3.1.
3.2.1.
III - 1
III - 2
Secara letak geografis, Kabupaten Serang merupakan daerah yang sangat potensial dan
amat diuntungkan. Posisi geografis dalam aksesibilitas keluar-masuk wilayah Kabupaten
Serang cukup strategis, karena dilalui oleh Jalan Tol Jakarta Merak yang merupakan
akses utama dari dan menuju Pulau Sumatera melalui Pelabuhan Penyeberangan Merak,
menjadikan Kabupaten Serang sebagai wilayah transit perhubungan darat antara Pulau
Jawa dan Pulau Sumatera. Disamping itu, Kabupaten Serang juga sebagai daerah
alternatif dan penyangga (hinterland) Ibukota Negara, mengingat jaraknya jika diukur
melalui jalan Tol Jakarta Merak hanya sekitar 70 Km.
Secara historis sebelum masa kemerdekaan RI, Kabupaten Serang pada awalnya
merupakan wilayah Kesultanan Banten. Adapun paska masa kemerdekaan RI, Kabupaten
Serang berada dalam lingkup wilayah Provinsi Jawa Barat. Setelah terbentuknya Provinsi
Banten yang merupakan pemekaran dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000,
Kabupaten Serang menjadi salah satu daerah otonomnya dan berstatus sebagai Ibukota
Provinsi Banten.
Namun sejalan dengan waktu, Kabupaten Serang selanjutnya dimekarkan menjadi dua
wilayah otonom yakni Kabupaten Serang dan Kota Serang berdasarkan UU No. 32 Tahun
2007 tentang Pembentukan Kota Serang pada tanggal 10 Agustus 2007. Dengan
dimekarkannya Kabupaten Serang maka secara otomatis luas wilayah administrasinya
pun berkurang menjadi sebesar 1.467,35 Km2 yang terdiri dari 28 kecamatan dan
melingkupi 314 desa. Berikut ini nama kecamatan, luas wilayah dan jumlah desa di
Kabupaten Serang tahun 2010.
Tabel 3.1
Jumlah serta Luas Wilayah Kecamatan dan Desa
di Kabupaten Serang Tahun 2010
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
KECAMATAN
Anyar
Bandung
Baros
Binuang
Bojonegara
Carenang
Cikande
Cikeusal
Cinangka
Ciomas
Ciruas
Gunungsari
IBUKOTA
Anyar
Bandung
Baros
Binuang
Bojonegara
Panenjoan
Cikande
Cikeusal
Cinangka
Sukadana
Citerep
Gunungsari
LUAS
KM2
56,81
25,18
44,07
26,17
30,30
36,40
50,53
88,25
111,47
48,53
40,61
48,60
%
3,28
1,45
2,54
1,51
1,75
2,10
2,91
5,09
6,43
2,80
2,34
2,80
JUMLAH
DESA
10
8
14
7
10
10
12
15
13
11
17
7
III - 3
NO
KECAMATAN
IBUKOTA
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Jawilan
Jawilan
Kibin
Ciagel
Kragilan
Kragilan
Kramatwatu
Kramatwatu
Kopo
Kopo
Mancak
Labuan
Pabuaran
Pabuaran
Padarincang
Padarincang
Pamarayan
Pamarayan
Petir
Mekar Baru
Pontang
Pontang
Pulo Ampel
Sumuranja
Tanara
Cerucuk
Tirtayasa
Tirtayasa
Tanjung Teja
Tanjung Teja
Waringinkurung
Waringinkurung
KABUPATEN SERANG
Sumber: Pemerintah Kabupaten Serang, 2010
3.2.2.
LUAS
KM2
%
38,95
2,25
33,51
1,93
51,56
2,97
48,59
2,80
44,69
2,58
74,03
4,27
79,14
4,57
99,12
5,71
41,92
2,42
46,94
2,71
64,85
3,74
32,56
1,88
49,30
2,84
64,46
3,72
39,52
2,28
51,29
2,96
1.467,35
100,00
JUMLAH
DESA
9
9
14
15
10
13
7
14
9
13
15
9
9
14
9
11
314
Kondisi Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Serang berada dalam ketinggian 0 - 1.778 mdpl (meter di
atas permukaan laut) dan pada umumnya tergolong pada kelas topografi lahan dataran
dan bergelombang. Pada umumnya (> 97,5%) wilayah Kabupaten Serang berada pada
ketinggian kurang dari 500 mdpl. Ketinggian 0 mdpl membentang dari Kecamatan
Tirtayasa sampai Kecamatan Cinangka di pantai barat Selat Sunda dan ketinggian 1.778
mdpl terdapat di kaki Gunung Karang yang terletak di sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Pandeglang.
Selain wilayah daratan, Kabupaten Serang juga memiliki beberapa wilayah pulau-pulau
kecil yang berada di wilayah perairan Kabupaten Serang. Pulau-pulau kecil yang telah
tercatat hingga saat ini yakni sebanyak 16 pulau dengan deskripsi sebagai berikut:
Tabel 3.2
Deskripsi Pulau-Pulau Kecil di Wilayah Kabupaten Serang
NAMA
PULAU
1 Pulau
Sangiang
(Sanghyang)
NO
LETAK
GEOGRAFIS
1060500010505151 BT dan
60-505900LS Desa
Cikoneng
Kecamatan Anyar
KONDISI
LAHAN
Bergunung,
Kebun kelapa dan
berbatuan
semak 450 ha,
volkanik, pantai mangrove 200 ha,
berpasir,
perumahan dan
0-100 m dpl.
fasum 40 ha, dan
TOPOGRAFI
AKSESIBILITAS
Kapal dari
pelabuhan Anyar
1,5 jam, 11 km
dari kecamatan
dan 43 km dari
LUAS
(HA)
845,5
III - 4
KONDISI
LAHAN
sisanya
hamparan pasir
2 Pulau Salira
10600341 Relatif datar 0-2 Berawa
10600337 BT dan m dpl
505314- 505317
LS Desa
Mangunrejo
Kecamatan
Bojonegara
3 Pulau Kali (dua 10600521Relatif datar 0-3 Berawa
pulau, utara
10600551 BT dan m dpl
dan selatan) 505351- 505358
LS Desa Pulo
Ampel Kecamatan
Bojonegara
4 Pulau Tarahan 10600647 Datar 0-5 m dpl, Berawa
10600700 BT dan berbukit rendah,
505648- 505705 berbatuan
LS Desa Marga Giri volkanik
Kecamatan
Bojonegara
NO
NAMA
PULAU
LETAK
GEOGRAFIS
TOPOGRAFI
5 Pulau
Kemanisan
1060061610600629 BT dan
505801- 505812
LS Desa
Bojonegara
Kecamatan
Bojonegara
6 Pulau
Cikantung
1060062210600630 BT dan
505747- 505750
LS Desa
Bojonegara
Kecamatan
Bojonegara
AKSESIBILITAS
LUAS
(HA)
Ibukota
Kabupaten
Kapal dari
1,875
pelabuhan ikan
Karangantu 2
jam, 12 km dari
Kecamatan dan
34 km dari Ibukota
Kabupaten
Kapal dari
P. Kali
pelabuhan ikan
Utara 3
Karangantu 2
ha,
jam
P. Kali
Selatan
3,5 ha
Kapal dari
11,875
pelabuhan ikan
Grenyang/ Teratai
0,5 jam, dari
pelabuhan ikan
Karangantu 1,5
jam, dan 4,25 km
dari Kecamatan,
26 km dari Ibukota
Kabupaten
Berawa
Kapal dari
7,5
pelabuhan Ikan
Grenyang/ Teratai
0,5 jam dan dari
Pelabuhan ikan
Karangantu 1,5
jam dan 1,5 km
dari kecamatan,
23,5 km dari
Ibukota
Kabupaten
Berawa
Kapal dari
1,25
pelabuhan ikan
Grenyang/ Teratai
20 menit dan dari
pelabuhan ikan
Karangantu 1,15
jam, dan 24,5 km
dari Ibukota
Kabupaten
Kebun kelapa & Dari Bojonegara
502
semak belukar
30 menit, 16 km
400 ha, hutan
dari kecamatan 22
mangrove 100 ha, km dari Ibukota
perumahan dan Kabupaten
fasum 100 ha,
rawa-rawa dan
tambak 135 ha
III - 5
NAMA
PULAU
8 Pulau Semut
LETAK
KONDISI
TOPOGRAFI
GEOGRAFIS
LAHAN
10601013Datar, 0-0,5 m Daerah Rawa10601017 BT dan dpl
rawa mangrove
505618- 505522
LS Desa Pulau
Panjang
Kecamatan Pulo
Ampel
9 Pulau Kubur
10608501060859 BT dan
505855- 505901
LS Desa Banten
Kecamatan Pulo
Ampel
10 Pulau Lima
1060091210600921 BT dan
601000- 600000
LS Desa Banten
Kecamatan Pulo
Ampel
NO
1060120510601210 BT dan
600025- 600103
LS Desa Sawah
luhur Kecamatan
Pulo Ampel
AKSESIBILITAS
Kapal dari
pelabuhan ikan
Karangantu 1,5
jam dan 14,5 km
dari Kecamatan,
20,5 km dari
Ibukota
Kabupaten
Relatif datar 0-2 Daerah rawaKapal dari
m dpl
rawa mangrove pelabuhan ikan
Karangantu 50
menit dan jarak
dari kecamatan
8,8 km, dari
Ibukota
Kabupaten
Relatif datar 0-4 Rawa-rawa 900 Kapal dari
m dpl
m2, perkebunan pelabuhan ikan
kelapa 1000 m2 Karangantu 0,5
semak belukar jam dan jarak dari
8000 m2, dan
Kecamatan 9 km,
sisanya lahan
dari Ibukota
mangrove
Kabupaten 15 km
Agak
Daratan
Kapal dari
bergelombang, bergelombang, pelabuhan ikan
berbukit rendah, semak belukar
Karangantu 0,5
berbatuan
jam dan jarak dari
volkanik, 0- 10
Kecamatan 10 km,
m dpl, warna
dari Ibukota
tanah
Kabupaten 16 km
kecoklatan
Relatif datar 0-3 Kawasan cagar 35 menit dari
m dpl
budaya bersama Pelabuhan
P. Dua. SK
Karangantu, 12
Menhut No.
km dari
253/Kpts 11/1984 Kecamatan, 18 km
menetapkan
dari Ibukota
sebagi cagar
Kabupaten
budaya dengan
areal tambang 30
ha
Agak berbukit, Berawa, 20 %
1 jam dari
Berbukit
perkebunan
Pelabuhan
rendah,
kelapa dan
Karangantu, 17,5
berbatuan
semak belukar
km dari
volkanik, 0-15
Kecamatan, 37,5
dpl tergolong
km dari Ibukota
lahan agak
Kabupaten
bergelombang
Datar 0-4 m dpl Berawa
1 jam 15 menit
dari Pelabuhan
Karangantu, 18
km dari
LUAS
(HA)
1,875
1,563
3,5
2,5
2,5
15
0,63
III - 6
NO
NAMA
PULAU
LETAK
GEOGRAFIS
Kec. Pontang
TOPOGRAFI
KONDISI
LAHAN
AKSESIBILITAS
Kecamatan, 38 km
dari Ibukota
Kabupaten
15 Pulau Tunda 10605000Relatif datar 0-5 Perkebunan
3 jam dari
10505151 BT dan m dpl
kelapa dan
Pelabuhan
505615- 505900
semak belukar
Karangantu,
LS Desa
(170 ha),
22,5 km dari
Wargasara
mangrove (30
Kecamatan,
Kecamatan
ha), pemukiman 42,5 km dari
Tirtayasa
dan fasum (27ha) Ibukota
Kabupaten
Sumber: Pemerintah Kabupaten Serang, 2010
3.2.3.
LUAS
(HA)
257,5
Kondisi hidrologi di Kabupaten Serang ditandai dengan terdapatnya Daerah Aliran Sungai
(DAS). Pengelolaan sungai mengatur adanya Satuan Wilayah Sungai (SWS) dan Daerah
Aliran Sungai (DAS). Secara umum, baik SWS maupun DAS yang berada di Kabupaten
Serang relatif tidak luas. Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Serang memiliki lebar
yang relatif kecil (lebar kurang dari 50 m) dan pendek (panjang kurang dari 100 Km).
Selain itu, terdapat DPS (Daerah Pengelolaan Sungai) yakni pengelolaan satu atau
beberapa DAS secara bersama yang dilakukan dalam pelaksanaan perencanaan dan
pengelolaan karena faktor efisiensi dana dan pelaksanaan. SWS yang terdapat di
Kabupaten Serang yaitu Ciujung-Ciliman, terdiri atas DAS Cidurian, Ciujung, Cibanten,
dan Cidanau. DAS tersebut terdiri dari sub-sub DAS. Sungai yang besar adalah Cidurian
dan Ciujung. Sungai Cidurian berhulu di Kabupaten Tangerang. Sebagian besar sungai
mengalir ke arah utara menuju Laut Jawa. DAS Cidanau mengalir ke barat Selat Sunda.
Sebelah selatan terdapat DAS Ciliman dimana terdapat dua arah pengaliran, yang pada
umumnya mengalir ke utara menuju Laut Jawa atau Teluk Banten, dan sebagian ke barat
menuju Selat Sunda.
Ditinjau dari fisiografi dan morfologi permukaan tanahnya, sebagian besar (sekitar 35 %)
bagian utara Kabupaten Serang merupakan hilir tata air permukaan yang mengarah ke
Laut Jawa bagian barat daya, khususnya ke Teluk Banten. Dari 35 % tersebut, sekitar 25%
merupakan daerah perbukitan sangat rendah atau mengalami pendataran sangat aktif
(peneplainisasi) dan 10 % berupa dataran pesisir. Aliran air permukaan yang besar
terutama berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidurian dan DAS Ciujung. Sekitar 50
% merupakan perbukitan daerah hulu terutama di bagian selatan dan sedikit di utara-barat
III - 7
laut, yaitu Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Pulo Ampel. Sisanya sekitar 14%
merupakan wilayah perbukitan yang mengarahkan aliran air permukaannya ke arah barat
di Selat Sunda terutama dari DAS Ciliman dengan dataran pesisir hilirnya di sebelah barat
yang sangat sempit (1%).
Tabel 3.3
Daftar DAS/Sub DAS di Kabupaten Serang
NO.
1.
NAMA DAS
Cidurian
2.
Ciujung
Ciujung Hulu (a)
Ciujung Hulu (b)
Ciujung Tengah
Ciujung Hilir
Ciujung Kulon (Cikeuruh)
3.
Cibanten
Cibanten
K Grogol
Bojonegara
K. Lombang
Cibeber
K. Anyer
Cikoneng
Cipasauran
4.
Cidanau
Cikakalumpay
Cisaat
Cisawarna
Cibojong
Cihoreang
Cicangkadan
LUAS (HA)
184.658,00
37.194,00
28.391,00
35.542,00
40.501,00
33.795,00
9.235,00
279.839,00
21.247,00
136.879,20
23.444,80
40.221,00
58.047,00
80.170,00
21.580,00
5.750,00
5.270,00
7.560,00
15.320,00
6.560,00
6.910,00
11.220,00
22.620,00
7.831,00
4.900,00
4.579,00
2.960,00
1.040,00
1.310,00
Selain itu, kondisi hidrologi wilayah Kabupaten Serang ditandai dengan terdapatnya
danau, rawa, situ atau waduk. Berikut ini diuraikan kondisi danau, rawa, situ atau waduk di
Kabupaten Serang.
III - 8
Tabel 3.4
Daftar Danau, Rawa, Situ, Telaga dan Waduk di Kabupaten Serang
NO.
NAMA PERAIRAN
1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
13
15
16
17
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
St. Belungun
St. Ciherang Banjar
St. Teratai
Wd. Cikande
St. Cibiral
St. Rampones
St. Sindang Mandi
St. Tasik Kardi
Rw. Danau
Telaga Wangsa
St. Cirahap
St. Ranca Gede Jakung
Rw. Gede Kawao
Rw. Bojong Herang
Rw. Bojong Pring
Rw. Pasar Raut
Rw. Enang
St. Cibulakan
St. Citaman
Wd. Cilesung
Wd. Belungun
Wd. Ciranjen
Wd. Cibulegar
Wd. Cipaseh
Wd. Citawing
Wd. Ciligawir
Wd. Ciujung Lama
Wd. Lontar
LOKASI
(DESA/KECAMATAN)
Cijeruk/Cikande
Banjar/Cikande
St. Teratai/Cikande
Cikande/Cikande
Tanjungsari/Pabuaran
Sindang Mandi/ Pabuaran
Sindang Mandi/ Pabuaran
Margasana/Kramatwatu
Cinangka/Padarincang
Cipayung/Padarincang
Cipayung/Padarincang
Babakan/Pamarayan
Binuang/Carenang
Pamanuk/Carenang
Gabus/Carenang
Bojong Menteng/Petir
Kemuning/Tunjung Teja
Sukabana/Ciomas
Tamansari/Baros
Sukacai/Baros
Sentul/Kragilan
Junti/Junti
Cibulegar/Cibulegar
Anyer/Anyer
Cinangka/Cinangka
Kadu Embe/Citasuk
Pepetan/Pontang
Lontar/Tirtayasa
LUAS
(HA)
2,5
5,3
26,0
4,0
0,6
VOLUME
AIR (000 M3)
75,5
156,0
390,0
254,0
16,0
2,0
11,0
30,0
220,0
26,0
416,0
4,0
3,0
2,0
4,3
3,2
3,2
60,0
6,9
286,0
46,0
7,1
110,6
480,0
1.300,0
412,0
Ditinjau dari segi klimatologi, menurut klasifikasi Kppen, iklim Kabupaten Serang terdiri
dari beberapa klasifikasi, belahan utara Serang beriklim Monsun Tropis (Ama), belahan
selatan Serang umumnya beriklim Hutan Hujan Tropis (Afa) dan sebagian beriklim
Subtropis (Cfa). Dengan demikian belahan utara Serang mempunyai bulan kering selama
satu bulan atau lebih dalam setahun. Bagian selatan Serang umumnya tidak mempunyai
bulan yang dapat dipastikan sebagai bulan kering. Pada bagian yang beriklim Cfa
mempunyai karakteristik hujan yang serupa dengan daerah bagian selatan Serang, tapi di
daerah tersebut suhu pada bulan terdingin dapat mencapai 18C dan pada bulan
terhangat dapat melebihi 32C.
III - 9
Menurut klasifikasi Mohr daerah Serang memiliki 6 (enam) bulan basah (November-April)
dan 6 (enam) bulan yang tidak termasuk bulan basah maupun bulan kering, yaitu bulan
Mei hingga Oktober. Pada saat bulan basah, curah hujan melebihi laju penguapan. Pada
bulan yang diguyur curah hujan antara 60 mm sampai 100 mm terjadi keseimbangan
antara curah hujan dan besar penguapan. Secara umum daerah Kabupaten Serang
sebenarnya cukup memperoleh air dari hujan secara alami. Oleh karena itu dengan
pengelolaan air-tanah-hutan yang baik dan benar serta sistem irigasi dan drainase yang
baik dan tepat, maka daerah penduduk Kabupaten Serang secara umum sebenarnya
dapat memenuhi kebutuhan airnya sendiri.
Tabel 3.5
Klasifikasi Iklim Kabupaten Serang Menurut Pembagian Kecamatan
Dengan Menggunakan Cara Mohr (1933)
TIPE IKLIM
B1
C2
C3
D1
D2
D3
E2
E3
3.2.
III - 10
Gambar 3.2
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten Serang Tahun 2005-2009
90,00
80,00
70,00
79,22
77,73
66,00
60,67
59,60
79,25
66,80
61,33
59,83
78,61
67,45
62,15
60,96
62,75
67,80
62,05
78,93
63,46
68,27
62,42
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
2005
Indeks Kesehatan
2006
2007
Indeks Pendidikan
2008
Indeks Daya Beli
2009
IPM
III - 11
3.2.1.
Tiga hal pokok yang merupakan komponen utama dan saling berhubungan satu dengan
lainnya dalam terbentuknya suatu wilayah adalah: penduduk, tempat/lokasi, dan
pemerintahan. Kependudukan adalah Karakteristik yang paling mewakili dalam
menentukan gambaran suatu wilayah masalah, karena penduduk sebagai suatu objek
pokok suatu wilayah merupakan komponen yang selalu mengalami perkembangan yang
dinamis dari waktu ke waktu.
Pada tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Serang sebesar 1.364.950 jiwa, sedangkan
pada tahun 2009 jumlah penduduknya berjumlah 1.345.557 jiwa. Dalam kurun waktu tahun
2005-2009, populasi penduduk Kabupaten Serang telah berkembang relatif lamban. Laju
pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 sebesar -4,16%, pada tahun 2007 sebesar
0,91%, pada tahun 2008 sebesar 0,98% dan pada tahun 2009 sebesar 0,95%.
Tabel 3.6
Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Serang Tahun 2005-2009
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Kecamatan
Cinangka
Padarincang
Ciomas
Pabuaran
Gunungsari
Baros
Petir
Tunjung Teja
Cikeusal
Pamarayan
Bandung
Jawilan
Kopo
Cikande
Kibin
Kragilan
Waringinkurung
Mancak
Anyar
Bojonegara
Pulo Ampel
Kramatwatu
Ciruas
2005
58.058
62.542
36.870
37.205
19.117
49.406
51.177
39.939
64.482
40.018
39.252
45.774
46.233
83.703
65.125
69.426
37.752
42.459
48.766
40.213
30.516
88.941
63.371
2009
54,690
61,797
36,621
35,958
19,803
48,996
50,968
39,852
64,471
51,431
30,351
45,124
45,868
81,687
53,987
66,451
36,944
42,105
48,390
39,823
33,725
86,599
69,956
III - 12
No.
24
25
26
27
28
Kecamatan
Pontang
Carenang
Binuang
Tirtayasa
Tanara
Kab. Serang
2005
55.524
42.773
27.023
41.938
37.347
1.364.950
2009
51,811
42,889
27,146
41,382
36,735
1.345.557
Perkembangan persebaran penduduk Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 20072009 (setelah mengalami pemekaran) ditandai oleh Kecamatan Kramatwatu merupakan
wilayah yang paling tinggi jumlah penduduknya yang mencapai sekitar 6,45% sedangkan
Kecamatan Gunungsari merupakan wilayah yang paling rendah jumlah penduduknya yang
mencapai sekitar 1,47%.
Perkembangan kepadatan penduduk Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 20072009 (setelah mengalami pemekaran) mengalami peningkatan seiring dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk. Kondisi ini tercermin dari semakin meningkatnya
kepadatan penduduk Kabupaten Serang yaitu dari sekitar 899,59 jiwa/km2 pada tahun
2007 menjadi sekitar 908,31 jiwa/km2 pada tahun 2009. Dalam kurun waktu tersebut,
Kecamatan Kramatwatu merupkan kecamatan yang tertinggi kepadatan penduduknya
yang mencapai sekitar 1.769 jiwa/km2 sedangkan Kecamatan Gunungsari merupakan
kecamatan yang terendah kepadatan penduduknya yang mencapai sekitar 403,45
jiwa/km2.
Tabel 3.7
Perkembangan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kecamatan
Cinangka
Padarincang
Ciomas
Pabuaran
Gunungsari
Baros
Petir
Tunjung Teja
Cikeusal
Pamarayan
Luas
Wilayah
(Km2)
111,47
99,12
48,53
79,14
48,60
44,07
46,94
39,52
88,25
41,92
III - 13
No
Kecamatan
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Bandung
Jawilan
Kopo
Cikande
Kibin
Kragilan
Waringinkurung
Mancak
Anyar
Bojonegara
Pulo Ampel
Kramatwatu
Ciruas
Pontang
Carenang
Binuang
Tirtayasa
Tanara
Kab. Serang
Luas
Wilayah
(Km2)
25,18
38,95
44,69
50,53
33,51
51,56
51,29
74,03
56,81
30,30
32,56
48,59
40,61
64,85
36,40
26,17
64,46
49,30
1.467,35
Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan besamya
penduduk yang datang. Angka kelahiran yang tinggi akan mengakibatkan komposisi
penduduk cenderung pada kelompok usia muda. Keberhasilan pembangunan bidang
kependudukan secara umum terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur,
apabila semakin rendah proporsi penduduk tidak produktif, yaitu penduduk muda usia (014 tahun) dan penduduk usia lanjut (65 tahun keatas) maka angka beban ketergantungan
atau beban tanggungan (dependency ratio) semakin rendah. Komposisi penduduk Serang
untuk kelompok penduduk usia produktif cukup tinggi, dan apabila diimbangi dengan
kualitas yang baik akan menjadi sumber daya penting bagi pembangunan.
Tabel 3.8
Keadaan Kependudukan di Kabupaten Serang
Tahun 2007-2009
No
Uraian
1
2
3
4
2007
1.320.008
0,91
899,59
103,25
670.543
Tahun
2008
1.332.914
0,98
908,38
103,47
677.816
2009
1.345.495
0,94
916,96
103,47
684.243
RataRata
0,94
908,31
-
III - 14
No
5
Uraian
Jumlah Penduduk Perempuan (Jiwa)
Angka Beban Ketergantungan
(Dependency Ratio)
Jumlah Penduduk Usia 0-14 Tahun
(Anak)
Jumlah Penduduk Usia 15-64 Tahun
(Produktif)
Jumlah Penduduk Usia 65+ (Lansia)
2007
649.465
Tahun
2008
655.098
2009
661.314
62,68
64,03
65,00
63,90
451.422
436.983
433.249
827.420
41.166
853.454
39.781
874.572
37.674
RataRata
-
Berdasarkan komposisi umur, 65% dari jumlah penduduk tahun 2009 merupakan
penduduk usia 15-65 tahun atau penduduk usia produktif. Sedangkan sisanya adalah
penduduk usia belum/tidak produktif sebesar 35%. Dengan demikian, angka beban
ketergantungan hingga tahun 2009 adalah sebesar 65,00 atau dapat dinyatakan bahwa
setiap 100 orang penduduk produktif menanggung 65 orang penduduk tidak/belum
produktif.
Berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2009, penduduk Kabupaten Serang jumlahnya
hampir berimbang antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Dari 1.345.557 jiwa
penduduk Kabupaten Serang, penduduk perempuan sejumlah 661.314 jiwa atau sekitar
49,15%, sementara penduduk laki-laki sebesar 684.243 jiwa atau sekitar 50,85% dari total
penduduk Kabupaten Serang.
Tabel 3.9
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
No
1
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
2007
(Jiwa)
%
670.544 50,80
649.464 49,20
1.320.008
100
2008
(Jiwa)
%
677.816 50,85
655.098 49,15
1.332.914
100
2009
(Jiwa)
%
684.243 50,85
661.314 49,15
1.345.557
100
3.2.2.
Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam proses pembangunan nasional dan
regional. Pembangunan bidang pendidikan akan meningkatkan kualitas SDM (Sumber
Daya Manusia) yang ada pada suatu wilayah. Peningkatan kualitas pendidikan juga akan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang
Tahun 2011-2015
III - 15
meningkatkan daya saing dalam memasuki dunia kerja. Dengan pendidikan pula,
memudahkan pemerintah dalam mentransfer tujuan pembangunan kepada masyarakat
karena tingkat pemahaman masyarakat akan lebih baik kalau pendidikan juga lebih baik.
Upaya melaksanakan pembangunan di bidang pendidikan yang terarah dan tepat sasaran
telah ditentukan visi pendidikan nasional yaitu "terwujudnya masyarakat Indonesia yang
damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di dukung oleh manusia Indonesia yang
sehat, mandiri, beriman, betaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air berdasarkan hukum dan
lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi
serta berdisiplin".
A. Tingkat Pendidikan
Tolak ukur yang sangat mendasar di bidang pendidikan adalah kemampuan membaca
dan menulis penduduk dewasa. Kemampuan membaca dan menulis dibedakan
terhadap huruf latin, huruf lainnya, dan tidak dapat membaca dan menulis. Dalam hal
ini yang dimaksud buta huruf adalah penduduk yang tidak dapat membaca dan
menulis huruf latin. Kemampuan membaca dan menulis huruf latin akan menjadikan
seseorang mampu untuk menambah pengetahuan baik dari media cetak maupun
media elektronik.
Kemampuan baca tulis tercermin dari data Angka Melek Huruf, dalam hal ini
merupakan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan
menulis huruf latin. Penduduk Serang yang sudah mampu membaca dan menulis
huruf latin tahun 2009 mencapai 94,77 persen, sisanya sebanyak 5,23 persen adalah
penduduk yang belum dapat membaca dan menulis (buta huruf). Penduduk yang tidak
dapat membaca dan menulis sebagian besar terkonsentrasi pada penduduk usia tua
yaitu penduduk yang berumur 45 tahun keatas.
Bila dibandingkan antara penduduk laki-laki dan perempuan, maka penduduk laki-laki
Iebih banyak yang sudah mampu membaca dan menulis, yaitu untuk penduduk lakilaki sebesar 97,87 persen, sedangkan untuk perempuan sebesar 93,07 persen. Bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kemampuan baca tulis masyarakat Serang
tahun 2009 mengalami peningkatan yaitu dari 94,55 persen tahun 2007 menjadi 94,77
persen pada tahun 2009.
III - 16
Indikator lain untuk melihat tingkat pendidikan adalah Rata-rata Lama Sekolah (RLS),
Rata-rata lama sekolah menunjukkan berapa lama penduduk Serang mampu
menyekolahkan anaknya Rata-rata lama sekolah penduduk Serang tahun 2009
mencapai 7,12 tahun, ini berarti rata-rata pendidikan penduduk Serang baru sampai
jenjang SLTP kelas satu. Jadi secara umum tingkat pendidikan yang ditamatkan
penduduk Serang baru lulus SD dan sedikit yang melanjutkan ke SLTP.
Selain indikator Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah, gambaran kualitas
SDM Serang dapat dilihat juga dari pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk itu
sendiri. Pendidikan yang ditamatkan penduduk Serang tahun 2008 paling banyak
adalah masih tingkat SD sederajat yaitu sebesar 33,35 persen. Sedangkan SLTP
hanya 16,94 persen. Yang sangat mengkhawatirkan adalah masih banyak penduduk
yang tidak/belum tamat SD/sederajat yang mencapai 35,50 persen, dimana pada
kelompok ini masih terindikasi adanya penduduk diluar usia wajar dikdas (usia
dewasa/tua).
Gambar 3.3
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Tahun 2008
SLTA/Sederajat;
12,26
Universitas; 1,95
SLTP/Sederajat;
16,94
Tidak/Belum
Tamat
SD/Sederajat;
35,50
SD/Sederajat;
33,35
Bila melihat komposisi pendidikan yang ditamatkan berdasarkan gender, maka tertihat
penduduk laki-laki lebih baik dibandingkan penduduk perempuan. Hal ini tertihat dari
penduduk perempuan yang belum atau tidak lulus SD serta yang belum pemah
sekolah lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Hal ini dimungkinkan adanya
faktor budaya pada sebagian masyarakat yang lebih mementingkan pendidikan untuk
anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
III - 17
Tabel 3.10
Keadaan Pendidikan di Kabupaten Serang
Tahun 2007-2009
No
Uraian
Satuan
%
Tahun
2007
94,55
6,95
%
%
%
%
%
Tahun
2008
94,60
7,00
2009
94,77
7,12
35,50
33,35
16,94
12,26
1,95
%
%
%
97,77
78,64
45,22
97,89
78,93
43,74
%
%
%
105,28
86,47
43,92
103,45
77,35
33,55
%
%
%
94,79
56,4
32,27
96,00
62,31
33,55
61
708
135
62
70
716
142
84
71
717
155
94
Orang
Orang
Orang
Orang
220
6.910
2.799
1.496
327
8.116
3.235
1.993
259
7.611
3.214
2.191
Orang
Orang
Orang
Orang
2.816
187.729
42.737
19.978
3.134
191.156
47.740
24.097
2.846
188.095
50.400
26.323
12,80
27,17
15,27
13,35
9,58
23,55
14,76
12,09
10,99
24,71
15,68
12,01
Unit
Unit
Unit
Unit
98,01
79,22
42,26
III - 18
III - 19
Bila dibandingkan ketiga indikator partisipasi sekolah baik APS, APM maupun APK
pada jenjang pendidikan SD, SMP maupun SMA dapat terlihat perbandingan antara
anak yang bersekolah tepat pada usia sekolah atau anak yang sekolah tidak tepat
pada usia sekolahnya. Untuk anak usia SD, APK lebih besar dibandingkan APS, ini
menunjukkan bahwa anak yang usianya bukan usia SD tapi bersekolah di SD Iebih
banyak dibandingkan anak usia SD yang bersekolah bukan di SD. Sedangkan anak
usia SMP dan SMA terlihat APS Iebih besar dari APK, ini menunjukkan bahwa anak
usia SMP dan SMA yang bersekolah bukan di SMP dan SMA Iebih banyak
dibandingkan anak bukan usia SMP dan SMA yang bersekolah di SMP dan SMA.
Sementara itu, terkait dengan partisipasi sekolah perlu diperhatikan juga
perkembangan jumlah murid sekolah. Untuk jumlah murid TK/Sederajat di Kabupaten
Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 mengalami peningkatan. Kondisi ini
dicerminkan oleh bertambahnya jumlah murid dari 2.816 siswa pada tahun 2007
menjadi 2.846 siswa pada tahun 2009.
Untuk jumlah murid SD/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun
2007-2009 kondisinya juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh
bertambahnya jumlah murid dari 187.729 siswa pada tahun 2007 menjadi 188.095
siswa pada tahun 2009.
Adapun jumlah murid SMP/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun
2007-2009 jumahnya mengalami peningkatan yang cukup pesat. Kondisi ini
dicerminkan oleh bertambahnya jumlah murid dari 42.737 siswa pada tahun 2007
menjadi 50.400 siswa pada tahun 2009.
Demikian halnya jumlah murid SMA/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun
waktu tahun 2007-2009 juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Kondisi ini
dicerminkan oleh bertambahnya jumlah murid dari 19.978 siswa pada tahun 2007
menjadi 26.323 siswa pada tahun 2009.
C. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan khususnya sarana berupa gedung merupakan hal yang penting
karena merupakan tempat di mana terjadinya proses Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM). Selain itu ketersediaan tenaga pengajar yang memenuhi kualifikasi dan
berkualitas merupakan hal yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di
suatu wilayah.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang
Tahun 2011-2015
III - 20
Jumlah sekolah TK/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 20072009 mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah
sekolah dari 61 sekolah pada tahun 2007 menjadi 71 sekolah pada tahun 2009.
Demikian pula jumlah guru TK/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu
yang sama jumlahnya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh
bertambahnya jumlah guru dari 220 orang pada tahun 2007 menjadi 259 orang pada
tahun 2009.
Rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah sekolah TK/Sederajat di Kabupaten
Serang pada tahun 2009 mencapai 40,08, artinya setiap satu TK rata-rata
menampung 40 siswa. Adapun rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah guru
TK/Sederajat pada tahun yang sama adalah sebesar 10,99, artinya setiap satu guru
TK rata-rata mengajar 10-11 siswa.
Jumlah sekolah SD/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 20072009 juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah
sekolah dari 708 sekolah pada tahun 2007 menjadi 717 sekolah pada tahun 2009.
Demikian pula jumlah guru SD/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu
yang sama juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya
jumlah guru dari 6.910 orang pada tahun 2007 menjadi 7.611 orang pada tahun 2009.
Dengan kondisi demikian, maka rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah sekolah
SD/Sederajat di Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 262,34, artinya setiap
satu SD rata-rata menampung 262 siswa. Adapun rasio rata-rata jumlah murid
terhadap jumlah guru SD/Sederajat pada tahun yang sama adalah sebesar 24,71,
artinya setiap satu guru SD rata-rata mengajar 25 siswa.
Adapun jumlah SMP/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 20072009 juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh bertambahnya jumlah
sekolah dari 135 sekolah pada tahun 2007 menjadi 155 sekolah pada tahun 2009.
Demikian pula jumlah guru SMP/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu
tahun 2007-2009 mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya
jumlah guru dari 2.799 orang pada tahun 2007 menjadi 3.214 orang pada tahun 2009.
Dengan kondisi demikian, maka rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah sekolah
SMP/Sederajat di Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 325,16, artinya
setiap satu SMP rata-rata menampung 325 siswa. Adapun rasio rata-rata jumlah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang
Tahun 2011-2015
III - 21
murid terhadap jumlah guru SMP/Sederajat pada tahun yang sama adalah sebesar
15,68, artinya setiap satu guru SMP rata-rata mengajar 15 siswa.
Demikian halnya dengan kondisi SMA/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun
waktu tahun 2007-2009 jumlahnya terus mengalami peningkatan. Kondisi ini
dicerminkan dengan bertambahnya jumlah sekolah dari 62 sekolah pada tahun 2007
menjadi 94 sekolah pada tahun 2009. Demikian pula jumlah guru SMA/Sederajat di
Kabupaten Serang dalam kurun waktu yang sama juga mengalami peningkatan.
Kondisi ini dicerminkan dari meningkatnya jumlah guru dari 1.496 orang pada tahun
2007 menjadi 2.191 orang pada tahun 2009.
Dengan kondisi tersebut, maka rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah sekolah
SMA/Sederajat di Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 280,03, artinya
setiap satu SMA rata-rata menampung 280 siswa. Adapun rasio rata-rata jumlah
murid terhadap jumlah guru SMA/Sederajat pada tahun yang sama adalah sebesar
12,01, artinya setiap satu guru SMA rata-rata mengajar 12 siswa.
Adapun kondisi perkembangan pondok pesantren yang juga merupakan salah satu
sarana pendidikan masyarakat, khususnya pendidikan agama, setiap tahunnya
cenderung menurun. Jumlah pondok pesantren di Kabupaten Serang pada tahun
2007 berjumlah 717, sedangkan pada tahun 2009 berkurang menjadi sejumlah 657.
Demikian juga jumlah kiyai/pengajar pada tahun 2007 berjumlah 780, sedangkan
pada tahun 2009 berjumlah 684. Namun tidak demikian dengan perkembangan
jumlah santri yang belajar di pondok pesantren, dimana perkembangannya justru
cenderung meningkat. Jumlah santri pada tahun 2007 laki-laki berjumlah 18.058 santri
dan perempuan berjumlah 12.692 santri. Sedangkan pada tahun 2009 meningkat
menjadi, santri laki-laki berjumlah 18.416 santri dan santri perempuan berjumlah
12.856 santri. Kondisi tersebut tentunya perlu menjadi perhatian serius pemerintah,
mengingat strategisnya peran pondok pesantren dalam membangun sumberdaya
manusia di Kabupaten Serang.
3.2.3.
Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan). Pembangunan kesehatan bertujuan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang
Tahun 2011-2015
III - 22
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasii
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat derajat kesehatan penduduk
adalah Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup. Selain itu aspek penting
lainnya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan antara
lain diukur melaiui angka kesakitan atau tingkat keluhan kesehatan.
A. Angka Kematian
Kematian merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai penyebab kematian baik
langsung maupun tidak langsung. Kematian juga berhubungan erat dengan permasalahan
kesehatan akibat berbagai hal seperti gangguan penyakit, kecelakaan, faktor kualitas
layanan kesehatan, atau akibat proses interaksi berbagai faktor. Jumlah kejadian kematian
pada periode waktu dan pada kelompok usia tertentu, dapat memberi gambaran dari
waktu ke waktu, dan dapat memberi gambaran perkembangan derajat kesehatan dan
dapat digunakan dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program
pembangunan kesehatan.
Berikut ini kondisi jumlah angka kematian yang tercatat dan terlaporkan di Kabupaten
Serang pada tahun 2009:
1. Jumlah Kematian Bayi
Jumlah kematian neonatal (0-28 hari) pada tahun 2009 sebanyak 144 kasus dari
30.094 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian neonatal di Kabupaten Serang
diantaranya adalah BBLR 48 kasus, asfiksia 55 kasus, tetanus neonatrum 5 kasus,
infeksi 4 kasus, dan lain-lain 31 kasus. Sementara itu jumlah kematian bayi (1-12
bulan) pada tahun 2009 adalah sebesar 27 kasus. Penyebab utama kematian bayi
adalah Diare sebanyak 1 kasus, ISPA 3 kasus, Infeksi 8 kasus, dan penyebab lain 15
kasus.
Tingkat kematian neonatal dan bayi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
kesadaran ibu dalam memeriksakan diri ke tenaga kesehatan secara teratur selama
kehamilan dan pelayanan kesehatan bayi muda, cakupan imunisasi, asupan gizi yang
adekuat, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, deteksi dini tumbuh
kembang (DDTK), layanan posyandu serta sarana dan prasarana yang tersedia, serta
beberapa faktor lainnya.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang
Tahun 2011-2015
III - 23
Jumlah kematian balita adalah jumlah kematian anak umur 1-4 tahun. Kematian balita
menggambarkan masalah kesehatan anak serta faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Jumlah
kematian balita di Kabupaten Serang yang terjadi pada tahun 2009 sebanyak 9 orang
dari 141.282 balita yang ada atau 0,006%.
2.
III - 24
Kasus kematian ibu juga sangat dipengaruhi adanya kesadaran masyarakat dalam
melakukan pemeliharaan dan pemeriksaan kehamilannya sesuai dengan standar
kualitas pelayanan kebidanan yaitu melalui pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali
(K4). Persoalan bidan di bidang pemberian layanan kesehatan ibu dan anak adalah
dari 406 bidan, baru 86 orang (21,2%) bidan yang terlatih Asuhan Persalinan Normal
(APN), ini juga sangat mempengaruhi kematian ibu dimana tahun 2009 kematian ibu
sebanyak 62 orang, 19 ibu meninggal ditolong oleh bidan. Hal ini kemungkinan
disebabkan bidan yang menolong persalinan tidak berkualifikasi/terlatih APN.
3.
B. Angka Kesakitan
Selama tahun 2009, terhimpun informasi jumlah kesakitan yang diperoleh dari pelayanan
kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan, baik pencatatan dan pelaporan rutin
maupun insidentil. Informasi tersebut adalah sebagai berikut:
1.
TB Paru
TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium
tuberkulosis. Kasus TB Paru BTA (+) baru pada tahun 2009 ditemukan sejumlah
1.416 kasus. Sementara itu, dari 1.590 TB Paru BTA (+) baru yang ditemukan dan di
obati pada tahun 2008, sebanyak 1.507 kasus (94.8%) dinyatakan sembuh.
III - 25
2.
3.
HIV/AIDS
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Serang (klinik VCT) jumlah
temuan HIV/AIDS pada tahun 2009 sebanyak 22 kasus, dan 7 kasus diantaranya
sudah AIDS serta 2 orang telah meninggal dunia. Adapun menurut laporan UTDC
PMI Serang, pada tahun 2009 diketahui jumlah penderita HIV di Kabupaten Serang
sebanyak 45 orang.
4.
Pneumonia
Angka kematian pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan mencapai 21%.
Adapun angka kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita
setiap tahunnya. Untuk kasus pneumonia di Kabupaten Serang selama tahun 2009
terjadi sebesar 2.476 kasus, dengan 2.198 penderitanya adalah balita.
5.
Diare
Penyakit diare erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan, penyediaan air bersih
dan perilaku kesehatan. Jika ketiga komponen tersebut memenuhi syarat kesehatan
maka penyebaran penyakit ini dapat ditekan. Kasus diare juga merupakan kasus
yang banyak diderita balita, karena kondisi fisik yang masih rentan terhadap penyakit
ini. Di Kabupaten Serang pada tahun 2009 terdapat 37.127 kasus diare, 19.294 kasus
terjadi pada balita dan 100% berhasil ditangani. Di Kabupaten Serang penyediaan air
bersih baru mencakup 59,70%. Hal ini jelas sangat kurang mengingat air bersih
merupakan komponen terpenting dalam menunjang kehidupan yang sehat.
Disamping itu kepemilikan jamban keluarga juga baru mencapai 38,0%. Jamban
keluarga mutlak diperlukan agar penyebaran penyakit akibat tinja manusia dapat
dihindari.
III - 26
6.
Malaria
Setidaknya dalam lima tahun terakhir (2005 - 2009) kasus malaria di Kabupaten
Serang perkembangannya mengalami fluktuasi dengan kecenderungan yang semakin
berkurang. Pada tahun 2005 di Kabupaten Serang ditemukan 6 kasus, tahun 2006
meningkat menjadi 15 kasus, tahun 2007 menurun menjadi 13 kasus, tahun 2008
kembali menurun menjadi 5 kasus, dan pada tahun 2009 menurun lagi menjadi 4
kasus. Di Kabupaten Serang terdapat beberapa daerah yang potensial terkena
penyakit malaria seperti Cinangka dan Anyer, karena lingkungan daerah tersebut
sangat mendukung vektor penular penyakit malaria.
III - 27
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan ketersediaan sumber daya manusia dalam hal
ini tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan
paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Disamping ketersediaan tenaga kesehatan, fasilitas atau sarana
kesehatan juga merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
pembangunan kesehatan. Kondisi dan ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas
kesehatan di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut.
1.
Dokter
Jumlah dokter di puskesmas se Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 20072009 kecenderungannya mengalami penurunan. Kondisi ini dicerminkan oleh
menurunnya jumlah dokter umum dari 43 dokter pada tahun 2007 menjadi 34 dokter
pada tahun 2009. Sementara jumlah dokter gigi menurun dari 21 dokter pada 2007
menjadi 19 dokter pada 2009. Dari jumlah tersebut diketahui bahwa rasio dokter
umum pada tahun 2009 yakni sebesar 2,5 per 100.000 penduduk, sedangkan rasio
dokter gigi hanya sebesar 1,4 per 100.000 penduduk.
III - 28
Kondisi tersebut menunjukan bahwa ketersediaan dokter umum dan dokter gigi masih
minim sekali, yakni diperkirakan hanya sekitar 2-3 dokter umum dan 1-2 dokter gigi
yang melayani setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang. Angka tersebut
berada jauh dibawah target pencapaian Indonesia Sehat 2010 yakni dokter umum 40
per 100.000 penduduk dan dokter gigi 11 per 100.000 penduduk.
2.
Bidan
Jumlah bidan di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 jumlahnya
terus mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah
bidan dari 371 orang pada tahun 2007 menjadi 425 orang pada tahun 2009. Dari
jumlah tersebut diketahui bahwa rasio bidan pada tahun 2009 yakni sebesar 31,6 per
100.000 penduduk. Kondisi tersebut menunjukan bahwa ketersediaan bidan masih
minim sekali, yakni diperkirakan hanya sekitar 31-32 bidan yang melayani setiap
100.000 penduduk di Kabupaten Serang. Angka tersebut masih berada dibawah
target pencapaian Indonesia Sehat 2010 yakni 100 bidan per 100.000 penduduk.
3.
III - 29
Tabel 3.11
Perkembangan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Serang
Tahun 2007-2009
No.
Uraian
1
2
3
4
5
Dokter Umum
Dokter Gigi
Bidan
Kesehatan non Dokter (Paramedis)
Dukun Bayi
2007
43
21
371
614
1.183
Tahun
2008
50
22
412
245
1.193
2009
34
19
425
243
1.226
Adapun perkembangan kondisi fasilitas kesehatan yang meliputi puskesmas, apotik, toko
obat dan lainnya, yang ada di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut.
1.
Puskesmas
Di Kabupaten Serang distribusi Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakat sedianya telah tersedia merata di seluruh
kecamatan, bahkan pada beberapa kecamatan sampai tersedia lebih dari 1 (satu)
puskesmas. Pada tahun 2009 secara keseluruhan jumlah puskesmas yang ada di
Kabupaten Serang mencapai 30 puskesmas. Dengan demikian rata-rata rasio
puskesmas terhadap 100.000 penduduk adalah sebesar 2,2. Ini berarti bahwa pada
tahun 2009 setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang rata-rata dilayani oleh 2
puskesmas.
2.
Puskesmas Pembantu
Hingga tahun 2009, keberadaan puskesmas pembantu di Kabupaten Serang
jumlahnya telah mencapai 48 unit. Dengan jumlah desa di Kabupaten Serang pada
tahun yang sama mencapai 314 desa, maka rata-rata rasio puskesmas pembantu
terhadap jumlah desa adalah sebesar 6,5. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap
satu puskesmas pembantu di Kabupaten Serang rata-rata melayani 6-7 desa.
3.
Puskesmas Keliling
Keberadaan puskesmas keliling di Kabupaten Serang hingga tahun 2009 jumlahnya
telah mencapai 85 unit. Dengan jumlah desa di Kabupaten Serang pada tahun yang
sama mencapai 314 desa, maka rata-rata rasio puskesmas keliling terhadap jumlah
desa adalah sebesar 3,7. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap satu puskesmas
keliling di Kabupaten Serang rata-rata melayani 3-4 desa.
III - 30
4.
Apotik
Keberadaan apotik di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 2007-2009 jumlahnya
mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah apotik
dari 10 unit pada tahun 2007 menjadi 21 unit pada tahun 2009. Dengan demikian
rata-rata rasio apotik terhadap 100.000 penduduk adalah sebesar 1,6. Ini berarti
bahwa pada tahun 2009 setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang rata-rata
dilayani oleh 1-2 apotik.
5.
Balai Pengobatan
Keberadaan balai pengobatan di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 2007-2009
jumlahnya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah
balai pengobatan dari 15 unit pada tahun 2007 menjadi 26 unit pada tahun 2009.
Dengan demikian rata-rata rasio balai pengobatan terhadap 100.000 penduduk
adalah sebesar 1,9. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap 100.000 penduduk di
Kabupaten Serang rata-rata dilayani oleh 1-2 balai pengobatan.
6.
Posyandu
Keberadaan posyandu di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 2007-2009
jumlahnya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah
posyandu dari 1.435 unit pada tahun 2007 menjadi 1.505 unit pada tahun 2009.
Dengan jumlah puskesmas di Kabupaten Serang pada tahun yang sama mencapai
30 puskesmas, maka rata-rata rasio puskesmas terhadap jumlah posyandu adalah
sebesar 50,2. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap satu puskesmas di Kabupaten
Serang rata-rata membawahi 50 posyandu.
7.
Polindes
Hingga tahun 2009, keberadaan polindes di Kabupaten Serang jumlahnya telah
mencapai 35 unit. Dengan jumlah puskesmas di Kabupaten Serang pada tahun yang
sama mencapai 30 puskesmas, maka rata-rata rasio puskesmas terhadap jumlah
polindes adalah sebesar 1,2. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap satu
puskesmas di Kabupaten Serang rata-rata membawahi 1 polindes.
8.
Poskesdes
Hingga tahun 2009, keberadaan poskesdes di Kabupaten Serang jumlahnya telah
mencapai 21 unit. Dengan jumlah puskesmas di Kabupaten Serang pada tahun yang
sama mencapai 30 puskesmas, maka rata-rata rasio puskesmas terhadap jumlah
III - 31
poskesdes adalah sebesar 0,7. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap satu
puskesmas di Kabupaten Serang rata-rata membawahi 1 poskesdes.
Tabel 3.12
Perkembangan Jumlah Fasilitas Kesehatan
di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Uraian
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Apotik
Balai Pengobatan
Posyandu
Polindes
Poskesdes
2007
28
49
31
10
15
1.435
48
18
Tahun
2008
30
48
35
16
33
1.476
41
20
2009
30
48
85
21
26
1.505
35
21
3.2.4.
III - 32
Disamping program Keluarga Berencana, hal lain yang juga mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap tinggi rendahnya tingkat fertilitas adalah faktor usia perkawinan
pertama. Ini dikarenakan panjangnya masa reproduksi seorang perempuan berkaitan
dengan umur pertama kali perempuan melakukan perkawinan. Semakin muda usia
perkawinan pertama seorang perempuan, maka peluang untuk memiliki anak lebih banyak
semakin besar karena panjangnya masa reproduksi seorang perempuan yang kawin
muda. Pendewasaan usia kawin merupakan salah satu komponen vital yang turut
menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kebahagiaan keluarga termasuk
juga kesehatan ibu. Pemerintah Kabupaten Serang harus lebih serius dalam memberikan
penyuluhan tentang usia perkawinan pertama, seiring dengan masih besarnya
kecenderungan masyarakat Kabupaten Serang yang melangsungkan perkawinan pada
usia muda.
Pada tahun 2008 dari sejumlah perempuan yang pemah kawin, persentase perempuan
yang melangsungkan perkawinan pertamanya pada umur 16 tahun tercatat sebanyak
32,81%. Angka tersebut pada dasarnya mengalami penurunan dibandingkan tahun 2006
yang besarnya 34,12%. Namun angka ini dianggap masih cukup tinggi dan sangat
berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan.
Secara umum, pada tahun 2008 rata-rata usia perkawinan pertama perempuan di
Kabupaten Serang adalah pada usia 18,12 tahun, relatif lebih baik (dewasa) dibandingkan
tahun 2006 yaitu rata-rata pada usia 17,93 tahun.
Namun demikian, apabila diperbandingkan maka kondisi usia perkawinan pertama
perempuan di Kabupaten Serang pada tahun 2008 tersebut belum mencapai program
(anjuran) pemerintah, karena dalam program pemerintah dianjurkan bahwa usia
perkawinan pertama seorang perempuan minimal 20 tahun, sedangkan kondisi di
Kabupaten Serang pada tahun 2008 secara rata-rata usia perkawinan pertama seorang
perempuan baru mencapai 18,12 tahun. Kondisi ini tentunya cukup memprihatinkan
karena berimplikasi pada resiko yang ditanggung oleh perempuan yang menikah pada
usia belum cukup umur akan jauh lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang
menikah pada usia cukup umur. Perempuan yang menikah di usia muda, secara fisik
sangat beresiko mengalami gangguan kelangsungan hidup baik bagi dirinya maupun
anaknya.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari usia perkawinan muda, secara mental umumnya
rentan terhadap perceraian karena emosi yang belum stabil. Disamping itu wanita yang
melangsungkan perkawinan pada usia muda, akan menambah panjang masa fertilitas dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang
Tahun 2011-2015
III - 33
seorang ibu, dengan bertambah panjangnya masa fertilitas seorang ibu maka berimplikasi
pada tingginya Iaju pertumbuhan penduduk di suatu daerah karena dengan panjangnya
masa fertilitas seorang ibu maka peluang untuk mempunyai anak lebih banyak dibanding
dengan perempuan yang masa fertilitasnya lebih pendek.
3.2.5.
Sosial
III - 34
pola konsumsi rumah tangga secara umum dengan menggunakan indikator proporsi
pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan.
A. Jumlah Penduduk Miskin dan PMKS
Permasalahan kesejahteraan sosial merupakan masalah yang sangat kompleks dan akan
terus berkembang bersama dengan perkembangan masyarakat. Hal tersebut muncul
disebabkan oleh perubahan-perubahan masyarakat yang selalu menunjukan
perkembangan di segala bidang baik ekonomi, sosial, budaya dan khususnya teknologi.
Seiring dengan kemajuan yang dicapai maka dampaknya semakin dirasakan, yaitu
terjadinya kesenjangan sosial pada beberapa aspek kehidupan. Satu sisi menunjukan
kemajuan dan meningkatkan mutu kehidupan, sedangkan di sisi lain menunjukan makin
tertinggalnya kelompok-kelompok tertentu oleh kemajuan-kemajuan tersebut. Kelompokkelompok ini dikatakan sebagai bermasalah karena keberadaannya menyebabkan dampak
negatif terhadap pembangunan yang sedang dilaksanakan. Berkembangnya kelompok ini
merupakan masalah sosial dan lebih lanjut merupakan penghambat pembangunan.
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang, keluarga atau
kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan, tidak dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanyan tidak dapat menjalin hubungan yang
serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan
hidupnya (jasmani, rohani, dan sosial) secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan
dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecacatan,
ketunasosialan, keterbelakangan atau keterasingan, dan kondisi atau perubahan
lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung atau menguntungkan.
Deskripsi mengenai perkembangan jumlah penyandang kesejahteraan sosial di kabupaten
Serang dalam beberapa tahun terakhir menunjukan adanya penurunan jumlah pada
beberapa kriteria PMKS. Namun demikian masih terdapat juga penyandang masalah
sosial yang jumlahnya masih tinggi dan cenderung bertambah setiap tahunnya.
III - 35
Tabel 3.13
Keadaan Kesejahteraan Sosial Penduduk
di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Uraian
Anak Terlantar
Anak Nakal
Lansia/jompo
Korban Narkotika
Gelandangan dan Pengemis
Penyandang Cacat
Wanita Pekerja Seks Komersil
Fakir Miskin
2007
7.061
241
9.430
24
608
6.736
42
54.012
Tahun
2008
6.513
218
9.226
10
914
4.815
26
92.418
2009
4.119
210
8.809
89
444
4.993
105
96.738
III - 36
Tabel 3.14
Jumlah Keluarga Miskin Per Kecamatan
di Kabupaten Serang Tahun 2009
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Kecamatan
Cinangka
Padarincang
Ciomas
Pabuaran
Gunungsari
Baros
Petir
Tunjung Teja
Cikeusal
Pamarayan
Bandung
Jawilan
Kopo
Cikande
Kibin
Kragilan
Waringinkurung
Mancak
Anyar
Bojonegara
Pulo Ampel
Kramatwatu
Ciruas
Pontang
Carenang
Binuang
Tirtayasa
Tanara
Kab. Serang
Jumlah
KK
KK Miskin
14.781
5.950
15.837
3.648
9.755
3.090
7.755
1.884
4.817
1.082
12.025
3.155
13.156
3.290
9.323
2.383
16.598
3.736
12.288
3.033
7.856
1.713
12.274
3.355
11.869
3.658
20.387
5.466
10.409
2.238
17.293
2.431
9.906
959
10.084
2.920
13.609
3.838
11.311
2.221
9.194
2.093
19.126
3.275
18.294
5.108
13.580
4.846
11.298
3.567
7.227
4.276
10.667
4.306
9.212
3.894
339.931
91.415
%
40,25
23,03
31,68
24,29
22,46
26,24
25,01
25,56
22,51
24,68
21,80
27,33
30,82
26,81
21,50
14,06
9,68
28,96
28,20
19,64
22,76
17,12
27,92
35,68
31,57
59,17
40,37
42,27
26,89
III - 37
III - 38
berkurang pada tahun 2009 menjadi sebesar 90.849 keluarga. Sementara itu, jumlah
keluarga Sejahtera III Plus pada tahun 2007 berjumlah 16.566 keluarga, dan pada tahun
2009 berkurang menjadi 12.062 keluarga.
Gambar 3.4
Jumlah Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan
di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
140.000
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
-
2007
2008
2009
109.208
91.731
90.849
Keluarga Sejahtera I
103.670
77.606
81.377
Keluarga Sejahtera II
132.246
92.440
97.065
77.676
56.679
58.578
16.566
11.765
12.062
Kondisi tersebut di atas menunjukan bahwa secara umum tingkat kesejahteraan keluarga
di Kabupaten Serang hingga tahun 2009 berada pada tingkat menengah bawah, yang
berarti bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Serang masih belum cukup
baik.
C. Jumlah Keluarga yang Terkena Bencana
Kondisi pembangunan sosial masyarakat terkait pula dengan masalah penanggulangan
korban bencana, baik berupa bencana alam maupun bencana sosial. Jumlah keluarga
yang terkena bencana alam di Kabupaten Serang pada tahun 2007 sebanyak 57 keluarga
yang terdiri dari korban banjir 8 keluarga, kebakaran 14 keluarga, angin topan 18 keluarga,
tanah longsor 2 keluarga dan 9 keluarga terkena bencana lainnya. Sedangkan jumlah
keluarga yang terkena bencana alam pada tahun 2009 meningkat menjadi 3.679 keluarga
yang terdiri dari korban banjir 1.338 keluarga, kebakaran 35 keluarga, angin topan 2.287
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang
Tahun 2011-2015
III - 39
keluarga, tanah longsor 17 keluarga dan 2 keluarga terkena bencana lainnya. Jumlah
kerugian yang diakibatkan bencana alam pada tahun 2009 menimbulkan 10 korban jiwa
meninggal dan 4.508 jiwa menderita. Disamping itu kerugian materi berupa kerusakan
rumah mencapai 4.509 unit.
3.2.6.
Isu mengenai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan salah satu
isu strategis nasional saat ini. Di Kabupaten Serang sendiri, telah dilakukan beberapa
program terkait dengan upaya pemberdayaan perempuan seperti program keserasian
kebijakan peningkatan kualitas anak dan perempuan, penguatan kelembagaan
pengarusutamaan gender dan anak, peningkatan kualitas hidup dan perlindungan
perempuan, dan peningkatan peran serta serta kesetaran gender dalam pembangunan.
Peran strategis perempuan sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga
diharapkan mampu memberikan kontribusi besar dalam mencetak generasi-generasi yang
mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan, sehingga aspek pendidikan perempuan
menjadi hal penting yang tidak bisa diabaikan. Pada sisi ekonomi, perempuan memiliki
peran untuk dapat membantu menopang kebutuhan ekonomi keluarga, sehingga
pemberdayaan dalam sisi ekonomi seperti kewirausahaan dapat menjadi salah satu
sarana peningkatan kapasitas perempuan.
Hingga tahun 2009, jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Serang sebesar 661.634
jiwa. Kalau dilihat jumlah penduduk di tahun 2009 sebesar 1.345.495 jiwa maka sex
rationya sebesar 1,03. Jumlah perempuan yang hampir berimbang dengan penduduk lakilaki tersebut haruslah menjadi perhatian khusus, mengingat wanita dan juga anak-anak
seringkali menjadi korban tindak kekerasan dalam rumah tangga. Upaya-upaya terhadap
pemberdayaan perempuan dan perlindungan terhadap tindak KDRT perlu menjadi
perhatian yang lebih saat ini.
3.2.7.
Wilayah Kabupaten Serang hingga tahun 2009 terdiri dari 314 desa yang tersebar pada 28
kecamatan. Kondisi desa di Kabupaten Serang masih mempunyai tradisi gotong royong,
kondisi tersebut menunjukkan prinsip kekeluargaan antar warga yang masih dijunjung
tinggi oleh masyarakat.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang
Tahun 2011-2015
III - 40
Namun demikian berdasarkan data dari BPS Kabupaten Serang, pada tahun 2009 dari
sejumlah 314 desa di Kabupaten Serang terdapat 187 desa (60,71%) yang masih
tergolong dalam kategori desa dengan persentase kemiskinan penduduk di atas rata-rata.
Tabel 3.15
Jumlah Desa Miskin di Kabupaten Serang
Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Kecamatan
Cinangka
Padarincang
Ciomas
Pabuaran
Gunungsari
Baros
Petir
Tunjung Teja
Cikeusal
Pamarayan
Bandung
Jawilan
Kopo
Cikande
Kibin
Kragilan
Waringinkurung
Mancak
Anyar
Bojonegara
Pulo Ampel
Kramatwatu
Ciruas
Pontang
Carenang
Binuang
Tirtayasa
Tanara
Kab. Serang
Desa
13
14
11
7
7
14
13
9
15
9
8
9
10
12
9
14
11
13
10
10
9
15
17
15
10
7
14
9
314
Jumlah
Desa Miskin
12
8
10
4
6
11
8
4
9
7
7
5
8
7
5
2
9
11
5
2
1
4
8
12
5
7
5
5
187
%
92,31
57,14
90,91
57,14
85,71
78,57
61,54
44,44
60,00
77,78
87,50
55,56
80,00
58,33
55,56
14,29
81,82
84,62
50,00
20,00
11,11
26,67
47,06
80,00
50,00
100,00
35,71
55,56
59,55
Dari gambaran tersebut di atas menunjukan bahwa jumlah desa miskin di Kabupaten
Serang angkanya masih cukup tinggi yakni lebih dari 50% yang tersebar di seluruh
kecamatan yang ada di Kabupaten Serang.
III - 41
Untuk itu maka ke depan diperlukan adanya suatu upaya yang lebih keras dari pemerintah
dan juga masyarakat untuk dapat meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat
khususnya di wilayah pedesaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat
seperti PNPM MPdes, dll.
3.2.8.
Peran dan eksistensi pemuda tidak dapat dipisahkan dari upaya pencapaian
pembangunan daerah. Pemuda dengan energi besar yang dimilikinya memiliki
kemampuan dan kapabilitas yang dapat memberikan kontribusi besar dalam upaya
pembangunan. Oleh karena itu, pengembangan pemuda secara berkualitas perlu menjadi
perhatian penting. Aktivitas pemberdayaan yang dilakukan pada diri pemuda tidak hanya
akan memberikan dampak pada pemuda itu sendiri, tetapi dapat memberikan dampak bagi
perkembangan masyarakat disekitarnya.
Terkait dengan hal-hal tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Serang telah melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas, kapasitas dan pemberdayaan pemuda
sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam pembangunan Kabupaten Serang.
Salah satu dampak globalisasi adalah dengan semakin meningkatnya arus informasi dan
budaya yang mendorong lahir dan berkembangnya kreativitas dan prestasi di bidang
kepemudaan dan olahraga. Minat dan partisipasi pemuda makin membaik seiring dengan
semakin meluasnya budaya olahraga di kalangan masyarakat. Meskipun demikian,
pengembangan jiwa kewirausahaan (kecakapan hidup) dan kepemimpinan pemuda masih
perlu lebih ditingkatkan untuk lebih menguatkan dan mensinergikan peran serta pemuda
dalam pembangunan daerah.
Permasalahan lainnya yang dihadapi pada urusan kepemudaan dan olah raga adalah
kondisi sarana dan prasarana kepemudaan dan keolahragaan di kalangan siswa pada
khususnya dan di masyarakat pada umumnya masih belum memadai. Oleh karena itu
kedepan diperlukan adanya upaya peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana
kepemudaan dan keolahragaan agar lebih baik lagi.
III - 42
3.2.9.
Kebudayaan
III - 43
Gambar 3.5
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
di Kabupaten Serang Tahun 2009
Islam
99,66%
Budha
0,01%
Katolik
0,05%
Protestan
Hindu 0,26%
0,02%
Adapun pelestarian dan pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah yang dilakukan
diarahkan untuk membina, mengembangkan dan melindungi kesenian dan kebudayaan
lokal. Saat ini, apresiasi masyarakat terhadap produk-produk seni dan budaya tradisional
cenderung menurun. Degradasi nilai-nilai moral dan budaya semakin jelas seiring dengan
derasnya pengaruh budaya asing akibat globalisasi melalui berbagai macam media,
terutama budaya asing yang tidak sejalan dengan nilai budaya lokal. Oleh karena itu,
pembinaan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesenian dan kebudayaan
daerah agar tetap lestari, melalui penguatan kembali nilai-nilai budaya lokal (subsidiarity)
merupakan hal yang harus terus diupayakan.
Tabel 3.16
Banyaknya Perkumpulan Kesenian Menurut Jenis Kesenian
Di Kabupaten Serang Tahun 2008-2009
No
Jenis Kesenian
1
2
3
4
5
6
7
Seni Tari
Seni Wayang
Seni Suara/Karawitan
Orkes
Seni Rupa
Pertunjukan Rakyat
Drama
Jumlah
Tahun
2008
15
2
116
18
20
455
3
629
2009
20
3
186
25
37
674
15
960
III - 44
3.2.10.
Ketenagakerjaan
III - 45
menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi yang ada di Kabupaten Serang baru mampu
menyerap 83,51 persen dari tenaga kerja yang ada di Kabupaten Serang.
Bila melihat berdasarkan jenis kelamin, TKK laki-laki lebih besar dari TKK perempuan yaitu
84,88 persen berbanding 80,84 persen. Ini menunjukkan bahwa tenaga kerja laki-laki yang
berhasil masuk dalam dunia kerja sebesar 84,88 lebih besar dibandingkan tenaga kerja
perempuan yang berhasil masuk dalam dunia kerja.
Sedangkan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun dari 16,49 persen pada
tahun 2008 menjadi 14,45 persen tahun 2009. Pengangguran pada penduduk perempuan
temyata lebih besar yaitu 19,16 persen dibandingkan pengangguran penduduk laki-laki
sebesar 15,12 persen, Masalah pengangguran merupakan masalah yang cukup penting
untuk segera ditangani, karena pengangguran tidak hanya terkait dengan masalah
ekonomi tapi juga dengan masalah sosial lainnya. Tingginyanya angka pengangguran ini
harus menjadi perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah untuk segera dicarikan
solusinya.
B. Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2009, kegiatan ekonomi yang paling besar dalam
menyerap tenaga kerja Kabupaten Serang adalah sektor pertanian diikuti sektor
perdagangan. Masing-masing menyerap tenaga kerja sebesar 29,58 persen dan 26,42
persen.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa dengan tenaga kerja yang lebih besar pada sektor
pertanian tapi menghasilkan nilai tambah yang relatif lebih kecil. Sedangkan sektor
perdagangan, dengan tenaga kerja yang lebih sedikit dapat memberikan nilai tambah yang
besar. Ini menunjukkan bahwa sektor pertanian dominan dalam ekonomi namun nilai
tambah yang dihasilkan dari tenaga kerja relatif rendah.
Penyerapan terhadap tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan menunjukkan pola
yang tidak terlalu berbeda. Tenaga kerja laki-laki yang terserap dalam sektor pertanian
menempati posisi 30,59 persen, begitu juga tenaga kerja perempuan yang terserap dalam
sektor pertanian menempati posisi pertama yaitu 31,51 persen. Penyerapan tenaga kerja
sektor perdagangan pun sama menempati posisi kedua pada tenaga kerja perempuan
yaitu sebesar 32,63.
III - 46
Distribusi penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan memperlihatkan bahwa sektor
informal cukup penting peranannya bagi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Serang.
Proporsi mereka yang bekerja sebagai buruh/karyawan yang merupakan kategori status
pekerjaan yang dapat digolongkan ke dalam sektor formal terhitung sebesar 28,64 persen.
Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2008 yang besarnya hanya mencapai 13,09
persen.
Iklim usaha di Serang terlihat sudah cukup kondusif, setidaknya terlihat dari persentase
penduduk dengan status pengusaha pada tahun 2009. Penduduk yang masuk dalam
kelompok pengusaha pada tahun 2008 relatif cukup besar yaitu sekitar 49,24 persen dani
mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu menjadi 50,94 persen. Kondisi ini
menunjukan cukup terbukanya peluang usaha yang bisa dijalankan di Kabupaten Serang,
sehingga masyarakat berani untuk mencoba usaha sendiri maupun berusaha dibantu
karyawan tetap ataupun tidak tetap dari pada mencari pekerjaan pada orang lain. Hal ini
mungkin yang menyebabkan persentase penduduk dengan status pengusaha cukup tinggi
di Kabupaten Serang.
C. Jumlah Jam Kerja
Sebagian besar pekerja di Kabupaten Serang bekerja dalam jumlah jam kerja normal yakni
35 jam atau lebih dalam seminggunya, yaitu sebanyak 346.332 jiwa atau 75,01 persen dari
total penduduk yang bekerja. Selebihnya 24,99 persen bekerja kurang dari 35 jam dalam
seminggu atau yang dikategorikan sebagai setengah pengangguran. Persentase
penduduk yang bekerja menurut jenis kelamin memberikan indikasi bahwa penduduk lakilaki yang bekerja pada jam kerja normal persentasenya lebih tinggi dibanding perempuan
yang bekerja yaitu 75,92 persen berbanding 59,53 persen.
3.2.11.
Ketransmigrasian
III - 47
Gambar 3.6
Perkembangan Transmigran Asal Kabupaten Serang
Tahun 2004-2008
250
235
213
200
200
180
150
113
100
50
45
60
50
50
25
0
2004
2005
2006
KK
2007
2008
Jiwa
Adapun daerah penerima transmigran terbanyak dari Kabupaten Serang adalah Provinsi
Kalimantan Timur, dengan menerima sebanyak 60 KK atau 254 jiwa transmigran yang
ditempatkan di Kabupaten Berau dan Kutai Timur. Sedangkan daerah penerima
transmigran terendah adalah Provinsi Sulawesi Barat yang menampung 20 KK atau 80
jiwa transmigran yang ditempatkan di Kabupaten Majene.
Kebijakan transmigrasi sebagaimana diamanatkan peraturan perundangan ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, peningkatan dan
pemerataan pembangunan daerah, serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
Peningkatan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya diwujudkan melalui
penyediaan kesempatan kerja peluang usaha, pemberian hak milik atas tanah, pemberian
bantuan pemodalan dan atau prasarana/sarana produksi, memfasilitasi pengurusan
administrasi dengan badan usaha, peningkatan pendapatan, pendidikan dan pelatihan,
pelayanan kesehatan, pemantapan ideologi, mental spiritual, sosial dan budaya.
Peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah diwujudkan melalui pembangunan
pusat pertumbuhan wilayah baru atau mendukung pusat pertumbuhan wilayah yang sudah
ada atau yang sedang berkembang. Memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa
diwujudkan melalui pengelolaan temu budaya, tata nilai dan perilaku transmigran dan
masyarakat sekitarnya untuk pemantapan rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
III - 48
3.3.
KONDISI PEREKONOMIAN
Kinerja perekonomian suatu daerah pada umumnya dinilai berdasarkan pencapaian angka
laju pertumbuhan ekonomi (LPE) daerah tersebut. Pada suatu daerah yang tergolong
sebagai daerah berkembang, angka LPE cenderung masih dapat didorong menjadi lebih
tinggi setiap tahunnya. Sedangkan pada daerah yang tergolong maju, angka LPE
cenderung kecil dan stagnan karena biasanya kapasitas produksi sudah digunakan secara
maksimal, terlebih untuk wilayah yang mengandalkan sektor industri pengolahan sebagai
penggerak roda perekonomiannya.
Secara umum, kinerja perekonomian Kabupaten Serang dalam lima tahun terakhir tumbuh
secara signifikan. Demikian halnya pada tahun 2009, walaupun terjadi perlemahan
pertumbuhan ekonomi namun kinerja pertumbuhannya masih positif. Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Serang (LPE) pada tahun 2009 angkanya mencapai 3,18 %, lebih
rendah jika dibandingkan dengan LPE tahun 2008 yang mencapai 3,95 %. Terjadinya
pelemahan pertumbuhan tersebut salah satunya dikarenakan adanya pemekaran wilayah
Kabupaten Serang pada tahun 2007 yang diikuti dengan adanya pembagian aset wilayah
sehingga berdampak pada berkurangnya nilai produksi bruto daerah, serta terjadinya krisis
finansial global di penghujung tahun 2007 hingga tahun 2009, yang dampaknya
mengakibatkan terjadinya perlemahan pertumbuhan ekonomi hampir diseluruh dunia.
Tabel 3.17
Perkembangan Nilai PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi
Kab. Serang Tahun 2005-2009
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Tahun
2005
2006
2007
2008*
2009**
Pertumbuhan (%)
ADHK
ADHB
4,40
12,27
4,82
12,61
4,71
8,44
3,95
8,97
3,18
7,16
Kinerja pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serang tersebut di atas, tidak terlepas dari
adanya pertambahan nilai bruto produksi yang terjadi di Kabupaten Serang pada periode
tahun yang sama. Berdasarkan harga berlaku, nilai produksi bruto Kabupaten Serang
pada tahun 2009 mencapai Rp. 11,49 Trilyun, atau meningkat sebesar Rp. 768,06 Milyar
dari tahun sebelumnya. Adapun berdasarkan harga konstan (tahun 2000), PDRB
III - 49
Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai Rp. 6,85 Trilyun, atau terjadi kenaikan
sebesar Rp. 211,29 Milyar dari tahun sebelumnya.
Gambar 3.7
Perkembangan PDRB dan LPE Kabupaten Serang
Tahun 2007-2008
12.000.000,00
6,00
4,71
5,00
3,95
3,18
4,00
6.639.988,83
2.000.000,00
6.851.287,52
2,00
11.497.791,59
4.000.000,00
10.729.727,43
3,00
6.387.705,54
6.000.000,00
9.846.646,44
Nilai PDRB
(Rp. Juta)
8.000.000,00
10.000.000,00
1,00
0,00
2007
PDRB ADHB
2008
2009
PDRB ADHK
LPE
Struktur perekonomian terbagi kedalam tiga kelompok sektor yang didasarkan atas asal
dari input, cara pengolahan dari input menjadi output serta jenis output yang dihasilkan
oleh sektor lapangan usaha. Ketiga kelompok sektor ini biasa disebut kelompok sektor
primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan ketiga kelompok sektor tersebut, struktur
perekonomian Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 masih didominasi
kelompok sektor sekunder. Dalam kurun waktu tersebut, kontribusi rata-rata nilai PDRB
ADHB pada kelompok sektor sekunder mencapai 68,82% diikuti kelompok sektor tersier
15,68% dan kelompok sektor primer 15,50%.
Tabel 3.18
Perkembangan Nilai PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha
Kabupaten Serang Tahun 2007-2009 (Rp.Juta)
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
LAPANGAN USAHA
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan/ Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
PDRB ADHB
2007
1.502.883,53
7.573,94
6.205.131,39
506.580,83
213.925,37
645.151,27
291.110,32
222.216,39
252.074,40
9.846.647,44
2008*
2009**
1.649.778,74
8.138,75
6.619.873,36
519.622,62
245.792,74
784.995,32
336.823,88
261.644,62
303.059,40
10.729.729,43
1.788.957,66
9.629,57
6.958.942,30
538.755,28
286.446,74
882.586,07
402.356,98
293.781,32
336.335,67
11.497.791,59
III - 50
Tabel 3.19
Perkembangan Nilai PDRB ADHB Menurut Kelompok Sektor Lapangan Usaha
Kabupaten Serang Tahun 2007-2009 (Rp.Juta)
NO.
1.
2.
3.
KELOMPOK SEKTOR
LAPANGAN USAHA
Sektor Primer
Sektor Sekunder
Sektor Tersier
PDRB ADHB
2007
2008*
1.510.457,47
6.925.637,59
1.410.552,38
9.846.647,44
2009**
1.657.917,49
7.385.288,72
1.686.523,22
10.729.729,43
1.798.587,23
7.784.144,32
1.915.060,04
11.497.791,59
Tabel 3.20
Perkembangan Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha
Kabupaten Serang Tahun 2007-2009 (Rp.Juta)
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
LAPANGAN USAHA
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan/ Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
PDRB ADHB
2007
2008*
15,26
0,08
63,02
5,14
2,17
6,55
2,96
2,26
2,56
100,00
2009**
15,38
0,08
61,70
4,84
2,29
7,32
3,14
2,44
2,82
100,00
15,61
0,08
60,53
4,60
2,38
7,80
3,30
2,72
2,98
100,00
Gambar 3.8
Distribusi Rata-Rata PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha
Kabupaten Serang Tahun 2007-2009 (%)
Pertanian; 15,60
Pertambangan dan
Penggalian; 0,08
Bangunan/ Konstruksi;
2,23
Listrik, Gas dan Air
Bersih; 4,24
III - 51
3.3.1.
Penanaman Modal
Perkembangan kondisi investasi di Kabupaten Serang baik untuk Penanaman Modal Asing
(PMA) maupun untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dalam periode 20052009 mengalami kecenderungan meningkat. Secara rata-rata pertumbuhan PMA pada
periode 2005-2009 sebesar 0,51%, sedangkan rata-rata pertumbuhan PMDN pada
periode yang sama sebesar 0,53%.
Kondisi di atas memberikan sebuah gambaran bahwa tingkat investasi di Kabupaten
Serang masih perlu mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah. Jika dihubungkan
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi daerah, maka investasi dapat menjadi salah satu
stimulan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Tabel 3.21
Perkembangan Persetujuan Investasi di Kabupaten Serang
Tahun 2005-2009
TAHUN
2005
2006
2007
2008
2009
URAIAN
JUMLAH PERUSAHAAN
US$
INVESTASI
(000) RUPIAH
JUMLAH PERUSAHAAN
US$
INVESTASI
(000) RUPIAH
JUMLAH PERUSAHAAN
US$
INVESTASI
(000) RUPIAH
JUMLAH PERUSAHAAN
US$
INVESTASI
(000) RUPIAH
JUMLAH PERUSAHAAN
US$
INVESTASI
(000) RUPIAH
PERUSAHAAN
PMDN
6
2
92.700.000
391.000.000
13
7
70.784.000
331.265.000
10
4
58.900.000
509.987.000
10
4
5.742.812.600
2.418.900.000
8
3
65.585.550.482
111.020.390.000
PMA
JUMLAH
8
92.700.000
391.000.000
20
70.784.000
331.265.000
14
58.900.000
509.987.000
14
5.742.812.600
2.418.900.000
11
65.585.550.482
111.020.390.000
Tabel 3.22
Perkembangan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang
Tahun 2005-2009
TAHUN
2005
2006
2007
URAIAN
JUMLAH PERUSAHAAN
US$
INVESTASI
(000) RUPIAH
JUMLAH PERUSAHAAN
US$
INVESTASI
(000) RUPIAH
JUMLAH PERUSAHAAN
PMA
PERUSAHAAN
PMDN
3
JUMLAH
4
III - 52
TAHUN
URAIAN
US$
(000) RUPIAH
JUMLAH PERUSAHAAN
US$
INVESTASI
(000) RUPIAH
JUMLAH PERUSAHAAN
US$
INVESTASI
(000) RUPIAH
INVESTASI
2008
2009
PERUSAHAAN
PMA
PMDN
13.404.510
81.301.475
7
1
58.524.072
69.865.000
3
2
22.000.000
1.853.900.000
JUMLAH
13.404.510
81.301.475
8
58.524.072
69.865.000
5
22.000.000
1.853.900.000
Perkembangan realisasi penanaman modal asing dan dalam negeri di Kabupaten Serang
menurut jumlah perusahaan cenderung menurun, dimana pada tahun 2009 tercatat hanya
5 perusahaan, sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya mencapai 8 perusahaan (2008),
dan 7 perusahaan (2007). Namun tidak demikian halnya dengan jumlah nilai yang
diinvestasikan yang semakin meningkat, bahkan pada tahun 2009 mencapai Rp. 1,853
trilyun dan 22,00 juta US$ yang merupakan pertambahan nilai investasi dari Rp. 0,069
trilyun dan 58,52 juta US$ pada tahun 2008.
Realisasi investasi di Kabupaten Serang selama tahun 2005-2009 pada umumnya
mengarah pada Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan. Sementara itu, investasi pada sektor-sektor lainnya selama periode tersebut
tergolong rendah, sekaligus mencerminkan kurang/belum diminati oleh para investor.
3.3.2.
Jenis dan jumlah koperasi yang berkembang di Kabupaten Serang terdiri dari koperasi
KUD dan koperasi non KUD. Perkembangan kedua jenis koperasi tersebut dari tahun ke
tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2008 koperasi KUD berjumlah 19, sedangkan
koperasi non KUD berjumlah 620. Angka tersebut meningkat pada tahun 2009 menjadi
koperasi KUD berjumlah 19, sedangkan non KUD berjumlah 847.
Tabel 3.23
Perkembangan Jumlah Koperasi
di Kabupaten Serang Tahun 2006-2009
No.
1
2
Kecamatan
Cinangka
Padarincang
2006
1
1
Koperasi KUD
2007
2008
1
1
1
1
2009
2006
45
40
III - 53
No.
Kecamatan
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Ciomas
Pabuaran
Gunungsari
Baros
Petir
Tunjung Teja
Cikeusal
Pamarayan
Bandung
Jawilan
Kopo
Cikande
Kibin
Kragilan
Waringinkurung
Mancak
Anyar
Bojonegara
Pulo Ampel
Kramatwatu
Ciruas
Pontang
Carenang
Binuang
Tirtayasa
Tanara
Jumlah
2006
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
19
Koperasi KUD
2007
2008
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
17
19
2009
19
2006
25
37
3
36
29
3
15
10
2
10
16
49
3
21
10
10
34
24
10
26
26
36
15
4
29
6
574
3.3.3.
Ketahanan Pangan
III - 54
3.3.4.
Pertanian
Pertanian mencakup komoditas tanaman bahan makanan misalnya padi, jagung, ketela
batang, kacang tanah, sayur-sayuran, buah-buahan, dan hasil-hasil ikutannya. Termasuk
pula disini hasil-hasil pengolahan yang dilakukan secara sederhana misalnya beras
tumbuk, gaplek dan sagu. Komoditas tanaman bahan makanan di Kabupaten Serang
meliputi: padi, ketela batang, ketela rambat, kacang tanah, jagung, kacang hijau, sayursayuran (mentimun,terong, kacang panjang, cabe) dan buah-buahan (mangga, durian dan
nangka).
Luas panen dan produksi budidaya padi dari 77.202 ha dan 402.030 ton atau dengan
tingkat produksi per hektar yang mencapai 5,2 ton/ha pada tahun 2005 telah berkembang
menjadi 77.525 ha dan 418.847 ton atau dengan tingkat produksi per hektar yang
mencapai 5,4 ton/ha pada tahun 2009. Bila mengacu pada pola perkembangannya, pada
tahun 2009 tingkat produksi padi per hektar terlihat meningkat dengan kecenderungan
yang terus membaik. Praktek budidaya pertanian tanaman padi hingga tahun 2009 telah
dilaksanakan secara intensif, sebagaimana tercermin dari laju pertumbuhan produksi (6,51
%) yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan luas panen (5,47 %) atau dengan rasio 1,19
(apabila nilai rasio > 1 maka kecenderungannya intensifikasi, dan apabila nilai rasio < 1
maka kecenderungannya ekstensifikasi).
Meskipun rata-rata kinerja laju pertumbuhan produksi per luas panen untuk seluruh jenis
tanaman palawija yang diusahakan meningkat, namun pola dan praktek pertanian palawija
relatif belum bertumbuhkembang, dimana dengan laju pertumbuhan luas panen yang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang
Tahun 2011-2015
III - 55
cukup baik namun peningkatan laju pertumbuhan rata-rata produksi hanya sebesar 1,62
%. Diantara berbagai jenis tanaman palawija yang diusahakan di Kabupaten Serang,
jagung dan ketela rambat memiliki rasio laju pertumbuhan produksi berbanding laju
pertumbuhan luas panen yang cukup tinggi (diatas angka 1), yakni masing-masing
sebesar 1,26 dan 1,69.
Secara umum luas panen untuk jenis tanaman sayuran yang diusahakan pada tahun 2009
mencapai 5.897 ha. Dalam kurun waktu yang sama, produktivitas untuk jenis tanaman
sayuran yang diusahakan rata-rata mencapai 52,16 kw/ha. Angka tersebut relatif menurun
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan tersebut antara lain disebabkan
oleh perubahan variasi minat petani terhadap jenis tanaman yang diusahakan dari tahun
ke tahun.
Tabel 3.24
Produksi Pertanian Kabupaten Serang
Tahun 2005-2009 (Ton)
Komoditi
Padi Sawah
Padi Ladang
Ketela Batang
Jagung
Ketela Rambat
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Mentimun
Terong
Kacang Panjang
Cabe
Mangga
Pepaya
Durian
2005
402.030
9.548
35.076
10.497
8.570
10.132
551
-
2006
402.030
9.548
35.076
10.497
8.570
10.132
551
-
Tahun
2007
393.538
10.184
43.361
7.837
9.291
12.371
871
130.387
22.634
53.593
27.501
78.391
39.372
46.151
2008
393.250
7.402
52.308
8.387
10.745
9.048
628
147.232
54.169
76.695
40.389
15.050
11.169
164.208
Rata-Rata
2009
418.847 401.940,2
7.841
8.905
45.530
42.270
19.565
11.357
11.549
9.745
8.505
10.038
581
636
97.795
125.138
26.318
34.374
132.350
87.546
27.442
31.777
15.050
36.164
11.169
20.570
164.208
124.856
III - 56
perkebunan rakyat yang diusahakan. Pengelolaan perkebunan rakyat dalam kurun waktu
tersebut juga dapat dikatakan semakin menurun, dimana jumlah produksi yang dihasilkan
menunjukan penurunan dari 11.478,05 ton pada 2008 menjadi 10.124,99 ton pada tahun
2009.
Tabel 3.25
Produksi Perkebunan di Kabupaten Serang
Tahun 2005-2009 (Ton)
Uraian
Kopi
Cengkeh
2005
419,1
362,0
2006
8.778,6
24,6
Tahun
2007
3.351,8
943,7
2008
1.085,0
667,0
2009
1.360,5
315,5
Rata-Rata
2.999,0
462,6
Berdasarkan jenis tanaman perkebunan yang diusahakan rakyat diantaranya meliputi kopi,
kelapa, cengkeh, kakao, lada, dan lain-lain. Untuk budidaya perkebunan kelapa, jenis
usaha tersebut merupakan usaha yang menghasilkan produksi paling tinggi dibanding
usaha lainnya, dimana pada tahun 2009 produksinya mencapai 8.217,38 ton. Namun
demikian, hampir semua jenis tanaman perkebunan yang diusahakan di Kabupaten
Serang, umumnya menunjukan tingkat produktivitas yang cenderung menurun.
Disamping itu, nilai tambah komoditas perkebunan masih rendah karena pada umumnya
pemasaran dilakukan dalam bentuk segar (produk primer) dan olahan sederhana.
Perkembangan industri hasil perkebunan belum optimal dikarenakan industri-industri yang
memanfaatkan produk perkebunan seperti kopra, CPO, BCK, dan lain-lainnya masih
terbatas.
Budidaya ternak di Kabupaten Serang meliputi jenis ternak sapi potong, sapi perah,
kerbau, kuda, kambing, domba, ayam ras, ayam buras, serta itik. Secara keseluruhan,
jumlah populasi ternak yang dibudidayakan jumlahnya semakin bertambah dalam satu
tahun terakhir. Persediaan (stock) ternak untuk kebutuhan konsumsi daging pada tahun
2008 dibandingkan dengan jumlah ternak yang dipotong menunjukan sisi penyediaan yang
relatif belum memadai. Khusus untuk ternak sapi potong, jumlah populasi ternak yang
tersedia pada tahun 2009 hanya 73,83 % terhadap jumlah ternak yang dipotong, sehingga
dalam penyediaan kebutuhan konsumsi sebagian besar masih didatangkan dari luar.
Sebaran ternak Sapi terutama berada di Kecamatan Pabuaran, Cikuesal dan Bojonegara.
Sedangkan sebaran ternak kerbau tersebar di seluruh kecamatan terutama Petir, Tanjung
III - 57
Teja, Cikeusal, Jawilan, Kopo dan Bandung. Sebaran ternak kambing tersebar di seluruh
kecamatan terutama Mancak, Binuang, Tirtayasa, Kragilan dan Waringinkurung. Adapun
sebaran ternak kuda terutama di Kecamatan Cinangka, Cikeusal, Pamarayan, Cikande,
Anyar dan Bojonegara.
Tabel 3.26
Jumlah Populasi Ternak yang Dipelihara di Kabupaten Serang
Tahun 2005-2009 (Ekor)
Jenis Ternak
Sapi Potong
Kerbau
Kambing
Kuda
Ayam
Itik
2005
4.077
21.610
126.947
19
1.323.847
233.846
Tahun
Rata-Rata
2006
2007
2008
2009
4.472
4.727
5.845
6.687
5.162
21.047
20.282
20.296
21.498
20.947
132.154
157.022
186.855
194.832
159.562
19
23
23
16
20
931.091 1.094.749 1.247.158 1.427.922 1.204.953
208.447
384.582
700.962 1.052.293
516.026
Demikian halnya dengan populasi ternak unggas di Kabupaten Serang khususnya meliputi
ayam buras dan itik, dalam kurun waktu 2008-2009 mengalami peningkatan. Untuk
ketersediaan stock produksi ternak unggas tersebut, pada tahun 2009 menunjukan
ketersediaan yang cukup memadai. Namun tidak demikian halnya dengan ternak ayam ras
(petelur dan pedaging), dimana pada tahun 2009 stock populasi untuk pemenuhan
penyediaan kebutuhan konsumsi unggas jenis ini masih disuplai dari luar daerah.
Sebaran ternak ayam buras tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Serang terutama
Pontang, Tirtayasa, Tanara, Baros, Petir dan Cikeusal. Sedangkan sebaran ternak itik
tersebar terutama Kecamatan Kramatwatu, Ciruas, Pontang, Carenang, Binuang, Petir dan
Baros.
3.3.5.
Usaha perikanan di Kabupaten Serang meliputi jenis perikanan tangkap (laut dan perairan
umum) serta perikanan budidaya (laut, tambak, kolam, sawah). Total produksi usaha
perikanan pada tahun 2009 mencapai 9.436,52 ton dengan nilai Rp. 147,67 milyar
(merupakan penurunan dari produksi 14.507,76 ton dengan nilai produksi sebesar Rp.
96,45 milyar pada tahun 2008). Penurunan produksi perikanan terutama dipengaruhi oleh
penurunan produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya laut.
III - 58
Potensi sumberdaya perikanan tangkap laut Kabupaten Serang tersebar di perairan Laut
Jawa dan Selat Sunda. Oleh karenanya pengembangan penangkapan ikan saat ini
terkonsentrasi di kedua wilayah perairan tersebut. Namun satu hal yang perlu diperhatikan,
bahwa pengembangan penangkapan ikan di wilayah perairan Laut Jawa, saat ini
kondisinya semakin terbatas terkait dengan kecenderungan over fishing.
Tabel 3.27
Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten Serang
Tahun 2005-2009 (Ton)
Usaha Perikanan
Perikanan Tangkap Laut
Perikanan Tangkap Sungai
Perikanan Tangkap Danau/
Rawa
Perikanan Budidaya Tambak
Perikanan Budidaya Kolam
Perikanan Budidaya Sawah
Tahun
RataRata
2005
2006
2007
2008
2009
5.752,40 4.755,97 5.414,22 5.712,00 7.889,70 5.904,86
104,50 137,80 161,80 196,00
233
166,42
102,70 145,40 186,23 222,50 264,80 184,33
3.082,00 3.203,62 7.388,84 7.805,46 8.213,78 5.938,74
258,90 269,99 274,00 289,82 312,48 281,04
268,30 242,00 267,60 281,98
299 271,75
Produktivitas usaha perikanan budidaya masih perlu ditingkatkan, antara lain tercermin
dari kondisi pada tahun 2009 dimana produktivitas budidaya tambak baru mencapai 0,87
ton/ha dan budidaya ikan di sawah mencapai 0,72 ton/ha. Potensi sumber daya perikanan
budidaya masih berpeluang besar untuk dikembangkan, seperti budidaya laut (KJA dan
rumput laut) di pantai utara dan pantai barat, ketersediaan lahan yang masih memadai
untuk pengembangan kolam budidaya ikan, serta keberadaan perairan umum (sungai,
waduk, situ) untuk pengembangan budidaya keramba.
Berdasarkan jumlahnya, armada perikanan tangkap mengalami penurunan dari 916 unit
(tahun 2008) menjadi 847 unit pada tahun 2009. Dalam usaha penangkapan ikan hingga
tahun 2009 didominasi oleh penggunaan armada Perahu Motor Tempel (745 unit) dan
Kapal Motor (39 unit), hal ini menunjukan kapasitas usaha penangkapan ikan masih
rendah dan berorientasi pada wilayah perairan pantai ( 12 Mil).
Jumlah rumah tangga perikanan tangkap laut dalam kurun waktu tahun 2005-2009
mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari meningkatnya jumlah rumah tangga perikanan
dari 816 rumah tangga pada tahun 2005 menjadi 967 rumah tangga pada tahun 2009.
Sebaran rumah tangga perikanan tangkap laut terutama di Kecamatan Bojonegoro,
Tirtayasa, Padarincang, dan Anyar.
III - 59
Jumlah rumah tangga perikanan tangkap sungai dalam kurun waktu 2005-2009 mengalami
fluktuatif. Hal ini dilihat dari meningkatnya jumlah rumah tangga dari 155 rumah tangga
pada tahun 2005, menjadi 222 rumah tangga pada tahun 2006, dan menurun menjadi 68
rumah tangga pada tahun 2009. Sebaran rumah tangga perikanan tangkap sungai
terutama di Kecamatan Pamarayan, Padarincang, Ciomas, Pabuaran dan Baros.
Jumlah rumah tangga perikanan tangkap rawa/danau dalam kurun waktu 2005-2009
mengalami fluktuatif. Hal ini dilihat dari meningkatnya jumlah rumah tangga dari 74 rumah
tangga pada tahun 2005, menjadi 109 rumah tangga pada tahun 2006, dan menurun
menjadi 25 rumah tangga pada tahun 2009. Sebaran rumah tangga perikanan tangkap
rawa/danau terutama di Kecamatan Pamarayan.
Jumlah rumah tangga perikanan budidaya tambak dalam kurun waktu 2005-2009
mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari meningkatnya jumlah rumah tangga dari 959
rumah tangga pada tahun 2005 menjadi 1.062 rumah tangga pada tahun 2009. Sebaran
rumah tangga perikanan budidaya tambak terutama di Kecamatan Pontang dan Tirtayasa.
Jumlah rumah tangga perikanan budidaya kolam dalam kurun waktu 2005-2009
mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari meningkatnya jumlah rumah tangga dari 386
rumah tangga pada tahun 2005, menjadi 397 rumah tangga pada tahun 2008, dan menjadi
386 rumah tangga pada tahun 2009. Sebaran rumah tangga perikanan budidaya kolam
terutama di Kecamatan Padarincang, Baros dan Ciomas.
Jumlah rumah tangga perikanan budidaya sawah dalam kurun waktu 2005-2009
cenderung stagnan. Hal ini dilihat dari jumlah rumah tangga dari 185 rumah tangga pada
tahun 2005 tetap 185 rumah tangga pada tahun 2009. Sebaran rumah tangga perikanan
budidaya rawa/ danau terutama di Kecamatan Padarincang dan Cinangka.
Tabel 3.28
Jumlah Rumah Tangga Perikanan di Kabupaten Serang
Tahun 2005-2009
Usaha Perikanan
Perikanan Tangkap Laut
Perikanan Tangkap Sungai
Perikanan Tangkap Danau/Rawa
Perikanan Budidaya Tambak
Perikanan Budidaya Kolam
Perikanan Budidaya Sawah
2005
816
155
74
959
386
185
2006
952
222
109
959
386
185
Tahun
2007
829
222
109
1.039
386
185
2008
1.046
222
109
1.039
386
185
2009
826
68
25
1.062
386
185
III - 60
3.3.6.
Kehutanan
Kehutanan mencakup segala jenis hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka alam, dan
hutan taman wisata. Luas hutan lindung di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 20052009 mengalami penurunan dari 5.538,15 Ha pada tahun 2005 menjadi 726,64 Ha pada
tahun 2009. Luas hutan produksi dalam kurun waktu 2007-2009 mengalami penurunan
dari 3.625 Ha pada tahun 2007 menjadi 4.154,14 Ha pada tahun 2009. Hutan suaka alam
dalam kurun waktu 2007-2009 mengalami peningkatan dari 2.540 Ha pada tahun 2007
menjadi 4.230 Ha pada tahun 2009. Luas hutan taman wisata dalam kurun waktu 20072009 mengalami peningkatan dari 700 Ha pada tahun 2007 menjadi 1.248,15 Ha pada
tahun 2009.
Tabel 3.29
Luas Kawasan Hutan menurut Jenis
di Kabupaten Serang Tahun 2005-2009
Jenis Hutan
Hutan lindung
Hutan produksi
Hutan suaka alam
Hutan taman wisata
Lainnya
2005
5.538,15
6.650,00
2008
726,64
4.154,14
4.200,00
1.278,15
-
2009
726,64
4.154,14
4.230,00
1.248,15
-
Semakin berkurangnya luas kawasan hutan lindung di Kabupaten Serang perlu menjadi
perhatian serius dari berbagai pihak terutama pemerintah. Hal ini mengingat kawasan
lindung merupakan kawasan yang harus dijamin ketersediaannya agar dapat menjamin
keseimbangan sumberdaya alam. Jika kondisi ini tidak segera ditangani maka
dikhawatirkan dalam beberapa tahun kedepan dampak negatif dari kerusakan sumberdaya
alam seperti banjir, longsor, dan kekeringan akan meningkat di Kabupaten Serang.
3.3.7.
III - 61
dengan hasil produksi pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 868.767,76 m3 atau
bernilai sekitar Rp. 17,73 milyar. Disamping batu kali, jenis pertambangan lain yang
diusahakan di Kabupaten Serang yaitu tambang pasir yang pada tahun 2008
menghasilkan 11.240 m3.
Sejumlah kendala pengembangan potensi pertambangan di Kabupaten Serang antara lain
disebabkan maraknya kegiatan pertambangan tanpa ijin (PETI) yang sangat merusak
lingkungan. Kondisi tersebut turut dipengaruhi pula oleh kurangnya kesadaran masyarakat
untuk menjaga kelestarian lingkungan serta relatif lemahnya penegakan hukum lingkungan
bagi pelanggar atau pelaku PETI.
3.3.8.
Perindustrian
Berdasarkan data PDRB Kabupaten Serang sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009
sektor industri selalu memberikan kontribusi lebih dari 50% bagi PDRB. Untuk
mempertahankan dan bahkan memacu pertumbuhan sektor industri tersebut maka perlu
dipacu pengembangannya baik dari segi jumlah unit usaha maupun dari sisi investasinya.
Terjadi peningkatan jumlah industri berdasarkan direktori industri besar/sedang dalam
kurun waktu 2008-2009, dari 151 perusahaan (2008) menjadi 157 perusahaan (2009)
dengan laju pertumbuhan sebesar 3,97 % atau sekitar 6 perusahaan yang bertambah.
Namun demikian, peningkatan jumlah industri tersebut tidak diikuti dengan terjadinya
peningkatan penyerapan tenaga kerja. Kondisi tersebut ditunjukan dengan adanya
pertumbuhan negatif penyerapan tenaga kerja sebesar -3,26 % dalam periode 2008-2009,
atau terjadi pengurangan tenaga kerja sebesar 2.545 jiwa, yakni dari sejumlah 77.961 jiwa
pada tahun 2008 menjadi 75.416 jiwa pada tahun 2009. Hal tersebut dapat dimaklumi
sebagai dampak dari terjadinya krisis perekonomian global, sehingga banyak perusahaan
yang merumahkan para pekerjanya.
III - 62
Tabel 3.30
Jumlah Perusahaan Industri Besar, Sedang, dan Kecil
di Kabupaten Serang Tahun 2008-2009
Kecamatan
Cinangka
Padarincang
Ciomas
Pabuaran
Gunungsari
Baros
Petir
Tunjung Teja
Cikeusal
Pamarayan
Bandung
Jawilan
Kopo
Cikande
Kibin
Kragilan
Waringinkurung
Mancak
Anyar
Bojonegara
Pulo Ampel
Kramatwatu
Ciruas
Pontang
Carenang
Binuang
Tirtayasa
Tanara
Jumlah
Industri Besar
2008
2009
2
1
3
1
6
3
3
1
18
5
18
2
4
2
1
1
2
9
6
8
3
1
3
63
40
Jenis Industri
Industri Sedang
2008
2009
2
1
4
3
1
1
1
12
2
3
26
2
36
5
1
2
1
2
2
5
3
9
23
3
3
2
1
88
68
Industri Kecil
2008
2009
134
13
335
16
386
8
1.010
28
4
285
25
98
13
82
4
88
16
583
14
381
4
16
77
9
339
39
105
28
435
24
104
12
705
1
468
18
1.640
12
165
17
317
63
535
69
179
9
1.260
1
1.108
5
346
7
182
18
11.347
493
Jumlah
2008
134
336
386
1.011
285
99
82
88
583
381
18
83
383
159
440
104
705
468
1.643
177
317
541
179
1.260
1.108
346
182
11.498
2009
17
16
8
35
4
28
14
4
17
15
4
21
10
46
35
28
14
1
20
19
32
94
73
9
1
5
9
22
601
Sementara itu, perusahaan industri kecil/rumah tangga baik tempat tetap atau tidak tetap,
pada tahun 2009 jumlah usahanya sebanyak 10.316 unit. Jumlah tersebut berkurang
cukup drastis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 11.347
perusahaan. Terjadinya penurunan jumlah industri kecil/rumah tangga tersebut secara
langsung maupun tidak adalah merupakan dampak dari terjadinya krisis global yang
melanda dunia pada tahun 2008.
III - 63
Berdasarkan perbandingan antara jumlah tenaga kerja dengan jumlah perusahaan pada
23 golongan industri besar/sedang yang ada di Kabupaten Serang, menunjukan sekitar
42,04 % atau 66 perusahaan yang ada tergolong dalam industri besar (menyerap tenaga
kerja lebih dari 100 orang), sisanya 57,96 % atau 91 perusahaan tergolong dalam industri
sedang (menyerap tenaga kerja 20 sampai 99 orang).
Sentra-sentra industri besar maupun sedang di Kabupaten Serang yakni terdapat di
Kecamatan Cikande dan Kecamatan Kibin. Pada tahun 2009 di kedua kecamatan tersebut
terdapat masing-masing 21 dan 18 perusahaan industri besar serta 26 dan 32 perusahaan
industri sedang.
3.3.9.
Perdagangan
Sektor perdagangan terdiri dari sub sektor perdagangan besar dan perdagangan eceran.
Perdagangan besar mencakup kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru
maupun barang bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar
lainnya atau pedagang eceran. Adapun perdagangan eceran mencakup kegiatan
pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa
merubah sifat, baik barang baru atau barang bekas.
Untuk menggerakan sektor riil perekonomian daerah, sektor perdagangan memegang
peranan yang strategis untuk memperlancar distribusi barang dan jasa. Maka sangat
penting perlunya pembinaan untuk menumbuhkembangkan baik dari sisi pelaku maupun
dari ketersediaan prasarananya. Pada tahun 2009 jumlah total perusahaan perdagangan
di Kabupaten Serang sebanyak 601 unit yang terdiri dari perusahaan berskala besar,
menengah dan juga kecil. Dari jumlah tersebut, perusahaan skala kecil jumlahnya paling
mendominasi yakni sebanyak 493 perusahaan, diikuti dengan perusahaan menengah
sebanyak 68 perusahaan, dan sisanya perusahaan skala besar sejumlah 40 perusahaan.
III - 64
Tabel 3.31
Perkembangan Jumlah Fasilitas Perdagangan
di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
Kecamatan
Besar
2007 2008
Cinangka
1
3
Padarincang
Ciomas
1
Pabuaran
2
1
Gunungsari
Baros
3
Petir
Tunjung Teja
Cikeusal
Pamarayan
Bandung
Jawilan
6
2
Kopo
2
Cikande
10
10
Kibin
2
5
Kragilan
4
2
Waringinkurung
Mancak
Anyar
5
1
Bojonegara
3
2
Pulo Ampel
9
1
Kramatwatu
10
Ciruas
1
4
Pontang
1
1
Carenang
Binuang
Tirtayasa
1
Tanara
1
Jumlah
48
46
Skala Perdagangan
Jumlah
Menengah
Kecil
2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
2
1
2
15
7
7
16
11 11
3
11
16
16
11
19 19
2
1
13
13
13
16
14 14
3
3
8
4
14
33
33
19
42 42
2
3
6
6
5
6
6
1
4
3
35
27
27
39
31 31
4
1
1
19
21
21
23
22 22
5
4
4
5
4
4
1
1
10
18
18
10
19 19
1
4
3
5
15
15
9
18 18
2
2
3
2
2
5
4
4
3
4
2
2
10
18
18
20
22 22
1
12
10
10
12
12 12
5
4
2
32
34
34
42
48 48
2
1
5
26
28
28
28
34 34
2
3
4
1
38
47
47
45
53 53
1
3
3
4
5
5
4
8
8
2
3
2
2
5
2
2
2
5
32
10
10
37
16 16
2
2
5
5
12
11
11
17
18 18
6
2
9
4
28
19
19
39
24 24
8
5
23
8
72
80
80
77
98 98
1
2
3
3
31
36
36
34
43 43
4
1
25
12
12
30
14 14
1
10
5
5
11
5
5
6
3
3
6
3
3
1
2
2
8
16
16
9
19 19
3
2
1
6
5
5
8
6
6
40
46
66
68 488 503 493 582 615 601
Sedangkan ketersediaan prasarana pasar di Kabupaten Serang pada tahun 2009 yakni
tersebar di 114 lokasi yang terdiri dari 3 Toko Serba Ada, 4 Toko Swalayan, 73 Toko
Swalayan Kecil, 10 Pasar Pemda, dan 24 Pasar Desa. Dari total jumlah lokasi pasar
tersebut dihuni oleh sebanyak 3.087 pedagang yang umumnya berada pada pasar-pasar
tradisional (pasar pemda dan pasar desa).
III - 65
Tabel 3.32
Jumlah Fasilitas Perdagangan di Kabupaten Serang
Tahun 2007-2009
Jenis Perdagangan
Toko Serba ada
Toko Swalayan
Toko Swalayan Kecil
Pasar Pemda
Pasar Desa
Jumlah
Jumlah Lokasi
2007
2008
2009
3
1
4
27
73
12
10
10
48
30
24
88
40
114
Jumlah Pedagang
2007
2008
2009
10
4
4
4
27
73
2.364
979
1.380
1.989
1.909
1.620
4.384
2.892
3.087
Sementara itu aktifitas perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) menunjukan bahwa
pada tahun 2009 volume dan nilai ekspor Kabupaten Serang mencapai 311.611,00 ton
dan US$ 242.721.783,80. Dari sisi volume barang, jumlah ekspor pada tahun 2009
meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2008) yang mencapai 238.981,12
ton, namun jika dilihat dari sisi nilai jumlahnya justru menurun yakni dari sebesar US$
253.840.723,06.
Sedangkan aktifitas impor barang yang masuk ke Kabupaten Serang jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan dengan ekspor, baik dari sisi volume maupun nilainya. Hingga tahun
2009 volume dan nilai impor telah mencapai 133.561,06 ton dan US$ 137.200.590,50.
Angka tersebut meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya (2008) yang volumenya
mencapai 29.518,69 ton dengan total nilai sebesar US$ 63.858.214,60.
Hingga tahun 2009 terdapat 12 jenis komoditi asal Kabupaten Serang yang diekspor
menuju berbagai daerah tujuan di luar negeri. Berdasarkan volume dan nilai ekspor atas
seluruh komoditi tersebut, menunjukan dominasi barang ekspor adalah berupa bahan
kertas, bahan kimia, bahan plastik dan polyester film dengan persentase volume ekspor
masing-masing sebesar 70,18 %, 23,82 %, 2,30 % dan 2,10 % serta dengan nilai ekspor
masing-masing US$ 110.568.906,46,- US$ 73.519.402,50,- US$ 5.922.171,69,- dan US$
39.512.107,22. Negara tujuan ekspor barang dari Kabupaten Serang didominasi oleh
negara-negara di kawasan asia seperti Malaysia, China, Jepang, Thailand dan Vietnam.
Namun demikian, volume ekspor menuju negara-negara eropa dan amerika juga cukup
besar.
III - 66
3.3.10.
Pariwisata
Kabupaten Serang merupakan wilayah yang memiliki potensi pariwisata yang beraneka
ragam dan sangat prospektif untuk dikembangkan. Dengan dukungan prasarana dan
sarana yang cukup memadai sektor pariwisata di Kabupaten Serang berkembang cukup
pesat.
Daya tarik kepariwisataan secara garis besar diklasifikan dalam wisata alam, wisata
sejarah dan budaya, wisata buatan (binaan), serta kehidupan masyarakat tradisional (living
culture). Di Kabupaten Serang telah teridentifikasi keberadaan 57 obyek wisata yang terdiri
dari obyek wisata kategori alam (20 obyek), wisata sejarah dan budaya (14 obyek), wisata
kehidupan masyarakat tradisional (living culture) (4 obyek), wisata buatan (10 obyek), dan
wisata atraksi seni (9 obyek). Secara kewilayahan, pola perkembangan pariwisata
Kabupaten Serang terdiri dari Kawasan Wisata Pantai Barat, Kawasan Wisata Ziarah,
serta Kawasan Wisata Pantai Utara.
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, Kabupaten dituntut untuk dapat menyediakan
sarana prasarana penunjang pariwisata guna terus menarik wisatawan agar berkunjung ke
Kabupaten Serang. Salah satu sarana pariwisata tersebut adalah perhotelan. Sektor
perhotelan mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau
seluruh bangunan sebagai tempat penginapan seperti hotel, losmen, motel dan
sebagainya.
Terkait dengan sub sektor perhotelan, potensi wisata yang terdapat di Kabupaten Serang
masih perlu didukung oleh sarana dan prasarana penunjang, yang salah satunya yakni
berupa hotel/penginapan. Jumlah hotel/penginapan di Kabupaten Serang pada tahun 2009
sebanyak 58 hotel/penginapan yang terdiri dari berbagai kelas. Pada umumnya
hotel/penginapan tersebut berada di sekitar kawasan wisata Pantai Barat Serang yakni di
sekitar Kecamatan Cinangka dan Anyer. Disisi lain, pada tahun yang sama secara
keseluruhan terdapat sekitar 84 perusahaan akomodasi wisata yang didukung dengan
sejumlah 2.069 fasilitas kamar dan 11.310 tempat tidur.
III - 67
Tabel 3.33
Jumlah Perusahaan Akomodasi, Kamar dan Tempat Tidur Hotel
di Kabupaten Serang Tahun 2005-2009
Uraian
Perusahaan Akomodasi
Jumlah Kamar
Jumlah Tempat Tidur
Tahun
2005 2006 2007
2008
68
68
67
84
2.274 2.274 2.224
2.069
5.471 5.471 4.466 11.310
2009
84
2.069
11.310
Selain sektor perhotelan, terdapat pula sektor restoran yang mencakup kegiatan usaha
penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di tempat
penjualan seperti bar, rumah makan, kantin, warung nasi dan lain-lain. Pada tahun 2009 di
Kabupaten Serang terdapat sejumlah 86 restoran/tempat makan dengan berbagai
klasifikasi. Sama halnya dengan sarana hotel/penginapan, sarana restoran/tempat makan
umumnya berada di sekitar kawasan wisata Pantai Barat Serang.
Terkait dengan ketersediaan potensi wisata yang ada di Kabupaten Serang,
perkembangan jumlah kunjungan wisatawan baik yang berasal dari mancanegara maupun
nusantara, pada tahun 2009 jumlahnya menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Total kunjungan wisatawan ke objek wisata di Kabupaten Serang pada tahun 2009 yakni
sejumlah 9.807.155 jiwa yang terdiri dari 9.806.149 wisatawan nusantara dan 1.006
wisatawan mancanegara. Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan dengan jumlah
kunjungan wisatawan pada tahun 2008 yang totalnya mencapai 11.287.140 jiwa
(1.128.4214 wisnus dan 2.926 wisman).
Tabel 3.34
Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata
di Kabupaten Serang Tahun 2005-2009
Wisatawan
Wisatawan Nusantara
Wisatawan Mancanegara
Kab. Serang
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
11.846.877 10.425.530 10.091.141 1.128.421 9.806.149
2.797
1.665
1.672
2.926
1.006
11.849.674 10.426.195 10.092.813 1.131.347 9.807.155
III - 68
3.4.
3.4.1.
Penataan Ruang
Perkampungan
Perumahan
Jasa
Luas (Ha)
31.079 Ha
23.066,4 Ha
39.912,35 Ha
39.159,10 Ha
20.121,97 Ha
8.680 Ha
3.305,26 Ha
106.043,01 Ha
Hingga saat ini pemanfaatan lahan di Kabupaten Serang didominasi oleh sektor pertanian
yang mencapai 60% dari total luas lahan di Kabupaten Serang. Pertanian dibedakan
menjadi pertanian pada lahan basah dan lahan kering. Pertanian lahan basah adalah
persawahan sedangkan pertanian lahan kering seperti tegalan dan ladang. Lahan
pertanian secara keseluruhan paling luas terdapat di Kecamatan Baros yang luasnya
9.700 Ha, atau mencapai 10% dari total luas lahan pertanian dan 5 % dari total luas lahan
III - 69
di Kabupaten Serang. Sedangkan jika dibedakan menjadi persawahan dan tegalan, maka
persawahan paling banyak terdapat di Kecamatan Tirtayasa dan tegalan paling banyak
terdapat di Kecamatan Baros. Pemanfaatan lahan berikutnya yang menempati tempat
kedua adalah permukiman dengan persentase sebesar 15,24% dari total luas lahan di
Kabupaten Serang. Keberadaannya tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Serang
meskipun tidak merata.
Secara umum pemanfaatan lahan di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut:
1. Kawasan perumahan dan permukiman, hampir ada di setiap kecamatan yang berada
pada Kabupaten Serang.
2. Kawasan perkantoran, masih berada di wilayah Kota Serang.
3. Kawasan pertanian, sangat dominan. Untuk persawahan (lahan basah) banyak
terdapat di Kecamatan Tirtayasa, Tanara dan Pontang, sedangkan untuk tegalan
(lahan kering) paling banyak di Kecamatan Baros.
4. Kawasan industri, dibedakan menjadi industri berat dan aneka industri. Industri berat
yang padat modal terdapat di Serang bagian barat sedangkan aneka industri yang
padat karya terdapat di Serang bagian timur.
Adapun kondisi penggunaan lahan kawasan budidaya di Kabupaten Serang adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.36
Kawasan Budidaya di Kabupaten Serang
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Luas (Ha)
41.773,42
21.373,99
37.748,97
860,00
420,77
7.820,94
10.578,82
504,30
1.123,62
26.027,55
1.449,03
150.918,92
Persentase (%)
27,68
14,16
25,01
0,57
0,28
5,18
7,01
0,33
0,74
17,25
0,96
88,37
III - 70
sungai dan pantai, terdapat di wilayah serang selatan dan utara yaitu di wilayah
Kecamatan Ciomas, Padarincang, Mancak, dan Kramatwatu. Sedangkan di wilayah utara
terdapat di Kecamatan Bojonegara dan Puloampel. Adapun kawasan lindung memiliki
persentase sebesar 11,63 % dari total luas lahan di Kabupaten Serang. Kawasan lindung
ini mencakup hutan lindung, cagar alam, daerah resapan (Catchment Area), lahan kritis
hutan bakau, dan danau/situ.
Perkembangan yang terjadi terhadap keberadaan hutan lindung ini mengalami penurunan,
sehingga diperkirakan telah terjadi penyusutan luas hutan lindung 4.361,79 Ha, dari
17.906,61 Ha, sehingga menjadi 13.544,82 Ha. Kawasan lindung berada pada 12
kecamatan, yaitu kecamatan-kecamatan yang berada di serang bagian barat dan serang
bagian selatan. Kawasan bendungan air irigasi yang berada pada Kecamatan Cikeusal
yang dialirkan di kawasan pertanian. Berikut ini diuraikan mengenai kondisi kawasan
lindung di Kabupaten Serang.
Tabel 3.37
Kawasan Lindung di Kabupaten Serang
1
2
3
4
5
6
Luas (Ha)
7.421,62
5.528,93
4.151,55
180,00
960,56
1.621,98
19.864,63
Persentase (%)
37,36
27,83
20,90
0,91
4,84
8,17
11,63
Disamping kawasan-kawasan budidaya dan lindung, terdapat pula kawasan khusus yang
perlu menjadi perhatian yaitu kawasan rawan bencana. Adapun daerah-daerah yang
memiliki potensi rawan bencana di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut:
Tabel 3.38
Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Serang
No.
1.
2.
Banjir
Jumlah Total 12
Kecamatan
Kecamatan
Binuang,
Carenang,
Cikande, Cikeusal,
Rawan Bencana
Longsor
Angin Topan
Jumlah Total 7
Jumlah Total 10
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan Baros,
Bojonegara,
Cikeusal, Ciomas,
Ciomas,
Gunungsari,
Gunungsari, Kibin, Kramatwatu,
Kebakaran
Jumlah Total 20
Kecamatan
Kecamatan
Bandung, Baros,
Bojonegara,
Carenang,
III - 71
No.
Banjir
Ciruas, Jawilan,
Kibin, Kragilan,
Pontang, Pulo
Ampel, Tanara,
Tirtayasa
Rawan Bencana
Longsor
Angin Topan
Kragilan,
Pabuaran,
Pamarayan,
Padarincang,
Waringin Kurung.
Tanara, Tirtayasa,
Tunjung Teja.
Kebakaran
Cikande,
Cikeusal,
Cinangka,
Ciomas,
Gunungsari,
Jawilan, Kibin,
Kramatwatu,
Mancak,
Pabuaran,
Padarincang,
Pamarayan,
Petir, Tanara,
Tirtayasa,
TunjungTeja.
3.4.2.
Lingkungan Hidup
III - 72
disebabkan karena adanya pengalihan fungsi hutan lindung menjadi hutan produksi
terbatas. Dengan demikian, terdapat ancaman terhadap daya dukung hutan lindung
dimasa mendatang, khususnya dalam melindungi keberadaan dan fungsi hutan lindung
sebagai wadah yang menaungi dan melindungi bertumbuhkembangnya ekosistem dan
habitat alami serta plasma nutfah di Kabupaten Serang.
Kerusakan habitat ekosistem di wilayah pesisir dan laut semakin meningkat, khususnya di
wilayah pantai utara dan barat. Berbagai jenis kerusakan tersebut antara lain disebabkan
oleh peristiwa alam abrasi dan akresi. Sedangkan kerusakan yang dipengaruhi oleh
aktifitas manusia antara lain berupa sedimentasi daerah pesisir di wilayah pantai utara,
serta kerusakan dan konversi hutan mangrove di pantai utara khususnya akibat
pengembangan lahan tambak dan praktek produksi yang tidak ramah lingkungan. Sumber
pencemaran juga berasal dari berbagai kegiatan di laut, terutama dari kegiatan
perhubungan laut. Sementara praktik-praktik penangkapan ikan yang merusak dan ilegal
(illegal fishing) serta penambangan terumbu karang diperkirakan masih terjadi yang
memperparah kondisi habitat ekosistem pesisir dan laut.
3.5.
3.5.1.
Pekerjaan Umum
A. Transportasi
Kelancaran transportasi memegang peranan penting dalam mewujudkan kondisi
perekonomian yang diinginkan. Ketersediaan sarana transportasi yang memadai
berdampak positif terhadap ketersediaan barang dan jasa sesuai dengan jumlah, kualitas
dan waktu yang diinginkan. Bagi masyarakat yang memproduksi barang dan jasa dapat
dengan mudah memperoleh bahan baku untuk memperlancar kegiatan produksinya
apabila didukung oleh kelancaran arus transportasi. Selain itu mereka juga dapat
memasarkan produksinya dengan tepat waktu dan tepat jumlah. Kondisi seperti ini akan
berimplikasi terhadap efektifitas dan efisiensi perekonomian masyarakat. Sebaliknya, jika
tingkat pelayanan sarana prasarana transportasi buruk maka akan berdampak pada
terjadinya ekonomi biaya tinggi.
Panjang jalan dan kondisi jalan memegang peranan penting untuk mendukung kelancaran
arus transportasi. Daerah-daerah yang terisolasi selama ini akan lebih banyak dijangkau
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang
Tahun 2011-2015
III - 73
apabila ruas jalan semakin panjang. Sedangkan kualitas jalan yang baik akan
mempermudah arus transportasi sehingga waktu tempuh dapat dipersingkat dan kapasitas
angkut dapat diperbesar.
Panjang jalan di seluruh Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 630,49 km yang
terbagi atas jalan negara (27,4 km), jalan propinsi (142,5 km) dan jalan tol (21 km).
Sedangkan panjang jalan desa mencapai 1.200 km. Kondisi jalan Kabupaten Serang
secara keseluruhan s/d tahun 2009 beragam, yaitu 239,84 km atau 39,30% dalam kondisi
baik, 77,43 km atau 12,69% dalam keadaan sedang, 177,76 km atau 29,13% dalam
keadaaan rusak, 115,3 km atau 18,89% dalam keadaan rusak berat. Untuk jalan
Kabupaten Serang tahun 2008 yang sudah diaspal mencapai 462,53 km, yang berkerikil
93,56 km dan yang masih tanah sepanjang 68,60 km.
B. Irigasi
Sumber daya air di Kabupaten Serang terdiri dari sungai utama sepanjang 356,95 km,
anak sungai sepanjang 641,6 km, situ besar/sedang 12 lokasi dengan luas 40,2 Ha, rawa
7 lokasi dengan luas 231 Ha, waduk 2 lokasi dengan luas 15 Ha, dan situ kecil 13 lokasi
dengan luas 39 Ha. Luas areal irigasi di Kabupaten Serang diatas 3.000 Ha dikelola oleh
pusat, irigasi ini terdiri dari 21.480 Ha luas areal, 108,88 Ha luas saluran induk, 104,83 Ha
luas saluran sekunder, 1 buah bangunan bendung dan 589 buah bangunan air. Luas areal
irigasi antara 1.000 Ha s/d 3.000 Ha dikelola oleh provinsi, irigasi ini terdiri dari 7.514 Ha
luas areal, 63,38 Ha luas saluran induk, 36,64 km luas saluran sekunder, 2 buah
bangunan bendung, 465 buah bangunan air dan 2 buah waduk.
Sedangkan untuk irigasi dengan luas areal dibawah 1.000 Ha dikelola oleh Kabupaten,
irigasi ini terdiri dari 17.071,80 Ha luas areal, 320 buah DI, 241.135,82 m panjang saluran,
dan bangunan pelengkap. Bangunan dan pelengkap terdiri dari bangunan/bak penampung
226 buah, bangunan pagi 72 buah, bangunan sadap 591 buah, bangunan oncoran 53
buah, gorong-gorong 82 buah, bangunan terjun 35 buah, bangunan suplesi 15 buah,
jembatan 15 buah, bangunan pelimpah 39 buah, bangunan talang 9 buah, got
miring/bangunan ukur 1 buah dan free intek/inlet 2 buah. Kondisi daerah irigasi secara
keseluruhan s/d tahun 2009 yaitu 28,26% dalam kondisi baik, 27,39% dalam kondisi rusak
berat, 29,13% dalam kondisi rusak sedang, 14,22% dalam kondisi rusak ringan.
III - 74
Tabel 3.39
Jumlah Sungai dan Anak Sungai di Kabupaten Serang
No
I.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
II.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
III.
1
2
3
4
Desa
Panjang
(km)
Lebar
(m)
Kadu beureum
Padarincang
Cibojong
Kadu beureum
Kadu beureum
Kadu beureu
Batu Kuwung
Batu Kuwung
Sukadana/Ciomas
Sukadana/Ciomas
Ciomas
Sukadana
Batu Kuwung
Curug Goong
Batu Kuwung
Cipayung
Citasuk
Ciomas
Ciomas
Citasuk
Cibojong
14
0,5
11
1
1
1,5
11
1,5
8
2,5
7
1,5
9
1
6,5
6
4
7
7
6
15
27,0
2,5
20,0
2,0
1,5
2,0
9,0
2,0
4,5
3,0
15,5
2,5
16,5
3,0
4,0
4,5
4,0
5,0
4,5
3,5
17,0
3000
3000
2500
3000
1500
1500
_
_
_
_
2,5
3,0
2,5
2,0
2,0
2,0
_
_
_
_
2,5
1,0
1,5
1,2
2,7
2,0
2,3
2,0
1,5
4,5
2,5
2,0
2,0
4,0
4,5
3,0
1,5
4,5
Gunung Sari
Gunung Sari
Sukalaba
Gunung Sari
Gunung Sari
Tamiang
Gunung Sari
Gunung Sari
Gunung Sari
Ciherang
Kadu beureum
Pasanggrahan
Pabuaran
Pancanegara
Ket
Semua
sungai
bermuara ke
Rawa Danau
dan Laut
Selat Sunda
Muara ke
Laut Selat
Sunda
Kondisi alam
bermuara ke
Cibanten
SDA
SDA
SDA
III - 75
No
Desa
Singang Heula
Tanjung Sari
Kadu beureum
Tanjung Sari
Panjang
(km)
2,0
3,0
5,0
1,5
_
_
Lebar
(m)
4,5
4,5
4,5
2,0
_
_
Ket
SDA
SDA
_
_
C. Air Bersih
Manusia dalam kehidupan sehari-harinya sangat membutuhkan akan air bersih untuk
keperluan hidupnya. Ketersediaan air bersih dalam jumlah yang cukup terutama untuk
keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang
terus menerus diupayakan.
Sektor ini mencakup pelanggan PDAM berdasarkan golongan tarif yaitu sosial, rumah
tangga, niaga dan industri. Jumlah pelanggan sosial dalam kurun waktu 2006-2008
mengalami fluktuatif. Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya jumlah pelanggan dari 424
pelanggan pada tahun 2006 menjadi 1.060 pelanggan pada tahun 2007 dan menurun
menjadi 375 pelanggan pada tahun 2008. Jumlah pelanggan rumah tangga dalam kurun
waktu 2006-2008 mengalami peningkatan dari 16.079 pelanggan menjadi 24.275
pelanggan pada tahun 2008. Jumlah pelanggan niaga dalam kurun waktu 2006-2008
mengalami peningkatan dari 801 pelanggan pada tahun 2006 menjadi 1.081 pelanggan
pada tahun 2008. Jumlah pelanggan industri dalam kurun waktu 2006-2008 mengalami
peningkatan dari 26 pelanggan pada tahun 2006 menjadi 33 pelanggan pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 total jumlah air bersih yang disalurkan PDAM kepada para pelanggan
jumlahnya mencapai 6.285.261 m3. Dari total air bersih yang disalurkan tersebut sebagian
besar adalah bagi pelanggan rumah tangga, yakni sebesar 5.414.097 m 3 atau sebesar
86,14 % dari total keseluruhan air bersih yang disalurkan.
D. Listrik
Sektor ini mencakup kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik yang
diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Nasional (PLN) dan Non PLN. Jumlah pelanggan
listrik di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 2008-2009 secara umum mengalami
peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya sebagian besar pelanggan.
Misalnya pelanggan rumah tangga dari 165.056 pelanggan pada tahun 2008 menjadi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang
Tahun 2011-2015
III - 76
171.100 pelanggan pada tahun 2009, pelanggan sosial dari 5.007 pada tahun 2008
menjadi 5.080 pada tahun 2009, dan pelanggan usaha dari 2.003 pelanggan pada tahun
2008 menjadi 2.119 pelanggan pada tahun 2009. Sedangkan jumlah pelanggan yang
mengalami penurunan adalah pelanggan industri yaitu dari 281 pelanggan pada tahun
2008 menjadi 261 pelanggan pada tahun 2009. Dan pelanggan jalan umum dari 414
pelanggan pada tahun 2008 menjadi 403 pelanggan pada tahun 2009.
Tabel 3.40
Jumlah Pelanggan Listrik PLN Menurut Golongan Tarif
Tahun 2005-2009
Golongan Pelanggan
Sosial
Rumah tangga
Usaha
Industri
Pemerintah
Jalan Umum
2005
6.789
254.669
5.040
300
455
403
Jumlah Pelanggan
2006
2007
2008
7.476
7.616
5.007
269.333
269.716
165.056
5.824
6.222
2.003
325
359
281
475
476
125
693
693
414
2009
5.080
171.100
2.119
261
138
403
Adapun jumlah total daya listrik PLN yang terjual pada tahun 2009 yakni sebesar
1.283.887.827 VA, dengan pengguna terbanyak yakni golongan industri yang menyerap
sebesar 987.893.518 VA atau sebesar 76,95 % dari total daya listrik terjual. Sementara itu
berdasarkan pemakaian Kwh listrik PLN, menunjukan bahwa pada tahun yang sama
terpakai sebesar 562.894.440 Kwh yang pemakai utamanya berasal dari golongan industri
dengan total pemakaian mencapai 424.976.200 Kwh atau sebesar 75,50 % dari total
pemakaian di Kabupaten Serang.
Total nilai penjualan listrik PLN pada tahun 2009 di Kabupaten Serang mencapai Rp.
744.086.098.635, yang sebagian besarnya diperoleh dari konsumsi listrik oleh golongan
industri yang nilainya mencapai Rp. 571.664.776.856 atau sebesar 76,83 % dari total
perolehan.
3.5.2.
Perumahan
Salah satu kebutuhan dasar manusia selain pangan dan sandang adalah papan/fasilitas
perumahan sebagai tempat tinggal/tempat berlindung dan mempertahankan diri dari
kondisi alam lingkungannnya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Sejalan dengan
III - 77
III - 78
Fasilitas rumah tinggal lainnya yang berkaitan erat dengan masalah kesehatan rumah
tinggal adalah ketersediaan fasilitas sanitasi. Pada tahun 2008 lebih dan separuh rumah
tangga di Kabupaten Serang masih belum mempunyai fasilitas buang air besar baik itu
kepemilikannya secara sendiri, bersama maupun umum. Ini merupakan prilaku hidup yang
tidak sehat khususnya bagi lingkungan karena otomatis mereka yang tidak mempunyai
tempat buang air besar cenderung akan membuangnya di sembarang tempat, yang pada
akhirnya menjadi sumber timbulnya berbagai macam penyakit. Melihat perkembangan
dalam kurun waktu dua tahun terakhir, persentase rumah tangga di Kabupaten Serang
yang tidak memiliki akses ke jamban cenderung bertambah, di mana pada tahun 2006
sebanyak 43,26 persen dan pada tahun 2007 berambah menjadi 53,11 persen, dan pada
tahun 2008 menjadi 54,47 persen semua ini dapat diakibatkan karena bertambahnya
rumah tangga baru yang membangun rumah dan memiliki jamban.
3.5.3.
Perhubungan
Kegiatan perhubungan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu
tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan baik bermotor
maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang perhubungan mencakup kegiatan
yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan, pelabuhan dan pergudangan.
Sejalan dengan pembangunan yang berlangsung di Kabupaten Serang, dirasakan dari
waktu ke waktu perkembangan mobilitas penduduk Kabupaten Serang dan kunjungan
masyarakat dari daerah lain ke wilayah Kabupaten Serang menunjukan adanya
peningkatan yang relatif tinggi. Seiring dengan pertumbuhan kepadatan perjalanan
tersebut, menuntut dukungan pelayanan transportasi yang lebih baik, khususnya terhadap
pengembangan pelayanan angkutan penumpang umum yang ada agar menjadi lebih
memadai.
Sektor perhubungan yang beroperasi di Kabupaten Serang terdiri angkutan kereta api,
angkutan jalan raya, angkutan sungai dan penyeberangan serta jasa penunjang angkutan.
Diantara moda angkutan tersebut, angkutan jalan raya merupakan moda yang paling
banyak memberikan kontribusi terhadap pergerakan roda perekonomian di Kabupaten
Serang.
III - 79
Jumlah kendaraan angkutan bermotor yang terdaftar di DLLAJ Kabupaten Serang pada
tahun 2009 sejumlah 9.434 buah, menurun 1,51 % dibandingkan keadaan tahun 2008
(berkurang sejumlah 145 unit).
Lalu lintas penumpang dan barang yang menggunakan jasa angkutan kereta api pada
tahun 2009 nampak mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008. Sementara volume
barang yang diangkut pun semakin bertambah. Jumlah penumpang yang terangkut pada
tahun 2009 tercatat sebesar 119.144 jiwa atau naik sebesar 10,40 %, sedangkan volume
barang yang diangkut sebesar 11.710 kg, meningkat mencapai 65,86 % dari tahun
sebelumnya.
Demikian halnya dari sisi nilai pendapatan yang diperoleh dari adanya pergerakan
penumpang dan barang tersebut. Total nilai pendapatan dari angkutan penumpang
mencapai Rp. 510.833.350,- sedangkan nilai pendapatan dari angkutan barang mencapai
Rp. 1.171.000,-.
3.6.
KONDISI PEMERINTAHAN
3.6.1.
Sejauh ini, pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah belum terlaksana secara
optimal serta menghadapi beberapa kendala yang disebabkan oleh adanya inkonsistensi
peraturan perundang-undangan dari berbagai tingkat pemerintahan serta belum adanya
peraturan untuk pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah secara komprehensif.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah, sepanjang tahun 2008-2009
telah ditetapkan sebanyak 17 peraturan daerah (perda). Disamping itu, telah dihasilkan
pula 11 Keputusan Pimpinan DPRD dan 35 Keputusan DPRD. Kondisi tersebut
mencerminkan bahwa upaya pengaturan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan sudah cukup baik.
Dalam implementasinya, beberapa permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan
tugas dan fungsi seluruh perangkat daerah periode 2005-2009 antara lain seperti belum
efektifnya penetapan struktur kelembagaan perangkat daerah, masih dirasakannya
tumpang tindih tugas dan fungsi antar perangkat daerah, belum optimalnya penetapan dan
pemilahan tugas dan fungsi perangkat daerah berdasarkan kebutuhan penyelenggaraan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang
Tahun 2011-2015
III - 80
pemerintahan dan pembangunan, serta belum optimalnya hubungan kerja antar lembaga,
termasuk antara pemerintah daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, masyarakat, dan
organisasi non pemerintah.
Upaya Pemerintah Kabupaten Serang untuk mengakselerasi pembangunan masih
dihadapkan pada kendala keterbatasan kapasitas keuangan daerah, dimana meskipun
Pendapatan Daerah telah dapat ditingkatkan dari Rp. 603,37 milyar pada tahun 2005
menjadi Rp. 909,13 milyar pada tahun 2009 dengan pertumbuhan rata-rata 12,04% per
tahun, namun pertumbuhannya terutama dipengaruhi oleh peran sumber Dana
Perimbangan yang secara rata-rata bertumbuh 12,55% per tahun. Adapun Pendapatan
Asli Daerah (PAD) sepanjang periode 2005-2009 hanya memiliki pertumbuhan rata-rata
sebesar 9,80% per tahun. Namun demikian secara keseluruhan, realisasi pendapatan
daerah Kabupaten Serang dalam kurun waktu 2005-2009 tersebut semakin menunjukan
penguatan kapasitas keuangan daerah.
Sementara itu, profesionalisme aparatur dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
belum sebagaimana yang diharapkan, hal ini diindikasikan dengan kecenderungan masih
tingginya temuan hasil pemeriksaan yang dihasilkan oleh Bawasda/Inspektorat. Dari
sejumlah hasil temuan tersebut, hampir semuanya dapat ditindak lanjuti setiap tahunnya.
Di samping itu, nilai kerugian negara juga dapat diminimalisir setiap tahunnya.
Hingga tahun 2009 jumlah pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Serang mencapai 12.326 pegawai yang terdiri dari berbagai golongan. Jika
dirasiokan dari jumlah PNS tahun 2009, menunjukkan bahwa setiap 100 jiwa penduduk
dilayani oleh 1 orang aparat. Proporsi PNS dengan Golongan III dan IV hingga tahun 2009
mencapai 63,31%, dimana hal ini mencerminkan cukup baiknya dukungan personil yang
telah berkecimpung lama (berpengalaman) dalam dunia pemerintahan.
3.6.2.
Pertanahan
III - 81
itu sertifikasi terhadap kepemilikan lahan menjadi sangat penting karena dengan adanya
sertifikat lahan kepastian secara hukum terhadap penguasaan lahan menjadi jelas.
3.6.3.
Antusias masyarakat Kabupaten Serang untuk berpolitik di era demokratisasi ini cukup
baik, dimana dalam setiap Pemilu maupun Pilkada selalu diikuti oleh partisipasi
masyarakat dengan antusias. Keterbukaan dan keterakomodasian hak-hak rakyat dalam
berpolitik yang semakin membaik ini juga ditunjukkan dengan penyelenggaraan Pilkada di
Kabupaten Serang yang secara umum juga berlangsung secara aman dan tertib.
Disamping itu munculnya berbagai bentuk asosiasi masyarakat sipil baik dalam bentuk
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat maupun forum-forum lainnya,
merupakan bentuk pencapaian dalam mewujudkan proses demokratisasi. Munculnya
berbagai aspirasi dan respon masyarakat terhadap kebijakan pembangunan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah, baik yang bersifat mendukung ataupun memberikan kritik
membangun, disampaikan langsung ataupun melalui lembaga perwakilan (legislatif),
merupakan cerminan terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat akan politik dan nilainilai demokrasi.
Sementara itu terkait peningkatan keamanan dan ketertiban umum, jumlah kasus tindak
kejahatan/kriminalitas di Kabupaten Serang dalam beberapa tahun terakhir semakin
menunjukkan peningkatan. Jumlah kasus kejahatan/pelanggaran pada tahun 2007
berjumlah 42.448 yang terdiri dari 1.027 kejahatan dan 41.421 pelanggaran. Sedangkan
jumlah kejahatan/pelanggaran pada tahun 2008 berjumlah 44.440 yang terdiri dari 1.047
kejahatan dan 43.393 pelanggaran. Jumlah tambahan narapidana berdasarkan putusan
Pengadilan Negeri Serang pada tahun 2007 berjumlah 1.027 orang yang terdiri dari 1.011
laki-laki dan 16 perempuan. Sedangkan pada tahun 2008 berjumlah 1.047 orang yang
terdiri dari 1.017 laki-laki dan 30 perempuan.
3.6.4.
Perencanaan Pembangunan
III - 82
3.6.5.
III - 83
seluler (mobile phone) dalam beberapa tahun terakhir bahkan sampai melampaui
perkembangan jaringan telepon tetap (fixed phone).
3.6.6.
Statistik
3.6.7.
Kearsipan
III - 84
3.6.8.
Perpustakaan
3.7.
Isu strategis didapatkan dari hasil analisis kondisi internal dan eksternal Kabupaten Serang
saat ini, sebagaimana digambarkan dalam uraian kondisi, permasalahan dan tantangan
pembangunan Kabupaten Serang. Penentuan isu-isu strategis tersebut yakni dengan
menggunakan metode simulasi dinamik sebab-akibat dengan mencari keterkaitan masingmasing isu satu sama lainnya. Kemudian masing-masing isu tersebut dianalisis apakah
sebagai penyebab isu yang lain atau menjadi akibat dari isu tersebut. Metode
brainstorming digunakan dalam analisis sebab-akibat tersebut.
Berpijak pada kondisi dan permasalahan serta tantangan pembangunan sebagaimana
diuraikan sebelumnya, maka isu strategis dan permasalahan pokok yang menjadi agenda
dan prioritas pembangunan Kabupaten Serang tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut:
1.
III - 85
2.
Implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya lokal dalam kehidupan
bermasyarakat;
Pembinaan kerukunan hidup inter dan antar umat bergama.
3.
III - 86
ketertiban umum. Dari sisi ekonomi, dampak yang ditimbulkan adalah menurunnya
aksesibilitas pergerakan barang dan angkutan sehingga kegiatan koleksi dan
distribusi menjadi terganggu. Adapun dari sisi lingkungan, berbagai dampak yang
dapat ditimbulkan diantaranya banjir, kawasan kumuh, kurangnya suplai air bersih,
dan lain-lain.
Permasalahan pokok yang terkait dengan daya dukung (kuantitas) dan kualitas
sarana, prasarana dan fasilitas pelayanan dasar wilayah adalah sebagai berikut:
Daya dukung dan kualitas pelayanan prasarana jalan, jembatan, drainase dan
jaringan irigasi;
Pembangunan jalan interchange;
Penataan sistem dan pelayanan sarana perhubungan dan transportasi umum;
Daya dukung dan kualitas pelayanan fasilitas pelayanan pendidikan;
Daya dukung dan kualitas pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan;
Cakupan dan kualitas pelayanan air bersih;
Cakupan dan kualitas pelayanan persampahan dan pembangunan TPA;
Kualitas pelayanan pengelolaan limbah;
Cakupan dan kualitas pelayanan telekomunikasi, telematika dan informatika;
Penyediaan rumah layak huni dan terjangkau;
Penataan kawasan kumuh permukiman;
Pembangunan infrastruktur perdesaan
4.
III - 87
5.
6.
III - 88
7.
III - 89
hirarkhinya di lingkup regional dan nasional, maupun lingkup internal Kabupaten Serang
sendiri.
3.8.
Pada tahun 2015 mendatang laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kabupaten Serang
diperkirakan akan mampu mencapai angka 4,49%. Dengan demikian PDRB a.d.h. konstan
(2000) pada tahun 2015 diperkirakan akan dapat mencapai angka Rp. 8,75 Trilyun,
sedangkan PDRB a.d.h. berlaku pada tahun 2015 diperkirakan sebesar Rp. 15,46 Trilyun.
Dengan skenario kinerja makro ekonomi daerah yang sedemikian rupa, pada akhirnya
diharapkan akan dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk dapat
meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Hal ini dimungkinkan karena dengan kondisi
perekonomian daerah tersebut, diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru yang
akan menyerap tenaga kerja baru (penganggur) sehingga akan menurunkan angka
pengangguran hingga mencapai 7,96% pada tahun 2015. Dengan asumsi laju
pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 0,94% per tahun maka jumlah penduduk
Kabupaten Serang pada tahun 2015 akan bertambah hingga mencapai angka 1,47 Juta
jiwa.
Dengan asumsi LPP tersebut diprediksikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang
tercermin melalui angka pendapatan per kapita akan semakin meningkat, yakni dari sekitar
Rp. 8,96 Juta pada tahun 2010 menjadi Rp. 10,52 Juta pada tahun 2015. Lebih jauh lagi,
kondisi ini diharapkan akan berdampak pada semakin menurunnya jumlah keluarga miskin
di Kabupaten Serang dari sekitar 103.598 KK pada tahun 2010 menjadi 83.516 KK pada
tahun 2015, serta meningkatnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi
sebesar 71,62 pada akhir tahun 2015.
Tabel 3.41
Prospek Indikator Makro Pembangunan
Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
NO
1.
2.
3.
4.
INDIKATOR MAKRO
PEMBANGUNAN
Laju Pertumbuhan Ekonomi
(LPE)
PDRB a.d.h. Berlaku
PDRB a.d.h. Konstan
PDRB Per Kapita (ADHB)
SATUAN
2011
2012
PROSPEK
2013
2014
2015
%
3,96
4,08
4,21
4,35
4,49
Rp. Milyar 13.073,87 13.607,31 14.180,35 14.797,08 15.461,97
Rp. Milyar 7.397,92 7.699,77 8.024,03 8.373,01 8.749,24
Rp. Juta
9,23
9,52
9,83
10,16
10,52
III - 90
INDIKATOR MAKRO
PEMBANGUNAN
5. PDRB Per Kapita (ADHK)
6. Jumlah Penduduk
7. Laju Pertumbuhan Penduduk
8. Tingkat Pengangguran Terbuka
9. Jumlah KK Miskin
10. Indeks Pembangunan Manusia
NO
SATUAN
Rp. Juta
Jiwa
%
%
KK
-
PROSPEK
2011
2012
2013
2014
2015
5,22
5,39
5,56
5,75
5,95
1.416.403 1.429.735 1.443.162 1.456.693 1.470.424
0,94
0,94
0,94
0,94
0,94
12,42
11,35
10,26
9,13
7,96
99.501
95.441
91.421
87.445
83.516
69,41
69,96
70,51
71,07
71,62
III - 91