BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit paling dekat dengan penderita skizofrenia, dan
merupakan perawat utama bagi penderita skizofrenia. Keluarga berperan dalam
menentukan cara atau perawatan yang diperlukan penderita di rumah.
Keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak diteruskan di rumah
yang kemudian mengakibatkan penderita harus dirawat kembali (kambuh). Peran
serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan
kemampuan keluarga merawat penderita di rumah sehingga kemungkinan kambuh
dapat dicegah. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor
penyebab terjadinya kekambuhan penderita skizofrenia adalah kurangnya peran
serta keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita
penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena keluarga yang tidak tahu
cara menangani perilaku penderita di rumah. Keluarga jarang mengikuti proses
keperawatan penderita karena jarang mengunjungi penderita di rumah sakit, dan
tim kesehatan di rumah sakit juga jarang melibatkan keluarga (Anna K, dalam
Nurdiana, 2007). Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian
tanpa bantuan orang lain.1
Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan social (pergaulan,
pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu,
rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang
lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun
berat. Pada saat menghadapi masalah seseorang akan mencari dukungan sosial dari
orang-orang di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan di
cintai. Contoh nyata yang paling sering dilihat dan dialami adalah bila ada seseorang
yang sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak saudara ataupun temanteman biasanya datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang
sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial. Dukungan sosial (social support)
didefenisikan oleh Kuntjoro (2005) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran,
Page 1
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab
dengan subjek di lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang
dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku
penerimanya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial secara
emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya.1
Pendapat senada dikemukakan juga oleh Sarason (Kuntjoro, 2005) yang
menyatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari
orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pandangan
yang sama juga dikemukakan oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan sosial
sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan
sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun
kelompok. Menurut Eli, dkk (2008) dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber
daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat penderita
skizofrenia akan bersikap positif, baik terhadap dirinya maupun lingkungannya
karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal. Dengan
dukungan keluarga yang seimbang bagi penderita skizofrenia diharapkan baginya
agar
dapat
meningkatkan
kekambuhannya.
keinginan
untuk
sembuh
dan
memperkecil
I.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan referat ini ialah
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus diantaranya ialah:
a. Bagi orangtua penderita skizofrenia, referat ini diharapkan dapat
menambah pegetahuan dan informasi dalam rangka untuk
Page 2
pembaca
tentang
peran
dukungan
keluarga
pada
Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Skizofrenia
Skizofrenia
berasal
dari
bahasa
Yunani,
schizeinyang
berarti
terpisahatau pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi
pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum,
simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif,
simptom negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal.2
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness)
dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.3
Secara umum penyebab dari skizofrenia adalah :4
1. Genetik
Penelitian klasik awal tentang genetika dari skizofrenia, dilakukan pada
tahun 1930an, menemukan bahwa seseorang kemungkinan menderita
skizofrenia jika anggota keluarganya juga menderita skizofrenia dan
kemungkinan seseorang menderita skizofrenia adalah berhubungan dengan
dekatnya hubungan persaudaraan tersebut. Dalam kasus kembar monozigot
genetik yang identik, ada sekitar 50 persen skizofrenia. Temuan tersebut
menyatakan bahwa pengaruh genetic melebihi pengaruh lingkungan. Dalam
studi pasien skizofrenia yang tidak memiliki riwayat penyakit baik dalam garis
ibu atau ayah, ditemukan bahwa mereka yang lahir dari ayah lebih tua dari
Page 4
Page 5
degenerasi
neuronal
selektif
dalam
sistem
saraf
Page 6
terapeutik
dari
beberapa
antipsikotik
mungkin
melibatkan
kehilangan
Page 7
Page 8
wilayah
termasuk
amigdala,
hippocampus,
dan
gyrus
Page 9
Page 10
Page 11
Page 12
Page 13
Page 14
dengan terjadinya relaps dengan periode remisi sempurna atau parsial. Pada
kebanyakan kasus, penyakit ini menyebabkan disabilitas, mengenai seluruh aspek
dalam kehidupan dan membutuhkan terapi anti psikotik jangka panjang.
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang menghancurkan dan dapat
menimbulkan disabilitas. Prevalensi terjadinya skizofrenia adalah 0,4 1,4 % dan
biasanya dimulai pada usia dewasa atau dewasa muda. Kurang dari 20 % pasien
yang dapat mengalami recovery sempurna setelah episode pertama.6
Terapi yang diberikan bertujuan untuk mencapai keadaan remisi pada
semua gejala dengan memaksimalkan kapasitas fungsi dan optimalisasi kualitas
hidup. Antipsikotik konvensional seperti klorpromazine dan haloperidol yang
diperkenalkan pada tahun 1950 cukup efektif dalam mengobati psikosis akut dan
mencegah terjadinya relaps. Terapi untuk mencegah relaps memerlukan waktu
yang lama bahkan bisa seumur hidup sehingga diperlukan obat yang efektif,
aman, dan sedikit efek samping. Untuk tujuan ini maka dengan mulai munculnya
obat antipsikotik golongan atipikal maka pengobatan skizofrenia mulai berubah
dengan menggunakan obat antipsikotik atipikal yang memiliki efek samping lebih
sedikit.
Meskipun pengobatan dengan antipsikotik efektif mengurangi angka terjadinya
relaps tetapi 30% - 40% pasien mengalami relaps pada satu tahun setelah keluar
dari rumah sakit meski mereka tetap meminum obat.
Mengkombinasikan antara pengobatan antipsikotik dengan pendekatan
psikososial merupakan suatu cara yang efektif dibandingkan hanya dengan obat
saja dalam mencegah terjadinya relaps pada pasien skizofrenia. Komponen dari
terapi psikososial antara lain adalah :5
1. Psikoedukasi keluarga dan pasien : pasien, keluarga dan orang kunci di
sekitar pasien perlu belajar sebanyak mungkin tentang apa itu skizofrenia,
bagaimana
pengobatannya
sehingga
terbentuk
pengetahuan
dan
Page 15
pasien sudah mulai membaik, dia dapat menjadi bagian dalam pembuatan
keputusan ini.
3. Monitoring gejala dan pengobatan : monitoring yang hati-hati dapat
meyakinkan pasien untuk minum dan mengidentifikasi secara dini tandatanda timbulnya relaps sehingga pencegahan dapat dilakukan.
4. Asistensi dalam mencari pelayanan kesehatan, asuransi, dll : Pasien
kadangkala membutuhkan bantuan dalam mencari pelayanan kesehatan
yang lain seperti medis, gigi, atau mencari asuransi kesehatan. Tim terapi,
pasien dan keluarga harus berusaha mengeksplorasi sumber-sumber apa
saja yang dapat diperoleh atau disediakan. Termasuk di dalamnya apabila
pasien sudah mulai ingin bekerja, dicarikan tempat pekerjaan yang cocok.
5. Terapi suportif : termasuk dukungan emosi dan meyakinkan serta
mendorong prilaku sehat pasien dan membantu pasien menerima
keadaannya.
6. Peer support/self help group : adanya sebuah kelompok yang memiliki
jadwal bertemu yang reguler tergantung pada kebutuhan dan perhatian
dari kelompok tersebut. Pembicara dapat diundang untuk memberikan
pengetahuan, terjadi juga diskusi dan sharing yang dapat saling
menguatkan.
Pelayanan yang lain yang juga dapat diberikan pada pasien antara lain
adalah:
Rehabilitasi :
Rehabilitasi psikososial : membantu pasien melatih
ketrampilan
dengan
tujuan
mendapatkan
atau
mempertahankan pekerjaan
rehabilitasi psikiatri : mengajarkan pasien ketrampilan
yang
membuatnya dapat meraih tujuan dalam pekerjaan,
pendidikan, sosialisasi dan tempat tinggal
Page 16
Penelitian yang dilakukan oleh Marvin dkk pada tahun 2000 menunjukkan bahwa
suatu program untuk mencegah relaps yang mengkombinasikan psikoedukasi
keluarga dengan intervensi klinik termasuk obat obatan, dapat secara efektif
mengurangi terjadinya relaps pada pasien skizofrenia.5
Page 17
Torney(1988)
dalam
Iman
Setiasi,
keluarga
perlu
Page 18
Page 19
maka kekambuhan akan tinggi, namun sebaliknya bila EEnya tidak maka
kekambuhan akan tinggi, namun sebaliknya bila EEnya rendah maka
kekambuhan pun akan rendah.
2. Menurut Nurhaeni dkk (2002) adalah focus pada pencegahan kekambuhan
klien gangguan jiwa antara lain:7
a. Mengenal adanya penyimpangan awal sedini mungkin
b. Mengambil keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan
kesehatan sedini mungkin
c. Memberi perawatan bagi anggota keluarga yang sakit, cacar atau
memerlukan bantuan dan menaggulangi keadaan darurat kesehatan.
d. Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat
e. Memanfatkan sumber yang ada di masyarakat
f. Melaksanakan program rekreasi misalnya: mengajak klien nonton
bersama, jalan santai, pergi ketempat rekreasi.
g. Melakukan kegiatan social dan keagamaan misalnya: mengajak klien
arisan bersama, mengajak pergi ke pura, pengajian dll.
h. Mencegah stigma di masyarakat tentang gangguan jiwa seperti:
pendekatan pada took masyarakat atau orang yang berpengaruh dalam
rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa.
i. Saling terbuka dan tidak ada diskriminasi
j. Saling menghargai dan mempercayai
k. Menghadapi ketegangan dangan tenang dan menyelesaikan masalah
kritis/darurat secara tuntas dan wajar.
Page 20
terjadinya
relaps
membandingkan
psikoedukasi
keluarga
Glick dkk. (1985) Haas dkk. (1988) melakukan penelitian pada 80 pasien
dengan skizofrenia atau gangguan skizofreniform dan 60 pasien dengan
gangguan afektif mayor disorder membandingkan intervensi pada keluarga
yang dirawat selama 6 sesi: pendidikan, identifikasi stresor kini dan akan
datang dengan Perawatan intensif pasien rawat yang standar dan hasilnya
Page 21
terapi memiliki efek positif yang bermakna pada gejala yang terdapat pada
pasien perempuan dan kelurga pasien pada subgrup tsb.
skizofrenia
dan
memperbaiki
fungsional
dari
pasien.
Page 22
BAB III
PENUTUP
Penanganan
pasien
dengan
skizofrenia
perlu
dilakukan
dengan
Page 23
Page 24
DAFTAR PUSTAKA
1. Peran Dukungan Keluarga Pada Penanganan Penderita Skizofrenia.
Available from : http://etd.eprints.ums.ac.id/4929/1/F100050253.PDF.
Diunduh tanggal 1 Mei 2012.
2. M a r a m i s , W . E . C a t a t a n I l m u K e d o k t e r a n
j i w a . E r l a n g g a U n i v e r s i t y P r e s s . Surabaya 2005.
3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Skizofrenia. Sinopsis Psikiatri Jilid
Satu. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, 2010. p 699-742
4. Peran
keluarga
penderita
skizofrenia.
Available
from:
keluarga.
Available
from:
http://digilib.unimus.ac.id/
files/disk1/109/jtptunimus-gdl-nanangfatk-5429-2-babii.pdf. Diunduh
tanggal 4 Mei 2012
6. Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia. Available from:
http://www.lahargokembaren.com/2009/11/psikoedukasi-keluargapada-pasien.html. Diunduh Tanggal 1 mei 2012.
7. Skizofrenia.
Available
from:
Page 25
Page 26