Anda di halaman 1dari 19

FISIOLOGI RESPIRASI

OLEH
FATKUN S.Kep
Bagian Keperawatan Dasar
dan Medikal Bedah

Sistem Respirasi
Adalah salah satu fungsi tubuh yang sangat penting.
Fungsi utama dari sistem respirasi adalah mendapatkan oksigen (O2) yang digunakan oleh
sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida (CO2)
4 Sistem Fungsi Utama
1. Ventilasi pulmonal
2. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
3. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah cairan tubuh dan sel
4. Pengaturan pernafasan
Pembagian Saluran Nafas
Berdasar Anatomi:
o Saluran nafas bagian atas: rongga hidung, nasopharynx dan larynx
o Saluran nafas bagian bawah: trachea, bronchi, bronchioli, alveoli
Berdasar fungsionalnya:
o Area konduksi: sepanjang saluran nafas berakhir sampai bronchioli terminalis
o Area fungsional atau respirasi: mulai bronchioli respiratory sampai alveoli
Struktur dan Fungsi
Traktus Respiratorius bagian atas:
1. Hidung
2. Sinus
3. Faring
Nasofaring
Orofaring
Laringofaring
4. Laring
5. Trachea

Hidung (Nasal)
Terdapat septum nasi (sekat antara 2 lubang hidung), cavum nasi mengandung (mukosa), terdiri
dari tulang rawan.
Pembuluh darah: menghangatkan dan melembabkan udara
Mukus: menangkap debu, kotoran dan mikro organisme dari udara
Nerves ending: merasakan bau,
N olfaktorius : membawa impuls ke otak
Terdapat rambut hidung menyaring udara yang masuk
Terdapat concha nasalis/karang hidung memperluas permukaan hidung, berjumlah 3 buah:
concha nasalis superior, media dan inferior

Sinus
Untuk resonansi ada 4 sinus :
1)
2)
3)
4)

Sinus frontalis (dahi)


Sinus maxilaris (pipi)
Sinus sphenoidalis (bawah mata)
Sinus ethmoidalis (belakang tulang)

STIKes BU Bojonegoro 2015

Sinus ini dapat membuat getaran untuk menghasilkan dan menghantarkan suara
Sekresi mukus
Sinus paranasal juga membantu pengaliran air mata
Bagian posterior termasuk wilayah pembau

Faring
Pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada
ketinggian tulang rawan krikoit
Terdiri dari tiga bagian
1) Nasofaring (di belakang hidung)
Untuk lewat udara
Tuba eustachius menghubungkan Nasofaring dengan telinga tengah
2) Orofaring (di belakang mulut)
Untuk sistem imun
Terdapat 2 pasang tonsil: tonsil lingual dan tonsil palatina/ amandel
Terdapat uvula ditengah-tengahnya
3) Laringofaring (di belakang laring)

Laring (Tenggorok)
Terletak dibagian terendah faring yang memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan dari faring
sampai dengan ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakhea di bawahnya
Terletak diantara faring dan trakhea
Terdiri dari kepingan tulang rawan yang diikat oleh ligamen dan membran T.R tiroid dan
krikoid

Terdapat benjolan sub kutaneus disebelah depan


Di tepi atas terdapat lekukan berupa V
Di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglottis
Laring juga dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis dilapisi sel
ephitelium
Terdapat pita suara
Produksi suara
Udara menggetarkan glotis dan memvibrasi plika vokalis
Faktor yang mempengaruhi nada suara
Diameter, Panjang dan tekana pita suara
Segi anatomis berdasarkan usia Fonasi

Trakhea

Bronkhus

Diameter 2,5 cm , panjang 11 cm


Batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya
Dari laring kira-kira sampai dengan vertebra torakhalis ke 5
Disini bercabang menjadi 2 bronkhi
Tersusun atas 16 s/d 20 kartilago lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang
memuat beberapa jaringan fibrosa, sel bersilia dan lendir
Sel-sel silia bergerak ke atas ke arah laring
Bagian belakang menempel pada esofagus sehingga terpisah dari tulang belakang

Bentuk tidak simetris, kanan lebih pendek dan lebar dari pada yang kiri
Cabang utama memiliki struktur yang sama dengan trakhea
Berlapis ephitalium dan silia
Bronkhiulus terminalis disebut juga sebagai penghantar udara

STIKes BU Bojonegoro 2015

Terdapat asinus (bronkhiolus respiratorius dan duktus alveolar dan berakhir pada alveolus
terminalis
Terdapat 150 juta alveoli

Alveoli dan membran respirasi

Dilapisi sel epitel pipih (sel type 1/ makrpofag alveolar)


Terdapat sel septal ( sel type II/ Surfaktan)
1) Fungsi : melapisi ephitelium dan mencegah agar paru tidak kolaps.
2) Terdiri dari fossolipid dan lipoprotein

Vaskularisasi

Pasokan darh paru berasal dari arteri bronkhialis dan pulmonalis


Untuk pemenuhan kebutuhan metabolisme
Vena bronkhialis vena kava superior antrium kanan
Arteri pulmonalis pada ventrikel kanan paru vena pulmonalis pada ventrikel kiri
Sirkulasi paru : PAP =25/10 mmhg

Sirkulasi pulmonal

Selama sistole kapiler darah menerima 75 % darah yang mengalir pada sirkulasi pulmonal
Posisi tegak tidak cukup menyuplai daraah ke bagian apek paru
Terdapat 3 bagian suplai darah, baik sedang dan buruk
Perfusi juga dipengaruhi oleh tekanan alveolar, tekanan arteri pulmonal dan gaya gravitasi

Isi rongga dada


Kanan dan kiri penuh paru-paru
Terdapat mediastinum :(isinya jantung dan pembuluh darah besar, usofagus, duktus torasika,
aorta desenden, vena kava superior, saraf vagus dan sejumlah kelenjar limfe).

PULMO
kanan 625 gram
kiri 560 gram
Paru-paru pria beratnya sekitar 1/37 BB Paru-paru wanita beratnya sekitar
1/43BB.
Berat jenis paru-paru sebelum bernapas : 1.062 - 1.068, dan sesudah
bernapas : 0.342.

Lobus paru

PLEURA

Paru kanan 3 lobus


Paru kiri 2 lobus
Setiap lobus terdiri dari lobula
Lobus dibagi menjadi beberapa segmen
Jaringan paru elastis dan seperti spon

Kantong tertutup dari membran serosa, mengandung cairan serosa


Sebagian melekat pada dinding paru dan sebagian pada rongga toraks
Ruang potesnsial (kavitas pleural)
Pada orang normal terdapat 1-20 ml cairan pada kavum pleura
Tekanan intra pleural lebih rendah dari tekanan atm

Otot otot pernafasan


Otot diafragma (tulang rusuk dan tulang dada)

STIKes BU Bojonegoro 2015

Saat inspirasi otot yang terlibat : sternokledomastoideus, pectoralis minor dan intercostalis luar
mengalami kontraksi sehingga menekan diafragma kebawah dan mengangkat rongga dada sehingga
udara masuk ke paru
Fase ekspirasi: otot tranfersal dada, otot intercostalis sebelah dalam dan otot abdominal mengalami
kontraksi, diafragma terangkat menarik rongga dada untuk mengeluarkan udara dari paru

STRUKTUR

KOMPONEN

FUNGSI UMUM

Saluran pernafasan bagian


atas

Rongga hidung
Naso faring
Oro faring

Filtrasi /penyaring
Penghangat
Pelembab udara yang masuk

Saluran pernafasan bagian


bawah

Laring
Trakhea
Bronkus
Alveolus

Saluran pernafasan yang membawa dan


mengonduksikan oksigen ke alveoli

Sirkulasi pulmonal

Ventrikel kanan
Arteri pulmonalis
Arteriol pulmonalis
Kapiler pulmonalis
Venula pulmonalis
Vena pulmonalis
Atrium kiri

Membawa darah yang belum teroksigenasi


menuju paru
Membawa darah yang teroksigenasi untuk
sirkulasi

Paru

Paru kanan 3 lobus


Paru kiri 2 lobus

Gabungan saluran pernafasan bagian atas


dan sirkulasi pulmonal

Rongga pleura

Pleura parietalis
Pleura viseralis
Cairan pleura

Mempermudah gerakan selama proses


pernafasan dan sebagai pemisah rongga
paru dengan rongga dada
Orang normal cairan sekitar 1-20 ml
sebagai pelumas

Otot- otot pernafasan

Inspirasi (diafragma,
intercostalis eksterna,
sternokleidomastoideus
, pectoralis minor)
Ekspirasi (abdominalis,
interkostalis interna)

Menyediakan mekanisme secara fisik


proses respirasi (mendorong masuk dan
keluar gas dari tubuh)

Refleks Batuk
Bronkus &trakea sensitif thd iritasi yg berakibat refleks batuk.
Laring & karina tempat tersensitif.
Bronkiolus terminalis & alveoli sensitif terhadap rangsang korosif (gas sulfur dioksida & klorin).
Impuls aferen dari saluran nafas N.X Medula
Inspirasi kuat epiglotis & pita suara menutup (menjerat udara dalam paru) otot ekspirasi &
perut konstraksi kuat mendorong diafragma tekanan paru meningkat (>100mmHg) pita
suara & epiglotis terbuka udara tekanan tinggi meledak keluar membawa benda asing pada
bronkus dan trakhea
Refleks Bersin
Refleks bersin berlangsung pada saluran hidung
Rangsang dari saluran hidung impuls aferen berjalan dalam N. V Medula

STIKes BU Bojonegoro 2015

Uvula ditekan udara >> melalui hidung membersihkan saluran hidung dari benda asing

FUNGSI PARU
1) RESPIRASI
2) METABOLISME
Mengubah Angiotensin I Angiotensin II
3) Membuang substansi serotonin dari sirkulasi
4) Sirkulasi Pulmonar menyangga (buffer) volume darah dan menyebak bekuan darah yang kecil
(emboli) sebelum emboli menyebabkan kerusakan pada jalur arteri (jantung, otak)
RESPIRASI
1) RESPIRASI EKTERNA
Pertukaran gas antara individu dan lingkungannya
Terbagi dalam :
Ventilasi
Difusi gas
Transport gas
Regulasi
2) RESPIRASI INTERNA
Metabolisme bahan makanan oksidasi makanan tenaga dan sisa

VENTILASI

Masuknya O2 Ke Dalam Paru Keluarnya Co2 Ke Udara Luar, Setelah Melalui Proses Metabolisme
Jalur Masuk Udara Ialah
o Hidung
o Nasofaring
o Urofaring
o Trakea
o Bronkus
o Bronkeol
o Alveol

HIDUNG
1.
2.
3.
4.

SINUS-SINUS DAN SEKAT YANG


MEMPERLUAS PERMUKAAN
KELENJAR LENDIR
PLEKSUS VENA
RAMBUT DAN BULU

FUNGSI HIDUNG
1)

WARMING
PENYESUAIAN SUHU UDARA LUAR KE SUHU DALAM PARU

2)

HUMIDIFYING

PENYESUAIAN KELEMBABAN UDARA DARI RENDAH KE 100 %

3)

FILTERING

MELAKSANAKAN FILTER TERHADAP DEBU YANG BERUKURAN 5 MIKRON KE ATAS

4)

DEFENCE

PERTAHANAN TERHADAP MASUKNYA BAKSIL YANG IKUT MASUK BERSAMA UDARA.

JALAN NAPAS

A. NASOFARING
PERTEMUAN JALUR UDARA DAN MAKANAN
B. LARING
TERDAPAT PITA SUARA, YANG BERFUNGSI :
1) MENGEJAN
2) BATUK
3) PENGAMAN GAS RACUN
4) BICARA
TRAKHEA DAN BRONKHI

STIKes BU Bojonegoro 2015

Mempunyai tulang rawan yang berbentuk cincin terbuka tidak dapat kolap tapi dapat diperkecil sedikit
BRONKHIOL
1. BRONKHIOL TERMINALIS MASIH BERTULANG RAWAN
2. BRONKHIOL RESPIRATORIK TANPA TULANG RAWAN
ALVEOL
TERDIRI DARI :
1. DUCTUS ALVEOLARIS
2. SACCUS ALVEOLARIS
3. SEPTUM ALVEOLARIS
LUAS ALVEOL = 100 m2
DIAMETER = 0.3 mm
Hidung sampai bronkhiol terminalis disebut jalan nafas karena tidak melakukan fungsi difusi. Ruang
ini, disebut juga ruang rugi (dead space).

Dari bronkhiol respiratorik sampai alveol disebut unit respiratorik, padanya terjadi proses difusi

GERAKAN NAPAS
Gerak Inspirasi Sebagai Gerakan Tulang Iga + Tulang Dada Yang Mengarah Ke Ventro-Cranial ( Pada
Kondisi Berdiri Atau Duduk ). Dilihat Dari Pergerakan Tulang Iga Dan Tulang Dada Dan Rongga Toraks,
Pergerakan Inspirasi Itu Menyebabkan Diameter Postero-Anterior Bertambah
Pada Saat Inspirasi Terjadi Pergerakan Tulang Iga Dan Tulang Dada Kearah Ventro-Kranial.
Terdapat Pertambahan Diameter Antero-Posterior
Dipandang Dari Depan Tampak Gerakan Medial Ke Lateral
Ada Pertambahan Diameter Latero-Lateral

OTOT PERNAPASAN
TERDIRI DARI :

1.

2.

3.

OTOT INSPIRASI UTAMA


DIAFRAGMA
INTERCOSTALIS EXTERNA
STERNO COSTALIS
OTOT INSPIRASI BANT
STERNO CLEIDO MASTOIDEUS
SCALENUS
PECTORALIS
OTOT EKSPIRASI UTAMA
RECTUS ABDOMINIS
OBLIQUS ABDOMINIS
INTERCOSTALIS INTERNA

DIAFRAGMA

1. Luas : + 270 Cm 2
2. Gerakan Turun Naikkan Dome (Puncak) + 2 Cm Pada Pernafasan Biasa (Ekskursi) Dan Dapat
Mencapai 10 Cm Pada Pernapasan Dalam.
3. Volume Yang Dipindahkan Pada Pernapasan Biasa + 500 Ml.

VOLUME PARU
STATIK
Dikukur dalam keadaan statik
Sukarelawan disuruh bernafas Sesuai dengan kehendak pengukur Tanpa kekuatan maksimal

STIKes BU Bojonegoro 2015

DINAMIK
pengukuran dengan kekuatan maksimal

VOLUME PARU STATIK

TERDIRI DARI DUA KELOMPOK BESAR :


1. DAPAT DIUKUR DENGAN SPIROMETER BIASA
1) Tidal volume (volume pasang surut)
2) Inspiratory reserve volume (volume cadangan inspirasi)
3) Expiratory reserve volume (volume cadangan ekspirasi)
4) Inspiratory capacity (kapasitas inspirasi) yang merupakan gabungan tv dan irv
5) Vital capacity (kapasitas vital) yang merupakan gabungan ic dan erv
VOLUME PARU STATIK
DIUKUR DENGAN SPIROMETER + ANALISIS GAS
1) Residual volume (volume residu)
2) Functional residual capacity (kapasitas residu fungsional) yang merupakan ga-bungan erv
dan rv
3) Total lung capacity (kapasitas paru total) yang merupakan gabungan vc dan rv.
Volume Paru
a. Volume Tidal (TV)
Volume udara inspirasi dan ekspirasi normal (500 ml), bervariasi sesuai: umur, ukuran tubuh,
aktifitas dan jenis kelamin
b. Volume Cadangan Inspirasi (IRV)
Volume udara yang masih dapat di inspirasi secara maksimal setelah volume tidal (3000 ml)
c. Volume Cadangan Ekspirasi (ERV)
Sisa udara yang masih dapat di ekspirasi maksimum setelah volume tidal (1100 ml)
d. Volume Residu (RV)
Volume yang tetap ada dalam paru-paru (1200 ml)
Kapasitas Paru-paru
a. Kapasitas Inspirasi (IC)
Volume tidal + Volume cadangan inspirasi = (3500 ml)
b. Kapasitas Residu Fungsional (FRC)
Volume cadangan Ekspirasi + Volume residu = (2300 ml)
c. Kapasitas Vital (VC)
Volume cadangan Inspirasi + Volume Tidal + Volume cadangan Ekspirasi = (4600 ml)
d. Kapasitas Total Paru-paru (TLC)
Kapasitas vital + volume Residu = (5800 ml)\
Alat untuk mengukur kapasitas paru: Spirometer, dimana hasil pengukuran spirometer tersebut Spirogram

PERLU DIPERHATIKAN
TIDAL VOLUME
Merupakan Gambaran Sekilas Kondisi Pasien. Dipengaruhi Oleh Axon Refleks Dan Kimia Darah
VC
Menunjukkan Ada-Tidaknya Gangguan Restriksi Pada Fungsi Ventilasi Paru
FRC
Merupakan Buffer Terhadap Perubahan Tekanan O2 Saat Insipirasi Dan Ekspirasi
DIFUSI O2 DAN CO2 ANTARA ALVEOLI DAN DARAH
Ada 2 macam Respirasi:

STIKes BU Bojonegoro 2015

Respirasi eksternal
Yaitu difusi antara O2 dr alveoli paru menuju ke kapiler darah paru dan difusi CO2 terjadi sebaliknya
Respirasi internal
Yaitu difusi O2 dari kapiler darah ke sel-sel seluruh tubuh dan difusi CO2 terjadi sebaliknya.
Difusi O2 dan CO2 tersebut terjadi disebabkan gradien tekanan parsial
Membran Pernafasan
Lapisan cairan melapisi alveolus berisi surfaktan
Epitel alveolus tdd sel epitel yang tipis
Membran basalis epitel
Ruang interstisial tipis
Membran basalis kapiler yang pada beberapa tempat bersatu dengan membran basalis epitel
Membran endotel kapiler
Transportasi O2 dan CO2
O2
1,5% larut dalam plasma darah
98,5% berikatan dengan hemoglobin (Hb)
Heme Fe++ >< O2
Globin Fe++ >< O2
CO2
7% larut dalam plasma darah
93% dalam sel darah merah
93% dengan Hb
70% berkonversi menjadi ion bikarbonat
Pada Hb terdapat keseimbangan antara O2 dan CO2:
CO2 terikat pada bagian globin dari Hb. Ikatan Hb dengan O2 akan mengurangi ikatan Hb dengan CO2 dan
sebaliknya efek ini disebut: EFEK HALDANE
Pengaturan pernafasan
Ada 2 yaitu: - Involunter
- Volunter
Pusat pernafasan dibatang otak (brain stem)
Pusat inspirasi : bagian dorsal medula oblongata secara involunter
Pusat ekspirasi : bagian ventral medula oblongata secara volunter
Konsentrasi CO2 dalam darah mempengaruhi frekuensi dan dalamnya respirasi
Faktor yang mempengaruhi pusat pernafasan adalah PCO2, PH dan PO2

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pernafasan


1. Kesadaran: pernafasan bisa dikendalikan sesuai yang kita kehendaki misalnya saat bicara, berteriak,
menyanyi, menahan nafas
2. Emosi dan rasa sakit: ketakutan, cemas gembira maupun menangis
3. Iritasi: iritasi jalan nafas mempengaruhi pernafasan
Hidung bersin
Trakhea batuk
Bronchi frekuensi dan dalamnya respirasi
Bronchiolus frekuensi dan dalamnya respirasi
4. Hiperinflasi paru
Bila paru mengembang terlalu kuat maka strech reseptor pada trakhea, bronchus dan pleura viseralis akan
menahan agar paru tidak mengembang berlebihan. Hal ini disebut reflek Hering Breur

Vital capacity
Diperngaruhi oleh :
1. Sex (laki-laki > perempuan)
2. Ukuran tubuh (makin tinggi makin besar vc)

STIKes BU Bojonegoro 2015

3.

Umur (sampai 21 th makin tinggi umur makin Besar vc setelah 21 th makin tinggi umur makin Kecil
vc)
4. Posisi pengukuran ( berdiri > duduk > tidur)
5. Kekuatan otot pernapasan
6. Compliance ( makin besar compliance makin Besar vc)
7. Penumpukan darah di paru akibat adanya Decompensatio cordis sinistra
RUMUS HARGA NORMAL VC
LAKI-LAKI :

VC = -5,44 + 0,0611 x UMUR + 0,0485 x TB +1,6239 x C - 0,0777 x C x UMUR


PEREMPUAN :

VC = -3,3707 + 0,0282 x UMUR + 0,0358 x TB + 1,00 x C - 0,0455 x C x UMUR


KETERANGAN :
C = 0 Bila Umur < 21 Th, C = 1 Bila Umur >= 21 Th
Tb Tinggi Badan Dalam CM,
Umur Dalam Th
FRC (
Merupakan buffer (penyangga) bagi perubahan tekanan oksigen dalam alveol
Kecil berbahaya bagi tubuh, karena terjadi fluktuasi pao2 yang tinggi
BESAR HIPERINFLASI
1. PERUBAHAN STRUKTUR
2. OBSTRUKSI PARSIAL
3. KOMPENSASI

(PAO2)

VOLUME DINAMIK
Diukur Pada Saat Pernafasan Paksa
YANG DIUKUR :
1. FVC (FORCED VITAL CAPACITY) KAPASITAS VITAL
PAKSA
2. FEV1 (FORCED EXPIRATORY VOLUME at 1ST SECOND)
VOLUME ESKPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1)
3. MVV (MAXIMAL VOLUNTARY VOLUME ATAU
MAXIMAL BREATHING CAPACITY) KAPASITAS
PERNAFASAN MAKSIMAL
4. KECEPATAN ALIR UDARA PAKSA YANG DIHITUNG
BERSAMAAN DENGAN EKSPIOGRAM PAKSA
VOLUME DINAMIK
TUJUAN PENGUKURAN
Menentukan Adanya Peningkatan Tahanan Jalan Nafas (Airway Resistance) Mendeteksi Adanya
Obstructive Disease Oleh Butir 2,3 Dan 4.
Sedang Butir 1 Untuk Menentukan Adanya Restrictive Disease.

VOLUME DINAMIK
HASIL PENGUKURAN
1. Fvc yang digunakan penentuan adanya restriksi atau tidak . Penyakit restriksi adalah kurang
berkembangnya paru saat inspirasi.
2. Fev1 baik absolut maupun relatif yang digunakan untuk penentuan adanya obstruksi jalan napas besar
atau peningkatan tahan-an ekspirasi Mmf (maximal mid-expiratory flowRate) digunakan untuk penentuan
Obstruksi jalan napas kecil
EKSPIROGRAM
1. Orang coba harus mengeluarkan nafas secara cepat dan maksimal setelah didahului isap maksimal
2. Lama mengeluarkan nafas paling sedikit 6
detik
3. Garis pq dibuat tegak lurus melaui titik belok kurva ( q merupakan titik awal waktu )
4. Garis xy ditarik datar menyinggung kurva

STIKes BU Bojonegoro 2015

5. Pq adalah forced vital capacity (fvc)


6. Tarik garis vertikal ab melalui detik 1 memotong kurva di a, memotong garis datar puncak kurva di B
7. BA adalah fev1
SATUAN FEV1
FEV1 MEMPUNYAI DUA HARGA :
1. HARGA ABSOLUT DENGAN SATUAN LITER
2. HARGA RELATIF YANG MERUPAKAN
PROSENTASE PERBANDINGAN FEV1 DAN FVC
NYA DENGAN SATUAN PERSEN (%) DAN
DIBERI NAMA RATIO FEV1/FVC

FEV1 NORMAL EQUATION


HARGA NORMAL BARAT
1. FEV1 83 %
2. FEV2 93 %
3. FEV3 97 %
HARGA NORMAL INDONESIA :
1. FEV1 = - 4,0017 + 0,0486 x UMUR + 0,039476 x TB + 1,497 x C
0,0743 x C x UMUR (LITER)
2. RATIO FEV1/FVC ATAU FEV1 % = 96,632 0,3651 x UMUR
UNTUK LAKI-LAKI
3.

FEV1 = -2,394 + 0,0168 x UMUR + 0,0294 x TB + 0,8532 x C


0,0389 x C x UMUR (LITER)
4. RATIO FEV1/FVC = 97,8944 0,318 x UMUR
UNTUK PEREMPUAN
Keterangan : C = 0 BILA UMUR < 21 TH, C = 1 BILA UMUR >= 21 TH
TB = TINGGI BADAN DALAM cm
UMUR DALAM TAHUN

MAXIMUM EXPIRATORY FLOW RATE


MEFR adalah alir udara maksimal
PERHITUNGAN MEFR
1. TENTUKAN TITIK A PADA KURVA 200 ML DARI PUNCAK
2. Tentukan TITIK B SATU LITER DARI TITIK A
3. TARIK DARIS LURUS YANG MENGHUBUNGKAN A DAN B YANG MEMOTONG GARIS DATAR
YANG MENYINGGUNG KURVA DI TITIK Q
4. TARIK GARIS TEGAK LURUS DARI A YANG MEOTONG GARIS DATAR DI TITIK P (PQ
MERUPAKAN WAKTU) DAN AP MERUPAKAN VOLUME
5. MEFR = AP / PQ DENGAN SATUAN LITER/DETIK
MAXIMAL MID EXPIRATORY FLOW RATE
FEF25 75 NAMA LAIN
Penentuan maximal mid expiratory flow rate
1. Tentukan Titik A Pada Kurva Ekspirogram Vc Dari Puncak Kurva
2. Tentukan Titik B Pada Kurva Ekspirogram Vc Dari Puncak Kurva
3. Tarik Garis Lurus Melalui A Dan B Yang Memotong Garis Tegak Lurus Di Titik A Dan Memotong
Garis Datar Di Q ( P Perpotongan Garis Tegak Lurus Dan Garis Datar)
4. AP Merupakan Volume Dan Pq Merupakan Waktu
5. Mmf = Vol / Waktu = Ap / Pq Dengan Satuan Liter/Detik.
HARGA STANDARD FEF 25-75
FEF 25-75 = 4.6846 0.0304 x UMUR
UNTUK LAKI-LAKI
FEF 25-75 = 3.8917 0.02065 x UMUR
UNTUK PEREMPUAN
Keterangan
FEF 25-75 dalam liter / detik
UMUR
dalam tahun

STIKes BU Bojonegoro 2015

Dalam batasan 13 th sampai dengan 71 th


VOLUME DINAMIK
FLOW VOLUME CURVE RECORDER
YANG DIUKUR IALAH
FEF .50 ATAU V.50
KECEPATAN ALIR PADA 0.5 VC
FEF .75 ATAU V.75
KECEPATAN ALIR PADA 0.75 VC
PEFR = KECEPATAN ALIR PUNCAK

CARA LAIN MENGUKUR PEFR


1. WRIGHT FLOW METER
2. GAUGE FLOW METER
SIFAT :
1.
2.
3.

DIGUNAKAN UNTUK MENENTUKAN PENINGKATAN TAHANAN JALAN NAFAS BESAR


UNTUK KEPENTINGAN MASAL
HARGANYA AGAK KASAR, BILA SSEORANG MEMPUNYAI HARGA PEFR < 80 % HARGA

4.

PREDIKNYA ORANG TERSEBUT MENDERITA PENYAKIT OBSTRUKSI


BILA PEFR NORMAL BELUM TENTU DIA TIDAK MENDERITA OBSTRUKSI

KAPASIAS PERNAFAAN MAKSIMAL


( MBC ATAU MVV )
DEFINISI :
Kpm adalah jumlah udara yang keluar masuk paru secara paksa selama satu menit.
Pada pelaksanaan frekuensi nafas terserah orang coba dan volume sekali masuknya (fluktuasinya) harus lebih
besar dari dua kali tidal volume atau mendekati harga fev1
TUJUAN :
Menentukan adanya penyakit obstruksi
HAMBATAN:
Pemeriksaan berat bagi pasien
Pengukuran residual volume dan semua kapasi-tas paru yang mengandung rv
TERBUKA
Dengan prinsip: isap oksigen murni dari alat/ tempat ke 1 dan keluarkan udara ke alat lain.
Yang dikelurakan adalah sisa o2 , co2 dan n2, yang diukur adalah n2
ALAT :
1. Spirometer tissot yang sudah dicuci dengan o2 murni hingga n2 dalam spirometer habis
2. Tangki O2 Murni
3. NITROGEN METER

PENGUKURAN RESIDUAL VOLUME DAN SEMUA KAPASI-TAS PARU YANG MENGANDUNG RV


Proses :
1. Orang Coba Menisap O2 Murni Dan Mengeluarkan Gas Sisa Ke Spirometer, Pernafasan
Dilakukan Selama + 7 Menit ( Agar N2 Dari Paru Pindah Semua Ke Spirometer
2. Setelah selesai diambil sampel gas dari spiro dan tentukan kadar n2 nya.
3. Perhitungan Dilakukan Dengan Prinsip Dalton
4. Hasil Tergantung Kapan Patien Dihubungkan Dengan Alat
Pada Ekspirasi Maksimal Volume Residu
Pada Akhir Ekspirasi Biasa Kapasitas Residu Fungsional
Pengukuran Residual Volume Dan Semua Kapasi-Tas Paru Yang Mengandung Rv

STIKes BU Bojonegoro 2015

CONTOH :
Awal Dalam Paru V Frc = ? Dan N2 = 80 %
Akhir Dalam Spiro V Sp = 40 Liter, N2 = 5 %
Hitungan Pakai Hukum Dalton, V1c1 = V2c2
V FRC X 80 = 40 X 5
V FRC = 200 / 80 = 2.5
FRC = 2.5 LITER
Pengukuran residual volume dan semua kapasitas paru yang mengandung RV
CARA TERTUTUP
Orang coba bernafas dari dan ke kantong douglas yang berisi oksigen murni. Gas nitrogen dalam alat tersebut
dimonitor oleh nitrogen meter. Pada keadaan awal N2 dalam paru 80 % setelah bernafas 7 kali maka volume
N2 = VFRC + VKD dan N2 nya adalah kadar gabungan dalam paru dan kantong DOUGLAS

PENGUKURAN RESIDUAL VOLUME DAN SEMUA KAPASITAS PARU YANG MENGANDUNG RV


PERHITUNGAN DILAKUKAN MENGGUNAKAN HUKUM DALTON.
CONTOH :
AWAL
PARU : V FRC = ?
N2 = 80 %
KD : VKD = 3 LITER
N2 = 0
RUMUS :
VxC = KONSTANT
VFRC x 80 = (VFRC + VKD ) x 35
VFRC ( 80 35) = 3 x 35
VFRC = (3 x 35) / 45 = 2,333 LITER

AKHIR
V = VFRC + VKD
N2 = 35 %

RUANG RUGI (DEAD SPACE )


TERDIRI DARI :
1. Ruang rugi anatomi jalan nafas dari hidung smpai bronkhiol terminalis.
2. Ruang rugi faal (functional dead space)

TERDIRI DARI :
a) RUANG RUGI ANATOMI
b) ALVEOL TANPA KAPILER
c) ALVEOL DENGAN KAPILER TERTUTUP
d) ALVEOL DENGAN KAPILER YANG ALIRANNYA KURANG.
RUANG RUGI (DEAD SPACE )

Pengukuran Ruang Rugi Dengan Rumus Bohr


VD RUANG RUGI

F FRAKSI GAS
A ALVEOL
E EKSPIRASI
I INSPIRASI
VT TIDAL VOLUME
RUANG RUGI (DEAD SPACE )

STIKes BU Bojonegoro 2015

CONTOH :

FACO2 = 0,056 ( 5,6 % )


FECO2 = 0,0373 (3,73 %)
FICO2 = 0,0004 (0,04 %)
VT = 500 ml
VD = 150

RUANG RUGI (DEAD SPACE )


MENGGUNAKAN NITROGEN WASH OUT METHOD
Prinsip :
1. Dalam paru terdapat n2 80 %
2. Orang coba isap o2 murni tanpa n2
3. Udara yang diisap atau keluar sebesar tv
4. N2 dan volume yang keluar diukur secara simultan dan diplotkan pada grafik hubungan volume dan
kadar n2
5. Luas bidang yang terbentuk diukur menggunakan planimeter
6. Vd anat dihitung dari perbandingan luas bidang dikalikan tv
NITROGEN WASH OUT METHOD
LUAS BIDANG
ABD = A cm2
LUAS
SEGIEMPAT
ABCD = B cm2
VD = (A / B ) x 500

PEMBAGIAN UDARA MASUK


PADA PERNAFASAN BIASA JUMLAH UDARA YANG MASUK TERBAGI JADI :
Yang berada dalam ruang rugi
Yang masuk alveol (unit respiratorik)
VT = VD + VA
(UNTUK SATU KALI NAFAS)
VT x f = VD x f + VA x f (f = FREKUENSI NAPAS) DALAM 1 MENIT
VA x f = VT x f - VD x f
VENTILASI
VENTILASI
VENTILASI
ALVEOL
PARU
RUANG RUGI
MINUTE VOLUME
VA = Vm + VD ATAU VA = f ( VT - VD )
DENGAN SYARAT VT > 150 ml

VENTILASI ALVEOL
NORMAL
_
VA = f ( VT - VD )
= 16 ( 500 - 150 ) = 5600 ML / MENIT

STIKes BU Bojonegoro 2015

DISTRIBUSI TIDAK MERATA


ABNORMAL
HIPOVENTILASI
BERAKIBAT :
HIPOKSIA ANOXIA
HIPERKARBIA CO2
3.
ASIDOSIS CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3 -HIPERVENTILASI
BERAKIBAT :
1. HIPEROKSIA
2. HIPOKARBIA CO2
3. ALKALOSIS
1.
2.

VENTILASI ALVEOL
UNEVEN VENTILATION
NON UNIFORM VENTILATION
Ventilasi alveol tergantung aliran darah Pada keadaan berdiri ventilasi lebih banyak di Daerah basis paru dari
pada apex. Pada kondisi tiduran terlentang ventilasi terdistribusi ke dorsal dari pada ventral.
Adanya alveol yang masih tertutup pada saat inspirasi normal

TEKANAN DALAM SISTEM PERNAFASAN


UDARA BERGERAK DARI TEKANAN TINGGI KE RENDAH
INSPIRASI
Udara masuk ke paru karena pbar > pparu
Pada inspirasi biasa palveol lebih negatif dari tekanan barometer atau PA = - 1 mm Hg (dibandingkan dengan
PBAR) JIKA PBAR = 760 mm Hg PA = 759 mm Hg
Pada saat inspirasi maksimal PA = - 80 mmHg
EKSPIRASI
Pada saat ekspirasi biasa PA = + 1 mmHg sedang pada saat ekspirasi maksimal PA = + 100 mmHg.
TEKANAN INTERPLEURA
Permukaan luar paru terbungkus pleura visceralis
Permukaan dalam torak terbungkus pleura parietalis
Kedua permukaan ber tekanan 6 mmHg
Antara kedua pleura terdapat cairan, untuk SLIDING PARU TEKANAN CAIRAN 10 mmHg
PPL = 6 10 = - 4 mmHg
TEKANAN INTRA PLEURA
Pada semua pergerakan nafas tekanan intra pleura ( PPL) SELALU 4 mmHg LEBIH NEGATIF DARI
TEKANAN INTRA ALVEOL (PA).
Faktor-faktor yang menyebabkan tekanan intra pleura selalu negatif :
1. DAYA KEMBANG TORAK
2. DAYA RECOIL PARU
3. TEGANGAN PERMUKAAN ALVEOL
4. DAYA SERAP VASA PLEURA
TEKANAN INTRA PLEURA
DAYA KEMBANG TORAK
Torak bila dibuka, volumenya membesar, karena pada keadaan intak lekat seperti apa adanya torak harus
ditekan diperkecil volumenya dan kondisi ini dipertahankan karena daya tarik oleh paru.
DAYA RECOIL PARU
Paru akan mengecil ke volume residu bila torak dibuka, karena paru mempunyai daya mengecil yang disebut
daya recoil, yang berarti paru selalu ingin berada pada volume residu.

STIKes BU Bojonegoro 2015

TEGANGAN PERMUKAAN
4T
P = -------- UNTUK UDARA
R
DALAM AIR
2T
P = -------- UNTUK UDARA
R
DALAM ALVEOL
Keterangan : P tekanan, T tegangan permukaan
R radius gelembung

Tegangan permukaan:
Di dalam alveol terdapat cairan tipis yang melapisi permukaan alveol bagian dalam hingga menurut teori fisika
bila ada gelembung udara dalam cairan, gelembung berusaha memperkecil volume karena tegangan permukaan
gelembung.
EFEK TEGANGAN PERMUKAAN
Akibatnya alveol makin mengecil, tetapi kondisi ini dibatasi / dihambat oleh oleh adanya surfactan yang
merupakan lapisan tipis protein dalam alveol yang berfungsi menjaga agar alveol tidak kolap.
FUNGSI LAIN IALAH agar bayi yang lahir segera dapat memulai bernafas. Tanpa surfactan bayi akan sukar
memulai bernafas saat baru lahir. Kondisi kurangnya surfactan menyebabkan penyakit yang disebut sebagai
hyalin membrane disease.
Sekarang sudah ada obat surfactan sintetik yang dapat digunakan memulai napas pada bayi prematur.

PNEUMOTORAK
Adanya udara dalam rongga interpleura
Macam :
1. TERBUKA
2. TERTUTUP
3. VENTILE
4. ARTIFISIAL
YANG PALING BERBAHAYA IALAH TIPE VENTILE
PNEUMOTORAK ARTIFISIAL
Dilakukan pada petien yang akan diberi pengobatan radio terapi pada mammae kiri pos radical mastectomy.
Prosedur
Udara sebanyak 4 liter dimasukkan ke dalam rongga intrapleura bagian kiri paru kiri akan kolap hingga
volume tinggal volume residu. Kirim kembali ke lab. Radioterapi untuk terapi radio terapi. Patien pulang,
beberapa hari udara dalam rongga intrapleura akan habis terserap.
Tujuan
Menyelamatkan paru
DAYA KEMBANG
Menunjukkan hubungan perubahan volume paru dan tekanan yang menyebabkan perubahan

Perubahan volume paru akibat satu unit perubah-an tekanan


Compliance berpengaruh pada vc, makin besar cp makin besar vc.
Complince ( daya kembang)
Pada sistem pernafasan terdpat tiga macam comliance :
1. Compliance paru saja, yang merupakan compliance paru bila paru dilepas dari torak Besarnya = 0,22
liter / cm air
2. Compliance torak saja, yang merupakan Compliance torak saja tanpa paru
3. Compliance paru-torak yang merupakan Compliance sistem pernafasan
Besarnya = 0,13 liter /cm air
TAHANAN JALAN NAFAS

STIKes BU Bojonegoro 2015

Setiap kali bernafas jika dirasakan akan terasa ada sedikit tahanan

RAW = TAHANAN DI JALAN NAFAS


PAW = P MO-AV BEDA TEKANAN ANTARA MULUT
DAN ALVEOL
V BAR = ALIRAN UDARA PER MENIT
TAHANAN DIPENGARUHI OLEH :
1.
Bentuk jalan nafas
2.
Ukuran jalan nafas
3.
Viskositas gas
4.
Kecepatan perubahan aliran gas dari laminer ke turbulen
5.
Distribusi aliran gas
KERJA PERNAFASAN DIGUNAKAN UNTUK :
1.
2.
3.
4.

Mengatasi tahanan elastik paru dan torak


Menggerakkan non-elastic tissue dan mengatasi gaya gesek ( tulang iga, diafragma, isi perut)
Kekuatan tergantung pada kecepatan gerak
Mengatasi tahanan jalan nafas

EKSPIRASI DAN INSPIRASI


Dari diagram di atas terlihat bahwa inspirasi merupakan proses aktif sedangkan ekspirasi merupakan proses pasif yang merupakan relaksasi
otot inspirasi bukan karena kontrasi otot ekspirasi

DIFUSI
Difusi adalah gerak molekul dari area dengan tekanan tinggi ke tekanan tendah oleh adanya enersi
kinetik ( gerak brown )
Difusi aleveolo-kapiler paru adalah gerak melekul gas dari area tekanan tinggi ke area tekanan
rendah melalui membran semi permeable.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
FAKTOR MEMBRAN
1.
Tebal membran , Makin tebal makin lambat difusi
2.
Luas membran , Makin luas makin banyak difusi
3.
Beda tekanan alveoli-kapiler ( Pa-c ), Makin tinggi beda tekanan makin banyak difusi
4.
Kelarutan dan bentuk molekul

nm = Dm . P A-c
nm = jumlah molekul yang berdifusi
Dm = tebal membran, kelarutan dan bentuk molekul
PA-c = beda tekanan gas antara alveoli dan kapiler
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

FAKTOR DARAH
Dengan adanya gas yang bergabung dengan hemoglobin maka terdapat perbedaan antara plasma dan eritrosit
yang merupakan fungsi kecepatan dan fungsi difusi gas dalam eritrosit yang diatur oleh hemoglobin (Kreuzer)

FAKTOR YANG MRMPENGARUHI VOLUME GAS TERIKAT PADA HEMOGLOBIN

nbl = . Qc . Pv-c
1. Kecepatan gas terikat oleh Hb ( )
2. Volume darah di kapiler (Qc)
3. Beda tekanan gas veno-kapiler ( Pv-c )

STIKes BU Bojonegoro 2015

FAKTOR SIRKULASI

Kecepatan larut gas yang meninggalkan vaskularisasi alveoli tergantung aliran darah kapiler.
Transport gas yang larut bersama sirkulasi tergantung pada :

1.
2.
3.

Koefisien kapasitan ()
Aliran darah dalam sirkulasi alveoli ( Qc)
Beda tekanan arterio-venus ( P a-v)

ncirc = . Qc . P a-v
TRANSPORT GAS
TRANSPORT OKSIGEN
1.
2.

Larut dalam plasma 3 %


Ikatan dengan Hb 97 % dalam bentuk OksiHb HbO2-

Ikatan Hb dengan O2 dalam bentuk OKSIGENASI bukan OKSIDASI , yang mudah lepas
JIKA KADAR Hb = 15 gm / dl DARAH DGN DAYA IKATNYA 1.34 cc O2 PER gram Hb ( IKATAN
MAKSIMAL ) MAKA DALAM 100 cc DARAH AKAN TERIKAT 15 x 1.34 cc O2 20 cc O2 ( ANGKA
INI DISEBUT KAPASITAS OKSIGEN / OXYGEN CAPACITY)

Oxygen capacity ialah jumlah oksigen yang terikat hb secara maksimal dalam 100 cc darah, yang
tergantung pada kadar hb.

Makin jauh darah dari paru makin kecil daya ikat hb dengan oksigen. bila daya ikat hb terhadap
oksigen = 1 cc oksigen / gm hb, maka oksigen yang terikat hb dalam 100 cc darah = 15 x 1 cc = 15 cc
o2 ( disebut isi oksigen / oxygen content)

Oxygen content ialah jumlah o2 yang terikat hb dalam 100 cc darah pada waktu tertentu ( tidak
maksimal ).
TRANSPORT OKSIGEN

PERBANDINGAN OXYGEN CONTENT DAN OXYGEN CAPACITY DISEBUT SATURASI OKSIGEN


OXYGEN CONTENT
SATURATION = ----------------------------- x 100 %
OXYGEN CAPACITY
DENGAN SATUAN :

0 --- 100

1.

2.

vol % 0 --- 20

Jumlah oksigen yang diangkut tergantung pada :


1. cardiac output (curah jantung)
2. oxygen capacity
3. hemaocrit ( Packed Cell Volume )
O2 diangkut = cardiac output x oxygen capacity
= 5000 cc x 20 cc O2 / 100 cc darah = 1000 cc O2

TRANSPORT OKSIGEN DAN HEMATOCRIT

STIKes BU Bojonegoro 2015

Maximaum Rate of Oxygen Transpot ( l/m)

0
0

10

20

30

40

50

60

70

80

HEMATOCRIT

Dari grafik ini terlihat bahwa pada hematocrit 40 % kecepatan transportnya tertinggi, karena makin
tinggi hematrocrit makin kental sekaligus makin lambat aliran darah.
SATURASI OKSIGEN DAN TEKANAN
Saturasi oksigen masih tergantung pada tekanan atmosfer
TRNASPORT CO2

Transport CO2 dimulai dari jaringan ke paru Bentuk transport :


1. CO2 larut dalam plasma
2. karbamino Hb ( HbCO2)
3. Bicarbonat ( HCO3- )
4. H2CO3 larut dalam plasma

REGULASI PERNAPASAN
SYARAF PUSAT
MEDULLA OBLONGATA
PONS
Sifatnya unvolunter
Mengatur ritme pernapasan
C- CORTEX
VOLUNTER
PERIFER
A-AFFEREN
NERVUS IX DAN N X ( RANGSANGAN DARI PARU KE OTAK)
B- EFFEREN
N X DAN N XI (RANGSANGAN DARI OTAK KE PARU)

EFFERENT
1. Extra dan intra pulmonary airway
2. Otot pernapasan
3. Pembuluh darah paru
4. Reseptor kimia perifer
AFFERENT

STIKes BU Bojonegoro 2015

Rangsangan eksternal dari korteks


Sensor mekanik dari paru (strecth reflex, iritant dan j-sensor reflex)
Reseptor kimia pusat atau perifer Proprioceptive sensor

REGULASI PERNAPASAN

KIMIA
PUSAT
Di dasar ventrivle iv medulla oblongata
PERIFER
A-sinus caroticus N glosso phryngicus
Sinus caroticus n vagus
RESEPTOR KIMIA PUSAT
LETAK : MEDULLA OBLONGATA
AREA : ROSTRAL (MITCHELL) INTERMEDIATE (SCHLAFKE) CAUDAL (LOESCHCKE)
SIFAT : FISIOLOGIS

STIKes BU Bojonegoro 2015

Anda mungkin juga menyukai