Anda di halaman 1dari 2

Kedudukan dan Kehoramtan Ilmuwan dalam Islam

Dalam al-Quran Surat AlMujadalah ayat 11 dikemukakan: Allah akan


mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan
beberapa derajat . Beberapa tokoh penting (ilmuwan) dalam sejarah Islam
jelas menjadi bukti janji AllAh SWT akan terangkatnya derajat mereka baik
dihadapan Allah maupun sesama manusia.
Nama-nama besar seperti Abu Hasan Alasyari (873-935), al Jubai (w.303 H)
al Maturidi (w.944) dalam lapangan theology Islam; Imam AlBukhari (w.870),
Imam Muslim (w.875), al Turmudzi (w.892) dan al NasaI (w.915) dalam
lapangan Hadist; AlKhuwarizmi (800-847) ilmuwan Muslim perintis ilmu pasti,
al farghani atau farghanus abad 9 seorang ahli astronomi dll.
Dalam lapangan kedokteran ilmuwan Muslim yang sangat terkenal, antara
lain Abu ali Al Husain bin Abdullah bin Sina (Ibn Sina) atau Avicenna (9801037) dan diberi julukan sebagai the prince of physician yang juga dikenal
sebagai Filsuf besar, termasuk Al Farabi (870-950) yang juga memiliki
keahlian dalam lapangan logika, politik dan ilmu jiwa (Abuddin: 150-151) dan
masih banyak lainnya, menunjukkan pada umat Islam tingginya kedudukan
mereka di kalangan umat Islam hingga menembus umat di luar Islam.
Semuanya sebagai konsekwensi logis dari ilm yang mereka miliki. DR
Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Al Munir nya memaknai kata darajaat
(beberapa derajat) dengan beberapa derajar kemuliaan di dunia dan akhirat.
Orang alim yang beriman akan memperoleh pahala di akhirat karena
ilmunya dan kehormatan serta kemulyaan di sisi manusia yang lain di dunia.
Karena itu Allah SWT meninggikan derajat orang mumin diatas selain
mumin dan orang-orang alim di atas orang-orang tidak berilmu. (juz 28:
43)
Dalam perspektif sosiologis, orang yang mengembangkan ilmu berada dalam
puncak piramida kegiatan pendidikan. Banyak orang sekolah/ kuliah tetapi
tidak menuntut ilmu. Mereka hanya mencari ijazah, status/gelar. Tidak sedikit
pula guru atau dosen yang mengajar tetapi tidak mendidik dan
mengembangkan ilmu. Mereka ini berada paling bawah piramida dan
tentunya jumlahnya paling banyak. Kelompok kedua adalah mereka yang
kuliah untuk emnuntu ilmu tetapi tidak emngembangkan ilmu. Mereka ini
ingin memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan untuk bekal hidupnya atau
untuk dirinya sendiri, tidak mengembangkannya untuk kesejahteraan
masyarakat. Kelompok ini berada di tengah piramida kegiatan pendidikan.

Sedangkan kelompok yang paling sedikit dan berada di puncak piramida


adalah seorang yang kuliah dan secara bersungguh-sungguh mencintai dan
mengembangkan ilmu. Salah satunya adalah dosen yang sekaligus juga
seorang pendidik dan ilmuwan.

Keutamaan orang alim (ilmuwan) dibanding lainnya diperkuat oleh hadist


Nabi dari Muadz;
"
"
Keutamaan orang alim atas hamba (lainnya) adalah seperti kelebihan bulan
purnama atas bintang-bintang H.R Abu Daud, Turmudzi, Nasai , dan Ibn
hibban.

Dan Hadist riwayat Ibnu Majah dari Utsman r.a;


" :"
Tiga golongan orang yang ditolong di hari kiamat; yaitu para Nabi
kemudian Ulama kemudian syuhada. (Ihya: 17)

Penjelasan al Quran , Hadist maupun fakta di atas memberikan gambaran


yang jelas bahwa kedudukan ilmu dan ilmuwan begitu tinggi dan mulya di
hadapan Alloh dan hamba-hambaNya. Jika umat Islam menyadari dan
memegang teguh ajaran agamanya untuk menjunjung tingi ilmu
pengetahuan , maka pasti dapat di raih kembali puncak kejayaan Islam
sebagaimana catatan sejarah di abad awal Hijrah hingga abad ke dua belas
Hijrah, dimana umat dan Negara- negara Islam menjadi pusat peradaban
dunia.

Anda mungkin juga menyukai