Anda di halaman 1dari 24

1.

1.

ANATOMI

Secara umum hernia merupakan penonjolan (protrusi) isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia
dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, umpamanya
diafragma, inguinal, umbilical, femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat jeluar
masuk. Keluar jika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika tidur atau didorong
masuk perut. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut,
hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong
pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan
nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
Hernia disebut hernia inkarserata atau strangulate bila isinya terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut. Akibatnya, sering terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis
hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan
pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata.
Hernia eksternal merupakan protrusi abnormal organ intra-abdominal melewati
defek fascia pada dinding abdominal. Hernia yang sering terjadi adalah inguinal,
femoral, umbilical, dan paraumbilikal.
Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus (organ) dari kavum peritoneal ke dalam
canalis inguinalis.
Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada
dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang
berulang atau berkelanjutan.

Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha).
Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia
inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis
lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar),
hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari
hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria
lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin
bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini
dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.

Hernia yang timbul di atas lipatan abdominokrural adalah hernia inguinalis dan yang
timbul di bawah lipatan adalah hernia femoralis. Kanalis inguinalis merupakan
saluran oblik yang melewati bagian bawah dinding abdomen anterior. Saluran ini
memungkinkan struktur-struktur yang melewati menuju ke dan dari testis ke
abdomen pada pria. Pada wanita, saluran ini dilewati oleh ligamen rotundum uteri,
dari uterus ke labium majus. Selain itu, saluran ini dilewati nervus Ilioinguinalis pada
kedua jenis kelamin.
Panjang kanalis inguinalis pada dewasa adalah sekitar 4 cm, terbentuk dari annulus
inguinalis profundus/interna sampai annulus inguinali superfisialis/eksterna. Kanalis
inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamen inguinalis. Pada neonatus,
annulus inguinalis interna terletak hampir tepat posterior terhadap annulus
inguinalis eksterna sehingga kanalis inguinalis pada usia ini sangat pendek.
Kemudian, annulus interna bergerak ke arah lateral akibat pertumbuhan.
Annulus inguinalis interna adalah suatu lubang berbentuk oval pada fascia
transversalis, terletak sekitar 3 cm di atas ligamentum inguinalis, pertengahan

antara SIAS dan symphisis pubis. Di sebelah medial annulus interna terdapat av.
epigastrika inferior. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica interna pada
pria atau pembungkus bagian dalam ligamen rotundum rotundum uteri pada wanita.
Annulus inguinalis externa merupakan defek berbentuk segitiga (Hesselbachs
triangle) pada aponeurosism. obliquus externus abdominis dan dasarnya dibentuk
oleh crista pubica. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica externa. Batas
lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial adalah m. rectus
abdominis bagian lateral, dan batas inferior adalah ligamen inguinalis.
Kanalis inguinalis dibentuk atas dinding anterior, posterior, superior, dan inferior.
Dinding anterior dibentuk oleh aponeurosis m. obliquus eksternus abdominis yang
diperkuat pada 1/3 lateral oleh serabut-serabut m. obliquus internus abdominis.
Seluruh panjang dinding posterior kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia
transversalis yang diperkuat cojoint tendon di 1/3 medial. Cojoint tendon adalah
gabungan tendon insersi m. obliquus internus abdominis dan m. transversus
abdominis yang melekat pada crista pubica dan linea pectinea. Dasar atau dinding
inferior kanalis inguinalis dibentuk oleh ligamentum inguinalis, sedangkan atapnya
dibentuk oleh m. obliquus internus abdominis danm.transversus abdominis.

Gambar 1. Hesselbachs triangle


Hernia inguinalis dapat langsung (direk) dan dapat pula tidak langsung (indirek).
Kantong dari hernia inguinalis indirek berjalan melalui anulus inguinalis profunda,
lateral terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan akhirnya kearah skrotum.
Kantong dari hernia inguinalis direk menonjol secara langsung melalui dasar kanalis
inguinalis, medial terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan jarang turun kearah
skrotum. Hernia femoralis hampir selalu terlihat sebagai massa yang irredusibel,
meskipun kantongnya makin kososng, karena lemak dam kelenjar limfe dari kanalis
femoralis melingkari kantong. Kelenjar limfe tunggal yang membesar dapat meniru
hernia femoralis dengan sangat cepat.
Kantong hernia indirek sebenarnya adalah suatu proses vaginalis yang berdilatasi
secara persisten. Hernia ini berjalan melalui anulus inguinalis profunda dan

mengikuti selubungnya ke skrotum. Pada anulus profunda, kantong mengisi sisi


anterolateral dari korda. Lemak properitoneal sering kali berkaitan dengan kantong
indirek dan dikenal sebagai lipoma dari korda, meskipun lemak tersebut bukan
tumor.
Organ-organ retroperitoneal seperti misalnya kolon sigmoid, sekum dan ureter dapat
tergelincir ke dalam kantong indirek. Dalam kantong itu, organ-organ tersebut
menjadi bagian dari dinding kantong dan rentan terhadap cedera selama perbaikan.
Kantong hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu segitiga
Hesselbach; menonjol secara langsung dan kantong hernia ini tidak mengandung
aponeurosis otot obliqus eksternus. Hanya pada keadaan yang jarang, hernia ini
sedemikian besarnya sehingga mendesak keluar melalui anulus superfisialis dan
turun ke dalam skrotum. Kandung kemih sering menjadi komponen kosong dari
kantong hernia direk.
Kantong hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada sisi
medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu atau dua
kelenjar limfe, yang tersebar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini didesak
keluar dari kanalis femoralis oleh suatu penonjolan peritoneal dan seringkali
membentuk massa yang dapat dipalpasi.

Gambar 2. Canalis Inguinalis

Tadi sudah disebutkan secara definisi Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Berasal dari bahasa latin herniae, yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui
jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi
di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus. Pada hernia

abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri atas :
1.
2.
3.

cincin
kantong
isi hernia

Gambar 3. Kantung Hernia

3. EPIDEMOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha).
Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia
inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis
lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar),
hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari
hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria
lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin
bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini
dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah. Selain yang
disebutkan di depan orang yang memiliki peluang yang besar menggalami hernia
yaitu orang orang yang perah mengalami operasi.
4. ETIOLOGI
Hernia terjadi karena dinding otot yang melemah atau membran yang secara normal
menjaga organ tubuh pada tempatnya melemah atau mengendur. Hernia
kebanyakkan diterita oleh orang yang berusia lanjut, karena pada usia lanjut otot
otot mulai melemah dan mengendur sehingga peluangnya sangat besar untuk
terjadi hernia. Pada wanita sebagian besar hernia diakibatkan karena obesitas ( berat
badan yang berlebih ). Hal lain yang dapat mengakibatkan hernia antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Mengangkat barang yang terlalu berat


Batuk
Penyakit kronik paru paru
Akibat sering mengejan pada saat buang air besar
Gangguan metabolisme pada jaringan ikat
Asites (penumpukan cairan abnormal di dalam rongga perut)
Diare atau kejang perut
Kehamilan
Aktifitas fisik yang berlebihan
Bawaan lahir (kongenital)

Hal hal diatas merupakan beberapa contoh penyebab terjadinya hernia yang perlu
diwaspadai

5. KLASIFIKASI
Secara umum hernia terbagi atas dua jenis , yaitu :
1.

Hernia Internal

Hernia yang terjadi di dalam tubuh penderita sehingga tidak dapat dilihat dengan
mata. Contohnya hernia diaphragmatica.

2.

Hernia Eksternal

Hernia yang dapat dilihat oleh mata dikarenakan benjolan hernia menembus keluar
sehingga dapat dilihat oleh mata.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :
1.
2.

Hernia bawaan (kongenital)


Hernia kongenital sempurna

Karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.


1.

Hernia kongenital tak sempurna

Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai defek pada
tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi
hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intra
abdominal.
1.

Hernia yang didapat (akuisita)

Berdasarkan letaknya, hernia dibagi menjadi :


1.

Hernia diafragma yaitu menonjolnya organ perut kedalam rongga dada melalui
lubang pada diafragma (sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut).
2. Hernia inguinal
3. Hernia umbilical yaitu benjolan yang masuk melalui cincin umbilikus (pusar)
4. Hernia femoral yaitu benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis.

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :


1.

Hernia reponibel; bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel; bila isi kantong hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri
ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia inkarserata atau hernia strangulata; bila isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali kedalam rongga perut.
Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.

Menurut letak, hernia berupa hernia inguinalis, femoralis dan yang jarang termasuk
hernia spieghelian, obsturator, umbilikalis serta diafragmatika.
Secara garis besar , pembagian hernia dibagi menjadi 3, yaitu :
1.

1.

Hernia femoralis

Hernia femoralis umumnya dijumpai pada permepuan tua, kejadian pada permepuan
kira-kira 4 kali laki-laki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul
terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikan tekana intraabdomen
seperti saat mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu
berbaring. Sering pernderita datang ke dokter atau rumah sakit dengan hernia
strangulata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah
ligamnetum inguinale di medial v.femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak
jarang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha
dapat ditemukan, karen akecilanya atau penderita gemuk.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk
ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dena v.femoralis
sepaanjang kurang lebih 2cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.

Patofisiologi
Secara patofisiologi pennggian tekanan intrabdomen akan mendorong lemak
preperitoneal ke dalam kalalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan
terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya dalah kehamilan multipara, obesitas, dan
generasi jaringan ikat karena usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi
sebagai komplikasi herniorafi pada herna inguinalis, terutama yang memakaiteknik
Bassini dan Shouldice yang menyebabkan fasia tranversa dan ligamnetum ingunale
lebih tergeser ke ventrokranialb sehingga kanalis femoralis lebih luas.
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah strangulasi dengan segala akibatnya.
Hernia femoralis keluar di sebelah bawah ligamnetum inguinale pada fossa ovalis.
Kadang-kadang hernia femoralis tidak teraba dari luar, terutama biala merupakan
hernia Ritcher.

Penatalaksanaan
Pengelolaannya bisa dengan pengobatan konservatif, maupun tindakan definitif
berupa operasi. Tindakan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Pengurangan hernia secara non-operatif dapat segera dilakukan dengan
berbaring, posisi pinggang ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa
sakit) dan sedatif (penenang) yang cukup untuk memberikan relaksasi otot.
Perbaikan hernia terjadi jika benjolan berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda
klinis strangulasi.
Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
Hal ini biasanya dpilih jika pasien menolak dilakukan perbaikan secara operasi atau

terdapat kontraindikasi terhadap operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena


menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di
daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak
cara ini dapat menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali
sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis, terutama jenis yang
strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Jika reposisi
tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera. Prinsip dasar
operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplastik.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka, dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi.
Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inginalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Dikenal berbagai metode
hernioplastik, seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan
terputus, menutup, dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan
m.transversus internus abdominis dengan m.oblikus internus abdominis yang dikenal
dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart menurut metode
Bassini. Metode ini memperbaiki orifisium miopektineal, superior dari ligamentum
inguinalis, yaitu anulus profunda dan segitiga Hesselbach, sehingga dapat
diterapkan baik pada hernia direk maupun indirek.
Metode lain yaitu menjahitkan fasia transversa, m.transversus abdominis, m.oblikus
internus abdominis ke ligamentum Cooper pada metode Mc Vay. Metode ini
memperbaiki tiga daerah yang paling rentan terhadap herniasi dalam orifisium
miopektineal, yaitu anulus prounda, segitiga Hesselbach, dan kanalis femoralis. Insisi
relaksasi merupakan suatu keharusan karena bila tidak dibuat, akan timbul regangan
yang cukup besar pada garis jahitan.
Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponible ini dapat terjadi jika isi hernia
terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal atau
merupakan hernia akreta. Di sini tidak dapat timbul gejala klinis kecuali berupa
benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
hernia strangulata yang menimbiulkan gejala obstruksi usus yang sederhana.
Sumbatan yang terjadi total atau pasrisal seperti pada hernia RICHER. Bila cincicn
hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan
hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkaserasi
retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan satu
segmen lainnya berdada dalam rongga peritoneum.

Jepitan cincicn hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udema organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredarah darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat beruapa cairan serosanguinis. Kalau isis hernia
terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungn dengan rongga perut.

Gambar 4. Hernia Femoralis


1.

2.

Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anamoli kongenital atau karena sebab yang
didapat. Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria dan lebih sering pada sisi
kanan dibandingkan pada sisi kiri. Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang
dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan
miring, adanya struktur m.oblikus internus obdominis yang menutup annulus
inguinalis internus ketika bekontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat
menutupi trigonum Hasselbach yang umunya hampir tidak berotot. Faktor paling
kausal yaitu adanya proses vaginalis (kantong hernia ) yang terbuka, peninggian
tekanan didalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.

Gambar 5. Hernia Inguinalis


Diagnosis
Gejala dan tanda hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul
pada waktu berdiri,batuk, bersin , atau mengedan, dan menghilang setelah
berbaring. keluhan nyeri jarang dijumpai ; kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat
pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis latelaris muncul sebagai penonjolan
di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia
yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari
dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda
ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan.
Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya , pada palpasi mungkin teraba
usus ,omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari
kelingking , pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit
skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia
dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi , pada waktu jari masih
berada dalam annulus eksternus,pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari
menyentuh hernia , berarti hernia ingunalis letelaris, dan kalau bagian sisi jari yang
menyentuhnya,berarti hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi perempuan,
yang teraba seperti sebuah massa padat biasanya terdiri atas ovarium.

Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau , jika tidak
dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan
adanya hubungan ke cranial melalui annulus eksternus.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba
dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.
Hernia inguinalis di bagi lagi, yaitu :
1.

Hernia inguinalis medialis

Hernia inguinalis direk ini hamper selalu disebabkan oleh factor peninggian tekanan
intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach. Oleh
karena itu , hernia ini umumnya terjadi bilateral,khususnya pada lelaki tua.Hernia ini
jarang , bahkan hampir tidak pernah , mengalami inkarserasi dan strangulasi.
Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kandung kemih.
Kadang dtemukan defek kecil di m.oblikus internus abdominis, pada segala usia,
dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering menyebabkan strangulasi. Hernia
ini banyak diderita oleh penduduk di Afrika.

Gambar 6. hernia inguinalis direk


1.

Hernia inguinalis lateralis

Hernia ini disebut latelaris karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran,
yaitu annulus dan kanalis inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung
menonjol melalui segitiga Hessebach dan dsebut sebagai
herniadirek.Pada pemeriksaan herna leteralis , akan tampak tonjolan berbentuk
lonjong sedangkan hernia medial berbentuk tonjolan bulat. Pada bayi dan anak ,

hernia latelaris disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus
vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Hernia
geser dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia yang di kanan biasanya berisi
sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan yang di kiri berisi sebagian kolon
desendens.

Gambar 7. Hernia inguinalis indirek.


Gambaran Klinis
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang
timbul pada waktu mengedan , batuk, atau mengangkat beban berat, dan
menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak , adanya benjolan yang
hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua . Jika hernia
mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah , banyak menangis , dan kadangkadang perut kembung , harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulate.
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua lipat paha, skrotum, atau
labia dalam posisi berdiri dan berbaring .Pasien di minta mengedan atau batuk
sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan
dalam keadaan ada benjlan hernia , diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong
apakah benjolan dapat direposisi . Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk
atau jari kelingking pada anak-anak , kadang cincin hernia dapat diraba berupa
anulus ingunalis yang melebar.
Pada hernia insipien tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di dalam
kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak-anak kadang tidak
terlihat adanya benjolan pada waktu menangis , batuk, atau mengedan. Dalam hal

ini perlu dilakukan palpasi tali sperma dengan membandingkan yang kiri dan yang
kanan; kadang didapatkan anda sarung tangan sutera.
Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melalukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Reposisi ini tidak silakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien
anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia
dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur di bawah dua tahun.
Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang
terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ni disebabkan oleh cincin hernia
yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak
dengan pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini
berhasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak
berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tdak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai
sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan
komplkasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang
tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat
menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung
pembuluh darah testis.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan . Prinsip dasar
operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dbebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong
hernia dijahit- ikat setinggi mungkin lalu di potong.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus ingunalis internus dan
memperkuat dnding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal brbagai
metode hernioplastik, seperti memperkecil annulus ingunalis internus dengan jahitn
terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, menjahtkan pertemuan
m.transversus internus abdominis dan m.oblikus internus abdominis yang dikenal
dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart menurut metode

Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m.tranversus abdominis. M.oblikus


internus abdominus ke ligamentum Cooper pada metode Mc vay.
Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dipublikasi, dilakukan
rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara mengaproksimasi muskulus transversus
abdominis, dan fasia transversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum
inguinale. Teknik dapat diterapkan baik pada hernia direk maupun indirek.
Herniotomi dan Herniorafi menurut Bassini
1.

Pasien tidur dalam posisi terlentang. Dilakukan antisepsis pada daerah sekitar
lipat paha sesisi hernia.
2. Lakukan anastesi lokal menurut Brown dengan novokain 1% pada tempat-tempat
berikut:
1.
Suntikan intrakutan sampai membenjol pada tempat kira-kira dua jari
medial sias.
2.
Anestesia blok pada n ilioinguinal dengan cara menusukan jarum suntik
pada daerah medial SIAS tersebut, tegak lurus tulang ileum sedalamdalamnya sampai menyentuh tulang lalu ujung jarum ditarik sedikit dan
dipindahkan kekanan dan kekiri sambil disemprotkan zat anestesik
secukupnya.
3.
Tanpa mencabut jarum, anestesi diteruskan membujur kearah femoral
sepanjang 5 cm dengan suntikan subkutan infiltrasi sebanyak 5 ml.
4.
Arah jarum kemudian dipindahkan ke median mendatar, suntikan secara
subkutan sejauh 5 cm.
5.
Suntikan subkutan infiltrasi ke arah simfisis pubis sebanyak 5-10 ml.
6.
Suntikan di bawah fasia sebanyak 5-10 ml lalu jarum diangkat dari kulit.
7.
Suntikan infrakutan sampai membenjol diatas tuberkulum pubikum.
8.
Lalu suntikan subkutan infiltrasi pada daerah tuberkulum pubikum ke arah
lateral sampai bertemu dengan bekas suntikan yang ke arah femoral.
9.
Pindahan ke arah kranial dan suntikan subkutan infiltrasi sampai
bertemu bekas suntikan yang dilakukan pada poin d.
10. Setelah diyakini anestesi berhasil, dilakukan sayatan sepanjang 10 cm
terbawah diantara kedua benjolan (poin a dan poin g) memotong kutis dan
subkutis.
11. Fasia dibersihkan lalu disayat, segera tampak aponeurosis m. Oblikus
abdominis eksternus dengan krural medial dan lateral yang merupakan
cincin luar kanalis inguinalis. Belah aponeurosis m. Abdominis oblikus
eksternus hingga anulus inguinalis ikut terbelah.
12. Kemudian funikulus spermatikus yang diselubungi m. Kremaster dicari dan
dibebaskan. Bebaskan pula ligamentum inguinale yang tebal dan mengkilat
di lateralnya dan conjoined area (karena conjoined tendon hanya terdapat 5
% populasi) di sebelah medial.
13. Funikulus spermatikus dipreparasikan lalu ditarik dengan kasa steril yang
dilingkarkan mengelilinginya ke arah lateral. Nervous ileoinguinal yang telah
dibebaskan juga diamankan ke lateral. Kantong hernia dicari dengan bantuan
dua buah pinset anatomis yang dicubitkan pada lapisan jaringan yang

meliputinya, lalu digunting dengan hati-hati dan dibebaskan lapis demi lapis
sampai akhirnya tammpak lapisan yang berwarna biru abu-abu dan kuat. Ini
berarti kita telah mencapai prosesus vaginalis peritonei yang merupakan
pembungkus kantong hernia.
14. Kantong hernia kemudian dibuka 3-4 cm untuk melihat isinya. Kemudian
kantong hernia dibebaskan secara melingkar penuh dengan arah melintang
pada sumbunya dari jaringan sekitarnya, yaitu m. Kremaster dan semua
jaringan ikat dan vaskuler yang meliputinya. Tindakan ini harus dilakukan
scara hati-hati untuk menghindari pendarahan. Lalu dimasukan satu jari ke
dalam kantong hernia dan dipegang dengan perantaraan sebuah kasa steril,
lalu dengan tangan yang lain dibebasan lapisan jaringan yang meliputinya
dengan kasa steril pula. Jari yang memegang kantong digeserkan sedikit
demi sedikit mengikuti arah jari yang membebaskan kantong tersebut dari
luar. Arah pembebasan harus sedemikian rupa sehingga dari medial ke
lateral dapat bertemu dalam jarak yang terpendek. Setelah berhasil, maka
dinding kantong hernia dipegang dengan beberapa klem, kemudian dinding
kantong tersebut dibebaskan lagi dari jaringan yang meliputinya sejauh
mungkin ke proksimal sampai dapat ditemukan lapisan lemak preperitoneal.
Kantong hernia dijepit pada batas ini, lalu distalnya dipotong melintang
dengan gunting. Kemudian dilakukan herniorafi menurut Bassini (Bassini
plasty) sebagai berikut: setelah fasia tranversa dibelah:
1.
Bassini I: Jahitkan dengan benang besar dan kuat dan dengan jarum
yang ujungnya seperti paku, tuberkulum pubikum ke fasia trasversa,
dan fasia transversa lagi kemudian ke conjoined tendon pada tepi
terdekat m. Rektus abdominis.
2.
b. Bassini II: Jahitkan dengan jarum biasa dan benang yang sama,
ligamentum inguinale, fasia transversa, dan conjoined tendon diantara
tempat jahitan Bassini I dan III.
3.
c. Bassini III: Seperti di atas letak di lateral dari Bassini II bila
masih dilonggar dapat dilanjutkan IV, V dst.
4.
Ikatan Bassini dipersiapkan semua dulu, baru disimpulkan dengan
erat satu persatu.
5.
Pada ikatan Bassini III harus sedemikian erat tapi masih cukup
longgar bagi funikulus spermatikus, yaitu bila di ujung jari masih bisa
dimasukkan dengan mudah diantara anulus inguinalis interna dengan
jahitan Bassini III. Lalu funikulus spermatikus n. Illioinguinal dan lainlainnya dikembalikkan ke tempatnya.
6.
Perdarahan dirawat dan dinding perut kemudian ditutup lapis demi
lapis.
7.
Fasia dijahit dengan sutra, subkuts dengan catgut, dan kutis
dengan sutra.
8.
Luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan kassa steril.

Gambar 8. Herniorafi
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi
Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang di jait. Untuk
mengatasi masalah ini, pada tahun 80an dipopulerkan pendekatan operasi bebas
regangan. Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia
transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot
ke inguinal.
Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang factor penyebabnya adalah
prosesis vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena annulus
inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat.
Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap.
Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan
eksplorasi kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sinistra. Hernia
bilateral pada orang yang dewasa, dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap,
kecuali jika ada kontraindikasi.
Kadang ditemuakan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan hernia
inguinalis dengan hernia inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal
ini, diperlukan hernioplastik yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satu pun
teknik yang dapat menjamin bahwa tidak akn terjadi residif. Yang penting

diperhatikan ialah mencegah terjadinya tegangan pada jahitan dan kerusakan pada
jaringan. Umumnya dibutuhkan plastik dengan bahan prostesis mesh misalnya.
Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi dibandingkan
dengan faktor konstitusi. Pada hernia ingunalis lateralis penyebab residif yang paling
serng ialah penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, diantaranya
karena diseksi kantong yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal, atau
kantung hernia tidak ditemukan. Pada hernia inguinalis medialis penyebab residif
umumnya karena tegangan yang berlebihan pada jahitan plastik atau kekurangan
lain dalam teknik.
Pada operasi hernia secara laparoskopi diletakkan prostesis mesh di bawah
peritoneum pada dnding perut.
Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh is hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel ini dapat terjadi kalau isi
hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal (hernia
geser)
Disini tidak timbul kejala klinis kecuali benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik
oleh cincin hernia sehingga terjadi strangulata yang menimbulkan gejala obtruksi
usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia
Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia
femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi inkarserasi retrograde, yaitu
dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainya
berada dalam rongga peritoneum
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di
dalam hernia dan transsudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringn terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus,
dapat terjadi perporasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rogga perut.
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan
gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam basa. Bila terjadi stranggulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan
toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius.
Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena
rangsangan peritoneal.

Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukan kembali
disertai nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda
peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat.
Oleh karena itu, perlu mendapat pertolongan segera.
1.

3.

Hernia lain lain

Yang termasuk dalam hernia ini yaitu hernia yang jarang terjadi :
1.

Hernia Richter
Pada Hernia femoralis atau hernia obturatoria
Sebagian dinding usus strangulasi (biasanya pada ante mesenterial)
Pasase bisa terganggu, bisa juga tidak terganggu
Jarang
Biasa ditemukan saat operasi
Komplikasi : strangulasi, perforasi usus

1.

Hernia Interna
Tonjolan (bukan kantong), melalui lubang dlm perut (Foramen Winslowi)
Contohnya pada hernia diaphragmatica

1.

Hernia Insipiens
Termasuk hernia inguinalis lateralis yang hanya masuk pada canalis inguinalis

saja tapi isi tidak keluar (melalui anulus inguinalis ext)


1. Sliding Hernia (Hernia geser)

Sebagian dinding kantong hernia terdiri dari organ retroperitoneal (caecum


kolon sigmoid vesica urinaria)
1. Hernia Spieghel (Spieghelian hernia)

Lokus minor resist : lateral m.recti abdominis dg linea semisirkularis

Merupakan hernia interstitiel/ hernia interparietalis

Jarang

Usia 40 70 tahun

Klinis : benjolan di atas titik McBurney kanan-kiri

Kantong hernia masuk celah dinding perut

Isi hernia terdiri dari usus, omentum, ovarium

Diagnosis penunjang dengan USG

Jarang mengalami inkarserasi

Therapy : herniotomi dan hernioplastik

Jahit m.transversus abdominis dan m.internus abdominis


1.

Hernia Littre
Sangat jarang
Isi = mengandung diverticulum Meckeli
Hernia sebagian usus ~ hernia Richter

1.

Hernia Obturatoria
Melalui canalis obturatorius
Batas kranial/ lateral = Sulcus obturatorium os pubis
Batas caudal = tepi membran obturator, m.obturator int et ext
Isi canalis = berjalan saraf dan A.V obturatoria

Gambar 9. Typical Meckels diverticulum located on the antimesenteric border.


Tahapan hernia
Tahap I

Tonjolan isi terdiri dari lemak

Tahap II

Tonjolan peritoneum isi peritoneum parietal

Tahap III

Kantong hernia diisi oleh lekukan usus

Tahap IV

Hernia Richter

Diagnosis
Tanda-tanda = HOWSHIP-ROMBERG (seperti ditusuk-tusuk, parestesia di daerah
panggul sampai lutut dan medial paha)
Hal ini terjadi akibat penekanan nervus obturatorius
Tanda yang patognomonis dilakukan vaginal toucher atau rectal toucher teraba
tonjolan hernia yang nyeri (Patognomonis Howship-Romberg)
Therapy
Herniotomi dengan approach (pendekatan) dari transperitoneal atau preperitoneal
1.

Hernia Labialis
Biasa pada anak kecil merupakan hernia inguinalis lateralis masuk ke labium

mayus
Pd pem fisik benjolan labium mayus, benjolan saat berdiri, saat tiduran hilang

benjolannya
DD/ : hernia femoralis, kista dari canalis nuck

1.

1.

1.

Hernia Bilateral
Kanan kiri ada
Pada hernia inguinalis
Biasa pada anak (incidens 1-2%)
Paling banyak terjadi di sebelah kanan (60%), kiri (20-25%) dan sisanya terjadi
pada keduanya
Pada anak biasanya dilakukan operasi sekaligus kiri dan kanan
Pada dewasa juga operasi sekaligus kecuali ada kontraindikasi
Hernia Perinealis
Di daerah perineum (tonjolannya)
Biasa pada wanita multipara dan wanita yang pernah operasi daerah perineum
Laki-laki post op perineum juga bisa terkena (contoh prostatectomy) atau operasi
reseksi daerah rectum melalui perineal
Bisa terjadi pada semua dasar panggul
USG (Diagnosis)
Hernia Pantalon
Kombinasi hernia indirekta (hernia inguinalis lateralis) dengan hernia
direkta (Hernia Inguinalis Medialis) pada satu sisi
Lateral dan medial dipisahkan oleh arteri vena epigastrica inferior
Bentuknya seperti celana
Biasanya ditemukan saat operasi

HYDROCELE

Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan
viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam
rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.

Gambar 10. Hidrokel


1.

1.

Etiologi

Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena: (1) belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis (hidrokel komunikans) atau (2) belum
sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan
hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder.
Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis
yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong
hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada
testis/epididimis.
1.

2.

Gambaran klinis

Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan
konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya
transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal
kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan
pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara
klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel
funikulus, dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan
dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.

Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga

testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari.
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di

sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada
di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap
sepanjang hari.
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan
rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritonium.
Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah
besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis
dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.

1.

3.

Terapi

Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan
harapan setelah prosesus vaginalis, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel
masih tetap ada atau bertambah besar perlu difikirkan untuk dilakukan koreksi.
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi,
kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah: (1) hidrokel yang
besar sehingga dapat menekan pembuluh darah, (2) indikasi kosmetik, dan (3)
hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini
disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus
melakukan herniorafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan skrotal
dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman

atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan
ekstirpasi hidrokel secara in toto
1.

4.

Komplikasi

Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel
permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga
menimbulkan atrofi testis.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sjamsuhidayat.R & Wim de jong. Buku ajar ilmu bedah. Edisi revisi. Jakarta :
penerbit buku kedokteran EGC, 1997. h523-538
Sari DK, Mirzanie H, Leksana, Slamet AW. Chirurgica (re-package edition). Jakarta:
Tosca Enterprise. 2005. Bab-IV. h1-7.
Grace PA, Borley NR. At a glance: ilmu bedah. Ed. III. Jakarta: Erlangga. 2002.
h118-119.
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhini WI, Setiowulan W. Kapita Selekta
Kedokteran. Ed. III jilid 2. Jakarta: Media Aescupalis. 2000. h313-317
Sabiston. Buku ajar bedah (Essentials of surgery). Bagian 2, cetakan I : Jakarta,
penerbit buku kedokteran EGC. 1994.
Suwardi, ref bedah Hernia dan penangannya , cirebon, 2010.
http://www.medicastore.com/
http://www.pubmed.com/

Anda mungkin juga menyukai