Ajaran politik dalam Agama Hindu (Nitisastra) semuanya bersumber darikitab
suci Veda. Aliran Veda ini mengalir dan dikembangkan dalam suatu kitab-kitab seperti: Smerti, Ithiasa, Purana, Tantra, Darsana, Upanishad, maupun lontarlontar Tatwa yang ada sekarang ini. Menurut kitab suci Weda, Politik merupakancara untuk mencapai tujuan (menegakkan dharma). Dimana dalam pelaksanaanuntuk mencapai tujuan harus tetap berlandaskan akan agama serta moral dan etika.Karena itu, tidaklah dibenarkan jika massa parpol melakukan persembahyangan di pura-pura dengan tujuan politis apalagi dilengkapi denganatribut parpol. Kecuali jika massa parpol tersebut ke pura dengan busana yang tepattanpa tendensi politis melainkan semata-mata hanya untuk memohonkankerahayuan dan kerahajengan bersama. Terlebih lagi bila disertai dengandharmawacana yang menyuarakan pesan-pesan moral (bukan pesan sponsor parpol).Masyarakat Bali boleh disebut masyarakat yang mengambang, karena tak punya pemimpin yang mengayomi masalah moral, termasuk masalah agama dan politik. Kalaupun ada tokoh-tokoh agama di pedesaan, seperti pengurus Parisadaatau pemimpin warga atau pemuka adat termasuk pemangku dan sulinggih. Namun, kebanyakan dari mereka tak bisa meredam hura-hura yang berbau politik,karena para elite politik sudah memberikan banyak hal yang menggiurkan, uanguntuk membeli minuman keras, posko untuk berkumpul, bensin, baju kaos danatribut partai untuk identitas kelompok.Adanya era multipartai seperti sekarang ini sungguh mencemaskan banyak orang. Kecemasan orang memang beralasan, karena masyarakat Bali yang buta politik tidak paham bagaimana menyalurkan aspirasinya di era multipartai ini.Berbeda partai dianggap musuh. Padahal partai-partai yang beda itu sesungguhnya punya platform yang sama. Semestinya orang Bali yang mayoritas Hindu bersatu,meskipun partainya berbeda namun asasnya sama. Sehingga, orang Bali khususnyaumat Hindu perlu belajar politik agar tidak dipermainkan oleh elite politik yanghanya mementingkan kekuasaan. Dan perlu ditekankan agar umat Hindu tetaprukun, saling asah, saling asih dan saling asuh menghadapi perbedaan partai