Materi td2
Materi td2
TWIST DRILL
I. Pengertian
Twist drill adalah suatu alat potong yang bekerja dengan cara berputar pada sumbunya,
menghasilkan lubang silindris
tersebut.
Drilling
Boring
Dari segi material alat potong yang digunakan tidak hanya High Speed Steel, tetapi juga sudah ada
yang terbuat dari hard metal / carbide. Bahkan jenis inserted tip untuk twist drill juga sudah ada.
Sebagai contoh adalah solid drill yang mampu membuat lubang tanpa awalan.Hal terpenting dalam
perawatan
twist drill adalah pengasahan, apa bila ada kriteria dalam pengasahan yang tidak
terpenuhi akan mengakibatkan : ketidakakuratan lubang yang dihasilkan, kerusakan pada twist drill.
II. Bagian-bagian Twist Drill
III. Fungsi
1. Body
Bagian dari twist drill yang mempunyai sisi potong primer maupun sekunder yang ditandai
dengan adanya alur sepiral ( flute ).
2. Neck
Bagian twist drill yang membatasi antara shank dan body, dan berfungsi juga sebagai pembebas
diameter bor, karena diameternya lebih kecil dari ukuran twist drill tersebut.
3. Shank
Tangkai atau pemegang pada twist drill, ada dua jenis yaitu silindris dan konus. Jenis silindris
dipakai pada twist drill dengan diameter lebih kecil dari 13.5 sedangkan untuk yang lebih
besar menggunakan pemegang konus. Pada pemegang jenis konus ada bagian yang disebut
tang, bentuknya persegi pada ujung belakang berfungsi sebagai penahan torsi dan digunakan
untuk mengeluarkan bor dari sarungnya.
4. Heel
Salah satu tepi sisi dari alur spiral ( flute ) yang tidak berfungsi sebagai mata potong.
5. Land
Sisi potong sepanjang body posisinya mengikuti alur spiral, land merupakan sisi bebas dengan
sudut 0 pada mata potong sekunder berfungsi untuk mempertahankan ukuran nominal
diameter lubang yang dihasilkan.
6.
Flute
Alur spiral pada body yang mempunyai fungsi :
-
7. Lip
Sisi potong pada mata potong primer yang dibentuk oleh pepotongan antara face dan flank.
8. Face
Permukaan flute yang mendekati lip, dimana chip diarahkan saat proses pemotongan.
9. Flank
Sisi bebas pada mata potong primer, bentukanya seperti mantel atau selimut kerucut. Sisi inilah
yang setiapkali digerinda saat pengasahan twist drill.
10. Point
Mata potong primer pada twist drill, yang terdiri atas : lip, flank, face, dan chisel edges.
11. Chisel Edge
Garis yang dibentuk oleh pertemuan flank dari dua buah mata potong. Bagian ini merupakan
bagian dari mata potong utama yang membelok.. Karena geometri potongnya kurang baik maka
sering dibuat berbagai modifikasi agar proses dan hasilnya bisa lebih baik.
12. Web
Bagian inti dari twist drill yang tidak terkena alur spiral / flute. Ukuran web ini membatasi
chisel edge.
) pada
mata potong primer maupun sekunder. Sehingga besar kecilnya spiral ( kemiringan sisi spiral )
sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya sudut garuk (
kemiringan berbeda yang nantinya akan disesuaikan dengan pengerjaan di mesin, terutama
kaitannya dengan material benda kerja. Secara prinsip masih sama dengan pahat bubut, semakin
keras material maka sudut garuknya semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Pemilihan type ini
didasarkan pada material benda kerja dan masih disesuaikan dengan pengasahan sudut puncak
twist drill.
Ada tiga type twist drill menurut sudut spiralnya, yaitu
1. Type N
= 25
- 30
Twist drill jenis ini digunakan untuk pengerjaan pada material normal, dilihat dari segi kekerasan
dan keuletannya.
2. Type H
= 10
- 13
Twist drill jenis ini digunakan untuk pengerjaan pada material yang keras dan getas.
3. Type W
= 35
- 40
chuck-center,
between
center
atau
antara
diameter
kecil
dan
besar
Ada beberapa jenis yang lain selain tambahan radius yaitu, tambahan chamfer pada ujung d2 atau
ada drill untuk diameter minor ulir di depan d1. Ukuran untuk d1, d2, sudah distandarisasikan
dalam bentuk d1 x d2 contoh : 1.5 x 5, 2.5 x 8, 2 x 6, 3 x 8,
pembentuknya mayoritas dari HSS, ada yang dilapisi titanium, dan juga yang terbuat dari hard
metal / carbide.
2. Non Center Drill ( NC Drill)
Alat
ini
difungsikan
untuk
pengeboran
jenis
ini
dipakai
untuk
) 0 , sehigga alat ini juga cocok untuk pengerjaan plat-plat tipis karena material beda kerja
tidak akan tertarik keatas ataupun bengkok. Gaya pengeboran yang diperlukan cukup besar karena
sudut gamanya relatif kecil, selian itu juga chip yang dihasilkan tidak dapat keluar dengan
sendirinya.
4. Flat Drill
Drill ini agak mirip dengan
stright fluted drill yaitu sudut
garuknya (
) 0 . Secara fisik
6. Shell Drill
Shell
jenis
drill
merupakan
drill
yang
potong
mempunyai
ditengahnya,
dan
inti
sehingga
tidak terdapat mata potong. Biasanya terdiri dari tiga atau empat sisi potong, secara bentuk mirip
dengan reamer.
7. Deep Drill
Deep drill merupakan jenis drill dengan mata potong tunggal, tetapi
pada mata potong tunggal tersebutmempunyai dua sisi potong yang
bersudut 120 . Panjang dan sudut masing-masing harus tepat sama
agar lubang yang dihasilkan bisa sentris. Terdapat tiga buah land
yang akan menjaga driil tersebut tepat pada centernya.
Dapat
yang
tidak
intinya.
Alat
ini
9. Counter Bor
Jenis drill untuk membuat lubang berstep
dengan dasar yang rata, seperti untuk
tempat inbus screw. Bentukannya mirip
dengan cutter milling hanya saja pada ujung
intinya terdapat pilot pin. Pilot pin tersebut
memandu jalannya agar tidak bergeser dari
sumbu awal, karena pemakanan dengan bidang rata cukup berat dan memungkinkan munculnya
gaya radial. Pilot pin yang dibuat secara terpisah ( dapat diganti-ganti ) dan ada yang dibuat jadi
satu dengan sisi potongnya. Sebelum diproses dengan counter bor maka perlu dibuatkan lubang
awal yang sesuai dengan diameter pilot pin tersebut. Jumlah sisi potongnya ada yang berjumlah 3
dan 4.
10. Solid Drill
Solid drill merupakan jenis drill
yang menggunakan inserted tip
carbide dan mempunyai permukaan
yang
rata.
Drill
ini
tidak
memenuhi
permintaan
Sudut puncak adalah sudut yang dibentuk oleh kedua sisi potong pada
mata potong primer. Besarnya sudut puncak dipengaruhi oleh material
yang akan dikerjakan. Rumusan
sudut puncak ini tidak ada. Data tersebut diperoleh melalui cara
eksperimen dimana ditemukan geometri yang paling cocok untuk
pengerjaan material tersebut, kemudian dibakukan dalam standar DIN
1414. Pemilihan sudut puncak ini erat kaitannya dengan type twist drill yang dipakai.
Adapun datanya sebagai berikut:
a. Type N
Baja dan baja tuang dengan kekuatan tarik sampai 700 N/mm2 , = 118.
Paduan CuZn, nickel, stainless steel , = 140.
b. Type H
Paduan CuZn 40 , = 118.
Baja kekuatan tinggi > St 70 , = 140.
Plastik cetakan , batu , = 80.
c. Type W
Aluminium, copper = 140.
Zinc alloys , = 118.
2. Sisi Potong Sama Panjang
Tuntutan kedua dalam pengasahan twist drill adalah sisi potong yang
sama panjang. Ukuran ini diambil dari ujung pembentuk diameter
sampai pada chisel edge. Perbedaan panjang pada sisi potong akan
mengakibatkan munculnya gaya radial pada saat pengeboran sehingga
memungkinkan adanya perubahan center lubang dan ukuran yang
dihasilkan. Paduan material pada twist drill memungkinkan adanya
kelenturan hal ini dimaksudkan untuk menghindari kepatahan pada twist drill. Posisi sisi potong
terhadap center memang miring maka memungkinkan sekali munculnya gaya radial tersebut. Gaya
radial yang muncul pada masing-masing sisi potong akan beresultan menjadi gaya aksial apabila
besar dan arahnya tidak sama.
3. Sudut Bebas ( )
Bidang bebas pada twist drill berupa bidang lengkung, sehingga
pengukurannya cukup menyulitkan sehingga ada toleransi yang agak
besar untuk itu. Sudut bebas twist drill diukur dengan cara mencari
titik singgung pertama pada punggung dari ujung mata potongnya.
Besarnya clearence yang diminta adalah 10 - 12. Besar kecilnya
sudut bebas ini dipengaruhi oleh laju pemakanan
yang besar pula, dan sebaliknya. Jika kita membesarkan sudut bebasnya perlu diperhitungkan
ketegaran pada twist drill dan kecenderungan twist drill untuk tertancap pada benda kerja dan
akhirnya patah, karena sudut bebas juga berfungsi untuk membatasi laju pemakanan ( secara
manual ).
diberikan saat proses pengerjaan, untuk mengurangi kerugian tersebut maka ditemukan efisiensi
maksimal pengeboran dengan chisel edge angle 55. Bagian chisel edge juga bekerja seperti mata
potong utamanya saat pengeboran awal ( predrill ), agar tidak terlalu berat dan mempengaruhi
kesentrisannya maka dibentuklah chisel edge angle ( bekerja dalam arah gaya yang berbeda ). Pada
bagian ini mempunyai geometri sudut potong yang buruk dimana sudut garuknya terlalu kecil dan
sudut bebas terlalu besar. Pada beberapa modifikasi untuk mengatasi kondisi tersebut, yang akan
dibahas pada bagian berikutnya.
5. Kesebidangan
Kesebidangan bukan hanya merupakan syarat secara penampilan
saja, tetapi akan menyangkut mengenai ketepatan akan sudut
potongnya juga umur pakai mata potongnya. Mengasah secara
manual dengan tuntutan sebanyak ini tidaklah gampang, perlu
banyak latihan agar kemampuan yang kita miliki dapat mencapainya.
Sebetulnya daerah yang harus sebidang adalah daerah yang dekat
dengan sisi potong karena hanya daerah itu yang efektif bekerja.
B. Cara Pengasahan.
Pengasahan twist drill ada 3 cara:
1. Manual
Pada cara manual, hanya dibutuhkan mesin gerinda jenis
bangku misalnya Vitax. Kriteria pengasahan dicapai dengan
kemampuan operator tanpa alat bantu, sehingga memang
dituntut
ketrampilan
pengerjaan
manual
yang
baik.
type V / form E ), yang berakibat adanya keterbatasnya ukuran twist drill yang dapat dikerjakan.
Perlu diingat bahwa posisi pengasahan untuk tiap diameter akan berbeda beda, karena memakai
refrensi sisi keliling twist drill bukan center twist drill. Kecenderungan untuk hangus lebih tinggi
karena bidang geseknya agak lebar. Sebagai contoh adalah mesin Demanders.
3. Dengan perlengkapan khusus
Jenis mesin yang digunakan sama dengan cara manual, hanya saja ada perlengkapan
tambahan untuk memudahkan pengerjaan. Dengan perlengkapan tersebut gerakan bisa lebih
kontinyu, sudut puncak dan sudut bebasnya bisa diatur. Kelemahannya adalah twist drill selalu
menempel pada batu gerinda, sehingga kemungkinan untuk hangus lebih besar. Alat ini masih
terkesan kurang praktis dan efisien sehingga jarang digunakan untuk proses pengasahan twist
drill.
C. Pengukuran hasil pengasahan
1. Pengukuran sudut puncak dan panjang sisi potong.
Sudut puncak dan panjang sisi potong dapat dichek menggunakan gauge khusus sesuai
dengan sudut puncak yang diinginkan dan skala vernier pada sisi tepinya. Cara ini hanya
mengandalkan pengamatan secara visual, sehingga sangat tergantung pada ketelitian atau
kecermatan dari operatornya.
sudut garuknya ( sesuai dengan type twist drill ) dan sudut bebas ( ) yang akan
kita buat 10 12 . Sebetulnya yang kita ukur saat ini adalah besarnya sudut badji
( ). Keakuratannya tidaklah begitu dibutuhkan maka sering juga hanya dicheck
secara visual.
3. Pengukuran chisel edge angle
Kita mengukur besarnya kemiringan chiesel edge terhadap
salah satu mata potong. Besarnya sudut yang di minta adalah 55.
Ada juga gauge yang dibuat untuk mengechek besarnya sudut ini.
Karena ketepatan sudutnya secara presisi tidaklah penting maka
pengujian ini juga hanya dilakukan secara visual.
perlu diusahakan
pengurangan web yang seimbang. Pengasahan semacam ini hanya perlu dilakukan untuk proses
pengeboran tanpa awalan, atau sebagai predrill. Panjang web yang tersisa berkisar antara 0.060.1
D. Hanya twist drill yang mempunyai inti yang kuat yang diperbolehkan untuk di modifikasi
semacam ini, karena gaya yang diterima oleh inti cukup besar. Modifikasi jenis ini kesentrisannya
lebih baik dibandingkan dengan pengasahan secara standard.
3. Point Thinned Chisel Edge With Modified Lip Drill
Selain penggerindaan web, dapat juga di lakukan
penggerindaan pada sudut potong utamanya yaitu sudut
gamma ( ). Kedua hal ini dapat di lakukan bersamaan atau secara terpisah tergantung dengan
permintaan. Penggerindaan ini bertujuan untuk mengecilkan sudut gamma dari kondisi normalnya
untuk pengerjaan yang lebih berat akibat dari jenis material benda kerja yang dikerjakan yang
bersifat keras atau ulet ( seperti spring steel, Mn Steel , atau kuningan ) .Biasanya sudut gamma ini
diubah dari kondisi normal menjadi bersudut 0-5.Dengan modifikasi ini twist drill menjadi lebih
mampu untuk melakukan pengeboran yang berat, tidak tertarik oleh material yang liat atau yang
tipis. Adapun konsekwensi yang muncul adalah gaya pengeboran yang diperlukan menjadi lebih
besar, juga kesentrisannya akan berkurang karena gaya lebih tersebut.
gaya pengeboran yang lebih kecil dan kesentrisannya baik. Selain itu kemungkinan terjadi gesekan
antara bidang bebas dan benda kerja menjadi kecil karena ada pembesaran sudut bebas pada
punggungnya. Perlu juga diperhatikan dalam pengasahannya karena akan berpengaruh sangat besar
terhadap kesentrisannya. Tipe ini cocok untuk proses drilling dari material pejal ( tanpa predrill )
dan juga untuk material keras seperti St.90.
5. Double Mantle Drill
Twist drill jenis ini sudut puncaknya
dibentuk dalam dua sudut yaitu 90, dan
118. Manfaat dari cara ini adalah gaya
potongnya menjadi lebih kecil karena
ditumpu oleh 2 bidang ( arah gayanya lain
), panas yang muncul dapat keluar dengan
mudah, tool lifenya juga menjadi semakin
panjang. Model ini sangat cocok untuk material besi tuang karena strukturnya berupa butiran yang
cenderung menggesek twist drill.
6. Spotting Drill
Spotting Drill adalah modifikasi twist
drill dengan membentuk center pada sumbunya
dan selebihnya dibuat rata. Tool ini bisa
menghasilkan ujung lobang pengeboran yang
rata dengan kedalaman tertentu tanpa harus
menggunakan guide seperti pada counterbor. Twist drill ini dipakai tanpa pre drill. Kelebihannya
adalah kesentrisannya sangat baik, tidak menghasilkan chip pada lubang tembus, cocok untuk
material logam non ferrus seperti: aluminium, kuningan, seng. Bor ini tidak akan berfungsi dengan
baik apabila sudah terdapat lubang awalnya atau melewati lubang yang melintang, karena
penyenterannya tidak akan berfungsi. Perlu diingat juga bahwa gaya pemakananya cukup berat
karena bidang sayatnya rata dan mengarah ke satu arah secara sejajar.
Gambar Detail Spiral Point Drill