PENDAHULUAN
1. 1.
Latar Belakang
Praktek Kerja Kefarmasian mahasiswa Program Studi Ahli Madya (D3)
ilmu
pengetahuan
tentang
e.
Apotek dapat memberi tugas pada peserta Praktek Kerja Lapangan untuk
f.
terhadap peraturan apotek. Karna itu sikap peserta Praktek Kerja Lapangan
dapat dibentuk sesuai dengan ciri khas kerja di apotek
Memberi kepuasan bagi apotek karena diakui ikut serta menentukan masa
g.
1.3.1
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1
2.1.1
Pengertian Apotek
Apotek adalah salah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan
mewujutkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Apotek
merupakan suatu jenis bisnis retail (eceran) yang komoditasnya terdiri dari
perbekalan farmasi yang meliputi obat, termasuk pula perbekalan alat kesehatan
lainnya. Apotek berperan untuk mendistribusikan perbekalan Farmasi dan
perbekalan kesehatan dari supplier kepada pengguna obat. Apotek memiliki
beberapa fungsi kegiatan meliputi pembelian, gudang, pelayanan penjualan,
keuangan, dan pembukuan. Adapun fungsi lain dari apotek adalah untuk
menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu
baik dan terjamin keabsahannya (Depkes, 2009).
2.1.2
di jalan M. Yamin Kota Samarinda dengan letak yang strategis berada disisi jalan
raya dan berada dilingkungan yang ramai. Apotek Alif Farma didirikan dengan
tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam dunia farmasi, untuk
memudahkan daerah sekitar apotek memperoleh obat dengan harga yang
terjangkau dan lengkap, serta sebagai sarana tempat kerja bagi lulusan farmasi
yang ada di Samarinda.
2.1.3. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan
bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Peraturan mentri kesehatan nomor 35 tahun 2014 tentang standar
pelayanan kefarmasian diapotek meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
meliputi
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Penggolongan Obat
a. Obat bebas
Menurut Keputusan RI N0.2380/A/SK/VI/1983 obat golongan ini
termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh tanpa resep dokter,
apabila penyerahan telah memenuhi persyaratan. Obat bebas selain di apotek juga
dapat diperoleh di toko obat. Obat bebas dalam kemasannya ditandai dengan
lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
b.
ini juga relatif aman selama pemakaiannya mengikuti aturan pakai yang ada. Obat
ini digolongkan sebagai obat W (waarschuwing) yang artinya peringatan.
Penandaan obat golongan ini adalah adanya lingkaran berwarna biru dan 6
peringatan khusus. Sebagaimana obat bebas, obat ini juga dapat diperoleh tanpa
resep dokter di apotek atau toko obat. Berdasarkan keputusan Mentri Kesehatan
RI No.2380/Menkes/SK/VI/1983 tanda khusus untuk obat bebas terbatas adalah
lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam. Tanda khusus harus
diletakkan sedemikian rupa sehingga jelas dilihat dan mudah dikenal.
c.
memasukan obat-obatan dalam daftar obat keras, golongan ini disebut golongan G
(gevaarlijk) yang artinya berbahaya. Disebut obat keras karena jika pemakai tidak
memperhatikan dosis, aturan pakai, dan peringatan yang diberikan, dapat
menimbulakan efek berbahaya. Obat keras yaitu, obat yang hanya boleh
diserahkan dengan resep dokter. Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan RI
No.02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus obat keras daftar G adalah
lingkaran bulatan warna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K
yang menyentuh garis tepi.
d.
lebih dikenal dengan nama obat keras tertentu, sebenarnya termasuk golongan
obat keras, terapi bedanya dapat mempengaruhi aktivitas psikis. Adapun golongan
psikotropika dibagi menjadi :
1) Golongan I, sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu
pengetahuan, dilarang diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan.
2) Golongan II, III, dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah
didaftarkan. Namun, kenyataannya saat ini hanya sebagian dari golongan
IV saja yang terdaftar dan digunakan.
Narkotika
Menurut Undang-Undang N0.22 tahun 1997 tentang narkotika, adalah
e.
Yamin Samarinda Pemilik sarana apotek Alif Farma adalah Widya Wulanjati.SE.
Apoteker Alif Farma Welinda Dyah Ayu, S. Farm.,M.Sc.,Apt. Empat Tenaga
Teknis Kefarmasian dan satu orang sebagai keuangan. Adapun struktur di Apotek
Alif Farma :
Pemilik Sarana Apotek Alif Farma
Widya Wulanjati.SE
Ade Mediyanti
Amd. Far
Ani
Ragat
Nila
Marlyan
a
Keuangan
Rizki Bayu
Pambudi
Opie Juli
Salsabila
2.3.
fungsi, yaitu :
2.3.1
a.
pareto
barang,
mendata
pemasok,
merencanakan
dan
c.
BAB III
PROSES PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1.
lebih satu bulan, terhitung sejak tanggal 1 maret 2 april 2016, yang ditentukan
oleh fakultas farmasi program studi diploma III Universitas Mulawarman,
bertempat di Apotek Alif Farma yang beralamat di Jl. M. Yamin Samarinda.
3.2.
3.2.1
Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi dan alat
Pengadaan
Apotek melakukan pembelian dengan membuat Surat Pesanan sebanyak 2
3.2.3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Menerima perbekalan farmasi yang
diserahkan dari unit-unit pengelola yang lebih tinggi (PBF) kepada unit pengelola
Apotek. Perbekalan farmasi yang telah dikirim ke Apotek Alif Farma disertai
faktur dan di terima oleh petugas pembelian. Petugas pembelian Tenaga Teknis
Kefarmasian akan melakukan pengecekkan terhadap barang yang datang
disesuaikan dengan surat pesanan (SP) dan diperiksa nama sediaan, jumlah, dosis,
Expired Date, dan kondisi sediaan. Setelah pengecekkan selesai faktur di tanda
tangani dan diberi stampel Apotek oleh petugas penerima tenaga teknis
kefarmasian , yang diketahui oleh Apoteker Pengelola apotek. Faktur diinput ke
komputer berdasarkan faktur yang telah dicocokkan pada saat penerimaan barang.
3.2.4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan dimana barang yang telah diterima
kemudian disimpan ketempat penyimpanannya seperti lemari atau rak masingmasing, berdasarkan farmakologi dan jenis sediaanya. Khusus untuk sediaan
seperti vaksin, dan suppositoria disimpan didalam lemari es. Untuk penyimpanan
narkotika dan psikotropika berdasarkan permenkes, penyimpanannya harus dibuat
seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat, harus mempunyai kunci yang
kuat, dibagi menjadi dua bagian masing-masing dengan kunci yang berlainan dan
bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, phetidin dan codein serta
persediaan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari serta apabila tempat khusus
tersebut berupa lemari berurukuran kurang dari 40 x 80x 100 cm maka lemari
tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. Serta untuk tiap-tiap item obat
terdapat kartu stok obatnya masing- masing.
Penyusunan obat dilakukan berdasarkan alfabetis, penggolongan obat dan
bentuk sediaan. hal ini bertujuan agar memudahkan pencarian obat dan
menggunakan sistem FIFO (First In First Out) yang artinya barang yang pertama
masuk maka pertama keluar dan sistem FEFO (First Expired Date First Out) yang
artinya barang yang mendekati kadaluarsa akan dikeluarkan terlebih dahulu ini
bertujuan agar tidak terjadinya penumpukan barang kadaluarsa dan arus barang
dapat terkontrol.
3.2.5. Pemusnahan
a.
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
3.3.1
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Adapun pelayanan farmasi di Apotek meliputi:
a.
b.
1)
2)
3)
c.
1)
2)
3)
paraf
Tanggal penulisan Resep
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
Bentuk dan kekuatan sediaan
Stabilitas dan
Kompatibilitas (ketercampuran Obat)
Pertimbangan klinis meliputi:
Ketepatan indikasi dan dosis Obat
Aturan, cara dan lama penggunaan Obat
Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi
klinis lain)
4) Kontra indikasi
5) Interaksi.
Pelayanan pasien di apotek ini sangat baik karena dilengkapi ruang tunggu
yang nyaman, bersih dan memiliki hiburan berupa televisi sehingga dapat
membuat pasien nyaman untuk menunggu. Pelayanan terhadap obat juga teratur
dan sistematik mulai dari resep diterima hingga penyerahan obat ke pasien.
Kegiatan pelayanan di Apotek Alif Farma meliputi konsultasi dan berobat kepada
dokter umum, serta pelayanan atau penjualan untuk obat bebas dan obat dengan
menggunakan resep. Pelayanan yaitu mula-mula pasien datang dan mendaftarkan
diri kemudian mengantri sesuai nomor antrian masing-masing dan jika sudah tiba
gilirannya, pasien masuk ke ruang dokter untuk diperiksa penyakitnya, kemudian
dokter akan memberikan resep kepada pasien lalu pasien akan menyerahkan resep
tersebut ke apotek. Resep yang masuk akan diterima oleh apoteker atau asisten
apoteker. Lalu dilakukan pengecekan obat apakah obat yang diresepkan ada
diapotek atau tidak. Jika ada resep tersebut akan diberi harga sesuai yang berlaku
diapotek. Jika pasien setuju dengan harga tersebut, maka obat akan disiapkan lalu
diberi etiket dan diperiksa kembali apakah obat ataupun etiket yang ditulis sudah
sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter. Setelah itu obat diserahkan kepada
pasien disertai dengan informasi mengenai aturan penggunaan obat dan khasiat
masing- masing obat tersebut. Jika ada pasien yang mengambil hanya setengah
jumlah obat yang diresepkan oleh dokter maka asisten apoteker akan menuliskan
salinan resep.
Contoh R/
Dr.Isti Sundari
SIP:503/DU-287/DKKVII/2015
Praktek :
Senin-Sabtu
Apoteker Alif Farma
Jl. M. Yamin No. 47 B
Samarinda
Praktek Sore :
Pukul 15.00 s.d. 18.00 Wita
0823-12345-321
Samarinda 31-3-2016
R/Clotrimazole Zalf Tube No. I
Digenta
Tube No I
Sue 2x
R/Analsik
Tab No. X
1 3 dd Tab 1
R/Cetinal
0-0-1
Pro
: Tn. Doni
Umur : 31 tahun
Alamat : Jl. Mawar
3.3.2
Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi
b.
c.
dalam/oral, warna biru untuk obat luar dan suntik dan menempelkan label
kocok dahulu pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
d.
resep)
Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi Obat
Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait
dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus
dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-
lain
6) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak
stabil
7) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya
8) Membuat salinan resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh
Apoteker (apabila diperlukan)
9) Menyimpan resep pada tempatnya
10) Apoteker membuat catatan pengobatan pasien.
3.3.3
sendiri seperti (obat keras, obat bebas, obat wajib apotek) yang keberadaannya
bisa diperjual belikan diapotek dan dapat diberikan oleh Apoteker maupun Tenaga
Teknis Kefarmasian tanpa harus menggunakan resep dokter.
(Permenkes RI No 35, 2014)
3.4
Masalah (Hambatan)
3.4.1
berikut :
a.
Mengatur kedisiplinan dari masing-masing individu
b.
Masalah kejujuran dari masing-masing individu
c.
Terjadinya barang yang (expire deat ) FEFO (First Expire Date First Out)
d.
Fasilitas perlu ditingkatkan serta kebersihan apotek
3.4.2 Masalah atau Hambatan Mahasiswa di Apotek
Selama melakukan Praktek Kerja Lapangan di Apotek adalah kurang
memahami (baru belajar) tentang obat-obatan dan kesulitan membaca tulisan
resep dokter.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Pembelajaran di Apotek Alif Farma merupakan suatu strategi yang
Pelayanan obat, tata letak obat, dan keramahan para karyawan dalam melayani
pasien sudah cukup baik, semoga apa yang sudah ada dapat dipertahankan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik
Indonesia No.36 tahun 2009 tentang kesehatan: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Undang-Undang Tentang Informasi Obat.
Memkes RI: Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-undang No.22 Tahun
1997 tentang Narkotika: Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah
Republik
Indonesia
Nomor
51
tahun
2009
Tentang
Pekerjaan
Kefarmasian: Jakarta.
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Menkes Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek: Jakarta.
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 1999. No.919/Menkes/Per/X/1999 Tentang
Definisi Resep: Jakarta.
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang No.5 Tahun
1997 Tentang Narkotika: Jakarta.
Mentri
Kesehatan
Republik
Indonesia.
2004.
Keputusan
Menkes
RI