Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


KARSINOMA LARING
RUANG THT RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
PERIODE TANGGAL 22 APRIL 2002 S/D 26 APRIL 2002

DI SUSUN
OLEH :
SUBHAN
NIM 010030170 B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM STUSI S.1 ILMU KEPERAWATAN
SURABAYA
2002

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien dengan Karsinoma Laring


Di Ruang THT RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Surabaya, 26 April 2002


Mahasiswa

Subhan
NIM. 010030170 B

Pembimbing Ruangan

Pembimbing Akademik

Joni Haryanto, SKp.

NIP

NIP. 140 271745

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KARSINOMA LARING

A. Pengertian
Secara anatomi tumor laring dibagi atas tiga bagian yaitu supra glotik, tumor
pada plika ventrikularis, aritenoid, epiglotis dan sinus piriformis (Glotis : tumor
pada korda vokalis , Subglotis : tumor dibawah korda vokalis).

B. Patofisiologi
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan
pada orang laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok,
bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat.
Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli.Kanker kepala
dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan.Terutama
neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel skuamosa.Bila kanker terbatas
pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat.Pita suara miskin akan
pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe.Bila
kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi.Tumor
supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara
sehingga mengakibatkan suara serak.Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih
dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan.

C. Gambaran klinik
Paling dini adalah berupa suara parau atau serak kronik, tidak sembuh-sembuh
walaupun penderita sudah menjalani pengobatan pada daerah glotis dan
subglotis. Tidak seperti suara serak laringitis, tidak disertai oleh gejala sistemik
seperti demam.Rasa tidak enak ditenggorok, seperti ada sesuatu yang tersangkut.
Pada fase lanjut dapat disertai rasa sakit untuk menelan atau berbicara.Sesak

napas terjadi bila rima glotis tertutup atau hampir tertutup tumor 80%. Sesak
napas tidak timbul mendadak tetapi perlahan-lahan. Karena itu penderita dapat
beradaptasi, sehingga baru merasakan sesak bila tumor sudah besar (terlambat
berobat). Stridor terjadi akibat sumbatan jalan napas.Bila sudah dijumpai
pembesaran kelenjar berarti tumor sudah masuk dalam stadium lanjut.Bahkan
kadang-kadang tumornya dapat teraba, menyebabkan pembengkakan laring.
Bila tumor laring mengadakan perluasan ke arah faring akan timbul gejala
disfagia, rasa sakit bila menelan dan penjalaran rasa sakit kearah telinga.Apabila
dijumpai kasus dengan jelas diatas, khususnya dengan keluhan suara parau lebih
dari dua minggu yang dengan pengobatan tidak sembuh, diderita orang dewasa
atau tua, sebaiknya penderita segera dirujuk.

D. Stadium
Tergantung keadaan tumor (T), pembesaran kelenjar regional ( N ), dan
metastasis jauh ( M ).
Stadium : I

: T1 No Mo

II

: T2 No Mo

III : T3 No Mo, T2 N1 Mo, T3 N1 Mo


IV : T4 No Mo, semua T N2 M1, semua T semua N dan M.

E. Diagnostic studies
Pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskopi langsung dapat
menunjukkan tumor dengan jelas.Tempat yang sering timbul tumor dapat dilihat
pada gambar.Sinar X dada,scan tulang, untuk mengidentifikasi kemungkinan
metastase. Darah lengkap, dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah
umum. Laringografi dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan
pembuluh darah dan pembuluh limfe., Kemudian laring diperiksa dengan
anestesi umum dan dilakukan biopsi pada tumor.Gigi yang berlubang, sebaiknya

dicabut pada saat yang sama.


F.

Medical Managament
Pada kasus karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan
pengangkatan

laring

(Laringektomi).Pengobatan

dipilih

berdasar

stadiumnya.Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4.Alasannya mempunyai


keuntungan dapat mempertahankan suara yang normal, tetapi jarang dapat
menyembuhkan tumor yang sudah lanjut,lebih-lebih jika sudah terdapat
pembesaran kelenjar leher.Oleh karena itu radioterapi sebaiknya dipergunakan
untuk penderita dengan lesi yang kecil saja tanpa pembesaran kelenjar
leher.Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas pada satu pita suara, dan
masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan keadaan yang
demikian

dapat

sembuh

sempurna

dengan

radioterapi

serta

dapat

dipertahankannya suara yang normal.Fiksasi pita suara menunjukkan penyebaran


sudah mencapai lapisan otot. Jika tumor belum menyebar kedaerah supraglotik
atau subglotik, lesi ini masih dapat diobati dengan radioterapi, tetapi dengan
prognosis yang lebih buruk.
Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran kelenjar
limfe leher, pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi radikal
kelenjar leher.Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada jenis
tumor supra dan subglotik.Pada penderita ini kemungkinan sembuh tidak begitu
besar, hanya satu diantara tiga penderita akan sembuh sempurna.Laringektomi
diklasifikasikan kedalam :
1.

Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu


pita

suara

dan

trakeotomi

sementara

yang

di

lakukan

untuk

mempertahankan jalan napas. Setelah sembuh dari pembedahan suara pasien


akan parau.
2.

Hemilaringektomi atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita


suara satu benar dan satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago

aritenoid dan setengah kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan


suara pasien akan parau setelah pembedahan.
3.

Laringektomi supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada epiglotis


atau pita suara yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi.
Suara pasien masih utuh atau tetap normal.Karena epiglotis diangkat maka
resiko aspirasi akibat makanan peroral meningkat.

4.

Laringektomi total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar


laring, memerlukan pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3
cincin trakea, dan otot penghubung ke laring.Mengakibatkan kehilangan
suara dan sebuah lubang ( stoma ) trakeostomi yang permanen. Dalam hal
ini tidak ada bahaya aspirasi makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi
berhubungan dengan saluran udara pencernaan.Suatu sayatan radikal telah
dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini.Hal ini meliputi pengangkatan
pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot sternokleidomastoideus,
vena jugularis interna, saraf spinal asesorius, kelenjar salifa submandibular
dan sebagian kecil kelenjar parotis (Sawyer, 1990).Operasi ini akan
membuat penderita tidak dapat bersuara atau berbicara. Tetapi kasus yang
dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan pada mereka berbicara
menggunakan esofagus (Esofageal speech), meskipun kualitasnya tidak
sebaik bila penderita berbicara dengan menggunakan organ laring.Untuk
latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang binawicara.

G. Dasar data pengkajian keperawatan


Data pre dan posoperasi tergantung pada tipe kusus atau lokasi proses kanker dan
koplikasi yang ada.

INTEGRITAS EGO
Gejala : Perasaan takut akan kehilangan suara,mati, terjadi atau berulangnya
kanker. Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan
kerja dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak operasi.

MAKANAN ATAU CAIRAN


Gejala :Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok yang
menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk.
Pembengkakan lidah dan gangguan gag reflek.

HIGIENE
Tanda : kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.

NEUROSENSORI
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian.
Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau
menetap atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik).
Kesulitan menelan. Kerusakan membran mukosa.

NYERI ATAU KENYAMANAN


Gejala : Sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri ke
telinga, nyeri wajah (tahap akhir, kemungkinan metastase). Nyeri atau rasa

terbakar dengan pembengkakan (kususnya dengan cairan panas), nyeri lokal pada
orofaring. Pascaoperasi : Sakit tenggorok atau mulut (nyeri biasanya tidak
dilaporkan kecuali nyeri yang berat menyertai pembedahan kepala dan leher,
dibandingkan dengan nyeri sebelum pembedahan).
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri wajah dan gangguan tonus otot.

PERNAPASAN
Gejala : Riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu
serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit paru
kronik. Batuk dengan atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.

KEAMANAN
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau
radiasi.Perubahan penglihatan atau pendengaran.
Tanda : Massa atau pembesaran nodul.

INTERAKSI SOSIAL
Gejala : masalah tentang kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam
interaksi sosial.
Tanda : Parau menetap,perubahan tinggi suara, bicara kacau, enggan untuk
bicara,dan menolak orang lain untuk memberikan perawatan atau terlibat dalam
rehabilitasi.

H. Prioritas keperawatan pre dan post operasi


PREOPERASI
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan
pascaoperasi dan takut akan kecacatan.
Batasan Karakteristik : Mengungkapkan keluhan khusus, merasa tidak
mampu, meminta informasi, mengungkapkan kurang mengerti dan gelisah,
menolak operasi.
Goal : Cemas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka,
melaporkan berkurangnya cemas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang
pre dan posoprasi, secara verbal mengemukakan menyadari terhadap apa yang
diinginkannya yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya.
Rencana Tindakan :
1.

Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pascaoperasi,


termasuk tes laboratorium praoperasi, persiapan kulit, alasan status
puasa,obat-obatan praoperasi,obat-obatan posoperasi, tinggal di ruang
pemulihan, dan program paskaoprasi. Informasikan pada klien obat
nyeri tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri.Rasional
pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi
kecemasan dan meningkatkan kerjasama pasien.

2.

Jika laringektomi total akan dilakukan, konsultasikan dulu dengan


pasien dan dokter untuk mendapatkan kunjungan dari anggota klub
laringektomi.Atur waktu untuk berdiskusi dengan terapi tentang
alternatif metoda-metoda untuk rehabilitasi suara.Rasional mengetahui
apa yang diharapkan dan melihat hasil yang sukses membantu
menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien berpikir realistik.

3.

Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan pascaoperasi : satu atau dua


hari akan dirawat di UPI sebelum kembali ke ruangan semula, mungkin

ruangan penyakit dalam atau ruangan bedah.Mungkin saja akan


dipasang NGT. Pemberian makan per sonde diperlukan sampai
beberapa minggu setelah pulang hingga insisi luka sembuh dan mampu
untuk menelan (jika operasi secara radikal di leher dilaksanakan).Alat
bantu jalan napas buatan (seperti trakeostomi atau selang laringektomi)
mungkin akan terpasang hingga pembengkakan dapat diatasi.Manset
trakeostomi atau selang T akan terpasang di jalan napas buatan, untuk
pemberian oksigen yang telah dilembabkan atau memberikan udara
dengan tekanan tertentu. Rasional pengetahuan tentang apa yang
diharapkan dari intervensi bedah membantu menurunkan kecemasan
dan memungkinkan pasien untuk memikirkan tujuan yang realistik.
4.

Jika

akan

dilakukan

laringektomi

horizontal

atau

supraglotik

laringektomi, ajarkan pasien dan latih cara-cara menelan sebagai


berikut:
Ketika makan duduk dan tegak lurus ke depan dengan kepala fleksi,
letakan porsi kecil makanan di bagian belakang dekat tenggorok, tarik
napas panjang dan tahan (ini akan mendorong pita suara bersamaan
dengan menutupnya jalan masuk ke trakea), menelan dengan
menggunakan gerakan menelan,batukan dan menelan kembali untuk
memastikan tidak ada makanan yang tertinggal di tenggorok. Rasional
karena epiglotis sudah diangkat pada jenis laringektomi seperti ini,
aspirasi karena makanan per oral merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi. Belajar bagaimana beradaptasi dengan perubahan
fisiologik dapat menjadikan frustrasi dan menyebabkan ansietas.Berlatih
secara terus menerus dapat membantu mempermudah belajar dan
beradaptasi terhadap perubahan tersebut

2. Menolak operasi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur


pre dan paskaoperasi, kecemasan, ketakutan akan kecacatan dan ancaman
kematian.
Karakteristik

data

kurang

kerjasama

dan

menolak

untuk

dioperasi,menanyakan informasi tentang persiapan pre dan prosedur posoperasi.


Goal : Klien akan bersedia dioperasi.
Kriteria hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka,
mengatakan mengerti pre dan posoperasi, mengatakan berkurangnya kecemasan,
klien dioperasi.
Rencana tindakan :
1.

Kaji faktor-faktor yang menyebabkan klien menolak untuk dioperasi.

2.

Anjurkan keluarga untuk memberikan suport seperti dukungan spiritual.

3.

Direncanakan tindakan sesuai diagnosa keperawatan no.1.

POST OPERASI
1.

Mempertahankan jalan napas tetap terbuka, ventilasi adekuat.

2.

Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternatif.

3.

Memperbaiki atau mempertahankan integritas kulit.

4.

Membuat atau mempertahankan nutrisi adekuat.

5.

Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang


terganggu.

6.

Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan


pengobatan.

TUJUAN PEMULANGAN
1.

Ventilasi atau oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu.

2.

Komunikasi dengan efektif.

3.

Komplikasi tercegah atau minimal.

4.

Memulai untuk mengatasi gambaran diri.

5.

Proses penyakit atau prognosis dan program terapi dapat dipahami.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
I.

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan


sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas,
batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
Batasan karakteristik : sulit bernapas, perubahan pada frekwensi atau
kedalaman pernapasan,penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas
tidak normal,sianosis.
Goal : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria hasil : bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak
sianosis,frekwensi napas normal.
Rencana tindakan :
Mandiri
1.

Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas.


Selidiki kegelisahan, dispnea, dan sianosis. Rasional perubahan pada
pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.

2.

Tinggikan kepala 30-45 derajat. Rasional memudahkan drainase sekret,


kerja pernapasan dan ekspansi paru.

3.

Dorong menelan bila pasien mampu. Rasional mencegah pengumpulan


sekret oral menurunkan resiko aspirasi. Catatan : menelan terganggu
bila epiglotis diangkat atau edema paskaoperasi bermakna dan nyeri
terjadi.

4.

Dorong batuk efektif dan napas dalam. Rasional memobilisasi sekret


untuk membersihkan jalan napas dan membantu mencegah komplikasi
pernapasan.

5.

Hisap selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal. Catat
jumlah, warna dan konsistensi sekret. Rasional

mencegah sekresi

menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu


dan pasien tidak dapat meniup lewat hidung.

6.

Observasi jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah


posisi pasien untuk memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang
leher atau balutan posterior.Rasional sedikit jumlah perembesan
mungkin terjadi. Namun perdarahan terus-menerus atau timbulnya
perdarahan tiba-tiba yang tidak terkontrol dan menunjukkan sulit
bernapas secara tiba-tiba.

7.

Ganti selang atau kanul sesuai indikasi. Rasional mencegah akumulasi


sekret dan perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan napas.
Catatan : ini penyebab umum distres pernapasan atau henti napas pada
paskaoperasi.

KOLABORASI
8.

Berikan humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan


peningkatan masukan cairan.Rasional fisiologi normal ( hidung) berarti
menyaring atau melembabkan udara yang lewat.Tambahan kelembaban
menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan batuk atau
penghisapan sekret melalui stoma.

9.

Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada. Rasional pengumpulan
sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia yang
memerlukan tindakan terapi lebih agresif.

II. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi


(pengangkatan batang suara) dan hambatan fisik (selang trakeostomi).
Karakteristik

data

:Ketidakmampuan

berbicara,

perubahan

pada

karakteristik suara.
Goal : Komunikasi klien akan efektif .
Kriteria hasil : Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode
berbicara yang tepat setelah sembuh.
Rencana tindakan :

Mandiri
1.

Kaji atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas


terganggu,gunakan gambaran anatomik atau model untuk membantu
penjelasan.Rasional untuk mengurangi rasa takut pada klien.

2.

Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti


pendengaran

dan

penglihatan.Rasional

adanya

masalah

lain

mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi.


3.

Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien


misalnya papan dan pensil, papan alfabet atau gambar, dan bahasa
isyarat.Rasional memungkingkan pasien untuk menyatakan kebutuhan
atau masalah. Catatan : posisi IV pada tangan atau pergelangan dapat
membatasi kemampuan untuk menulis atau membuat tanda.

4.

Berikan waktu yang cukup untuk komunikasi.Rasional kehilangan


bicara dan stres menganggu komunikasi dan menyebabkan frustrasi dan
hambatan ekspresi, khususnya bila perawat terlihat terlalu sibuk atau
bekerja.

5.

Berikan komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik.


Rasional mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan
kontak dengan orang lain.

6.

Dorong komunikasi terus-menerus dengan dunia luar contoh koran,TV,


radio dan kalender. Rasional mempertahankan kontak dengan pola hidup
normal dan melanjutkan komunikasi dengan cara lain.

7.

Beritahu kehilangan bicara sementara setelah laringektomi sebagian dan


atau tergantung pada tersedianya alat bantu suara. Rasional memberikan
dorongan dan harapan untuk masa depan dengan memikirkan pilihan
arti komunikasi dan bicara tersedia dmungkin.

8.

Ingatkan pasien untuk tidak bersuara sampai dokter memberi


izin.Rasional meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi

potensi disfungsi pita permanen.


9.

Atur pertemuan dengan orang lain yang mempunyai pengalaman


prosedur ini dengan tepat. Rasional memberikan model peran,
meningkatkan motivasi untuk pemecahan masalah dan mempelajari cara
baru untuk berkomunikasi.

KOLABORASI
10. Konsul dengan anggota tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen
rehabilitasi (contoh patologis wicara, pelayanan sosial, kelompok
laringektomi) selama rehabilitasi dasar dirumah sakit sesuai sumber
komunikasi (bila ada). Rasional Kemampuan untuk menggunakan
pilihan suara dan metode bicara (contoh bicara esofageal) sangat
bervariasi, tergantung pada luasnya prosedur pembedahan, usia pasien,
dan motivasi untuk kembali ke hidup aktif. Waktu rehabilitasi
memerlukan waktu panjang dan memerlukan sumber dukungan untuk
proses belajar.

III. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah


pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau
suplai darah,pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase
sekret terus-menerus.
Karakteristik data : kerusakan permukaan kulit atau jaringan, kerusakan
lapisan kulit atau jaringan.
Goal : Menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat tanpa komplikasi.
Kriteria hasil : integritas jaringan dan kulit sembuh tanpa komplikasi
Rencana tindakan :
1.

Kaji warna kulit, suhu dan pengisian kapiler pada area operasi dan
tandur kulit.Rasional kulit harus berwarna merah muda atau mirip
dengan warna kulit sekitarnya. Sianosis dan pengisian lambat dapat

menunjukkan kongesti vena, yang dapat menimbulkan iskemia atau


nekrosis jaringan.
2.

Pertahankan kepala tempat tidur 30-45 derajat. Awasi edema wajah


(biasanya meningkat pada hari ketiga-kelima pascaoperasi).Rasional
meminimalkan kongesti jaringan paskaoperasi dan edema sehubungan
dengan eksisi saluran limfe.

3.

Lindungi lembaran kulit dan jahitan dari tegangan atau tekanan. Berkan
bantal atau gulungan dan anjurkan pasien untuk menyokong kepala atau
leher selama aktivitas. Rasional tekanan dari selang dan plester
trakeostomi atau tegangan pada jahitan dapat menggangu sirkulasi atau
menyebabkan cedera jaringan.

4.

Awasi drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan drein.Rasional


drainase berdarah biasanya tetap sedikit setelah 24 jam pertama.
Perdarahan terus-menerus menunjukkan masalah yang memerlukan
perhatian medik.

5.

Catat atau laporkan adanya drainase seperti susu. Rasional drainase


seperti susu menunjukkan kebocoran duktus limfe torakal (dapat
menyebabkan kekurangan cairan tubuh dan elektrolit).Kebocoran ini
dapat sembuh spontan atau memerlukan penutupan bedah.

6.

Ganti balutan sesuai indikasi bila digunakan. Rasional balutan basah


meningkatkan resiko kerusakan jaringan atau infeksi. Catatan : balutan
tekan tidak digunakan diatas lembaran kulit karena suplai darah mudah
dipengaruhi.

7.

Bersihkan insisi dengan cairan garam faal steril dan peroksida


(campuran 1 : 1) setelah balutan diangkat. Rasional mencegah
pembetukan kerak , yang dapat menjebak drainase purulen, merusak
tepi kulit, dan meningkatkan ukuran luka. Peroksida tidak banyak
digunakan karena dapat membakar tepi dan menggangu penyembuhan.

8.

Bersihka sekitar stoma dan selang bila dipasang serta hindari sabun dan
alkohol.Tunjukkan pada pasien bagaimana melakukan perawatan stoma
atau selang sendiri dalam membersihkan dengan air bersih dan
peroksida, menggunakan kain bukan tisu atau katun. Rasional
mempertahankan

area

bersih

meningkatkan

penyembuhan

dan

kenyamanan. Sabun dan agen kering lainnya dapat menimbulkan iritasi


stoma dan kemungkinan inflamasi.Bahan lain selain kain dapat
meninggalkan serat pada stoma yang dapat mengiritasi atau terhisap ke
paru.
KOLABORASI
9.

Berikan antibiotik oral, topikal dan IV sesuai indikasi. Rasional


mencegah atau mengontrol infeksi.

IV.

Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan dehidrasi,


kebersihan oral tidak adekuat, kanker oral, penurunan produksi saliva
sekunder terhadap radiasi atau prosedur pembedahan dan defisit
nutrisi.
Karakteristik data : Xerostomia ( mulut kering ), ketidaknyamanan mulut,
saliva kental atau banyak, penurunan produksi saliva, lidah kering,pecah dan
kotor,bibir inflamasi, tidak ada gigi.
Goal : menunjukkan membran mukosa oral baik atau integritas membran
mukosa baik.
Kriteria Hasil : mulut lembab atau tidak kering, mulut terasa segar, lidah
normal, bersih dan tidak pecah, tidak ada tanda inflamasi pada bibir.
Rencana tindakan :
Mandiri
1. Inspeksi rongga oral dan perhatikan perubahan pada saliva.Rasional
kerusakan

pada kelenjar saliva dapat menurunkan produksi saliva,

mengakibatkan mulut kering. Penumpukan dan pengaliran saliva dapat


terjadi karena penurunan kemampuan menelan atau nyeri tenggorok dan
mulut.
2. Perhatikan perubahan pada lidah, bibir, geligi dan gusi serta membran
mukosa. Rasional pembedahan meliputi reseksi parsial dari lidah, platum
lunak, dan faring. Pasien akan mengalami penurunan sensasi dan gerakan
lidah, dengan kesulitan menelan dan peningkatan resiko aspirasi sekresi,
serta potensial hemoragi. Pembedahan dapat mengankat bagian bibir
mengakibatkan pengaliran saliva tidak terkontrol. Geligi mungkin tidak
utuh ( pembedahan ) atau mungkin kondisinya buruk karena malnutrisi
dan terapi kimia. Gusi juga dapat terinflamasi karena higiene yang
buruk, riwayat lama dari merokok atau mengunyah tembakau atau terapi
kimia. Membran mukosa mungkin sangat kering, ulserasi,eritema,dan
edema.
3. Hisapan rongga oral secara perlahan atau sering. Biarkan pasien
melakukan pengisapan sendiri bila mungkin atau menggunakan kasa
untuk mengalirkan sekresi. Rasional saliva mengandung enzim
pencernaan yang mungkin bersifat erosif pada jaringan yang terpajan.
Karena pengalirannya konstan, pasien dapat meningkatkan kenyamanan
sendiri dan meningkatkan higiene oral.
4. Tunjukkan pasien bagaimana menyikat bagian dalam mulut, platum,
lidah dan geligi dengan sering. Rasional menurunkan bakteri dan resiko
infeksi, meningkatkan penyembuhan jaringan dan kenyamanan.
5. Berikan pelumas pada bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi. Rasional
mengatasi efek kekeringan dari tindakan terapeutik; menghilangkan sifat
erosif dari sekresi.

V. Nyeri

akut

berhubungan

dengan

insisi

bedah,

pembengkakan

jaringan,adanya selang nasogastrik atau orogastrik.


Karakteristik data : Ketidaknyamanan pada area bedah atau nyeri karena
menelan, nyeri wajah, perilaku distraksi, gelisah, perilaku berhati-hati.
Goal : Nyeri klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan
ekpresi wajah ceria.
Rencana tindakan :
1.

Sokong

kepala

dan

leher

dengan

bantal.Tunjukkan

pada

pasienbagaimana menyokong leher selama aktivitas.Rasional kelemahan


otot diakibatkan oleh reseksi otot dan saraf pada struktur leher dan atau
bahu.

Kurang

sokongan

meningkatkan

ketidaknyamanan

dan

mengakibatkan cedera pada area jahitan.


2.

Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut


dengan hati-hati bila tidak mampu menelan. Rasional menelan
menyebabkan aktivitas otot yang dapat menimbulkan nyeri karena
edema atau regangan jahitan.

3.

Selidiki perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut, jahitan


tenggorok untuk trauma baru.Rasional dapat menunjukkan terjadinya
komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjut atau intervensi.Jaringan
terinflamasi dan kongesti dapat dengan mudah mengalami trauma
dengan penghisapan kateter dan selang makanan.

4.

Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri.


Evaluasi efek analgesik. Rasional alat menentukan adanya nyeri dan
keefektifan obat.

5.

Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stres, contoh teknik


relaksasi, bimbingan imajinasi. Rasional meningkatkan rasa sehat, dapat
menurunkan kebutuhan analgesik dan meningkatkan penyembuhan.

6.

Kolaborasi dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan


Darvon sesuai indikasi. Rasional derajat nyeri sehubungan dengan luas
dan

dampak

psikologi

pembedahan

sesuai

dengan

kondisi

tubuh.Diharapkan dapat menurunkan atau menghilangkan nyeri.

VI. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan

jenis masukan makanan sementara atau permanen,

gangguan mekanisme umpan balik keinginan makan, rasa, dan bau


karena perubahan pembedahan atau struktur, radiasi atau kemoterapi.
Karakteristik data : tidak adekuatnya masukan makanan,ketidakmampuan
mencerna makanan, menolak makan, kurang tertarik pada makanan,laporan
gangguan sensasi pengecap, penurunan berat badan, kelemahan otot yang
diperlukan untuk menelan atau mengunyah.
Goal : Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dalam situasi individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan
jaringan atau insisi sesuai waktunya.
Rencana tindakan :
1.

Auskultasi bunyi usus. Rasional makan dimulai hanya setelah


bunyi usus membik setelah operasi.

2.

Pertahankan selang makan, contoh periksa letak selang : dengan


mendorongkan air hangat sesuai indikasi. Rasional selang dimasukan
pada pembedahan dan biasanya dijahit.Awalnya selang digabungkan
dengan penghisap untuk menurunkan mual dan muntah. Dorongan air
untuk mempertahankan kepatenan selang.

3.

Ajarkan pasien atau orang terdekat teknik makan sendiri, contoh


ujung spuit, kantong dan metode corong, menghancurkan makanan bila
pasien akan pulang dengan selang makanan. Yakinkan pasien dan orang

terdekat mampu melakukan prosedur ini sebelum pulang dan bahwa


makanan tepat dan alat tersedia di rumah. Rasional membantu
meningkatkan keberhasilan nutrisi dan mempertahankan martabat orang
dewasa yang saat ini terpaksa tergantung pada orang lain untuk
kebutuhan sangat mendasar pada penyediaan makanan.
4.

Mulai dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai dengan


toleransi. Catat tanda kepenuhan gaster, regurgitasi dan diare.Rasional
kandungan makanan dapat mengakibatkab ketidaktoleransian GI,
memerlukan perubahan pada kecepatan atau tipe formula.

5.

Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya semikental atau makanan


halus) atau makanan selang (contoh makanan dihancurkan atau sediaan
yang dijual) sesuai indikasi. Rasional macam-macam jenis makanan
dapat dibuat untuk tambahan atau batasan faktor tertentu, seperti lemak
dan gula atau memberikan makanan yang disediakan pasien.

VII.Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan


anatomi wajah dan leher.
Karakteristik data :perasaan negatif tentang citra diri, perubahan dalam
keterlibatan sosial, ansietas, depresi, kurang kontak mata.
Goal : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif
pada diri sendiri.
Kriteria hasil : menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh
sebagai bukti dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip
dengan orang lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan
peran yang telah terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan
pola hidup. Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya melaksanakan
rehabilitasi.
Rencana tindakan :

1.

Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien,


identifikasi persepsi situasi atau harapan yang akan datang.Rasional alat
dalam mengidentifikasi atau mengartikan masalah untuk memfokuskan
perhatian dan intervensi secara konstruktif.

2.

Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara


sendiri. Kaji pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri. Rasional dapat
menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian
lanjut atau intervensi lebih intensif.

3.

Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah.


Rasional pasien dapat mengalami depresi cepat setelah pembedahan
atau reaksi syok dan menyangkal. Penerimaan perubahan tidak dapat
dipaksakan dan proses kehilangan membutuhkan waktu untuk membaik.

4.

Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu pasien untuk


mengidentifikasi perilaku positip yang akan membaik. Rasional
penolakan

dapat

mengakibatkan

penurunan

harga

diri

dan

mempengaruhi penerimaan gambaran diri yang baru.


5.

Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke


sumber pendukung, contoh ahli terapi psikologis, pekerja sosial,
konseling keluarga. Rasional pendekatan menyeluruh diperlukan untuk
membantu pasien menghadapi rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga
memerlukan bantuan dalam pemahaman proses yang pasien lalui dan
membantu

mereka

dalam

emosi

mereka.

Tujuannya

adalah

memampukan mereka untuk melawan kecendrungan untuk menolak dari


atau isolasi pasien dari kontak sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta.

Dunna, D.I. Et al. (1995). Medical

Surgical Nursing ; A Nursing Process

Approach 2 nd Edition : WB Sauders.

Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman
Diagnosis Dan Terapi Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetom FK
Unair, Surabaya.

Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan

Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta

Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC :


Jakarta.

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit
THT. FKUI : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai