Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1.

Latar Belakang
Praktek Kerja Kefarmasian mahasiswa Program Studi Ahli Madya (D3)

Farmasi dilaksanakan di beberapa tempat antara lain Apotek, Rumah Sakit,


Puskesmas, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), dan Laboratorium
Kesehatan dengan bobot 4 sks. Pelaksanaan Praktek Kerja Kefarmasian
didasarkan pada kompetensi tenagateknis kefarmasian yang telah diatur dalam
Keputusan Mentri Kesehatan No. 573/MENKES/SK/VI/2008 tentang Standar
Profesi Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian yang dimaksud
dalam keputusan Mentri Kesehatan tersebut adalah lulusan Sekolah Menengah
Farmasi, Lulusan Ahli Madya Farmasi, Analisis Farmasi. Masing-masing tenaga
teknis kefarmasian tersebut memiliki kompetensi yang berbeda sesuai dengan
lulusannya.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk penyelenggaraan
pendidikan keahlian yang memadukan secara sistemik dan sinkron pendidikan
yang diperoleh dijenjang perguruan tinggi dengan pendidikan langsung
dilapangan. Dimana mahasiswa ditempatkan disuatu institusi dalam jangka waktu
tertentu, sehingga mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan kedudukannya dalam
dunia kerja sebagai tenaga teknis kefarmasian.
1. 2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
a. Untuk menambah dan memahami ruang lingkup kerja dan tanggung jawab
Tenaga Tekhnis Kefarmasian.
b. Untuk meningkatkan dan menambah

ilmu

pengetahuan

tentang

pembuatan, pengolahan, peracikan, pencampuran, pengubahan bentuk,


penyimpanan dan penyerahan obat serta perbekalan farmasi lainnya.
1. 3.
Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)
a. Menghasilkan farmasis yang professional
b.
Menghasilkan citra dan kemandirian Profesi Tenaga Teknis Kefarmasian
c.
Menigkatkan mutu pelayanan kesehatan
d.
Umumnya peserta Praktek Kerja Lapangan telah ikut dalam proses
pelayanan secara aktif sehingga pada pengertian tertentu peserta adalah
tenaga kerja yang memberi keuntungan

e.

Apotek dapat memberi tugas pada peserta Praktek Kerja Lapangan untuk

f.

kepentingan pelayanan sesuai kopetensi dan kemampuan yang dimiliki


Selama proses pendidikan melalui kerja lapangan, peserta Praktek Kerja
Lapangan

lebih mudah diatur

dalam hal disiplin berupa kepatuhan

terhadap peraturan apotek. Karna itu sikap peserta Praktek Kerja Lapangan
dapat dibentuk sesuai dengan ciri khas kerja di apotek
Memberi kepuasan bagi apotek karena diakui ikut serta menentukan masa

g.
1.3.1

depan anak bangsa melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Manfaat bagi Institusi/sarana tempat praktek
Membantu pengelolaan perbekalan farmasi mulai dari pengadaan,

penerimaan, penyimpanan dan pelayanan kepasien dengan pemberian informasi


obat serta pengarsipan resep.
1.3.2

Manfaat bagi Fakultas Farmasi


Mendapatkan umpan balik terhadap proses belajar mengajar selama

menempuh pendidikan di Universitas Mulawarman Fakultas Farmasi yang akan


meningkatkan kualitas mahasiswa serta terjalinnya kemitraan dengan institusi
dunia lapangan pekerjaan tenaga teknis kefarmasian.
1.3.3

Manfaat bagi Mahasiswa

a. Memberikan mahasiswa pengalaman praktek kerja pada dunia kerja yang


sesungguhnya
b. Memberikan kesempatan agar mahasiswa dapat belajar berinteraksi dan
mengembangkan diri sebagai persiapan terjun kedunia kerja
c. Memberikan pelatihan pada mahasiswa untuk mengimplementasikan ilmuilmu yang telah di dapatkan sekaligus menggali pengetahuan yang
berkaitan dengan dunia kerja kefarmasian.

BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1

Uraian Umum Apotek

2.1.1

Pengertian Apotek

Apotek adalah salah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan
mewujutkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Apotek
merupakan suatu jenis bisnis retail (eceran) yang komoditasnya terdiri dari
perbekalan farmasi yang meliputi obat, termasuk pula perbekalan alat kesehatan
lainnya. Apotek berperan untuk mendistribusikan perbekalan Farmasi dan
perbekalan kesehatan dari supplier kepada pengguna obat. Apotek memiliki
beberapa fungsi kegiatan meliputi pembelian, gudang, pelayanan penjualan,
keuangan, dan pembukuan. Adapun fungsi lain dari apotek adalah untuk
menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu
baik dan terjamin keabsahannya (Depkes, 2009).
2.1.2

Sejarah Apotek Alif Farma


Apotek Alif Farma resmi beroprasi pada tanggal 15 oktober 2012, terletak

di jalan M. Yamin Kota Samarinda dengan letak yang strategis berada disisi jalan
raya dan berada dilingkungan yang ramai. Apotek Alif Farma didirikan dengan
tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam dunia farmasi, untuk
memudahkan daerah sekitar apotek memperoleh obat dengan harga yang
terjangkau dan lengkap, serta sebagai sarana tempat kerja bagi lulusan farmasi
yang ada di Samarinda.
2.1.3. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan
bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Peraturan mentri kesehatan nomor 35 tahun 2014 tentang standar
pelayanan kefarmasian diapotek meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

meliputi

perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,

pencatatan dan pelaporan. Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian resep,


dispensing, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di
rumah (home pharmacy care), pemantauan terapi obat (PTO) dan monitoring efek
samping obat (MESO) (Mentri Kesehatan, 2014).
2.1.4. Obat
Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.193/kab/B.VII/71 tentang obat, obat adalah suatu bahan atau perpaduan


bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan
untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia. Obat
adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta
mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan (Depkes, 2006).
2.1.5

Penggolongan Obat

a. Obat bebas
Menurut Keputusan RI N0.2380/A/SK/VI/1983 obat golongan ini
termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh tanpa resep dokter,
apabila penyerahan telah memenuhi persyaratan. Obat bebas selain di apotek juga
dapat diperoleh di toko obat. Obat bebas dalam kemasannya ditandai dengan
lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

b.

Gambar 1.1. Penandaan Obat Bebas


Obat bebas terbatas
Menurut keputusan mentri kesehatan RI yang menetapkan obat golongan

ini juga relatif aman selama pemakaiannya mengikuti aturan pakai yang ada. Obat
ini digolongkan sebagai obat W (waarschuwing) yang artinya peringatan.
Penandaan obat golongan ini adalah adanya lingkaran berwarna biru dan 6
peringatan khusus. Sebagaimana obat bebas, obat ini juga dapat diperoleh tanpa
resep dokter di apotek atau toko obat. Berdasarkan keputusan Mentri Kesehatan
RI No.2380/Menkes/SK/VI/1983 tanda khusus untuk obat bebas terbatas adalah

lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam. Tanda khusus harus
diletakkan sedemikian rupa sehingga jelas dilihat dan mudah dikenal.

c.

Gambar 1.2. Penandaan dan Peringatan Obat Bebes Terbatas


Obat keras
Menurut Keputusan Mentri Kesehatan RI yang menetapkan atau

memasukan obat-obatan dalam daftar obat keras, golongan ini disebut golongan G
(gevaarlijk) yang artinya berbahaya. Disebut obat keras karena jika pemakai tidak
memperhatikan dosis, aturan pakai, dan peringatan yang diberikan, dapat
menimbulakan efek berbahaya. Obat keras yaitu, obat yang hanya boleh
diserahkan dengan resep dokter. Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan RI
No.02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus obat keras daftar G adalah
lingkaran bulatan warna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K
yang menyentuh garis tepi.

d.

Gambar 1.3. Penandaan Obat Keras


Psikotropika
Menurut Undang-Undang N0.22 tahun 1997 tentang pisikotropika, dulu

lebih dikenal dengan nama obat keras tertentu, sebenarnya termasuk golongan
obat keras, terapi bedanya dapat mempengaruhi aktivitas psikis. Adapun golongan
psikotropika dibagi menjadi :
1) Golongan I, sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu
pengetahuan, dilarang diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan.

2) Golongan II, III, dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah
didaftarkan. Namun, kenyataannya saat ini hanya sebagian dari golongan
IV saja yang terdaftar dan digunakan.
Narkotika
Menurut Undang-Undang N0.22 tahun 1997 tentang narkotika, adalah

e.

kelompok obat yang paling berbahaya karena dapat menimbulkan addiksi


(ketergantungan) dan toleransi. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep
dokter. Karena berbahaya, dalam peredaran, produksi, dan pemakaiannya
narkotika diawasi secara ketat. Pengawasan dilakukan antara lain, setiap institusi
yang menggunakan atau menjual narkotika seperti apotek dan rumah sakit harus
melaporkan ke Depkes atau BPOM tentang pembelian, penggunaan, dan
penjualannya. Dalam kemasannya narkotika ditandai dengan lingkaran berwarna
merah dengan dasar putih yang didalamnya ada gambar palang mendali berwarna
merah. Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
1) Golongan I, narkotika yang digunakan untuk kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, dan dilarang diproduksi atau digunakan untuk pengobatan.
2) Golongan II, dan III, narkotika yang dapat digunakan untuk pengobatan
asalkan sudah memiliki ijin edar (nomor regestrasi).
3)

Gambar 1.4. Penandaan Narkotika


2.2.

Struktur Organisasi Apotek


Apotek Alif Farma berdiri tanggal 15 oktober 2012 terletak di Jl. M.

Yamin Samarinda Pemilik sarana apotek Alif Farma adalah Widya Wulanjati.SE.
Apoteker Alif Farma Welinda Dyah Ayu, S. Farm.,M.Sc.,Apt. Empat Tenaga
Teknis Kefarmasian dan satu orang sebagai keuangan. Adapun struktur di Apotek
Alif Farma :
Pemilik Sarana Apotek Alif Farma
Widya Wulanjati.SE

Apoteker Pengelola Apotek


Welinda Dyah Ayu, S. Farm.,M.Sc.,Apt

Tenaga Teknis Kefarmasian

Ade Mediyanti
Amd. Far

Ani
Ragat

Nila
Marlyan
a

Keuangan

Rizki Bayu
Pambudi

Opie Juli
Salsabila

Gambar.1.5 struktur Organisasi Apotek Alif Farma

2.3.

Tugas dan Fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian


Dalam mengelola Apotek, Tenaga Teknis Kefarmasian memiliki tugas dan

fungsi, yaitu :
2.3.1

Tugas Tenaga Teknis Kefarmasian

a. Mengatur penyimpanan obat dan penyusunan apotik.


b. Memberi harga pada setiap resep dokter yang masuk dan memberikan
kelengkapan resep.
c. Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep dokter.
d. Menghitung dosis obat untuk racikan sesuai permintaan resep.
e. Menimbang, menyiapkan, mengemas dan memberi etiket obat untuk
racikan sesuai permintaan resep.
f. Memeriksa kebenaran obat sebelum diserahkan kepada pasien.
g. Menyerahkan obat dan memberikan informasi mengenai cara pemakaian
dan informasi lainnya mengenai obat kepada pasien.
h. Membuat salinan resep bila diperlukan oleh pasien, bila obat hanya ditebus
sebagian atau resep diulang serta membuat kwitansi bila diperlukan.
2.3.2

Fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian

a.

Fungsi pembelian meliputi: mendata kebutuhan barang, membuat


kebutuhan

pareto

barang,

mendata

pemasok,

merencanakan

dan

melakukan pembelian sesuai dengan yang dibutuhkan kecuali ada


b.

ketentuan dari APA, dan memeriksa harga.


Fungsi gudang meliputi: menerima dan mengeluarkan berdasarkan fisik
barang, menata, merawan dan menjaga keamanan barang.

c.

Fungsi pelayanan meliputi: Melakukan penjualan dengan harga yang telah


ditetapkan, menjaga kanyamanan ruang tunggu, melayani konsumen
dengan ramah, dan membina hubungan baik dengan pelanggan.

BAB III
PROSES PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama kurang

lebih satu bulan, terhitung sejak tanggal 1 maret 2 april 2016, yang ditentukan
oleh fakultas farmasi program studi diploma III Universitas Mulawarman,
bertempat di Apotek Alif Farma yang beralamat di Jl. M. Yamin Samarinda.
3.2.

Gambaran Kerja di Apotek

3.2.1

Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi dan alat

kesehatan perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan


kemampuan masyarakat. Dalam perencanaan sedian farmasi seperti obat-obatan
dan alat kesehatan yang dilakukan adalah pengumpulan data obat-obatan yang
akan di tulis dalam buku defekta (buku catatan barang yang kosong). Obat yang
dibeli adalah obat yang stoknya sedikit dan hampir habis. Jenis obat yang dibeli
adalah obat yang peredarannya cepat (fast moving), dan juga berdasarkan obat
yang digunakan dari resep dokter di Alif Farma Samarinda. Sehingga resiko
kadaluarsa obat sangat kecil.
3.2.2

Pengadaan
Apotek melakukan pembelian dengan membuat Surat Pesanan sebanyak 2

rangkap dan SP diserahkan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian untuk diketahui,


disetujui dan ditandatangani. SP yang telah sah, kemudian dikirim ke PBF lewat
perantara sales. Untuk pemesanan psikotropika dan narkotika dibuat SP khusus
sebanyak 2 rangkap (1 lembar untuk PBF dan 1 lembar untuk arsip apotek).
Pemesanan barang dilakukan di pagi hari oleh karyawan yang bertanggung jawab
melalui telepon ke kantor PBF, barang yang telah dipesan kemudian di antar ke
Apotek dan SP diserahkan, sedangkan pemesanan psikotropika, narkotika beserta
precursor SP harus diberikan terlebih dahulu baru obat diantar.

3.2.3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Menerima perbekalan farmasi yang
diserahkan dari unit-unit pengelola yang lebih tinggi (PBF) kepada unit pengelola
Apotek. Perbekalan farmasi yang telah dikirim ke Apotek Alif Farma disertai
faktur dan di terima oleh petugas pembelian. Petugas pembelian Tenaga Teknis
Kefarmasian akan melakukan pengecekkan terhadap barang yang datang
disesuaikan dengan surat pesanan (SP) dan diperiksa nama sediaan, jumlah, dosis,
Expired Date, dan kondisi sediaan. Setelah pengecekkan selesai faktur di tanda
tangani dan diberi stampel Apotek oleh petugas penerima tenaga teknis
kefarmasian , yang diketahui oleh Apoteker Pengelola apotek. Faktur diinput ke
komputer berdasarkan faktur yang telah dicocokkan pada saat penerimaan barang.
3.2.4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan dimana barang yang telah diterima
kemudian disimpan ketempat penyimpanannya seperti lemari atau rak masingmasing, berdasarkan farmakologi dan jenis sediaanya. Khusus untuk sediaan
seperti vaksin, dan suppositoria disimpan didalam lemari es. Untuk penyimpanan
narkotika dan psikotropika berdasarkan permenkes, penyimpanannya harus dibuat
seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat, harus mempunyai kunci yang
kuat, dibagi menjadi dua bagian masing-masing dengan kunci yang berlainan dan
bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, phetidin dan codein serta
persediaan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari serta apabila tempat khusus
tersebut berupa lemari berurukuran kurang dari 40 x 80x 100 cm maka lemari
tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. Serta untuk tiap-tiap item obat
terdapat kartu stok obatnya masing- masing.
Penyusunan obat dilakukan berdasarkan alfabetis, penggolongan obat dan
bentuk sediaan. hal ini bertujuan agar memudahkan pencarian obat dan
menggunakan sistem FIFO (First In First Out) yang artinya barang yang pertama
masuk maka pertama keluar dan sistem FEFO (First Expired Date First Out) yang
artinya barang yang mendekati kadaluarsa akan dikeluarkan terlebih dahulu ini

bertujuan agar tidak terjadinya penumpukan barang kadaluarsa dan arus barang
dapat terkontrol.
3.2.5. Pemusnahan
a.

Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan

bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung


narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten (Kota). Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktek atau surat izin kerja.
b.

Resep yang telah disimpan dalam jangka waktu 5 tahun dapat

dimusnahkan. Pemusnahan resep dapat dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh


sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep dan
selanjutnya dilaporkan pada dinas kesehatan kabupaten (kota).
3.2.6. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, dan
alat kesehatan meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu
stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainya disesuaikan
dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek,
meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan meliputi pelaporan narkotika (menggunakan formulir 3
sebagaimana terlampir), psikotropika (menggunakan formulir 4 sebagaimana
terlampir) dan pelaporan lainnya.
3.3

Proses Kegiatan Pelayanan

3.3.1

Pelayanan Pengkajian Resep Tunai Di Apotek Alif Farma


Pelayanan farmasi di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan

Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan


dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Adapun pelayanan farmasi di Apotek meliputi:
a.

Kajian administratif meliputi:


1) Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan
2) Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan
3)

b.
1)
2)
3)
c.
1)
2)
3)

paraf
Tanggal penulisan Resep
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
Bentuk dan kekuatan sediaan
Stabilitas dan
Kompatibilitas (ketercampuran Obat)
Pertimbangan klinis meliputi:
Ketepatan indikasi dan dosis Obat
Aturan, cara dan lama penggunaan Obat
Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi

klinis lain)
4) Kontra indikasi
5) Interaksi.
Pelayanan pasien di apotek ini sangat baik karena dilengkapi ruang tunggu
yang nyaman, bersih dan memiliki hiburan berupa televisi sehingga dapat
membuat pasien nyaman untuk menunggu. Pelayanan terhadap obat juga teratur
dan sistematik mulai dari resep diterima hingga penyerahan obat ke pasien.
Kegiatan pelayanan di Apotek Alif Farma meliputi konsultasi dan berobat kepada
dokter umum, serta pelayanan atau penjualan untuk obat bebas dan obat dengan
menggunakan resep. Pelayanan yaitu mula-mula pasien datang dan mendaftarkan
diri kemudian mengantri sesuai nomor antrian masing-masing dan jika sudah tiba
gilirannya, pasien masuk ke ruang dokter untuk diperiksa penyakitnya, kemudian
dokter akan memberikan resep kepada pasien lalu pasien akan menyerahkan resep
tersebut ke apotek. Resep yang masuk akan diterima oleh apoteker atau asisten
apoteker. Lalu dilakukan pengecekan obat apakah obat yang diresepkan ada
diapotek atau tidak. Jika ada resep tersebut akan diberi harga sesuai yang berlaku
diapotek. Jika pasien setuju dengan harga tersebut, maka obat akan disiapkan lalu
diberi etiket dan diperiksa kembali apakah obat ataupun etiket yang ditulis sudah
sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter. Setelah itu obat diserahkan kepada
pasien disertai dengan informasi mengenai aturan penggunaan obat dan khasiat
masing- masing obat tersebut. Jika ada pasien yang mengambil hanya setengah

jumlah obat yang diresepkan oleh dokter maka asisten apoteker akan menuliskan
salinan resep.
Contoh R/

Dr.Isti Sundari
SIP:503/DU-287/DKKVII/2015
Praktek :
Senin-Sabtu
Apoteker Alif Farma
Jl. M. Yamin No. 47 B
Samarinda

Praktek Sore :
Pukul 15.00 s.d. 18.00 Wita
0823-12345-321

Samarinda 31-3-2016
R/Clotrimazole Zalf Tube No. I
Digenta
Tube No I
Sue 2x
R/Analsik

Tab No. X
1 3 dd Tab 1

R/Cetinal

Tab 10mg No.X

0-0-1
Pro
: Tn. Doni
Umur : 31 tahun
Alamat : Jl. Mawar

(Permenkes RI No 35, 2014)

3.3.2

Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi

Obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:


a.
Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep meliputi menghitung
kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep dan mengambil obat yang

dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama obat,


tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
Melakukan peracikan obat bila diperlukan
Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi warna putih untuk obat

b.
c.

dalam/oral, warna biru untuk obat luar dan suntik dan menempelkan label
kocok dahulu pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat

d.

yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan


yang salah. Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut:
1) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan
2)
3)
4)
5)

resep)
Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi Obat
Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait
dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus
dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-

lain
6) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak
stabil
7) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya
8) Membuat salinan resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh
Apoteker (apabila diperlukan)
9) Menyimpan resep pada tempatnya
10) Apoteker membuat catatan pengobatan pasien.
3.3.3

Pelayanan Swamedikasi Di Apotek Alif Farma


Swamedikasi (pengobatan sendiri) merupakan tindakan mengobati diri

sendiri seperti (obat keras, obat bebas, obat wajib apotek) yang keberadaannya
bisa diperjual belikan diapotek dan dapat diberikan oleh Apoteker maupun Tenaga
Teknis Kefarmasian tanpa harus menggunakan resep dokter.
(Permenkes RI No 35, 2014)
3.4

Masalah (Hambatan)

3.4.1

Masalah atau Hambatan Apotek


Masalah atau hambatan yang terdapat di Apotek Alif Farma adalah sebagai

berikut :
a.
Mengatur kedisiplinan dari masing-masing individu
b.
Masalah kejujuran dari masing-masing individu
c.
Terjadinya barang yang (expire deat ) FEFO (First Expire Date First Out)
d.
Fasilitas perlu ditingkatkan serta kebersihan apotek
3.4.2 Masalah atau Hambatan Mahasiswa di Apotek
Selama melakukan Praktek Kerja Lapangan di Apotek adalah kurang
memahami (baru belajar) tentang obat-obatan dan kesulitan membaca tulisan
resep dokter.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Pembelajaran di Apotek Alif Farma merupakan suatu strategi yang

memberikan ilmu pengetahuan melalui praktek kerja langsung pada pekerjaan


sesungguhnya. Dengan adanya praktek kerja lapangan di Apotek Alif Farma dapat
merasakan bagaimana pelaksanaan praktek langsung di lingkungan dunia kerja.
4.2
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada instalasi tempat mahasiswa
dilaksanakannya tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL) apotek Alif Farma adalah
menambah gudang obat agar dapat tersimpan dengan baik dan tidak bertumpuk.

Pelayanan obat, tata letak obat, dan keramahan para karyawan dalam melayani
pasien sudah cukup baik, semoga apa yang sudah ada dapat dipertahankan

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik
Indonesia No.36 tahun 2009 tentang kesehatan: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Undang-Undang Tentang Informasi Obat.
Memkes RI: Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-undang No.22 Tahun
1997 tentang Narkotika: Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah
Republik

Indonesia

Nomor

51

tahun

2009

Tentang

Pekerjaan

Kefarmasian: Jakarta.
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Menkes Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek: Jakarta.
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 1999. No.919/Menkes/Per/X/1999 Tentang
Definisi Resep: Jakarta.
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang No.5 Tahun
1997 Tentang Narkotika: Jakarta.
Mentri

Kesehatan

Republik

Indonesia.

2004.

Keputusan

Menkes

RI

No.1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Apotek: Jakarta.


Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang No.5 Tahun
1997 Tentang Psikotropika: Jakarta.
Surat Keputusan Mentri Republik Indonesia. 1983. Keputusan Menkes RI Nomor
2380/A/SK/VI/1983 Tentang Tanda Khusus Untuk Obat Bebas: Jakarta.
Surat Keputusan Mentri Republik Indonesia. 1983. Keputusan Menkes RI Nomor
2380/A/SK/VI/1983 Tentang Tanda Khusus Untuk Obat Bebas Terbatas:
Jakarta.

Surat Keputusan Mentri Republik Indonesia. 1986. Keputusan Menkes RI Nomor


02936/A/SK/VIII/1986 Tentang Tanda Khusus Untuk Obat Keras Daftar G
(Keras): Jakarta.
Zeenot, S. 2013. Pengolahan dan Penggunaan Obat Pengunaan Obat Wajib
Apotek. D-Medika. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai