Perbedaan SPAP Dan ISA
Perbedaan SPAP Dan ISA
Pendahuluan
Munculnya skandal-skandal keuangan yang terjadi di Indonesia akibat kecurangan
yang dilakukan dalam penyajian laporan keuangan tidak kalah maraknya dengan skandalskandal di lingkupan internasional. Meskipun tidak seluruhnya disebabkan karena
kecurangan yang disengaja, namun salah saji yang terjadi dalam laporan keuangan juga
memberikan dampak pada seluruh pihak yang berkepentingan menggunakan laporan.
Bahkan fraud (kecurangan) yang dilakukan dalam laporan keuangan dapat menyebabkan
kerugian yang sangat besar bagi investor, kreditor, dan auditor sendiri. Oleh karena itu, untuk
memastikan agar laporan keuangan terbebas dari salah saji material, diperlukan pemeriksaan
akuntansi yang dilakukan oleh auditor sebagai pihak independen.
Pemeriksaan akuntansi atau auditing menurut Arens, Elder & Beasley, 2009 adalah
proses akumulasi dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan
tingkat hubungan antara informasi dan standar atau kriteria yang berlaku. Auditing harus
dilakukan oleh pihak yang independen. Karena kepercayaan yang diberikan oleh para
pemakai yang berkepentingan kepada auditor, seperti investor, kreditor, pemerintah, bank,
dan stakeholders lainnya baik internal maupun eksternal, maka auditor harus dapat
menghasilkan kualitas audit yang baik yang dapat diandalkan. Untuk dapat menghasilkan
kualitas audit yang baik, auditor bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan audit
demi mendapatkan kepastian bahwa laporan keuangan tidak mengandung kesalahan material
yang disebabkan oleh kecurangan maupun kekeliruan (Auditing Standard Boards, 2011).
International Standards on Audit (ISA) atau Standar Audit
200-299
ISA/SA 200
ISA/SA 210
ISA/SA 220
ISA/SA 230
ISA/SA 240
ISA/SA 250
ISA/SA 260
ISA/SA 265
300-450
ISA/SA 300
ISA/SA 315
ISA/SA 320
ISA/SA 330
ISA/SA 402
ISA/SA 450
600-620
ISA/SA 600
ISA/SA 610
ISA/SA 620
700-720
ISA/SA 700
ISA/SA 705
ISA/SA 720
ISA/SA 706
ISA/SA 710
500 - 580
Bukti audit
ISA/SA 500
Bukti audit
ISA/SA 501
Penilaian risiko dan respons terhadap
risiko yang telah dinilai
Perencanaan suatu audit atas laporan
keuangan
Pengindentifikasian dan penilaian risiko
salah saji material melalui pemahaman atas
entitas dan lingkungannya
Materialitas dalam perencanaan dan
pelaksanaan audit
Respons auditor terhadap risiko yang telah
dinilai
ISA/SA 505
ISA/SA 510
ISA/SA 520
Prosedur analistis
ISA/SA 530
Sampling audit
ISA/SA 540
ISA/SA 550
ISA/SA 560
Peristiwa kemudian
ISA/SA 570
ISA/SA 580
Kelangsungan usaha
Representasi tertulis
800-810
ISA/SA 800
Area-area khusus
Pertimbangan khusus-audit atas laporan
keuangan yang disusun sesaui dengan
kerangka bertujuan khusus
Pertimbangan khsusu- audit atas laporan
keuangan tunggal dan unsur, akun atau pos
spesifik dalam suatu laporan keuangan
ISA/SA 805
ISA/SA 810
SA 400
410
150
Standar auditing
412
161
413
420
431
435
SA 500
504
508
530
534
SA 200
201
210
220
230
Standar umum
Sifat standar umum
Pelatihan dan keahlian auditor independen
Independensi
Penggunaan kemahiran profesional dengan
cermat dan seksama dalam pelaksanaan
pekerjaan auditor
SA 300
310
311
312
543
544
551
313
314
315
316
317
318
319
320
322
323
324
325
326
327
329
330
331
333
334
335
336
550
552
558
560
561
Peristiwa kemudian
Penemuan kemudian fakta yang ada pada tanggal
laporan auditor
SA 600
622
623
625
634
SA 700
710
722
Topik khusus
Pertimbangan khusus dalam audit bisnis kecil
Informasi keuangan interim
SA 800
801
Audit kepatuhan
Audit kepatuhan yang diterapkan atas entitas
pemerintahan dan penerima lain bantuan keuangan
pemerintah
337
339
341
342
343
344
345
350
360
380
390
Pada ISA 230 mengenai dokumentasi audit dinyatakan bahwa bagi kantor
akuntan publik harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk retensi dokumentasi
penugasan. Biasanya periode retensi penugasan audit kurang dari lima tahun sejak
tanggal laporan auditan atau tanggal laporan auditan kelompok perusahaan,
sedangkan pada SPAP bahwa periode retensi paling sedikit tujuh tahun. Menurut
SPM 1 paragraf 47 dan ISA 230 paragraf A23 menuntut KAP untuk menetapkan
suatu kebijakan dan prosedur yang mengatur masa penyimpanan dokumen penugasan
atau perikatan. Batas waktu penyimpanan pada umumnya tidak boleh dari lima tahun
sejak tanggal yang lebih akhir dari laporan auditor atas laporan keuangan entitas atau
laporan auditor atas laporan keuangan konsolidasian entitas dan perusahaan anak.
Paragraf 17 ISA 230 mensyaratkan bahwa setelah tanggal penyelesaian dokumentasi.
Auditor tidak boleh memusnahkan dokumentasi audit sebelum akhir dari periode
retensi yang bersangkutan.
(b) Pertimbangan kelangsungan usaha (going-concern).
Ketika mempertimbangkan apakah suatu entitas berkemampuan untuk melanjutkan
kelangsungan usahanya dimasa depan, ISA tidak membatasi paling sedikit 12 bulan,
sedangkan SPAP membatasi hingga 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.
Pada ISA 570 mengasumsikan bahwa manajemen mempunyai tanggung jawab
untuk menilai kemampuan entitas untuk melangsungkan usahanya sebagai goimng
concern tanpa mempertimbangkan apakah kerangka pelaporan keuangan yang
diterapkan oleh manajemen atau tidak. Salah satu dari tujuan ISA 570 yaitu untuk
memperoleh bukti audit yang memadai terkait dengan penggunaan asumsi going
concern oleh manajemen. Pada SPAP juga mensyaratkan bahwa auditor harus
mengevaluasi apakah ada keraguan yang substansial mengenai kelangsungan usaha
entitas untuk periode waktu yang memadai. Dengan demikian, ISA 570 menetapkan
pertimbangan asumsi kelangsungan usaha seluruh penugasan atau perikatan.
(c) Penilaian dan pelaporan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Menurut ISA bahwa penilaian dan pelaporan pengendalian internal tidak ada
kaitannya dengan efektifitas pengendalian internal klien yang diaudit akan tetapi lebih
menekankan kepada relevansinya dimana hal tersebut terlihat pada laporan
auditornya...........In making those risk assessment, auditor considers internal control
relevant to the entitys preparation dan fair prsentation of the financial statements in
order to design audit procedures, that are appropriate in the circumstances , but not
for the purpose of expressing an opinion on the effectiveness of the entitys internal
control..... sedangkan SPAP mengkaitkan penilaian dan pelaporan pengendalian
internal dengan efektifitasnya. Menurut ISA juga mensyaratkan auditor harus menguji
pengendalian internal entitas yang diauditnya guna memastikan bahwa sistem yang
diterapkan adalah mencukupi dan berfungsi sebagaimana yang ditetapkan.
(d) Penilaian dan respons terhadap risiko terhadap risiko yang dinilai.
ISA mensyaratkan prosedur penilaian risiko tertentu agar diperoleh suatu
pemahaman yang lebih luas mengenai suatu entitas dan lingkungannya, tentunya
dengan tujuan untuk mengidentifikasi risiko salah saji material. Lebih lanjut ISA
mensyaratkan auditor
misalnya risiko operasi dan risiko strategis. Auditor mengikuti ISA harus juga
menetapkan bagaimana kliennya merespons terhdap risiko semacam sebagaimana
auditor merencanakan dan melakukan audit. Lebih lanjut, auditor diharuskan
mengajukan pertanyaan kepada auditor internal entitas yang diauditnya, dengan
tujuan memperoleh pemahaman suatu pemahaman yang lebih baik atas keahlian
entitas dalam menilai risiko. Auditor juga harus memperoleh seluruh informasi yang
terkait dengan risiko sama halnya dengan respons klien dalam menilai risiko salah saji
material, termasuk pemahaman atas pengendalian internalnya, sedangkan SPAP tidak
sekomprehensif ISA.
(e) Penggunaan auditor lain untuk bagian suatu audit.
Dalam penggunaan auditor pengganti atau auditor lain, ISA tidak mengijinkan
auditor utama menggunakan referensi hasil audit daripada auditor lain. Sedangkan
SPAP membolehkan auditornya mempunyai opsi untuk menerbitkan laporan audit
yang dikatakan sebagai division of responsibility. Dengan kata lain merujuk kepada
laporan dan kertas kerja auditor lain atau sebelumnya dalam laporan auditor yang
diterbitkan.
Kesimpulan
Oleh karena Indonesia telah melakukan konvergensi terhadap IFRS (International
Financial Reporting Standard) yang telah diterbitkan dengan nama SAK Juni 2013, dan
dengan adanya penerbitan ISA (International Standard on Audit) tahun 2013 di Indonesia
dengan nama SA (Standar Audit), maka auditor harus mempertimbangkan pengaruh
diterbitkannya ISA atas SA yang diharapkan memperoleh akseptasi seluruh dunia atas
laporan audit yang diterbitkannya dan mengarah kepada transparansi.
Kepustakaan
Auditing Standard Board, 2011
IFAC, International Standard on Audit, 2010, http://www.ifac.org.id
IFAC, International Standard on Audit 315 (Revised), after 15 December 2013,
http://www.ifac.org.id
IAPI, Standar Profesional Akuntan, 31 Maret 2011, Penerbit Salemba Empat
Linberg, Seifert, Moving Toward Convergence-A Comparison of US Auditing Standard with
International Standards on Auditing, CPA Journal April 2011
Tuanakotta, Audit Berbasis ISA, 2013, Penerbit Salemba Empat