Anda di halaman 1dari 18

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

TWIST DRILL
I. Pengertian
Twist drill adalah suatu alat potong yang bekerja dengan cara berputar pada sumbunya,
menghasilkan lubang silindris

dan ukuran lubang yang dihasilkan sama dengan ukuran alat

tersebut.
Drilling

Boring

- menggunakan twist drill

- menggunakan boring tool (ISO 8 / 9)

- hasil lubang = ukuran tool

- hasil lubang > ukuran tool

- jenis putaran rotasi

- jenis putaran revolusi

- ukuran tetap / fix

- ukuran bisa bervariasi

- BK bisa pejal / sudah berlubang

- harus ada lubang awalan

Dari segi material alat potong yang digunakan tidak hanya High Speed Steel, tetapi juga sudah ada
yang terbuat dari hard metal / carbide. Bahkan jenis inserted tip untuk twist drill juga sudah ada.
Sebagai contoh adalah solid drill yang mampu membuat lubang tanpa awalan.Hal terpenting dalam
perawatan

twist drill adalah pengasahan, apa bila ada kriteria dalam pengasahan yang tidak

terpenuhi akan mengakibatkan : ketidakakuratan lubang yang dihasilkan, kerusakan pada twist drill.
II. Bagian-bagian Twist Drill

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

III. Fungsi
1. Body
Bagian dari twist drill yang mempunyai sisi potong primer maupun sekunder yang ditandai
dengan adanya alur sepiral ( flute ).
2. Neck
Bagian twist drill yang membatasi antara shank dan body, dan berfungsi juga sebagai pembebas
diameter bor, karena diameternya lebih kecil dari ukuran twist drill tersebut.
3. Shank
Tangkai atau pemegang pada twist drill, ada dua jenis yaitu silindris dan konus. Jenis silindris
dipakai pada twist drill dengan diameter lebih kecil dari 13.5 sedangkan untuk yang lebih
besar menggunakan pemegang konus. Pada pemegang jenis konus ada bagian yang disebut
tang, bentuknya persegi pada ujung belakang berfungsi sebagai penahan torsi dan digunakan
untuk mengeluarkan bor dari sarungnya.
4. Heel
Salah satu tepi sisi dari alur spiral ( flute ) yang tidak berfungsi sebagai mata potong.
5. Land
Sisi potong sepanjang body posisinya mengikuti alur spiral, land merupakan sisi bebas dengan
sudut 0 pada mata potong sekunder berfungsi untuk mempertahankan ukuran nominal
diameter lubang yang dihasilkan.
6.

Flute
Alur spiral pada body yang mempunyai fungsi :
-

membentuk sudut gama pada mata potong primer dan sekunder.

Jalan keluar bagi chip saat proses pengeboran.

Jalan masuk cutting fluid agar sampai ke mata potong.

7. Lip
Sisi potong pada mata potong primer yang dibentuk oleh pepotongan antara face dan flank.

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

8. Face
Permukaan flute yang mendekati lip, dimana chip diarahkan saat proses pemotongan.
9. Flank
Sisi bebas pada mata potong primer, bentukanya seperti mantel atau selimut kerucut. Sisi inilah
yang setiapkali digerinda saat pengasahan twist drill.
10. Point
Mata potong primer pada twist drill, yang terdiri atas : lip, flank, face, dan chisel edges.
11. Chisel Edge
Garis yang dibentuk oleh pertemuan flank dari dua buah mata potong. Bagian ini merupakan
bagian dari mata potong utama yang membelok.. Karena geometri potongnya kurang baik maka
sering dibuat berbagai modifikasi agar proses dan hasilnya bisa lebih baik.
12. Web
Bagian inti dari twist drill yang tidak terkena alur spiral / flute. Ukuran web ini membatasi
chisel edge.

IV. Type Twist Drill


Alur spiral pada twist drill mempunyai fungsi utama semagai pembentuk sudut garuk (

) pada

mata potong primer maupun sekunder. Sehingga besar kecilnya spiral ( kemiringan sisi spiral )
sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya sudut garuk (

). Maka dibuat twist drill dengan

kemiringan berbeda yang nantinya akan disesuaikan dengan pengerjaan di mesin, terutama
kaitannya dengan material benda kerja. Secara prinsip masih sama dengan pahat bubut, semakin
keras material maka sudut garuknya semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Pemilihan type ini
didasarkan pada material benda kerja dan masih disesuaikan dengan pengasahan sudut puncak
twist drill.
Ada tiga type twist drill menurut sudut spiralnya, yaitu
1. Type N
= 25

- 30

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

Twist drill jenis ini digunakan untuk pengerjaan pada material normal, dilihat dari segi kekerasan
dan keuletannya.
2. Type H
= 10

- 13

Twist drill jenis ini digunakan untuk pengerjaan pada material yang keras dan getas.
3. Type W
= 35

- 40

V. Macam-macam Twist Drill


1. Center Drill ( CD )
Center drill merupakan alat pelubang awal, fungsinya
secara khusus adalah membuat lubang center untuk
pengerjaan

chuck-center,

between

center

atau

pengerjaan lain. Ciri khasnya adalah : ada 2 step


diameter,

antara

diameter

kecil

dan

besar

dihubungkan dengan konus 60 ,. Lubang konus


tersebut yang akan dipakai sebagai tumpuan live center ataupun death center. Kedalaman
pengeboran hanya sampai pada akhir konusnya, karena pada diameter besarnya tidak terdapat body
clearence sehingga ada kemungkinan akan terjepit oleh benda kerja.

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

Ada beberapa jenis yang lain selain tambahan radius yaitu, tambahan chamfer pada ujung d2 atau
ada drill untuk diameter minor ulir di depan d1. Ukuran untuk d1, d2, sudah distandarisasikan
dalam bentuk d1 x d2 contoh : 1.5 x 5, 2.5 x 8, 2 x 6, 3 x 8,

4 x 10, 5 x 12 dst. Untuk material

pembentuknya mayoritas dari HSS, ada yang dilapisi titanium, dan juga yang terbuat dari hard
metal / carbide.
2. Non Center Drill ( NC Drill)
Alat

ini

difungsikan

untuk

membuat takikan awal untuk


mengarahkan

pengeboran

selanjutnya. NC drill ini terbuat


dari material yang lebih kaku dibandingkan dengan twist drill, agar takikan awal yang dibuat sesuai
dengan posisi yang diharapkan ( tidak bergeser ). Bentuknya mirip dengan twist drill hanya saja
tidak ada body clearence pada sisi potong sekundernya karena bagian yang difungsikan hanya
bagian depan / matel kerucutnya, jadi tidak sampai membentuk diameter. Andaikan dipaksakan NC
drill akan terjepit pada lubang dan bisa mengakibatkan kepatahan pada alat itu.
Dalam pengasahannya NC dibuat lancip dengan sudut puncak 90O agar penyayatan awalnya lebih
mudah tanpa mengalami pergeseran center. Secara fungsi alat ini dapat digantikan dengan jig yang
terdapat selongsong yang sesuai dengan ukuran twist drill yang dipakai. Untuk ukuran D tersedia
dari diameter 4, 6, 8, 10, 12, 16, 20, 25. Untuk material pembentuknya mayoritas dari HSS, ada
yang dilapisi titanium, dan juga yang terbuat dari hard metal / carbide.
3. Straight Fluted Drill
Drill

jenis

ini

dipakai

untuk

pengerjaan material brass atau


bronze, atau material lain yang
liat. Ciri utamanya adalah spiralnya berupa alur lurus yang geometri menyebabkan sudut garuknya
(

) 0 , sehigga alat ini juga cocok untuk pengerjaan plat-plat tipis karena material beda kerja

tidak akan tertarik keatas ataupun bengkok. Gaya pengeboran yang diperlukan cukup besar karena
sudut gamanya relatif kecil, selian itu juga chip yang dihasilkan tidak dapat keluar dengan
sendirinya.

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

4. Flat Drill
Drill ini agak mirip dengan
stright fluted drill yaitu sudut
garuknya (

) 0 . Secara fisik

hanya seperti material pipih


yang dibuat mata potong pada
ujungnya, dan sbidang bebas
pada sisi samping. Jenis ini
termasuk pada die drill yang
digunakan untuk pengerjaan baja yang keras. Beberapa jenis flat drill yang terbuat dari carbide /
hard metal.
5. Aircraft Drill.
Air craft drill didesain untuk pengerjaan material yang lunak dengan kekuatan tarik yang tinggi,
seperti material pembuat pesawat dan peluru. Drill jenis ini dibuat tegar untuk pengerjaan yang
berat. Alur flutenya pendek tetapi mempunyai tangkai silindris yang panjang.

6. Shell Drill
Shell
jenis

drill

merupakan

drill

yang

mempunyai lebih dari dua


mata

potong

mempunyai
ditengahnya,

dan
inti
sehingga

bersifat kaku dan kuat,


sehingga mampu menghasilkan lubang yang lurus. Shell drill hanya digunakan untuk memperbesar
lubang dan tidak mampu untuk membuat lubang dari material pejal, karena pada bagian intinya

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

tidak terdapat mata potong. Biasanya terdiri dari tiga atau empat sisi potong, secara bentuk mirip
dengan reamer.
7. Deep Drill
Deep drill merupakan jenis drill dengan mata potong tunggal, tetapi
pada mata potong tunggal tersebutmempunyai dua sisi potong yang
bersudut 120 . Panjang dan sudut masing-masing harus tepat sama
agar lubang yang dihasilkan bisa sentris. Terdapat tiga buah land
yang akan menjaga driil tersebut tepat pada centernya.

Dapat

digunakan untuk pengeboran dari material pejal atau berlubang.


Ukuran deep drill yang tesedia hanya diatas diameter 80, karena
dibawah ukuran (

80 ) terlalu lentur dan tidak mampu mempertahankan kesentrisannya dengan

mata potong tunggal.


8. Hollow Drill
Hollow drill merupakan alat
pelubang

yang

tidak

mempunyai sisi potong pada


bagian

intinya.

Alat

ini

dirancang untuk menghasilkan


lubang yang besar dalam waktu
yang singkat. Material sisanya
masih bisa digunakan untuk
ukuran yang lebih kecil karena
berupa material pejal bukan
berupa tatal, sehingga lebih
menghemat material benda kerja. Proses pengerjaan menggunakan hollow drill hanya bisa
dilakukan untuk membuat lubang tembus, kalau tidak tembus makan akan ada sisa material pada
intinya yang sulit untuk dibuang. Jumlah mata potong hollow drill berkisar antara 2 sampai 16,
tergantung pada diameternya. Gaya pemakanan yang dibutuhkan cukup besar, untuk
menguranginya posisi tiap mata potong dibuat berstep sehingga setiap mata potong hanya
menyayat sebagian dari luasan yang akan dikerjakan.

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

9. Counter Bor
Jenis drill untuk membuat lubang berstep
dengan dasar yang rata, seperti untuk
tempat inbus screw. Bentukannya mirip
dengan cutter milling hanya saja pada ujung
intinya terdapat pilot pin. Pilot pin tersebut
memandu jalannya agar tidak bergeser dari
sumbu awal, karena pemakanan dengan bidang rata cukup berat dan memungkinkan munculnya
gaya radial. Pilot pin yang dibuat secara terpisah ( dapat diganti-ganti ) dan ada yang dibuat jadi
satu dengan sisi potongnya. Sebelum diproses dengan counter bor maka perlu dibuatkan lubang
awal yang sesuai dengan diameter pilot pin tersebut. Jumlah sisi potongnya ada yang berjumlah 3
dan 4.
10. Solid Drill
Solid drill merupakan jenis drill
yang menggunakan inserted tip
carbide dan mempunyai permukaan
yang

rata.

Drill

ini

tidak

mempunyai sisi potong sekunder,


alur spiral pada body hanya merupakan jalan keluar bagi chips. Solid drill mampu membuat lubang
dari material pejal tanpa lubang awalan pada bidang rata atau bidang miring.
11. Twist drill dengan bentukan khusus.
Untuk

memenuhi

permintaan

pengerjaan lubang pada benda kerja


dan juga untuk mempercepat proses
pengerjaan maka sering dibuatkan
twist drill yang sesuai dengan kontur
yang diharapkan. Misalkan ada lubang
berstep yang dihubungkan dengan
konus atau seperti bentukan pada
counter bor, maka twist drill dibentuk

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

sesuai dengan gambar benda kerja yang akan dibuat.


VI. Pengasahan Twist Drill
Pada Twist drill yang diasah hanya bidang sudut bebas ( Flank ) pada kedua mata potong
primernya. Meskipun hanya satu bidang yang dikerjakan namun banyak tuntutan yang harus
terpenuhi, agar twist drill berfungsi dan menghasilkan lubang sesuai keinginan.
A. Kriteria Pengasahan Twist Drill
Ada beberapa kriteria yang harus terpenuhi dalam mengasah twist drill yaitu:
1. Sudut Puncak ( )

Sudut puncak adalah sudut yang dibentuk oleh kedua sisi potong pada
mata potong primer. Besarnya sudut puncak dipengaruhi oleh material
yang akan dikerjakan. Rumusan

standar untuk menentukan besarnya

sudut puncak ini tidak ada. Data tersebut diperoleh melalui cara
eksperimen dimana ditemukan geometri yang paling cocok untuk
pengerjaan material tersebut, kemudian dibakukan dalam standar DIN
1414. Pemilihan sudut puncak ini erat kaitannya dengan type twist drill yang dipakai.
Adapun datanya sebagai berikut:
a. Type N
Baja dan baja tuang dengan kekuatan tarik sampai 700 N/mm2 , = 118.
Paduan CuZn, nickel, stainless steel , = 140.
b. Type H
Paduan CuZn 40 , = 118.
Baja kekuatan tinggi > St 70 , = 140.
Plastik cetakan , batu , = 80.

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

c. Type W
Aluminium, copper = 140.
Zinc alloys , = 118.
2. Sisi Potong Sama Panjang
Tuntutan kedua dalam pengasahan twist drill adalah sisi potong yang
sama panjang. Ukuran ini diambil dari ujung pembentuk diameter
sampai pada chisel edge. Perbedaan panjang pada sisi potong akan
mengakibatkan munculnya gaya radial pada saat pengeboran sehingga
memungkinkan adanya perubahan center lubang dan ukuran yang
dihasilkan. Paduan material pada twist drill memungkinkan adanya
kelenturan hal ini dimaksudkan untuk menghindari kepatahan pada twist drill. Posisi sisi potong
terhadap center memang miring maka memungkinkan sekali munculnya gaya radial tersebut. Gaya
radial yang muncul pada masing-masing sisi potong akan beresultan menjadi gaya aksial apabila
besar dan arahnya tidak sama.
3. Sudut Bebas ( )
Bidang bebas pada twist drill berupa bidang lengkung, sehingga
pengukurannya cukup menyulitkan sehingga ada toleransi yang agak
besar untuk itu. Sudut bebas twist drill diukur dengan cara mencari
titik singgung pertama pada punggung dari ujung mata potongnya.
Besarnya clearence yang diminta adalah 10 - 12. Besar kecilnya
sudut bebas ini dipengaruhi oleh laju pemakanan

( feed ), semakin cepat maka dibutuhkan sudut

yang besar pula, dan sebaliknya. Jika kita membesarkan sudut bebasnya perlu diperhitungkan
ketegaran pada twist drill dan kecenderungan twist drill untuk tertancap pada benda kerja dan
akhirnya patah, karena sudut bebas juga berfungsi untuk membatasi laju pemakanan ( secara
manual ).

4. Chisel Edge Angle


Chisel edge juga merupakan mata potong, Pada pengeboran awal (
predrill ) bagian ini menghabiskan kira-kira 2/3 gaya potong yang

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

diberikan saat proses pengerjaan, untuk mengurangi kerugian tersebut maka ditemukan efisiensi
maksimal pengeboran dengan chisel edge angle 55. Bagian chisel edge juga bekerja seperti mata
potong utamanya saat pengeboran awal ( predrill ), agar tidak terlalu berat dan mempengaruhi
kesentrisannya maka dibentuklah chisel edge angle ( bekerja dalam arah gaya yang berbeda ). Pada
bagian ini mempunyai geometri sudut potong yang buruk dimana sudut garuknya terlalu kecil dan
sudut bebas terlalu besar. Pada beberapa modifikasi untuk mengatasi kondisi tersebut, yang akan
dibahas pada bagian berikutnya.
5. Kesebidangan
Kesebidangan bukan hanya merupakan syarat secara penampilan
saja, tetapi akan menyangkut mengenai ketepatan akan sudut
potongnya juga umur pakai mata potongnya. Mengasah secara
manual dengan tuntutan sebanyak ini tidaklah gampang, perlu
banyak latihan agar kemampuan yang kita miliki dapat mencapainya.
Sebetulnya daerah yang harus sebidang adalah daerah yang dekat
dengan sisi potong karena hanya daerah itu yang efektif bekerja.

B. Cara Pengasahan.
Pengasahan twist drill ada 3 cara:
1. Manual
Pada cara manual, hanya dibutuhkan mesin gerinda jenis
bangku misalnya Vitax. Kriteria pengasahan dicapai dengan
kemampuan operator tanpa alat bantu, sehingga memang
dituntut

ketrampilan

pengerjaan

manual

yang

baik.

Pengerjaan ini memakai batu gerinda type I atau form A,


dengan cara memanfaatkan kelengkungan diameter luarnya.

2. Dengan mesin khusus pengasah twist drill


Pada pengasahan dengan mesin khusus pengasah twist drill dibantu dengan skala pembentuk sudut
puncak dan sudut bebasnya yang jelas bahwa kesebidangannya mudah dicapai dengan mesin ini.
Pengasahan jenis ini dengan memanfaatkan kelengkungan dari diameter dalam batu gerinda

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

type V / form E ), yang berakibat adanya keterbatasnya ukuran twist drill yang dapat dikerjakan.
Perlu diingat bahwa posisi pengasahan untuk tiap diameter akan berbeda beda, karena memakai
refrensi sisi keliling twist drill bukan center twist drill. Kecenderungan untuk hangus lebih tinggi
karena bidang geseknya agak lebar. Sebagai contoh adalah mesin Demanders.
3. Dengan perlengkapan khusus
Jenis mesin yang digunakan sama dengan cara manual, hanya saja ada perlengkapan
tambahan untuk memudahkan pengerjaan. Dengan perlengkapan tersebut gerakan bisa lebih
kontinyu, sudut puncak dan sudut bebasnya bisa diatur. Kelemahannya adalah twist drill selalu
menempel pada batu gerinda, sehingga kemungkinan untuk hangus lebih besar. Alat ini masih
terkesan kurang praktis dan efisien sehingga jarang digunakan untuk proses pengasahan twist
drill.
C. Pengukuran hasil pengasahan
1. Pengukuran sudut puncak dan panjang sisi potong.
Sudut puncak dan panjang sisi potong dapat dichek menggunakan gauge khusus sesuai
dengan sudut puncak yang diinginkan dan skala vernier pada sisi tepinya. Cara ini hanya
mengandalkan pengamatan secara visual, sehingga sangat tergantung pada ketelitian atau
kecermatan dari operatornya.

Untuk pengerjaan dengan tuntutan kepresisian tinggi dapat

dicheck ketinggian ujung masing-masing sisi potong menggunakan outside dial.

2. Pengukuran sudut bebas


Sudut bebas pada mata bor merupakan bidang lengkung,
maka dalam mengukur kita harus mencari garis yang ditarik dari
ujung mata potong dan menyinggung bidang bebasnya. Gauge
yang akan dipakai disesuaikan dengan kemiringan alur spiral /

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

sudut garuknya ( sesuai dengan type twist drill ) dan sudut bebas ( ) yang akan
kita buat 10 12 . Sebetulnya yang kita ukur saat ini adalah besarnya sudut badji
( ). Keakuratannya tidaklah begitu dibutuhkan maka sering juga hanya dicheck
secara visual.
3. Pengukuran chisel edge angle
Kita mengukur besarnya kemiringan chiesel edge terhadap
salah satu mata potong. Besarnya sudut yang di minta adalah 55.
Ada juga gauge yang dibuat untuk mengechek besarnya sudut ini.
Karena ketepatan sudutnya secara presisi tidaklah penting maka
pengujian ini juga hanya dilakukan secara visual.

D. Kesalahan di dalam pengasahan twist drill dan akibatnya:


1. Sisi potong tidak sama panjang
Pada pengasahan ini sudut puncak pada kedua sisi potongnya sama tetapi panjangnya tidak
sama . Meskipun kedua mata potong dapat menyayat, tetapi luas bidang sayatnya tidak sama.
Akibat:
1. Tegangan / gaya pemakanan pada masing-masing sisi potong tidak sama.
2. Ada pergeseran sumbu antara twist drill dan lubang.
3. Lubang yang dihasilkan akan oversize.

2. Sisi potong tidak sama sudutnya.


Pada pengasahan ini sisi potongnya sama panjang, tetapi sudutnya berbeda. Hanya ada satu
sisi potong yang menyayat.
Akibat:
1. Tegangan / gaya pemakanan ditumpu oleh satu sisi potong saja.
2. Sisi sayatnya menjadi tidak sama panjang.
3. Arah pengeboran dapat membelok.

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

4. Lubang yang dihasilkan akan oversize.

3. Panjang dan sudut sisi potong tidak sama


Kesalahan ini merupakan penggabungan antara nomor 1 dan 2, dimana panjang sisinya tidak
sama dan sudut puncaknya juga berbeda.
Akibat:
1. Tegangan / gaya pemakanan ditumpu oleh satu sisi potong saja.
2. Ada pergeseran sumbu antara twist drill dan lubang.
3. Arah pengeboran dapat membelok.

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

4. Lubang yang dihasilkan akan oversize.


Semua kesalahan dalam pengasahan yang berkaitan dengan panjang sisi potong dan sudut
puncaknya dapat mengakibatkan kerusakan pada benda kerja dan kepatahan pada twist drill.
5. Clearence yang tidak sesuai
Sudut bebas yang dibentuk secara manual dengan sisi keliling batu gerinda mungkin terlalu
besar atau terlalu kecil bahkan minus, hal ini dipengaruhi oleh gerakan pengasahan. Semakin
panjang / tinggi gerakan naik kita akan memungkinkan pembentukan sudut bebas yang besar,
apa bila gerakan kebawah melebihi titik awalnya maka akan menghasilkan clearence yang
minus. Clearence yang terlalu kecil akan menyebabkan twist drill tidak mampu menyayat, dan
jika terlalu besar akan melemahkan sudut baji ( ) sehingga mudah patah.
6. Chisel edge angle membesar
Kecenderungan kesalahan dalam mengasah chisel edge angel akan membesar bahkan akan
tegak lurus / 90 terhadap sisi potong utamanya. Sebetulnya pembentukan sudut ini berkaitan
erat dengan pembentukan sudut bebas, kalau sudut bebasnya benar maka chisel edge akan
tampak lurus dan chisel edge angel 55. Andaikan ada kesalahan pada chisel edge pasti
disebabkan oleh pembentukan bidang bebas yang salah, berarti yang harus dibetulkan adalah
sudut bebasnya. Semakin besar chiesel edge yang dibentuk maka gaya pemakanan yang
dibutuhkan akan semakin besar karena sisi potong utama dan chisel edge bekerja pada garis
yang saling tegak lurus.

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

VII. Modifikasi Pengasahan Sudut Puncak Twist Drill


1. Standar
Untuk pengasahan jenis ini kita hanya membuat variasi pada sudut puncak ( ). Besarnya sudut
puncak disesuaikan dengan jenis / type dari twist drill dan material benda kerja. Adapun variasinya
sebagai berikut:
Type W, = 90
Type N, = 118
Type H, = 135
Kaitannya dengan jenis material secara prinsip adalah: semakin keras material benda kerja maka
sudut puncaknya dibuat semakin tumpul dan sebaliknya. Besarnya sudut puncak bukanlah harga
mutlak yang harus terpenuhi secara tepat. Dalam pengasahan ini yang terpenting adalah tercapainya
seluruh kriteria pengasahan twist drill. Tenaga yang diperlukan untuk pengeboran dengan twist drill
jenis ini cukup besar, karena bagian inti / webnya cukup lebar. Hal ini disebabkan karena geometri
sudut potong terutama sudut garuknya ( ) cukup besar.
2. Point Thinned Chisel Edge Drill
Untuk memperkecil tenaga pengeboran, kita perlu
mengurangi Chisel Edges atau bagian inti ( Web ) pada
twist drill. Kesalahan dalam pengurangan web ini dapat
menyebabkan kesentrisan dari mata bor ini akan berkurang. Sehingga

perlu diusahakan

pengurangan web yang seimbang. Pengasahan semacam ini hanya perlu dilakukan untuk proses
pengeboran tanpa awalan, atau sebagai predrill. Panjang web yang tersisa berkisar antara 0.060.1
D. Hanya twist drill yang mempunyai inti yang kuat yang diperbolehkan untuk di modifikasi
semacam ini, karena gaya yang diterima oleh inti cukup besar. Modifikasi jenis ini kesentrisannya
lebih baik dibandingkan dengan pengasahan secara standard.
3. Point Thinned Chisel Edge With Modified Lip Drill
Selain penggerindaan web, dapat juga di lakukan
penggerindaan pada sudut potong utamanya yaitu sudut

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

gamma ( ). Kedua hal ini dapat di lakukan bersamaan atau secara terpisah tergantung dengan
permintaan. Penggerindaan ini bertujuan untuk mengecilkan sudut gamma dari kondisi normalnya
untuk pengerjaan yang lebih berat akibat dari jenis material benda kerja yang dikerjakan yang
bersifat keras atau ulet ( seperti spring steel, Mn Steel , atau kuningan ) .Biasanya sudut gamma ini
diubah dari kondisi normal menjadi bersudut 0-5.Dengan modifikasi ini twist drill menjadi lebih
mampu untuk melakukan pengeboran yang berat, tidak tertarik oleh material yang liat atau yang
tipis. Adapun konsekwensi yang muncul adalah gaya pengeboran yang diperlukan menjadi lebih
besar, juga kesentrisannya akan berkurang karena gaya lebih tersebut.

4. Spiral Point Drill


Modifikasi jenis ini adalah membuat mata potong
sekunder pada chiesel edges yang akan memotong
bersamaan, atau secara singkat dapat diartikan sebagai
pembuatan sudut garuk ( ) pada chiesel edges, juga ada
efek yang lain yaitu terbentuknya 2 bidang bebas

( clearence ). Keuntungan dari sistem ini adalah

gaya pengeboran yang lebih kecil dan kesentrisannya baik. Selain itu kemungkinan terjadi gesekan
antara bidang bebas dan benda kerja menjadi kecil karena ada pembesaran sudut bebas pada
punggungnya. Perlu juga diperhatikan dalam pengasahannya karena akan berpengaruh sangat besar
terhadap kesentrisannya. Tipe ini cocok untuk proses drilling dari material pejal ( tanpa predrill )
dan juga untuk material keras seperti St.90.
5. Double Mantle Drill
Twist drill jenis ini sudut puncaknya
dibentuk dalam dua sudut yaitu 90, dan
118. Manfaat dari cara ini adalah gaya
potongnya menjadi lebih kecil karena
ditumpu oleh 2 bidang ( arah gayanya lain
), panas yang muncul dapat keluar dengan
mudah, tool lifenya juga menjadi semakin
panjang. Model ini sangat cocok untuk material besi tuang karena strukturnya berupa butiran yang
cenderung menggesek twist drill.

PL Grinding I Semester 2________________________________________________________________________

6. Spotting Drill
Spotting Drill adalah modifikasi twist
drill dengan membentuk center pada sumbunya
dan selebihnya dibuat rata. Tool ini bisa
menghasilkan ujung lobang pengeboran yang
rata dengan kedalaman tertentu tanpa harus
menggunakan guide seperti pada counterbor. Twist drill ini dipakai tanpa pre drill. Kelebihannya
adalah kesentrisannya sangat baik, tidak menghasilkan chip pada lubang tembus, cocok untuk
material logam non ferrus seperti: aluminium, kuningan, seng. Bor ini tidak akan berfungsi dengan
baik apabila sudah terdapat lubang awalnya atau melewati lubang yang melintang, karena
penyenterannya tidak akan berfungsi. Perlu diingat juga bahwa gaya pemakananya cukup berat
karena bidang sayatnya rata dan mengarah ke satu arah secara sejajar.
Gambar Detail Spiral Point Drill

Gambar Detail Point Thinned Chisel Edge Drill

Anda mungkin juga menyukai