Anda di halaman 1dari 31

BAB II

KARAKTERISTIK LISTRIK PENGHANTAR


Karakteristik listrik penghantar saluran transmisi terdiri atas konstantakonstanta saluran yauti resistans (R), induktans (L), konduktans (G) dan
kapasitans (C). Pada saluran udara besarnya konduktans sangat kecil sehingga
dapat diabaikan untuk mempermudah perhitungan.
2.1 Resistans
Nilai resistans dc dari kawat penghantar dapat ditentukan melalui
persamaan sebagai berikut :
L
Rdc =
..(2.1)
A
Dengan Rdc = resistans kawat saluran (ohm)
L = panjang kawat (m)
A = luas penampang penghantar (m2)
= resistivitas penghantar (ohm-m)
Resistans konduktor dipengaruhi oleh faktor-faktor temperatur, pemilinan, dan
frekuensi. Besarnya resistans konduktor berubah terhadap perubahan temperatur
konduktor. Untuk nilai limit temperatur 10oC sampai 100oC, pada kawwat
tembaga dan alumuniun nilai resistans dapat ditentukan dengan rumus :
Rt 2 = Rt1[1 + t1 (t2 t1 )] .(2.2)
Dengan : Rt2 = tahanan pada temperatur t2
Rt1 = tahanan pada temperatur t1
o
t1 = Koefisien temperatur dari tahanan pada temperatur t1 C yang
nilainya adalah :
1
t1 =
(2.3)
To + t1
To = Konstanta temperatur yang besarnya tergantung pada jenis
material konduktor
Dengan subsitusi pers. (2.3) ke pers (2.2) maka diperoleh hubungan :
Rt 2 To + t2
=
.(2.4)
Rt1 To + t1
Harga harga konstanta temperatur To dan koefisien temperatur untuk bahanbahan konduktor standar ditunjukkan dalam tabel 2.1 dibawah ini. Pada tabel 2.2
menunjukkan harga-harga resistivitas (tahanan jenis) berbagai bahan konduktor
standar untuk kondisi berbagai temperatur.

Tabel 2.1 Harga-harga To dan untuk bahan-bahan konduktor standar


Koefisien temperatur dari tahanan x 10-3
Material
TooC
0
20
25
50
75
80
Cu 100%
Cu 97,5%
Al 61%

234,5
241,0
228,1

4,27
4,15
4,38

3,93
3,83
4,03

3,85
3,76
3,95

3,52
3,44
3,60

3,25
3,16
3,30

3,18
3,12
3,25

100
2,99
2,93
3,05

Tabel 2.2 Resistivitas dari bahan-bahan konduktor standar untuk berbagai


temperatur
Mikro Ohm Cm
Material
0
20
25
50
75
80
100
Cu 100%
Cu 97,5%
Al 61%

1,58
1,63
2,60

1,72
1,77
2,83

1,75
1,80
2,89

1,92
1,97
3,17

2,09
2,14
3,46

2,12
2,18
3,51

2,26
2,31
3,74

Pada umumnya konduktor penghantar saluran transmisi merupakan


konduktor berlilit (stranded conductor) yang dipilin, maka distribusi arus menjadi
tidak seragam pada luas penampang konduktornya dan kerapatan arus menjadi
lebih tinggi dipermukaan konduktor, hal ini akan mengakibatkan nilai resistans
arus bolak balik (Rac) konduktor menjadi lebih besar sekitar 2% dari nilai resistans
arus searan (Rdc). Peristiwa ini dikenal sebagai efek kulit (skin effect). Oleh
sebab itu untuk mencari nilai resistansnya perlu dikoreksi dengan faktor pengali
sebagai berikut :
a. Untuk konduktor padat (solid wire), faktor pengali : 1,0
b. Untuk konduktor pilin yang terdiri dari 2 lapis, faktor pengali : 1,01
c. Untuk konduktor pilin yang terdiri lebih dari 2 lapis, faktor pengali : 1,02
Contoh soal 2.1
Suatu konduktor 253 mm2 memiliki konduktivitas konduktor Cu 97,5%.
a. Hitunglah resistans konduktor pada temperatur 250C dalam ohm/km
b. Berapakah nilai resistans tersebut bila tmperatur naik menjadi 500C?.
Jawab :
a. Dari tabel 2.2 , resistivitas konduktor pada temperatur 25oC : 25 = 1,8 cm, panjang l = 1km = 1x105 cm, luas penampang A = 253 mm2 = 253x10-2
cm2.
Dengan demikian :
1x105
l
= 0,071 1 / km
R25 = 25 = 1,8 x10 6
2
A
253x10
Karena pada umumnya konduktor memiliki lebih dari 2 lapisan, maka
besarnya resistans diatas perlu dikoreksi dengan faktor pengali 1,02.
R25 = 1,02(0,0711) = 0,0726 / km
b. Konstanta temperator To = 2410C untuk Cu 97,5% (lihat tabel 2.1)
Berdasarkan persamaan (2.4) :

Rt 2 To + t2
=
Rt1 To + t1
T +t
241 + 50
Rt 2 = o 2 Rt1 =
(0,0711) = 0,07782 / km
To + t1
241 + 25

2.2 Medan Magnet Pada Kawat Lurus Berarus Listrik


Arus listrik yang mengalir pada konduktor akan menghasilkan medan
magnet disekitar konduktor tersebut

Gambar 2.1 kawat konduktor lurus dialiri arus listrik

Misalkan pada radius r dari pusat kawat konduktor lurus yang dialiri arus listrik,
maka intensitas medan magnet pada radius r dapat dicari melalui hukum Ampere
sabagai berikut :
2 r

dl = I

.(2.5)

Hr =

I
2 r

(2.6)

kerapatan medan magnet (untuk bahan non magnetik) pada radius r dari pusat
konduktor adalah :
Br = o H r .(2.7)
Subsitusi pers.(2.6) ke pes.(2.7) diperoleh :

B=

o
I .(2.8)
2 r

Dengan : B = kerapatan medan magnet (Wb/m2)


o = permeabilitas vakum = 4x10-7
r = jarak titik medan magnet dari pusat konduktor (m)
I - Arus listrik (A)

2.3 Induktans Konduktor Tunggal


Pandanglah sebuah kawat konduktor yang panjang, lurus dan bulat
dengan jari-jari r dan dialiri arus listrik I seperti ditunjukkan dalam gambar 2.2
dibawah ini. Medan magnet yang timbul tidak hanya ada diluar konduktor tetapi

terjadi juga didalam konduktor itu sendiri, oleh karena itu akan dihitung basarnya
induktans baik didalam maupun diluar konduktor

Gambar 2.2 Konduktor lurus , bulat dan panjang dialiri arus I

2.3.1 Induktans konduktor yang disebabkan oleh fluks internal


Medan magnet tidak saja terdapat diluar konduktor, tetapi sebagian ada
didalam konduktor itu sendiri (internal). Untuk memperoleh nilai induktans yang
teliti dari saluran transmisi maka baik fluks internal maupun fluks eksternal
masing-masing penghantar pelu dihitung.
Misalkan sebuah penampang kawat konduktor berjari-jari r dialiri arus I
ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 2.3 fluks didalam konduktor

Pada jarak x ( x < R) dari titik pusat konduktor, intensitas medan magnet Hx
dapat ditentukan melalui hukum Ampere sebagai berikut :
2x

H .dl = I
x

(2.9)

Dengan Ix adalah arus yang melingkunginya pada radius x.


Maka intensitas medan magnetnya adalah :
I
H x = x ...(2.10)
2 x
Sehingga arus yang melingkunginya adalah :
I x = 2 x H x ..(2.11)
Apabila fakor efek kulit diabaikan dan menganggap kerapatan arus
serbasama pada penampang konduktor, maka berlaku hubungan :
I
I
= x2
.(2.12)
2
r
x

Subsitusi pers.(2.11) ke pers. (2.12) menghasilkan :


I
Hx =
x (2.13)
2 r 2
Kerapatan medan magnet (pada bahan non magnetik) pada radius x adalah :
I
B x = o 2 x (2.14)
2 r
Dengan o = permeabilitas vakum = 4x10-7
Fluksmagnet untuk daerah kecil dengan ketebalan dx adalah :
I
d x = B x dx = o 2 x dx (2.15)
2 r
Fluks lingkup :
x2
I
d x = 2 d x = o 4 x 3 d ..(2.16)
2 r
r
Fluks lingkup total adalah :
x
I
I
int = o 4 x 3 d x = o Wb / m ..(2.17)
8
0 2 r
Jadi induktans internal :
Lint =

int o 1
= x10 7 H / m ..(2.18)
I 8 2

Dari persamaan tersebut terlihat bahwa induktans internal tidak tergantung


dengan radius konduktor itu sendiri.

2.3.2 Induktans konduktor yang disebabkan oleh fluks lingkup eksternal


Setelah mengetahui induktans internal dalam konduktor, sekarang akan
dibahas besarnya induktans diluar konduktor.
Pandanglah sebuah kawat
konduktor lurus beradius r dialiri arus I seperti terlihat dalam gambar dibawah
ini. Misalkan D1 dan D2 adalah radius diluar konduktor dengan D1 < D2.

Gambar 2.4 fluks diluar konduktor pada radius diantara D1 dan D2

Untuk menentukan induktans pada radius x yang terletak diantara D1 dan


D2 maka kita anggap kerapatan arus serba sama dipenampang konduktor,
sehingga jalur jalur fluks yang ditimbulkan merupakan lingkaran konsentris,
dengan demikian arus Ix yang melingkupinya pada radius x sama dengan arus I
yang mengalir pada konduktor yaitu :
Ix = I
...(2.19)
Dengan demikian kerapatan medan magnet pada radius x :

Bx = o H x =

o I
(2.20)
2 x

Differensial fluks untuk area dengan ketebalan dx adalah :


d = d x = B x d x =

o I
dx (2.21)
2x

Jadi dapat ditentukan fluks lingkup untuk daerah antara D1 dan D2 adalah dengan
mengintegralkan pers. (2.21) :
D2
D
o I
o I 2 1
dx =
dx
ext =
2x
2 D1 x
D1
..(2.22)
D
= 2 x10 7 I ln 2 ( wb / m)
D1
Induktans eksternal diantara D1 dan D2 adalah :

Lext = 2 x10 7 ln

D2
( H / m) .(2.23)
D1

2.4 Induktans pada dua kawat berfasa tunggal


Misalkan tedapat dua buah kawat fasa tunggal terbuat dari konduktor
padat dan bundar. Penghantar pertama mengalirkan arus I1 dan penghantar kedua
merupakan jalur balik dengan I2 = - I1. Kedua penghantar tersebut dipisahkan oleh
jarak D, dengan masing-masing penghantar beradius r1 dan r2. Jalur-jalur fluks
dari kedua penghantar ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.
Induktans pada kawat penghantar 1 akibat fluks internal dalam kawat itu sendiri
adalah ( berdasarkan pers. 2.18) :
1
L1int = x10 7 ( H / m) (2.23)
2
Mengacu pada pers. (2.23), maka fluks eksternal penghantar 1 :
D
L1 ext = 2 x10 7 ln
( H / m) (2.24)
r1
Jadi induktans total pada penghantar 1 adalah :
L1 = L1int + L1 ext ( H / m) (2.25)

1
D
L1 = + 2 ln x10 7
r1
2

( H / m) .(2.26)

1
D
L1 = 2 x10 7 + ln ( H / m) .(2.27)
r1
4
Karena

1
= ln e1 / 4 , maka pers. (2.27) dapat dituliskan :
4

D
L1 = 2 x10 7 ln e1 / 4 + ln ( H / m) .(2.28)
r1

Gambar 2.5 dua buah penghantar dengan penghantar pertama dialiri arus I1
dan penghantar kedua merupakan jalur balik dengan I2 = -I1

Persamaan (2.28 ) diatas dapat ditulis kembali menjadi :

D
r1e 1 / 4

L1 = 2 x10 7 ln

( H / m) ..(2.29)

Dengan memisalkan : r1= r1 e-1/4


Maka persamaan (2.29) diatas menjadi :

L1 = 2 x10 7 ln

D
r1

'

( H / m) .(2.30)

Dengan demikian dapat ditentukan induktans pada penghantar 2 yaitu :

L2 = 2 x10 7 ln

D
r2

'

( H / m) (2.31)

Dengan r2= r2 e-1/4


Induktans untuk seluruh rangkaian kedua kawat adalah :
D
D
L = L1 + L2 = 2 x10 7 ln / + ln / ( H / m) ..............(2.32)
r2
r1

D2
L = 2 x10 7 ln / /
r1 r2

D2
7
L = 2 x10 ln / /

r1 r2

( H / m) .(2.33)

( H / m) ..(2.34)

Contoh soal 2.2


Suatu saluran fasa tunggal dengan konduktor padat dan bundar terbuat dari
97,5% tembaga, memiliki radius efektif 0,6706 cm. Apabila jarak antara kedua
konduktor 1,5 cm, tentukanlah reaktans pada seluruh rangkaian tersebut pada
frekuensi 50 Hz.
Jawab:
r1 = r2 = 0,6706 cm = 0,006706 m
r1 ' = r2 ' = 0,006706e 1 / 4 = 8,6107 x10 3 m

D 2
1,52
7

L = 2 x10 ln
= 2 x10 ln

r1/ r2/
(8,6107 x10 3 ) 2

= 1,1131 H / m = 1,1131 mH / km
7

Reaktans untuk seluruh rangkaian :


X L = 2fL = 2(3,14)(50)(1,1131x10 3 ) = 0,3495 / km

2.5 Fluks lingkup sebuah penghantar dalam suatu kelompok penghantar


Jika sebuah penghantar terletak pada suatu kelompok penghantar lain yang
terdiri dari n penghantar, dengan jumlah arus pada semua penghantar tersebuat
adalah nol maka dapat dihitung fluks lingkup disekitar penghantar tersebut.
Misalkan dalam satu kelompok terdapat n buah penghantar yang mana setiap
penghantar dialiri arus listrik I1, I2, ., In. Selanjutnya dimisalkan sebuah
titik P yang jauh dari penghantar-penghantar seperti diperlihatkan dalam gambar
dibawah ini, merupakan suatu titik yang akan dihitung besarnya fluks lingkup
pada titik tersebut akibat arus I1 yang mengalir pada penghantar satu.

D1P

1
D12P

D13P

P
D2P
D3P
DnP

2
3
D1nP
n

Gambar 2.6 Kelompok penghantar yang terdiri dari n konduktor


dengan titik jauh dari seluruh penghantar

Jarak antara titi p dengan masing-masing penghantar dinyatakan dengan D1p,


D2p,..Dnp, sedangkan jarak dari penghantar pertama dengan penghantarpenghantar lainnya dinyatakan dengan D12, D13, .D1n.
Fluks lingkup pada penghantar 1 yang disebabkan oleh arus I1 pada penghantar itu
sendiri tetapi tidak termasuk fluks diluar jarak titik P dapat ditentukan dengan
mengacu pada pers. (2.26) dan pers. (2.30), yaitu :

1P 1 = 1 + 2 I 1 ln x10 7
r1
2

..(2.35)

D1P
(Wb / m) ..(2.36)
r1'
Fluks lingkup pada penghantar 1 akibat arus I2 yang mengalir pada penghantar 2
(tidak termasuk fluks diluar jarak titik P adalah :

1P 1 = 2 x10 7 ln

D2 P
(Wb / m) ..(2.37)
D12
Untuk Fluks lingkup pada penghantar 1 akibat arus I3 yang mengalir pada
penghantar ke-3 (tidak termasuk fluks diluar jarak titik P )adalah :

1P 2 = 2 x10 7 I 2 ln

1 p 3 = 2 x10 7 I i ln

D3 p

(Wb / m) .........................(2.38)
D13
Fluks lingkup pada penghantar 1 akibat arus In yang mengalir pada penghantar ken (tidak termasuk fluks diluar jarak titik P adalah :

1P n = 2 x10 7 I n ln

DnP
D1n

(Wb / m) (2.39)

Dengan demikian fluks lingkup pada penghantar ke-1 yang disebabkan oleh
seluruh penghantar adalah :

1P = 1P 1 + 1P 2 + 1P 3 L + 1P n ..(2.30)

1P = 2 x10 7 I 1 ln

D
D
D1P
D
+ I 2 ln 2 P + I 3 ln 3 P + LL + I n ln nP
'
D12
D13
D1n
r1

(2.31)

(2.32)

1P = 2 x10 7 I 1 ln

1
1
1
1
+ I 2 ln
+ I 3 ln
+ LL + I n ln
'
D12
D13
D1n
r1

+ 2 x10 7 (I 1 ln D 1P + I 2 ln D 2 P + I 3 ln D 3 P + LL + I n ln D nP )
Dengan jumlah arus total dari seluruh penghantar nol, maka :
I 1 + I 2 + L + I i + L I n = 0 ..(2.33)
Maka pada penghantar ke-n berlaku :
I n = ( I 1 + I 2 + L + I i + L I n1 ) ..(2.34)
Dengan mensubsitusikan pers (2.34) ke pers (2.32), didapat :

1
1
1
1

1P = 2 x10 7 I 1 ln ' + I 2 ln
+ I 3 ln
+ LL + I n ln
D12
D13
D1n
r1

(2.35)

D
D
D
D
(
n

1
)
p

+ 2 x10 7 I 1 ln 1P + I 2 ln 2 P + I 3 ln 3 P + LL + I n ln

D
D
D
D
np
np
nP
np

Dengan memindahkan titik P ke jarak yang sangat jauh mendekati tak hingga,
maka suku-suku yang mengandung :
D1 p
Dnp

D2 p
Dnp

Dip
Dnp

D( n 1)1 p
Dnp

1 .(2.36)

Jadi persamaan untuk fluks lingkup penghantar 1 menjadi :

1 = 2 x10 7 I1 ln

1
1
1
1
(Wb / m) (2.37)
+ I 2 ln
+ I 3 ln
+ LL + I n ln
'
r1
D12
D13
D1n

2.6 Induktans Pada Sistem Transmisi Tiga fasa dengan Konfigurasi Simetris
Pandanglah sebuah sistem saluran transmisi 3 fasa dengan susunan konfigurasi
delta seperti diperlihatkan dalam gambar dibawah ini. Jaran diantara masing
masing konduktor adalah sama atau simetris. Ketiga buah konduktor masing-

masing memiliki ukuran yang sama dan terbuat dari bahan konduktor bulat dan
padat, dengan radius setiap konduktor adalah r.
2

d
1

d
Gambar 2.7 Saluran 3 fasa konfigurasi delta simetris

Misalkan arus yang mengalir pada masing masing fasa adalah seimbang,
dengan demikian : I1 + I 2 + I 3 = 0
Jarak antara konduktor adalah :
D12 = D13 = D23 = d
Fluks lingkup pada konduktor fasa 1 dengan mengacu pers (2.37) adalah :

1 = 2 x107 I1 ln

1
1
1
(Wb / m) ..(2.38)
+ I 2 ln
+ I 3 ln
'
r1
D12
D13

1
1
1
1 = 2 x10 7 I1 ln ' + I 2 ln + I 3 ln (Wb / m) ...(2.39)
r1
d
d

Karena : I 2 + I 3 = I1 maka jika disubsitusikan ke persamaan (2.39) didapat :

1 = 2 x10 7 I1 ln

1
1
I1 ln (Wb / m)
'
r1
d

.(2.40)

d
= 2 x10 7 I1 ln ' (Wb / m)
r1

Karena ukuran konduktor sama, dengan demikian radius masing masing


konduktor adalah sama yaitu : r1 = r2 = r3 = r , dengan demikian :

d
1 = 2 x10 7 I1 ln ' (Wb / m) (2.41)

L1 =

1
I

= 2 x10 7 ln

1
1 / 4

d
..(2.42)
Ds

Dengan Dengan : Ds = r ' = re


Karena arus mengalir simetris pada setiap fasa, maka :
1 = 2 = 3
Dengan demikian induktans perfasa adalah :
L1 = L2 = L3 = L
d
L = 2 x10 7 ln
( H / m)
Ds
.(2.43)
d
= 0,2 ln
(mH / Km)
Ds

2.7 Induktans Pada Saluran Transmisi 3 fasa Konfigurasi Tak Simetris


Apabila saluran transmisi 3 fasa dengan susunan konfigurasi yang tidak
simetris seperti diperlihatkan dalam gambar dibawah ini, maka jarak diantara
masing masing konduktor tidak sama. Meskipun arus seimbang mengalir pada
masing masing fasa, namun jatuh tegangan pada saluran tidak akan seimbang,
hal ini disebabkan induktans setiap konduktor fasa tidak sama.
D12 D13 D23
Radius masing masing konduktor adalah sama : r1 = r2 = r3 = r
Fluks lingkup pada masing masing fasa adalah :

1
1
1
1 = 2 x10 7 I1 ln ' + I 2 ln
+ I 3 ln
(Wb / m) ..(2.44)

r
d
d
12
13

1
1
1
(Wb / m) ..(2.45)
2 = 2 x107 I1 ln
+ I 2 ln ' + I 3 ln
d 21
r
d 23

3 = 2 x10 7 I1 ln

1
1
1
+ I 2 ln ' + I 3 ln ' (Wb / m) .(2.46)
d 31
r
d 32

2
d23

3
d12

d13
1

Gambar 2.8 Saluran 3 fasa konfigurasi tak simetriks

Untuk kondisi seimbang :

Gambar 2.9 Vektor perbedaan sudut pada masing-masing

I1 = I1 00 ,

I 2 = I 2 2400 ,

fasa

I 3 = I 3 1200

Jika a = 11200 (operator), maka dengan I1 sebagai referensi :


I 2 = a 2 I1 dan I 3 = aI1
Dengan demikian induktans pada masing masing konduktor dapat ditentukan :
1

1
1
(Wb / m) .(2.47)
L1 = 1 = 2 x10 7 ln ' + a 2 ln
+ a ln
I1
d12
d13
r
Dengan memakai operator dan I2 sebagai referensi untuk induktans 2 dan I3
sebagai referensi untuk induktans 3 , maka diperoleh :

L2 =

1
1
1
(Wb / m) ..(2.48)
= 2 x10 7 a ln
+ ln ' + a 2 ln
I2
d 21
r
d 23

L3 =

1
1
1
= 2 x10 7 a 2 ln
+ a ln
+ ln ' (Wb / m) ..(2.49)
I3
d31
d32
r

2.8 Induktans Pada Saluran 3 Fasa Tak Simetris yang Ditransposisi


Pada saluran 3 fasa yang tidak simetris, akan mengakibatkan induktans
masing-masing fasa menjadi tidak sama, keadaan ini menimbulkan sistem
menjadi tidak seimbang, akibatnya drop tegangan pada masing-masing fasa
menjadi tidak sama, meskipun arus yang mengalir pada masing-masing fasa sama
besar. Agar saluran menjadi simetris, maka perlu dilakukan transposisi yaitu
pertukaran posisi dari setiap fasa pada setiap jarak tertentu secara teratur
sedemikian rupa sehingga setiap penghantar akan mendapatkan posisi semula
penghantar yang lain pada suatu jarak yang sama. Gambar 2.10 memperlihatkan
cara-cara transposisi untui sistem saluran 3 fasa tak simetris.
1

D12
2

D13
D23
3

Gambar 2.10 Sistem konfigurasi transposisi saluran 3 fasa

Apabila penghantar fasa ditransposisikan secara teratur maka induktans


perfasa diperoleh dari nilai rata-ratanya yaitu :
L + L2 + L3
L= 1
.(2.50)
3
Dengan harga-harga L1, L2 dan L3 yang diperoleh dari persamaan-persamaan
(2.47), (2.48) dan (2.49), yang selanjutnya disubsitukikan ke pers. (2,50), maka
diperoleh :

L=

2 x107
1
1
1
1
3 ln ln
(2.51)
ln
ln
3
r'
D12
D23
D13

Catatan : a + a 2 = 1120o + 1240o = 1


1

L = 2 x10 7 ln ln
1/ 3
( D12 D23 D13 )
r'
..(2.52)
1/ 3
(
D
D
D
)
= 2 x10 7 ln 12 23' 13
r

Atau untuk induktans perfasa per kilometer panjang adalah :


GMD
mH / km .(2.53)
Ds
Dengan : GMD = Geometric Mean Distance (jarak rata-rata geometris)
GMD = 3 D12 D23 D13
Ds = r radius rata-rata geometris (GMR)
L = 0,2 ln

2.8 Induktans Pada Konduktor Komposit


Pada perhitungan induktans dan fluks lingkup yang telah dibahas
sebelumnya, hanya berlaku untuk konduktor bulat dan padat, namun pada
prakteknya konduktor yang digunakan merupakan konduktor berlilit (stranded
conductor) dan konduktor terpadu (composite conductor). Konduktor terpadu
terbuat dari 2 buah elemen atau serat yang secara elektris terhubung paralel.
Untuk menghitung induktans pada konduktor terpadu, pandanglah saluran fasa
tunggal yang terdiri dari dua buah konduktor terpadu yaitu konduktor x dan y
seperti ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 2.11 Saluram 1 fasa terdiri dari dua konduktor terpadu

Konduktor x terdiri dari subkonduktor-subkonduktor yang identik satu


sama lainnya dengan jumlah subkonduktor adalah n. Konduktor y terdiri dari
subkonduktor-subkondukor yang identik satu sama lainnya yang jumlahnya
adalah m subkonduktor. Misalkan arus I ampere mengalir pada penghantar x
yang terdiri dari n buah subkonduktor, maka arus yang mengalir pada masingmasing subkonduktor adalah : I / n ampere. Misalkan penghantar y yang terdiri
dari m konduktor merupakan jalur baliknya, sehingga penghantar y dialiri arus I
ampere, dengan demikian masing-masing subkonduktor pada penghantar y dialiri
arus : - I / m ampere.
Untuk menghitung fluks lingkup pada subkonduktor a (pada penghantar x), maka
dapat ditentukan sebagai berikut ;

I
n

1 = 2 x10 7 ln

1
1
1
1

+ ln
+ ln
+ LL + ln
'
r1
D12
D13
D1n

1
1
1
1
I

2 x10 7 ln
+ ln
+ ln
+ LL + ln
m D11'
D12'
D13'
D1m

..(2.54)

Atau dapat ditulis menjadi :

1 = 2 x10 7 I ln

D11' + D12 ' + D13' + L + D1m

r1 '+ + D12 + D13 + L + D1n

(2.55)

Induktans subkonduktor penghantar 1 adalah :


m D + D

11'
12 ' + D13 ' + L + D1m
(2.56)
L1 = 1 = 2n x10 7 ln
n r '+ + D + D + L + D
I /n
1
12
13
1n
Induktans subkonduktor penghantar 2 adalah :
m D

21' + D22 ' + D23 ' + L + D2 m


(2.57)
L2 = 2 = 2n x10 7 ln
n D + r '+ D + L + D
I /n
21
2
23
2n
Dengan cara yang sama seperti diatas, dapat diperoleh nilai-nilai induktans pada
subkonduktor lainnya dalam kelompok penghantar x.
Induktans rata-rata pada salah satu subkonduktor dalam kelompok penghantar x
adalah :
L + L2 + L3 + L + Ln
L1v = 1
...(2.58)
n
Jika semua subkonduktor dalam kelompok x paralel maka dapat dicari besarnya
induktans penghantar x :
L
L + L2 + L3 + L + Ln
LX = 1v = 1
..(2.59)
n
n2
Dengan mensubsitusikan nilai-nilai induktans masing-masing subkonduktor
dalam kelompok penghantar x ( L1, L2,,Ln) ke pers.(2.59), maka akan
dipeoleh hasil akhir sebagai berikut :
L X = 2 x10 7 ln

GMD
( H / m) .(2.60)
GMR X

Dengan :
GMD (Geometric Mean Distance) yaitu jarak rata-rata geometris

GMD = m.n (D11' D12 ' L D1m )(D21' D22 ' L D2 m )LL(Dn1' Dn 2' L Dnm ) .(2.61)
GMR (Geometric Mean Radius) yang merupakan radius rata-rata geometris dari
penghantar yang terdiri dari n subkonduktor. Untuk penghantar x diatas maka :
GMRx = .n (D11D12 L D1n )(D21D22 L D2 n )LL(Dn1Dn 2 L Dnm ) .(2.62)
2

2.9 GMR Konduktor Berkas


Pada saluran transmisi tegangan ekstra tinggi ( diatas 230 kV), kontruksi
penghantar biasanya tersusun atas konduktor berkas (bundled conductor), yang
berguna untuk mengurangi tegangan gradien permukaan konduktor ,sehingga
dapat mengurangi rugi korona, gangguan interferensi radio, dan impedans surja.
Disamping itu mengurangi reaktans saluran sehingga mampu meningkatkan
kapasitas saluran. Ada berbagai macam susunan konfigurasi konduktor berkas
yaitu diantaranya terdiri dari 2 , 3 dan 4 subkonduktor yang tersusun simetris.

Gambar 2.12 Beberapa bentuk susunan konfigurasi konduktor berkas

2.9.1 Dua subkonduktor berkas


Radius rata-rata geometris (GMR) untuk konduktor berkas yang tersusun
atas dua buah subkonduktor seperti ditunjukkan dalam gambar 2.13, dapat
ditentukan sebagai berikut : Jika Ds adalahGMR untuk masing-masing sub
konduktor maka GMR untuk konduktor berkas diperoleh sebagai berikut :

Dsb = 2 (D11D12 )(D21D22 ) (2.63)


2

dengan
Dsb = GMR konduktor berkas
D11 = D22 = Ds ( GMR atau radius efektif) pada masing-masing subkonduktor 1
dan 2)
D12 = D21 = d (jarak antara subkonduktor)

Gambar 2.13 Dua buah subkonduktor berkas

Maka persamaan diatas menjadi :


Dsb = 2 (Ds d )(Ds d )
2

= 4 (Ds d )

(2.64)

(Ds d )

2.9.2 Tiga subkonduktor berkas


Pada konduktor berkas yang terdiri dari 3 buah subkondukor dengan
susunan konfigurasi delta seperti ditunjukkan dalam gambar 2.14 dibawah ini,
maka GMR konduktor berkas dapat ditentukan sebagai berikut :
D11 = D22 = D33 = Ds (GMR pada masing-masing subkonduktor 1,2 dan 3)
D12 = D21 = D23 = D32 =D13 = D31 = d

1
d

Gambar 2.14 Tiga buah subkonduktor konfigurasi delta

Dsb = 3 (D11D12 D13 )(D21D22 D23 )(D31D32 D33 ) .(2.65)


2

Dsb = 3 (Ds d d )(d Ds d )(d d Ds )


2

Dsb = 9 (Ds d d )

= 3 Ds d 2

(2.66)

2.9.3 Empat subkonduktor berkas


Pada konduktor berkas yang terdiri dari 4 buah subkondukor dengan
susunan konfigurasi delta seperti ditunjukkan dalam gambar 2.15 dibawah ini,
maka GMR konduktor berkas dapat ditentukan sebagai berikut :

d
2

1
d

Gambar 2.15 Empat subkonduktor konfigurasi bujur sangkar

D11 = D22 = D33 = D44 = Ds


D12 = D21 = D23 = D32 = D34 = D43 = D14 = D41 = d
D13 = D32 = D24 = D42 = (d2 +d2)1/2
Dsb = 4 (D11D12 D13 D14 )(D21 D22 D23 D24 )(D31 D32 D33 D34 )(D41D42 D43 D44 ) (2.67)
2

Dsb = 16 Ds d d d 21 / 2

= 1,094 Ds d 3

.(2.68)

Contoh soal 2.3 :


Sebuah sistem transmisi 3 fasa menggunakan konfigurasi konduktor berkas
seperti ditunjukkan dalam gambar dibawah ini. Setiap subkonduktor berkas
memiliki radius efektif 0,0142 meter. Berapakah reaktans per-fasa untuk sistem
konfigurasi seperti ini.
d

d
a

a'

d
b'

8m

c'

8m

d = 0,45m

Jawab :
Untuk setiap fasa yang terdiri dari 2 buah subkonduktor berkas, maka GMR
konduktor berkas adalah :
Dsb = Ds d = (0,0142)(0,45) = 0,080 m
Jarak rata-rata geometris ekivalen (GMD) untuk saluran 3 fasa tersebut adalah :
GMD = 3 DAB DBC DAC = 3 (8)(8)(16) = 10,08 m
L = 2 x10 7 ln

GMD
10,08
( H / m) = 2 x10 7 ln
Ds
0,080

= 0,9673 x10 06 H / m = 0,9673 mH / km


2.10 Induktans Pada Saluran Transmisi Tiga Fasa Rangkaian Ganda
Tinjaulah sebuah saluran 3 fasa sistem rangkaian ganda dengan
konfigurasi seperti ditunjukkan dalam gambar 2.16 dibawah ini. Rangkaian
beroperasi dengan konfigurasi a1-a2 , b1-b2, dan c1-c2 paralel. Karena susunan
konfigurasi geometris tidak simetris, maka dilakukan transposisi pada masingmasing kawat fasa dalam kelompoknya. Metoda GMD dapat dipakai untuk
menentukan induktans perfasanya. Untuk ini mari kita kelompokkan fasa-fasa
indentik secara bersama dan menggunakan persamaan (2.61) untuk mendapatkan
GMD antara fasa.

a1

c2

b1

b2

c1

a2

Gambar 2.16 Rangkaian ganda yang ditransposisi

DAB = 4 Da1b1Da1b 2 Da 2b1Da 2b 2


DBC = 4 Db1c1Db1c 2 Db 2c1Db 2c 2 (2.68)
DAC = 4 Da1c1Da1c 2 Da 2c1Da 2c 2

GMD ekivalen perfasa adalah :


GMD = 3 DAB DBC DAC .(2.69)
Misalkan radius efektif (GMR) untuk masing masing kawat fasa adalah Ds
Maka GMR untuk masing-masing fasa :
DsA = 4 (Ds Da1a 2 )( Da2 a1 Ds ) = 4 (Ds Da1a 2 ) =

(Ds Da1a 2 )

DsB = 4 (Ds Db1b 2 )( Db2 n1 Ds ) = 4 (Ds Db1b 2 ) =

(Ds Db1b 2 ) (2.70)

DsC = 4 (Ds Dc1c 2 )( Dc 2 c1 Ds ) = 4 (Ds Dc1c 2 ) =

(Ds Dc1c 2 )

GMR ekivalen untuk perhitungan induktans perfasa terhadap netral diperoleh :


GMRL = 3 DsA DsB DsC .(2.71)

Induktans perfasa adalah :


L = 0,2 x10 7 ln

GMD
GMRL

( H / m)

atau :
L = 0,2 ln

GMD
GMRL

(mH / km) (2.72)

Contoh soal 2.4 :


Sebuah saluran transmisi 3 fasa ganda memiliki konfigurasi seperti diperlihatkan
dalam gambar dibawah ini. Konduktor pada masing masing fasa identik terbuat
dari kawat telanjang ACSR 152mm2, 26/7. Apabila frekwensi tegangan adalah 50
Hz, tentukanlah reaktans saluran transmisi tersebut dalam ohm/km perfasa.

a
18m

c'

10m
21m

b'

10m

18m

a'

Jawab :
GMR (radius efektif) untuk masing-masing konduktor fasa ACSR 152mm2. 26/7
adalah : Ds = 0,7010 cm = 0,00701 m
Jarak :

Dab = Da 'b ' = Dbc = Db 'c ' = 102 + 1,52 = 10,1 m


Dab ' = Dbc ' = Dba ' = Dcb ' = 19,52 + 102 = 21,9 m
GMD antara fasa
DAB = 4 Dab Dab ' Da 'b Da 'b ' = 4 (10,1)(21,9)(21,9)(10,1) = 14,88 m
DBC = 4 Dbc Dbc ' Db 'c Db 'c ' = 4 (10,1)(21,9)(21,9)(10,1) = 14,88 m
DAC = 4 Dac Dac ' Da 'c Da 'c ' = 4 (20)(18)(18)(20) = 18,97
GMD ekivalen
Deq = 3 DAB DBC DAC = 3 (14,88)(14,88)(18,97) = 16,1 m

Jarak antar penghantar a-a, dan c-c adalah :


Daa ' = Dcc ' = 202 + 182 = 26,9 m
Jarak antar penghantar b-b :
Dbb ' = 21 m
GMR masing-masing kelompok fasa
DsA = 4 ( Ds Daa ' )( Da ' a Ds ) = Ds Daa ' = (0.00701)(26,9) = 0,4342 m
DsB = 4 ( Ds Dbb ' )( Db 'b Ds ) = Ds Dbb ' = (0.00701)(21) = 0,3837 m
DsC = 4 ( Ds Dcc ' )( Dc 'c Ds ) = Ds Dcc ' = (0.00701)(26,9) = 0,4342 m

Jadi GMR untuk rangkaian 3 fasa ke netral adalah :

GMRL = 3 ( DsA DsB DsC ) = 3 (0,4342) 2 (0,3837) = 0,269 m


Induktans per-fasa:
GMD
L = 0,2 ln
(mH / km)
GMRL
16,1
= 0,818 mH / km
0,269
X = 2(3,14)(50)(0,818) = 256,85 m / km = 0,256 / km

= 0,2 ln
Reaktans per-fasa :

2.11 Kapasitans Saluran


Pada sistem saluran transmisi akan muncul kapasitans diantara masingmasing konduktor sebagai akibat adanya beda potensial diantara fasa. Sejumlah
kapasitans diantara konduktor merupakan fungsi dari ukuran, jarak dan ketinggian
dari permukaan tanah. Definisi kapasitans C adalah perbandingan muatan q
terhadap tegangan V, sebagaimana diberikan oleh persamaan :
q
C = (2.73)
V
Misalkan sebuah konduktor bulat panjang dengan radius r, membawa suatu
muatan listrik q coulomb per meter panjang seperti ditunjukkan dalam gambar
dibawah ini.

Gambar 2.17 Medan listrik disekitar konduktor bulat panjang bermuatan q

Garis-garis fluks listrik keluar dari konduktor bermuatan secara radial seperti
dilukiskan dalam gambar diatas. Fluks listrik total secara numeris sama dengan
nilai muatan pada konduktor. Berdasarkan hukum Gauss, untuk satu meter
panjang konduktor, kerapatan fluks listrik pada selinder untuk radius x meter
dipenuhi dengan persamaan :

q
q
=
.(2.74)
A 2 x(1)
Intensitas medan listrik dapat diperoleh melalui hubungan :
D
E = (2.75)
D=

Dengan o = permitvitas udara ( 8,85x10-12 F/m)


Subsitusi persamaan (2.73) & (2.74) ke persamaan (2.75) diperoleh :
q
E=
2 o x
Perbedaan potensial diantara selinder dari posisi D1 ke D2 yang didefinisikan
sebagai kerja yang dilakukan untuk menggerakkan muatan 1 coulomb dari D2 ke
D1 melaui medan listrik yang dihasilkan oleh muatan dalam konduktor adalah :
D2
D2
q
q
D
V12 = E dx =
dx =
ln 2 (2.76)
D1
D1 2 x
2 o D1
o
V12 merupakan jatuh tegangan dari posisi 1 relatif ke posisi 2.

2.12 Kapasitans Pada Saluran Satu Fasa


Misalkan sebuah saluran satu fasa yang terdiri dari dua buah konduktor
bulat padat yang masing-masing memiliki radius sama yaitu r. Kedua konduktor
dipisahkan dalam jarak D seperti ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

q1

q2

D
Gambar 2.18 Penampang saluran satu fasa dua konduktor

Konduktor pertama membawa muatan q1 C/m, dan konduktor kedua membawa


muatan q2 C/m.
Diasumsikan bahwa hanya konduktor pertama sendiri yang memiliki muatan q1 ,
sehingga tegangan antara konduktor 1 dan 2 adalah :
q
D
V12 ( q1 ) = 1 ln ..(2.77)
2 o r
Selanjutnya diasumsikan hanya konduktor ke dua saja yang memiliki muatan q2,
sehingga tegangan antara konduktor 2 dan 1 adalah :

V21( q 2 ) =

q2

2 o

ln

D
(2.78)
r

Apabila : V12( q 2 ) = V21( q2 ) ..(2.79)


Maka :
V12( q 2 ) =

q2

2 o

ln

r
..(2.80)
D

Berdasarkan prinsip superposisi, maka beda potensial antara konduktor 1 dan 2


akibat kedua buah muatan masing-masing q1 dan q2 adalah :
q
D
q
r
V12 = V12 ( q1) + V12 ( q 2) = 1 ln + 2 ln ..(2.81)
2 o r 2 o D
Pada saluran satu fasa : q2 = - q1 = -q,
Maka jika disubsitusikan ke pers. (2.81), didapat :

V12 =
=
=

q
2 o

q
D
r

ln
r 2 o D

ln

q D
r
ln ln
2 o r
D
q
2 o

D2
r2

(volt )

D
o r
Jadi kapasitans antara konduktor 1 dan 2 adalah :
q
o
C12 =
=
( F / m) .(2.82)
V12 ln D
r
=

ln

ln

C12

Gambar 2.19 Kapasitans antara dua buah konduktor

Dalam model saluran transmisi, tidak hanya kapasitans antara dua buah konduktor
saja yang diperlukan untuk analis, tetapi kapasitans antara konduktor dan tanah
perlu diketahui juga. Gambar 2.20 melukiskan kapasitans antara konduktor
dengan tanah (netral), dimana harga kapasitans adalah :

C1n = C2 n = 2C12 =

2 o
D
ln
r

( F / m) ..(2.83)

n
1

C2n

C1n

Gambar 2.20 Kapasitans antara konduktor dan tanah

C1n = C2 n =

0,0556
( F / km) ..(2.84)
D
ln
r

2.13 Beda Potensial Pada Konfigurasi Saluran Multikonduktor


Pandanglah suatu saluran yang terdiri dari rangkaian paralel n konduktor,
dengan masing-masing konduktor bermuatan q1, q2,,qn coloumb/meter
seperti diperlihatkan dalam gambar 2.21 dibawah ini.

q2

q3
qi

qn

qj

Gambar 2.21 Saluran dengan konfigurasi multikonduktor

Diasumsikan bahwa muatan terdistribusi seragam disekeliling konduktor, dan


jumlah seluruh muatan adalah nol.
q1 + q2 + LL + qn = 0 (2.85)
Berdasarkan prinsip superposisi sebagaimana pers. (2.81), maka beda potensial
diantara konduktor ke-1 dan ke-2 adalah :
D
1
D
D
D
D
q1 ln 12 + q2 ln 22 + q3 ln 32 + q4 ln 42 + L + qn ln n2 (2.90)
V12 =
2 o
D11
D21
D31
D41
Dn1
Persamaan (2.90) secara umum dapat dituliskan dalam bentuk sederhana untuk
beda potensial antara konduktor ke-i dan ke-j:
D
1 n
Vij =
qk ln kj (2.91)

Dki
2 o k =1

Dengan k = i, dalam kasus Dii, ini berarti merupakan radius konduktor yang ke-i.

2.14 Kapasitans Saluran Sistem Tiga Fasa Dengan Jarak Pemisah Sama
Pada sistem saluran tiga fasa dengan konfigurasi delta yang memiliki jarak
simetris antar ketiga konduktor seperti ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.
2

D
1

Gambar 2.21 Saluran tiga fasa yang simetris konfigurasi delta

Ketiga buah konduktor memiliki radius r yang sama dan jarak antar masingmasing konduktor adalah sama : D12 = D23= D13 = D.
Kapasitans antara konduktor dapat dihitung dengan memakai persamaan (2.91).
D
D
D
1
q1 ln 12 + q2 ln 22 + q3 ln 32
V12 =
D11
D21
D31
2 o

D
r
D
1
q1 ln + q2 ln + q3 ln
r
D
D
2 o

..(2.92)

1
D
D
D
q1 ln 13 + q2 ln 23 + q3 ln 33
2 o
D11
D21
D31
1
D
D
r
=
..(2.93)
q1 ln + q2 ln + q3 ln
2 o
r
D
D

V13 =

1
D
D
D
r
r
2q1 ln + q2 ln + ln + q3 ln + ln
2 0
r
D
D
D
D
.(2.94)
1
D
r
=
2q1 ln + (q2 + q3 ) ln
2 0
r
D

V12 + V13 =

Dengan mengganggap bahwa tanah sangat jauh sehingga pengaruhnya dapat


diabaikan, dan sistem adalah simetris sehingga jumlah total ketiga muatan adalah
nol :
q1 + q2 + q3 = 0 ..(2.95)

q2 + q1 = q1
1
D
r
2q1 ln q1 ln
2 0
r
D
1
D
V12 + V13 =
3q1 ln ...(2.96)
2 0
r
Hubungan antara tegangan fasa fasa dan fasa netral adalah :
V12 = 3V1n300 = 3V1n (0,866 + j 0,5) (2.97)
V12 + V13 =

V13 = V31 = 3V1n 300 = 3V1n (0,866 j 0,5) .(2.98)


V12 + V13 = 3V1n (2.99)
Subsitusi pers.(2.99) ke pers. (2.100) diperoleh :
q
D
V1n = 1 ln
(volt ) .(2.100)
2 0 r
Jadi kapasians ke netral adalah :
C=

q1 2 0
=
( F / m) (2.101)
V1n ln D
r

atau :
q1 0,0556
=
( F / m) (2.102)
D
V1n
ln
r
2.14 Kapasitans Saluran Sistem Tiga Fasa Dengan Jarak Pemisah Tak Sama
C=

Pada saluran transmisi 3 fasa dengan jarak pemisah tak simetris, maka
saluran tersebut ditransposisi seperti ditunjukkan dalam gambar 2.22 dibawah
ini. Misalkan setiap konduktor memiliki radius r yang sama, dan sistem 3 fasa
dalam keadaan seimbang, sehingga muatan total dari ketiga fasa adalah nol
(seperti pada pers. 2.94)
1

D12
2

D13
D23
3

I
II
III
Gambar 2.22 Saluran 3 fasa dengan jarak tak sama yang ditransposisi

Anggap efek tanah diabaikan, dan saluran ditransposisikan pada jarak yang sama.
Untuk itu beda potensian antara fasa 1 dan fasa 2 (V12) dihitung masing-masing
untuk setiap seksi yang ditransposisi.
Pada seksi 1 :
1
D
r
D
q1 ln 12 + q2 ln
V12( I ) =
+ q3 ln 23 .(2.103)
2 o
r
D12
D13
Pada seksi II :

V12( II ) =

1
D
r
D
q1 ln 23 + q2 ln
+ q3 ln 13 .(2.104)
2 o
r
D23
D12

Pada seksi III :

1
D
r
D
q1 ln 13 + q2 ln
+ q3 ln 12 ..(2.105)
2 o
r
D13
D23
Nilai rata-rata adalah :
Pada seksi II :
V12( III ) =

V12 =

1
D D D13
r3
D D D
q1 ln 12 23
+
+ q3 ln 12 23 13 ..(2.106)
q
ln
2
3
(3)2 o
r
D12 D23 D13
D12 D23 D13

V12 =

1
( D D D )1 / 3
r
q1 ln 12 23 13
.(2.107)
+ q2 ln
1/ 3
2 o
r
( D12 D23 D13 )

V12 =

1
GMD
r
+ q2 ln
q1 ln
....(2.108)
2 o
r
GMD

Dengan :
GMD = 3 D12 D23 D13 .(2.109)
Dengan cara sama seperti diatas maka diperoleh untuk beda potensial fasa 1 dan
fasa 3 adalah :

1
GMD
r
+ q3 ln
q1 ln
.(2.110)
2 o
r
GMD
Persamaan (2.109) dijumlah dengan pers.(2.110) sehingga didapat :
V13 =

1
GMD
r
+ (q2 + q3 ) ln
2q1 ln
(2.111)
2 o
r
GMD
Apabila beban simetris, maka q2 + q3 = q1 , sehingga jika disubsitusikan ke
pers. (2.110), memberikan hasil :
V12 + V13 =

1
GMD
r
q1 ln
2q1 ln

2 o
r
GMD
(2.112)
3q1 GMD
=
ln

2 o
r
Untuk keadaan tegangan seimbang maka :
V12 = V1n00 V1n 1200
(2.113)
V13 = V1n00 V1n 2400
Oleh karena itu :
V12 + V13 = 3V1n ..(2.114)
Subsitusi pers.(2.112) ke pers.(2.114) didapat :
q GMD
V1n = 1 ln
(2.115)
2 o
r
Jadi kapasians ke netral diperoleh :
q
2 0
C= 1 =
( F / m) .(2.116)
V1n ln GMD
r
atau :
V12 + V13 =

0,0556
( F / km) ..(2.117)
GMD
ln
r
Contoh soal 2.5
Sebuah sistem saluran transmisi 500 kV tersusun dari konduktor ACSR 644mm2,
dengan radius efektif 0,01473 m, memiliki konfigurasi seperti ditunjukkan dalam
gambar dibawah ini.
C=

6m

6m

Jawab :
Dab = Dbc = 6 m
Dac = 12 m
Radius efektif : r = 0,01473 m
Jarak rata-rata geometris (GMD) untuk saluran tersebut diperoleh :

GMD = 3 Dab Dbc Dac = 3 (62 )(12) = 7,56 m


C=

0,0556
GMD
ln
r

( F / km)

C=

0,0556
7,56
ln
0,01473

= 0,0089 ( F / km)

Anda mungkin juga menyukai