Anda di halaman 1dari 3

METODE METODE PENGUKURAN &

EVALUASI TRAINING
May 26, 2008 by yudhaarga
Beberapa waktu lalu pernah diposting di Milis Trainers Club Indonesia tentang pengukuran
dan evaluasi pelatihan. Pada posting tersebut mengambil Kerangka atau Metode yang
dipopulerkan oleh Jack J Philips tentang 5 Level Evaluasi Training. Sebenarnya ada cukup
banyak metode evaluasi pengukuran yang dipakai saat ini. Semuanya bertujuan untuk
melaporkan keberhasilan program training dan program perbaikan kinerja. Beberapa metode
berfokus pada kesuksesan secara Finansial, yang lain pada data non Finansial, serta ada juga
yang menawarkan pendekatan yang seimbang dalam mengukur hasil dari suatu program.
Sebagai bahan untuk memperkaya wawasan kita, berikut beberapa metode Evaluasi &
Pengukuran Training yang dipakai saat ini. Metode metode ini dikutip dari buku THE ROI
FIELD BOOK, Strategies for Implementing ROI in HR & Training (Patricia
Phillips, Jack J Phillips, Ron Drew Stone, & Holly Burkett), 2007 :

1. Benefit Cost Analysis


Mungkin proses/metode tertua untuk mengevaluasi pengeluaran suatu program
adalah benefit cost analysis. Didasarkan pada kerangka teori ekonomi dan keuangan,
maksud utama dari Benefit Cost Analysis (BCA) adalah untuk memastikan organisasi
mempertahankan level optimum dari efisiensi dalam alokasi sumber daya. Seperti
penggunaan utamanya dalam ekonomi & keuangan, metode ini juga dipakai dalam
pendidikan dan pelatihan.

2. Four-Level Framework dari Kirkpatrick


Kerangka yang paling umum dalam training dan evaluasinya adalah yang
dikembangkan oleh Donald Kirkpatrick pada akhir 1950-an. Kerangka ini
menggambarkan 4 level evaluasi :

1.
1.
2.
3.
4.

Level 1 : Reaction
Level 2 : Learning
Level 3 : Job Behavior
Level 4 : Results

Banyak usaha yang berhasil dibangun pada konsep 4 level dari Kirkpatrick ini.

3. Five-Level ROI Framework dari Jack J Phillips


Metode dari Jack Phillips ini merupakan metode yang paling luas digunakan untuk
mengevaluasi program training dan program perbaikan kinerja. Philips
menambahkan ROI (Return on Investment) sebagai level ke 5. Memperkenalkan
bahwa untuk memindahkan level 4 ke level 5, pengukuran level 4 harus dikonversi ke
nilai moneter (uang), seluruh biaya harus dicatat, keuntungan intangible harus
diidentifikasi, dan keuntungan moneter dibandingkan dengan biaya. Karena itu,
mengkombinasikan pendekatan Kirkpatrick dengan Benefit Cost Analysis untuk
memastikan keseimbangan pengukuran dilaporkan.
Jack Philips menggunakan 5 level sebagai kerangka. Dia juga mengembangkan proses
yang sistematis termasuk Performance-based methodology, strategi, pendekatan, dan
tool untuk mengimplementasikan evaluasi di semua level. Metode tersebut juga

termasuk tahap kritis untuk mengisolasi efek dari program pada pengukuran dari
pengaruh faktor lain. Selain itu, proses tersebut mengidentifikasi penghambat &
pendorong untuk berhasil dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan
berkelanjutan (Continuous Improvement)

4. Five Level of Evaluations dari Kaufman


Kaufman memperluas kerangka Kirkpatrick dengan mendefinisikan Level 1 termasuk
kemungkinan dari berbagai sumber daya dan masukan yang penting untuk berhasil,
serta menambahkan level 5 evaluasi pada perhatian pada aspek sosial dan respon dari
organisasi.

5. CIRO
Watt, Bird & Rackham mengemukakan kerangka lain yang mengkategorikan empat
kategori evaluasi yang disebut CIRO. CIRO merupakan singkatan dari Context
(Konteks), Input (Masukan), Process (Proses), dan Outcome (Hasil).

6. CIPP
CIPP (Context, Input, Process, Product) model yang diperkenalkan oleh Stufflebeam
memiliki kerangka yang fokus pada sararan program, fasilitasi isi training,
implementasi program, dan hasil dari program.
7.Model of Evaluation Knowledge & Skills dari Marshal & Schriver
Model lima tahap ini mengevaluasi pengetahuan & ketrampilan. Model ini terbagi:

1.

2.

1. Level 1 : Mengukur sikap & perasaan peserta


2. Level 2 : Mengukur pengetahuan dengan test tertulis
3. Level 3 : Mengukur Ketrampilan dan pengetahuan dengan mensyaratkan
peserta untuk menunjukkan kemampuan unjuk kerja berdasarkan standar
4. Level 4 : Mengukur Transfer ketrampilan
5. Level 5 : Mengukur dampak bagi organisasi & ROI
8. Business Impact ISD Model dari Indiana University
Proses evaluasi yang termasuk dalam Business Impact Instructional Systems Design
Model ini didasarkan pada enam strata dari dampak yang dimulai dari Stratum 0,
yang menghitung aktivitas seperti volume dari training yang diselenggarakan atau
jumlah peserta dalam program.
Stratum 1, mengukur kepuasan peserta terhadap program
Stratum 2, mengukur tingkat peserta dalam mendapat pengetahuan dan
ketrampilan dalam program
Stratum3, mengukur transfer dari training, untuk menjawab petanyaan apakah
peserta menggunakan/memanfaatkan apa yang mereka pelajari ?
Stratum 4, mengukur tingkat perbaikan kinerja peserta dan apakah perbaikan
tersebut berpengaruh terhadap profit
Stratum 5, berusaha mengukur pengaruh perubahan kinerja dalam organisasi

9. Success Case Evaluation

Success Case Evaluation yang diperkenalkan Brinkerhoff menggunakan purposive


sampling (mengambil sample secara sengaja/terencana) dibandingkan random
sampling (mengambil sample secara acak) untuk mengumpulkan data mengenai
keberhasilan program. Proses ini fokus pada masukan dari peserta yang paling
berhasil dan paling tidak berhasil dalam mengimplementasikan pengetahuan dan
ketrampilan yang didapat selama program. Selama proses, peserta diminta untuk
menceritakan keberhasilan aplikasi program dan merinci penghsmbat atau
pendorong yang menghalangi atau mendukung penggunaan ketrampilan dan
pengetahuan yang dipelajari.
10.Utility Analysis
Cascio yang memperkenalkan utility analysis kepada umum. Utility analysis adalah
proses yang memasukkan hasil yang diharapkan dan biaya dari keputusan yang
diambil ke dalam perhitungan. Hasil yang spesifik didefinisikan dan kepentingan
relatif dari pendapatan diputuskan.

11.Integral Framework dari Brown & Reed


Pendekatan yang menyeluruh dalam evaluasi mencakup pembelajaran individu dan
organisasi. Empat konsep kunci dalam pendekatan ini termasuk kumpulan
pengembangan; merujuk pada hubungan antara peserta dengan organisasi;
hubungan antar bidang, mengusulkan bahwa pengembangan tergantung interaksi
individu dengan group yang lebih besar;Kerangka Integral, mengusulkan bahwa
pengembangan satu bidang berhubungan dengan pengembangan bidang yang lain.

12. Balanced Scorecard


Metode yang umum dalam level strategi organisasi, adalah Balanced Scorecard yang
dikembangkan oleh Kaplan & Norton. Kerangka ini menampilkan visi organisasi ke dalam
empat perspektif (Financial, Costumer, Internal Process, dan Learning & Growth). Fokus dari
Scorecard adalah mengarahkan strategi dari unit bisnis seperti Fungsi Training.

Anda mungkin juga menyukai