lah
penulis dapat menulis dan menyelesaikan laporan Kerja Praktek yang berjudul
INTERPRETASI DATA SEISMIK 3D UNTUK PEMETAAN HORIZON BRF, TAF DAN
R5 PADA LAPANGAN HOLONG ini dengan baik dan maksimal sehingga dapat selesai
tepat waktu. Adapun laporan ini adalah sebagai salah satu syarat administrasi dalam
menyelesaikan program Kerja Praktek di PT. Pertamina EP Asset 2.
Laporan ini berisi hasil interpretasi penulis selama melakukan Kerja Praktek di PT.
Pertamina EP Asset 2. Laporan ini berisi data hasil interpretasi penulis dari data jadi hasil
processing yang diberikan oleh pembimbing. Selama melakukan Kerja Praktek ini, penulis
mendapat banyak sekali bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Tuhan YME atas kebaikanNya , penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek dengan
lancar tanpa ada hambatan yang berarti.
2. Orang tua, segenap keluarga dan orang terkasih yang selalu mendukung dan
memberikan semangat kepada penulis selama melaksanakan Kerja Praktek ini.
3. Pihak Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada dan pihak prodi Geofisika yang telah
membantu perizinan pelaksanaan Kerja Praktek ini.
4. Pihak PT. Pertamina EP Asset 2 yang telah memberikan kesempatan, izin serta
fasilitas selama keberlangsungan Kerja Praktek ini.
5. Bapak M. Natsir selaku manajer fungsi Geologi dan Geofisika PT. Pertamina Asset 2.
6. Mas Yoga, Mbak Isti, Pak Nanang serta seluruh staff dan karyawan fungsi G&G PT.
Pertamina Asset 2 Prabumulih yang telah bersedia meluangkan waktunya
membimbing penulis selama pelaksanaan Kerja Praktek ini.
7. Teman-teman senasib seperjuangan yang sama-sama melakukan Kerja Praktek
(Irsyad dan Lian) dan Tugas Akhir (Adji, Nover, Deril, Eko dan Ifan) yang saling
memberikan dukungan satu sama lain.
8. Pihak-pihak yang telah banyak membantu dari awal pelaksanaan hingga selesainya
kegiatan kerja praktek ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
iii
Penulis menyadari dan memahami bahwa Laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari
kesempurnaan akibat masih terbatasnya pengetahuan yang penulis miliki. Penulis pun masih
tetap terus belajar dan akan dengan senang hati menerima kritik dan masukan demi perbaikan
dikesempatan berikutnya. Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang telah membaca.
Terimakasih.
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kebutuhan manusia akan energi, terlebih energi fosil, dapat dikatakan telah menjadi
kebutuhan primer dewasa ini. Ketersediaan energi sangatlah penting demi keberlangsungan
aktivitas manusia sehari-hari. Salah satu energi fosil yang masih populer digunakan saat ini
adalah hidrokarbon, yakni minyak dan gas bumi. Kebutuhan manusia yang semakin
meningkat ternyata berbanding terbalik dengan ketersediaan energi tersebut karena energi
fosil merupakan tipe energi yang tidak dapat diperbarui. Sehingga sangatlah diperlukan suatu
solusi untuk menanggulangi masalah tersebut salah satunya adalah melalui eksplorasi untuk
menemukan cadangan hidrokarbon yang baru.
Ilmu Geofisika masih menjadi nomor satu dalam dunia eksplorasi hidrokarbon. Salah
satu metode Geofisika yang masih menjadi andalan dalam menemukan cadangan hidrokarbon
adalah metode Seismik. Metode ini menggunakan konsep fisika pada hukum Snellius, yakni
jika suatu gelombang merambat pada 2 atau lebih material yang memiliki nilai indeks bias (n)
yang berbeda maka gelombang tersebut akan mengalami 3 hal yakni dipantulkan kembali,
diteruskan, dan dibiaskan. Dari sifat-sifat gelombang inilah, melalui metode seismik, para
Geofisikawan dapat menginterpretasi keadaan struktural di bawah permukaan tanah.
Dalam menginterpretasi bawah permukaan, metode Geofisika tidak dapat berjalan
sendiri. Disiplin ilmu lain diperlukan untuk membantu interpretasi tersebut, yakni ilmu
Geologi. Meski berbeda, kedua ilmu ini tidak dapat dipisahkan. Kedua ilmu ini saling
mendukung dalam mendapatkan informasi bawah permukaan pada suatu daerah penelitian.
Geofisika melakukan pendekatan melalui sifat-sifat fisika dari respon yang dihasilkan dan
Geologi melakukan pendekatan dengan keadaan Geologi di daerah tersebut.
Ada 3 hal yang menjadi pekerjaan seorang Geofisikawan dalam industri minyak dan
gas bumi yaitu akuisisi, processing dan interpretasi. Laporan ini merupakan hasil dari
pekerjaan ke-tiga yakni interpretasi. Interpretasi dilakukan terhadap data seismik 3D dan data
sumur (well log) di lapangan Holong. Lapangan ini merupakan salah satu lapangan pada
Wilayah Kuasa Pertambangan (WKP) milik PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih. Hasil
akhir dari interpretasi ini berupa peta struktur waktu beberapa horizon yang ada di lapangan
tersebut. Horizon tersebut adalah BRF, TAF dan R5.
1 sumur yakni sumur S1. Horizon yang akan diinterpretasi telah dibatasi yakni BRF, TAF
dan R5.
Meteorologi
Geofisika Bumi :
a. Seismologi, ilmu yang mempelajari gempabumi.
b. Volcanology, ilmu tentang gunungapi atau vulkanologi.
c. Geodinamika, ilmu yang mempelajari dinamika pergerakan lempeng Bumi.
d. Eksplorasi Seismik, yang digunakan untuk menemukan cadangan hidrokarbon.
Oceanografi
Geofisika memanfaatkan pengukuran permukaan bumi dari parameter parameter
fisika yang dimiliki batuan untuk dapat mengetahui sifat sifat batuan dan kondisi
permukaan bawah bumi baik secara verikal maupun horizontal. Oleh karena itu Geofisika
sering dipakai untuk mengetahui struktur suatu batuan, eksplorasi mineral dan migas, dan
berbagai aplikasi dalam Geoteknik.
Dalam melakukan pengukuran Geofisika memanfaatkan dua metode, yaitu metode
aktif dan metode pasif :
Geometri survei VSP beserta sketsa rekaman yang dihasilkan ditunjukkan pada
gambar dibawah ini:
Rekaman VSP merupakan komposit dari gelombang downgoing dan upgoing dari
jenis gelombang kompresi (P) dan/atau gelombang geser (S) dan juga gelombang Stonely
yang berhubungan dengan lubang bor dan fluida sumur.
Gelombang downgoing adalah gelombang yang terekam oleh geophone tanpa
terrefleksikan terlebih dahulu. Sedangkan gelombang upgoing adalah gelombang yang
terrefleksikan.
Pengolahan VSP
Pengolahan data VSP terbagi menjadi beberapa tahap : demultiplex, korelasi (jika
sumber getarnya vibrator), koreksi dari efek fluktuasi, koreksi rotasi alat dan sumur miring,
eliminasi data yang buruk, stacking, dan pemilahan komponen gelombang jika perekam yang
dipakai multicomponent.
Gambar di bawah ini adalah contoh rekaman VSP setelah editing dan stacking:
Selanjutnya, jika sumber dan penerima dianggap memiliki garis yang tegak lurus dengan
reflektor, maka standar pengolahan data VSP adalah sebagai berikut :
1. De-konvolusi
gelombang
downgoing.
Proses
ini
Kelemahan
di bawah permukaan
kenampakan pengendapan.
Geofisika lainnya.
keberadaan hidrokarbon
2.3.3. Wavelet
Wavelet adalah sinyal transient yang memunyai interval waktu dan amplitudo yang
terbatas. Ada 4 jenis wavelet yang umum diketahui, yakni zero phase, minimum phase,
maximum phase, dan mixed phase.
10
11
12
13
Singkapan Cekungan Sumatera Selatan yang baik dan dapat diamati terletak disekitar
antiklin Gunung Gumai. Stratigrafi mulai dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
3.1. Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Bagian Selatan
a. Kompleks Batuan Pra-Tersier (Basement)
Formasi ini merupakan batuan dasar (basement rock) dari Cekungan Sumatra
Selatan. Tersusun atas batuan beku Mesozoikum, batuan metamorf PaleozoikumMesozoikum, dan batuan karbonat yang mengalami metamorfisme. Hasil dating di
beberapa tempat menunjukkan bahwa beberapa batuan berumur Kapur Akhir sampai
Eosen Awal. Batuan metamorf Paleozoikum-Mesozoikum dan batuan sedimen
mengalami perlipatan dan sesar akibat intrusi batuan beku selama peristiwa orogenesa
Mesozoikum Tengah (Mid-Mesozoikum).
b. Formasi Kikim Tuff dan older Lemat atau Lahat
Batuan tertua yang ditemukan pada Cekungan Sumatera Selatan adalah batuan
yang berumur akhir Mesozoik. Batuan yang ada pada formasi ini terdiri dari Batupasir
14
15
Umur dari Formasi Talang Akar ini adalah Oligosen Atas hingga Miosen
Bawah dan kemungkinan meliputi N3 (P22), N7 dan bagian N5 berdasarkan zona
Foraminifera planktonik yang ada pada sumur yang dibor pada formasi ini
berhubungan dengan delta plain dan daerah shelf.
e. Formasi Baturaja (BRF)
Anggota ini dikenal dengan Formasi Baturaja. Diendapkan pada bagian
intermediate-shelf dari Cekungan Sumatera Selatan, di atas dan di sekitar platform
dan tinggian. Kontak ada pada bagian bawah dengan Formasi Talang Akar atau
dengan batuan Pre-Tersier. Komposisi dari Formasi Baturaja ini terdiri dari
Batugamping Bank (Bank Limestone) atau platform dan reefal. Ketebalan bagian
bawah dari formasi ini bervariasi, namun rata-rata 200-250 kaki (sekitar 60-75 m).
Singkapan dari Formasi Baturaja di Pegunungan Garba tebalnya sekitar 1700 kaki
(sekitar 520 m). Formasi ini sangat fossiliferous dan dari analisis umur anggota ini
berumur Miosen. Fauna yang ada pada Formasi Baturaja umurnya N6-N7.
f. Formasi Gumai (GUF)
Formasi Gumai tersebar secara luas dan terjadi pada zaman Tersier, formasi
ini terendapkan selama fase transgressive laut maksimum, (maximum marine
transgressive) ke dalam 2 cekungan. Batuan yang ada di formasi ini terdiri dari Napal
yang mempunyai karakteristik fossiliferous, banyak mengandung foraminifera
plankton. Sisipan Batugamping dijumpai pada bagian bawah.
Formasi Gumai berbeda fasies dengan Formasi Talang Akar dan sebagian
berada di atas Formasi Baturaja. Ketebalan dari formasi ini bervariasi tergantung pada
posisi dari cekungan, namun variasi ketebalan untuk Formasi Gumai ini berkisar dari
6000 9000 kaki ( 1800-2700 m).
Penentuan umur Formasi Gumai dapat ditentukan dari dating dengan
menggunakan foraminifera planktonik. Pemeriksaan mikro-paleontologi terhadap
contoh batuan dari beberapa sumur menunjukkan bahwa fosil foraminifera planktonik
yang dijumpai dapat digolongkan ke dalam zona Globigerinoides Sicanus,
Globogerinotella Insueta, dan bagian bawah zona Orbulina Satiralis Globorotalia
Peripheroranda, umurnya disimpulkan Miosen Awal hingga Miosen Tengah.
Lingkungan pengendapannya adalah laut terbuka, Neritik.
16
Globorotalia Mayeri Cushman & Ellisor, yang menunjukkan umur Miosen Tengah
N12-N13. Formasi ini diendapkan di lingkungan laut dangkal.
h. Formasi Muara Enim (MEF)
Batuan penyusun yang ada pada formasi ini berupa Batupasir, Batulempung,
dan lapisan Batubara. Batas bawah dari Formasi Middle Palembang di bagian selatan
cekungan berupa lapisan Batubara yang biasanya digunakan sebagai marker. Jumlah
serta ketebalan lapisan-lapisan Batubara menurun dari selatan ke utara pada cekungan
ini. Ketebalan formasi berkisar antara 1500 2500 kaki (sekitar 450-750 m). De
Coster (1974) menafsirkan formasi ini berumur Miosen Akhir sampai Pliosen,
berdasarkan kedudukan stratigrafinya. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut
dangkal sampai brackist (pada bagian dasar), delta plain dan lingkungan non marine.
i. Formasi Kasai (KF)
Formasi ini merupakan formasi yang paling muda di Cekungan Sumatra
Selatan. Formasi ini diendapkan selama Orogenesa pada Plio-Pleistosen dan
dihasilkan dari proses erosi Pegunungan Barisan dan Tigapuluh. Komposisi dari
formasi ini terdiri dari Batupasir Tuff-an, lempung, dan kerakal dan lapisan tipis
Batubara. Umur dari formasi ini tidak dapat dipastikan, tetapi diduga Plio-Pleistosen.
Lingkungan pengendapannya adalah di darat.
(Stratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan (De Coaster, 1974))
17
18
b) Migrasi
Migrasi hidrokarbon di Cekungan Sumatera Selatan ditafsirkan sebagai migrasi lateral
dan migrasi vertikal. Migrasi lateral terjadi pada bagian dalam cekungan. Akibat migrasi
ini, terjadi pengisian hidrokarbon pada perangkap-perangkap stratigrafi yang terbentuk
pada zona engsel (hinge zone). Migrasi secara vertikal terjadi melalui bidang patahan dan
19
bidang ketidakselarasan antara batuan dasar dengan lapisan sedimen di atasnya. Migrasi
sekunder memiliki peranan penting dalam proses akumulasi dan pemerangkapan
hidrokarbon mengingat posisi perangkap merupakan daerah tinggian purba (old basement
high).
c) Reservoar
Lapisan Batupasir yang terdapat dalam Formasi Lemat, Formasi Talang Akar,
Formasi Palembang Bawah dan Palembang Tengah dapat menjadi batuan reservoar pada
Cekungan Sumatera Selatan. Pada Sub Cekungan Jambi, produksi terbesar terdapat pada
batuan reservoar Formasi Air Benakat. Batupasir alasnya memunyai porositas 27%,
Batupasir delta porositasnya 20% dan Batupasir laut dangkal memunyai porositas 10%.
Batupasir Konglomeratan dari Formasi Talang Akar merupakan reservoar kedua yang
memproduksi
minyak
Baturaja
memproduksi minyak hanya di bagian tenggara Sub Cekungan Jambi dengan porositas
19%.
Formasi Telisa memiliki interval reservoar dan lapisan penutup bagi reservoar
Formasi Baturaja. Pada Sub Cekungan Palembang, produksi minyak terbesar terdapat
pada batuan reservoar Formasi Talang Akar dan Baturaja. Porositas lapisan Batupasir
antara 15-28%. Reservoar dari Formasi Lower Palembang dan Formasi Middle
Palembang merupakan penghasil minyak terbesar kedua setelah dua formasi tersebut
diatas. Batugamping Formasi Baturaja menghasilkan kondensat dan gas di tepi sebelah
barat dan timur dari Sub Cekungan Palembang.
Selain itu di Cekungan Sumatera Selatan juga ditemukan reservoar hidrokarbon pada
batuan dasar Pra-Tersier yang merupakan fenomema menarik. Hingga saat ini beberapa
sumur eksplorasi yang terbukti menghasilkan hidrokarbon pada reservoar batuan beku
(Granodiorit) dan metamorf (Slate)
terperangkap pada zona-zona rekahan yang terbentuk akibat aktivitas tektonik yang
sangat intensif pada zaman Miosen Tengah dan mencapai puncaknya pada Plio-Pleistosen.
d) Batuan Penutup (Seal Rock)
Batuan penutup pada umumnya merupakan lapisan lempung yang tebal dari Formasi
Telisa, Formasi Palembang Bawah dan Formasi Palembang Tengah. Selain itu, terjadinya
perubahan fasies ke arah lateral atau adanya sesar-sesar dapat juga bertindak sebagai
20
penutup atau tudung. Lempung pada Formasi Telisa menjadi penutup pada reservoar
karbonat Formasi Baturaja.
e) Jenis Perangkap (Trap)
Pada umumnya perangkap hidrokarbon di Cekungan Sumatera Selatan merupakan
struktur Antiklin dari suatu Antiklinorium yang terbentuk pada Plio-Pleistosen seperti
pada Formasi Palembang Tengah. Struktur sesar, baik normal maupun geser, dapat
bertindak sebagai perangkap minyak. Perangkap stratigrafi terjadi pada Batugamping
terumbu Formasi Baturaja, berbentuk kipas Formasi Lemat, dan bentuk membaji Formasi
Palembang Bawah dan Formasi Talang Akar.
21
22
Kedua ; masukkan data log dari well yang ada. Data log yang digunakan dalam pekerjaan ini
adalah data log dengan format *.las yang berisi data hasil well logging dari sumur S1. Klik
kanan pada well S1 import (on selection) klik open pada data well *.las yang ada.
23
Selanjutnya akan muncul data well log apa saja yang ada pada sumur S1. Data well
log yang tidak terdefinisi atau tidak dapat dibaca tidak perlu dimasukkan ke dalam project.
Klik Unselect pada undefined well log OK for all.
Gambar 4.3 Tahapan Memilih Data Log yang Dapat Didefinisi oleh Software
Ketiga ; import data well deviation. Sumur S1 yang digunakan adalah sumur dengan jenis bor
miring. Untuk data bor miring, data well deviation memiliki nilai azimuth dan inklinasi yang
memperlihatkan keadaan kemiringan lubang bor. Data well deviation ini dimasukkan dengan
cara klik kanan pada well S1 import (on selection) pada window import file, files of type,
pilih Well path/deviation (ASCII) klik Open. Selanjutnya akan muncul window seperti
gambar berikut ini :
24
Saat window import well path / deviation muncul isi data-data MD, INCL dan AZIM
dengan urutan kolom yang benar agar software dapat membaca urutan kolom dengan benar.
Keempat ; import data well marker atau well tops. Marker merupakan file berisi data
mengenai top-bottom dari urutan litologi. Data marker berupa nama horizon yang diurutkan
berdasarkan kedalaman masing-masing marker. Nama-nama horizon pada data marker pada
umumnya berupa huruf-huruf. Dengan adanya data marker ini, penentuan picking horizon
akan menjadi lebih akurat karena marker dapat membantu penentuan picking apakah di peak,
troughs, S-crossing atau Z-crossing. Oleh karena itu, data marker sering kali dijadikan
25
sebagai final judgement dalam pembuatan peta horizon. Cara memasukkan data marker yakni
membuat folder Well Tops dengan cara klik Insert New Well Tops, lalu pada folder tersebut
klik kanan import (on selection).
Tipe file marker yang digunakan adalah Petrel Well Tops (ASCII). Pada window
import petrel well tops, klik connect to trace untuk menggabungkan data marker ke data
sumur S1. Perhatikan number of lines agar software dapat membaca data marker dengan baik,
lalu klik OK for all.
26
Pada window Vintage selection klik OK lalu akan muncul window Input data dialog
yang berisi informasi data seismik klik OK for all.
Langkah terakhir dalam proses meng-import data adalah import data checkshot. Tipe data
checkshot yang digunakan adalah dengan format file ASCII. Data ini nantinya akan
digunakan untuk membuat seismogram sintetik yang diperlukan untuk proses well-seismic tie.
Data checkshot dimasukkan dengan cara klik Insert New Checkshots. Data checkshot
tersebut akan masuk ke dalam folder Global Well Logs. Klik kanan folder checkshot tersebut
import (on selection) sampai muncul window seperti berikut :
27
Saat window konfigurasi checkshot muncul, perhatikan kolom data yang digunakan.
28
29
Data despiked sonic akan muncul pada folder global well logs. Klik kanan pada
DESPIKED_SONIC klik log editor pada kolom Action #1 pilih Arithmetic Run OK.
Hal ini dilakukan untuk koreksi data sonic agar menjadi smooth.
Proses pengikatan data sumur dengan data seismik diawali dengan pemilihan wavelet
yang nantinya akan dikonvolusi dengan koefisien refleksi (RC). Ekstraksi wavelet dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yakni dengan mengekstrak dari volume seismik (cube)
disekitar zona target, mengekstrak dari data sumur dan membuat wavelet Ricker atau
bandpass wavelet. Kebutuhan wavelet disesuaikan dengan data seismik yang digunakan .
Langkah selanjutnya adalah membuat koefisien refleksi (RC) dari perbandingan nilai
accoustic impedance yang merupakan dari perkalian log DT dan log RHOB. RC ini
kemudian dikonvolusikan dengan wavelet yang telah diekstrak untuk menghasilkan
seismogram sintetik.
Trace dari seismogram sintetik ini kemudian disesuaikan dengan trace data seismik
yang ada sehingga diperoleh kemiripan antara keduanya. Pada proses ini yang diperhatikan
adalah wiggle antara seismik dengan seismogram sintetik, baik pada polanya maupun besar
wigglenya.
Pembuatan seismogram sintetik terdapat pada menu bar processes di sebelah pojok
kiri, klik pada sub menu stratigraphic modelling, pilih synthetics, akan muncul window
seperti gambar di bawah ini. Isi parameter-parameter tersebut yang benar untuk menghasilkan
seismogram sintetik.
30
Setelah semua tahapan selesai, data seismogram sintetik dapat ditampilkan pada
window well section. Untuk menampilkan wiggle seismiknya, pilih settings show wiggles.
Langkah terakhir adalah melakukan well-seismic tie dengan cara menyamakan trend lapisan
pada seismogram sintetik dengan seismik yang sebenarnya dengan menggeser garis marker
pada well section window.
4.3.3. Tahap Atribut Seismik (Volume Attributes)
Atribut Seismik adalah segala informasi yang diperoleh dari data seismik baik melalui
pengukuran langsung, komputasi maupun pengalaman. Mengapa atribut seismik perlu
31
dilakukan dalam interpretasi? Atribut Seismik diperlukan untuk memperjelas anomali yang
tidak terlihat secara kasat mata pada data seismik biasa.
Pada penelitian ini, atribut seismik yang digunakan adalah Structural Smoothing.
Atribut ini digunakan untuk membantu dalam picking horizon dan penentuan garis patahan
(fault), karena atribut ini dapat memperjelas tampilan struktur yang ada pada data seismik.
Proses ekstraksi atribut ini dilakukan dengan cara klik kanan folder seismik volume
Volume Attributes.
32
diperoleh dari seismic-well tie pada Well Section Window dengan cara klik kanan pada folder
seismic horizon Settings Autotracking.
Pada penelitian ini, berdasarkan Well-Seismic Tie, horizon BRF merupakan peak,
TAF merupakan trough dan R5 merupakan S-crossing. Oleh karena itu, setiap kali akan
melakukan picking horizon, parameter tersebut diatas harus selalu disesuaikan. Autotracking
pada dasarnya dapat membantu kita agar melakukan picking tetap pada jalur reflektor yang
sebenarnya, namun pada penelitian ini, picking horizon dilakukan dengan manual picking
agar hasil picking-an lebih smooth dan sesuai dengan horizon yang dikehendaki.
Proses picking pada setiap horizon pada penelitian ini dilakukan dengan step 10 pada
Xline saja. Proses picking pada Inline tidak dilakukan, sebab titik-titik yang muncul pada
33
Inline setiap kali melakukan picking di Xline hanya dijadikan Quality Control (QC) terhadap
hasil picking-an Xline.
Oleh karena data seismik yang digunakan adalah data 3D, tingkat kesulitan dalam
proses picking akan menjadi lebih sulit. Pun tampilan reflektor yang kurang jelas membuat
proses picking tidak dapat menggunakan autotracking sepenuhnya. Proses picking ini
memerlukan ketelitian ekstra dan perlu diketahui bahwa semakin kecil step yang dipakai
dalam melakukan picking maka horizon surface yang akan diperoleh akan semakin valid dan
halus. Berikut contoh hasil gridding dari pickingan horizon BRF pada window 2D dan 3D.
34
Surface yang dihasilkan akan berbentuk persegi dan mengekstrapolasi data picking
untuk memenuhi seluruh area. Agar lebih akurat dan lebih fokus kepada daerah target,
surface ini bisa di-crop menggunakan polygon dan masukkan polygon tersebut sebagai
boundary. Pun jika diperlukan hasil yang lebih halus, dapat dilakukan smoothing pada
surface tersebut dari menu Settings. Namun langkah ini tidaklah menjadi suatu keharusan
dalam proses interpretasi. Surface yang dihasilkan dari proses ini adalah Time Structure Map.
Untuk mengubah menjadi Depth Structure Map perlu dilakukan langkah lebih lanjut.
Penelitian pada pelaksanaan kerja praktek ini dibatasi pada hasil akhir peta struktur dalam
domain waktu saja.
35
36
Gambar 5.2 Tampilan Data Log Triple Combo pada Well Section Window
37
Pada kolom Reservoir Log yakni dari data log GR, daerah berwarna kuning
diinterpretasikan sebagai daerah Batupasir (sandstone) yang dapat diinterpretasikan sebagai
zona reservoar. Sedangkan daerah berwarna hijau diinterpretasikan sebagai daerah shale.
Kesimpulan ini dapat ditarik karena secara quick look pada umumnya clean sand dan
limestone memiliki nilai GR yang rendah dan shale pada umumnya memiliki nilai GR yang
tinggi.
Sedangkan pada kolom Porosity Log yakni dari persilangan data NPHI dan RHOB
(RHOB rendah berpotongan dengan NPHI tinggi), daerah berwarna merah diinterpretasikan
sebagai zona yang memiliki porositas yang baik untuk kemudian dapat diinterpretasikan
sebagai kriteria reservoar yang baik.
5.1.3. Well Deviation
Well Deviation merupakan data yang menginformasikan lintasan sumur sesuai dengan
kedalaman pada tiap perubahan arah kemiringan sumur, data tersebut sangat penting jika
sumur tersebut merupakan sumur non vertikal, jika sumur tersebut merupakan sumur vertikal
maka koordinat lintasan sumur akan sesuai dengan koordinat well head. Data well deviation
memiliki data azimuth (AZIM) dan inklinasi (INCL) yang berbeda akibat perubahan dx dan
dy pada interval kedalaman tertentu.
Bukti bahwa well S1 merupakan well yang miring terlihat pada 2D window. Jika
suatu well tidak miring, maka pada 2D window well tersebut akan berbentuk titik saja, namun
tidak pada well S1. Seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini :
38
5.1.4. Marker
Penentuan marker dilakukan pada semua sumur yang akan dilakukan analisa. Marker
pada setiap sumur menggambarkan konfigurasi lapisan tertentu. Penentuan marker sangat
penting sebagai pengontrol sewaktu membuat peta struktur. Cara memasang marker pada
sumur telah dijelaskan pada BAB IV.
Marker yang hendak di-picking pada penelitian ini adalah BRF, TAF dan R5. Data
marker tersebut dapat ditampilkan pada well section window seperti gambar berikut ini :
Gambar 5.4 Tampilan Marker atau Well Tops pada Well Section Window
39
5.1.5. Checkshot
Data checkshot digunakan untuk menghitung interval kecepatan. Data ini dapat
dijadikan sebagai kalibrasi bagi data sonic yang akan digunakan untuk mencari koefisien
refleksi (RC) yang kemudian dikonvolusikan dengan wavelet untuk menghasilkan
seismogram sintetik.
Gambar 5.5 Tampilan Hasil Well-Seismic Tie pada Well Section Window
40
Proses well-seismic tie ini dapat membantu interpretasi dalam menentukan picking
horizon setelah data marker ditambahkan pada data seismogram sintetik. Pada window
interpretasi, picking horizon dapat dimulai dari marker dengan melihat wiggle yang sesuai
antara data seismogram sintetik dengan data seismik yang sebenarnya. Berikut adalah gambar
window interpretasi yang menggambarkan korelasi data seismogram sintetik dengan data
seismik yang sebenarnya :
Gambar 5.6 Korelasi Seismogram Sintetik dengan Data Seismik untuk Picking Horizon
41
Sebelum :
Sesudah :
42
Perbedaan yang sangat kontras sangat terlihat sebelum dan sesudah ekstraksi atribut.
Tampilan data seismik awal memiliki reflektor yang lemah, atribut structural smoothing
melakukan penghalusan wiggle. Atribut ini mendukung terbentuknya kontur yang lebih halus
sehingga memudahkan picking horizon seperti yang terlihat pada gambar sesudah mengalami
ekstraksi atribut.
43
44
45
c) Surface Horizon R5
46
-1300
-1350
-13
0
50
2
-1
-1250
00
S1
-1
2
-120
-1200
0
-115
-1
1
50
-1150
-120
0
-1200
-1250
-1150
-1250
00
3
-1
-1350
0
500
1000
1500
2000
2500m
1:40000
Legend
Oil
Map
Indonesia
Contour inc
Holong Field
Interpreter
Horizon BRF
Date
10
Erik
03/23/2015
Scale
1:40000
Time
-1100
-1120
-1140
-1160
-1180
-1200
-1220
-1240
-1260
-1280
-1300
-1320
-1340
-1360
-1380
47
399000
400000
401000
402000
9618000
9618000
397000
-140
0
-13
5
-1350
00
-13
50
S1
-1200
0
-125
2
-1
9616000
9616000
-12
-1300
50
Y, [m]
0
-12
-120
9614000
-1200
-1200
9614000
0
-115
-12
00
-1250
399000
0
500
400000
1500
X, [m]
1000
50
00
398000
-1300
-13
397000
2
-1
-1250
-1300
401000
2000
2500m
1:40000
Legend
Oil
Map
Indonesia
Contour inc
Holong Field
Interpreter
Horizon TAF
Date
10
Erik
03/23/2015
Scale
1:40000
402000
Time
-1160
-1180
-1200
-1220
-1240
-1260
-1280
-1300
-1320
-1340
-1360
-1380
-1400
48
398000
399000
9618000
400000
401000
402000
00
-1350
-1400
-1350
00
3
-1
00
-13
9616000
9616000
403000
9618000
-14
-12
50
S1
0
-125
-12
Y, [m]
50
0
-120
00
2
-1
9614000
9614000
-12
00
-1250
00
-125
0
-1300
-12
-1300
-1400
399000
0
400000
500
1500
X, [m]
1000
398000
5
-13
397000
401000
2000
2500m
1:40000
Legend
Oil
M ap
Indonesia
Contour inc
Holong Field
Interpreter
Horizon R5
Date
10
Erik
03/23/2015
Scale
1:40000
402000
403000
Time
-1180
-1200
-1220
-1240
-1260
-1280
-1300
-1320
-1340
-1360
-1380
-1400
-1420
-1440
49
50
6.2. Saran
Berikut beberapa saran yang dapat penulis berikan agar pembaca dapat melakukan
interpretasi data seismik 3D dengan lebih baik :
a) Seorang interpreter seharusnya memahami konsep sistem tektonik regional pada
suatu daerah yang akan diinterpretasikan agar interpreter dapat melakukan
interpretasi sesuai keadaan logika yang sebenarnya dan harus logis. Sebab interpretasi
bukan tentang benar atau salah melainkan tentang logis atau tidak logis.
b) Pahami konsep interpretasi yang digunakan oleh software yang dipakai sehingga jika
suatu ketika terjadi kesalahan pada hasil atau output, interpreter dapat menerka dan
mengerti parameter apa yang harus diperbaiki.
c) Pada saat melakukan picking horizon, seorang interpreter harus melakukannya
dengan hati-hati dan tidak perlu terburu-buru. Sebab, jarak antara satu reflektor
dengan reflektor diatas atau dibawahnya dapat berjarak ratusan meter. Jika kesalahan
dalam proses picking ini terjadi, maka dapat berakibat fatal bagi proses interpretasi
selanjutnya.
51
DAFTAR PUSTAKA
Sismanto, Prof. 2006. Dasar-dasar Akuisisi dan Pemrosesan Data Seismik. Universitas
Gadjah Mada (UGM). Yogyakarta
Koesoemadinata, R.P. 2011. Geologi Minyak dan Gas Bumi. Penerbit ITB. Bandung
Wintolo, Djoko, Ir., D.E.A. 1999. Pengantar Geofisika dan Metode Gravitasi. Universitas
Gadjah Mada (UGM). Yogyakarta
Sukmanto, Sigit, Dr., Ir. 1999. Diktat Kuliah Seismik Stratigrafi. Institut Teknologi Bandung
(ITB). Bandung
Hidayat, Rahmadi, M. Eng. 2014. Slide Kuliah Geologi Minyak Bumi. Universitas Gadjah
Mada (UGM). Yogyakarta
http://id.wikipedia.org/
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/
https://dinawan24geo.files.wordpress.com/
http://pubs.usgs.gov/
http://en.wikibooks.org/
52