Anda di halaman 1dari 7

1

MICROWAVES (POLARISASI)
I.

Tujuan Percobaan
a. Mengetahui fenomena polarisasi
b. Mengetahui bagaimana sebuah polarisator dapat digunakan untuk mengubah polarisasi
dari radiasi gelombang mikro (microwaves).
c. Mengukur intensitas gelombang di setiap sudut polarisator yang berbeda.

II.

Landasan Teori
Polarisasi merupakan proses pembatasan getaran vektor yang membentuk suatu
gelombang transversal sehingga menjadi satu arah. Polarisasi hanya terjadi pada
gelombang transversal saja dan tidak dapat terjadi pada gelombang longitudinal. Suatu
gelombang transversal mempunyai arah rambat yang tegak lurus dengan bidang
rambatnya. Apabila suatu gelombang memiliki sifat bahwa gerak medium dalam bidang
tegak lurus arah rambat pada suatu garis lurus, dikatakan bahwa gelombang ini
terpolarisasi linear. Sebuah gelombang tali mengalami polarisasi setelah dilewatkan pada
celah yang sempit. Arah bidang getar gelombang tali terpolarisasi adalah searah dengan
celah.
Polarisasi cahaya yang dipantulkan oleh permukaan transparan akan maksimum
bila sinar pantul tegak lurus terhadap sinar bias. Sudut datang dan sudut pantul pada saat
polarisasi maksimum disebut sudut Brewster atau sudut polarisasi (iP). Berdasarkan
hukum Malus, intensitas polarisasi dapat digambarkan sebagai berikut:

(2.1)
Polarisasi cahaya dibedakan atas tiga macam diantaranya adalah, cahaya
dikatakan mempunyai polarisasi linier apabila medan listriknya berosilasi (bergetar) pada
suatu garis lurus. Jika ujung vektor medan listriknya bergerak pada suatu elips, maka
cahayanya dikatakan terpolarisasi eliptik. Jika ujung vektor medan listriknya bergerak
pada suatu lingkaran, maka cahayanya dikatakan terpolarisasi lingkaran.
Polaroid adalah device (peralatan) yang mempunyai sifat mirip dengan kawat
sejajar untuk gelombang mikro. Device ini memiliki semacam lubang garis memanjang
yang memiliki kelebaran cukup kecil. Komponen medan listrik disepanjang lubang

diserap, dan komponen arah tegak lurus lubang diteruskan dengan redaman sangat kecil.
Jadi polaroid memiliki sumbu dalam bidangnya, jika medan listrik gelombang cahaya
sejajar dengan sumbu ini, maka cahaya diteruskan dengan redaman sangat kecil. Dengan
menggunakan dua buah polaroid, cahaya keluaran akan lebih smooth. Polaroid pertama
berfungsi untuk menciptakan cahaya menjadi terpolarisasi linier, sehingga sering disebut
dengan plarisator. Polaroid kedua digunakan untuk menganalisa arah atau macam
polarisasi yang dihasilkanoleh polaroid pertama, sehingga disebut analisator.
Dalam hukum Malus, suatu polarisasi yang sempurna akan menghasilkan 50%
intensitas cahaya tak terpolarisasi yang datang. Dianggap bahwa tidak ada cahaya yang
hilang oleh pantulan pantulan dan rantai- rantai hidrokarbon didalamnya benar-benar
sejajar. Anggaplah bahwa komponen polarisasi yang tidak diinginkan seluruhnya dapat
diserap, sedangkan komponen polarisasi yang diinginkan seluruhnya diteruskan. Jika
suatu cahaya terpolarisasi linier dijatuhkan tegak lurus terhadap polaroid, sedang arah
polarisasi membuat sudut dengan sumbu mudah polaroid, maka amplitudo yang
diteruskan dadalah sebesar proyaksi medan listrik pada sumbu mudah. Akibatnya
intensitas cahaya yang diteruskan menjadi :
(2.2)
Persamaan tersebut diatas dikenal dengan persamaan hukum Malus
Bias ganda merupakan sifat yang dimiliki beberapa Kristal tertentu (terutama
kalsit) untuk membentuk dua sinar bias dari suatu sinar datang tunggal. Sinar bias
(ordinary ray) mengikuti hukum-hukum pembiasan normal. Sinar bias lain, yang
dinamakan sinar luar biasa (extraordinary ray), mengikuti hukum yang berbeda. Kedua
sinar tersebut bergerak dengan kelajuan yang sama, di mana cahaya sinar biasa
terpolarisasi tegak lurus terhadap cahaya sinar luar biasa.
Cahaya yang terpolarisasi bidang bisa diperoleh dari cahaya yang tidak
terpolarisasi dengan menggunakan bahan bias ganda yang disebut polaroid. Polaroid
terdiri atas molekul panjang yang rumit yang tersusun paralel satu sama lain. Jika satu
berkas cahaya terpolarisasi bidang jatuh pada polaroid yang sumbunya membentuk sudut
terhadap arah polarisasi datang, amplitudonya akan diperkecil sebesar cos . Karena
intensitas berkas cahaya sebanding dengan kuadrat amplitudo, maka intensitas
terpolarisasi bidang yang ditransmisikan oleh alat polarisasi adalah:
(2.3)
dengan Io adalah intensitas datang.

Alat polarisasi menganalisis untuk menentukan apakah cahaya terpolarisasi dan


untuk menentukan bidang polarisasi adalah polaroid. Cahaya yang tidak terpolarisasi
terdiri atas cahaya dengan arah polarisasi (vektor medan listrik) yang acak, yang masingmasing arah polarisasinya diuraikan menjadi komponen yang saling tegak lurus. Ketika
cahaya yang tidak terpolarisasi melewati alat polarisasi, satu dari komponenkomponennya dihilangkan. Jadi, intensitas cahaya yang lewat akan diperkecil setengahnya
karena setengah dari cahaya tersebut dihilangkan.
(2.4)

Transmit
er dioda

Microwaves
dipolarisasi
vertikal (E
medan)

Gambar 1. Polarisasi vertikal


Radiasi gelombang mikro dari transmiter (pemancar) terpolarisasi langsung
sepanjang sumbu dioda transmiter (i.e., sebagai radiasi menyebarkan sepanjang ruang,
bekas medan listriknya sejajar dengan sumbu dari dioda). Jika dioda transmiter diluruskan
polarisasi vertikal, seperti ditampilkan di gambar 1. Jika dioda detektor terletak pada sudut
ke dioda transmiter, seperti ditampilkan pada gambar 2, hal ini hanya dapat mendeteksi
komponen dari peristiwa medan listrik yang sejajar dengan sumbunya. Di percobaan ini,
kita akan meneliti fenomena polarisasi dan mengetahui bagaimana sebuah polarisator
dapat digunakan untuk mengubah polarisasi dari radiasi gelombang mikro (microwaves).

Vertically polarized
microwaves

Detecto
r diode

Componen
t detected

Gambar 2. Detecting Polarized Radiation


III.

Alat dan Bahan


a. Transmitter

b. Goniometer

c. Polarizer : yang terbuat dari triplek dan aluminium

d. Receiver

e. Component Holder

IV.

Rangkaian Alat
A.

Rangkaian Eksperimen
Receiver

Transmite
r

Gambar 3. Skema rancangan eksperimen polarisasi 1


Receiver
Polariz
er
Transmite
r

Penopang

Gambar 4. Skema rancangan eksperimen polarisasi 2


B.
1.

Langkah Kerja
Menyusun alat-alat seperti pada Gambar.3 dan posisikan

2.

pengontrol reciever untuk deflaksi skala meter maksimum


Mengendurkan skrup di belakang receiver dan putar receiver
menjadi

3.

. Mencatat data yang ditunjukkan oleh receiver yang terbaca disetiap

derajad pemutaran receiver.


Melakukan langkah no 2, untuk skala derajad yang berbeda
pada pemutaran receiver (

4.

Menyusun alat seperti gambar 4, Atur ulang derajad receiver


menjadi

5.

Mencatat data yang ditunjukkan oleh receiver saat polarizer


diarahkan pada (

V.

terhadap garis horisontal.

Data Percobaan
1.

Variasi sudut rotasi reciever


Meter

Meter reading

reading (mA)
0
10
20
30
40
50
60
2.

Meter reading

(mA)
70
80
90
100
110
120
130

Variasi sudut rotasi polarizer

(mA)
140
150
160
170
180

Meter reading
(mA)
0
20
30
45
60
70
90

VI.

Metode Analisis Data


a. Variasi sudut rotasi receiver
Ralat Pengamatan
I (mA)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
Rata-rata I

b. Variasi sudut polarisasi


No

Data Praktikum

Ketepatan*

Ip (mA)
1
2
3
4
5
6
7

0
20
30
45
60
70
90

0
20
30
45
60
70
90

Is (mA)
0,5
0,44
0,37
0,24
0,20
0,057
0

Dimana:

VII.

Daftar Pustaka
Giancolli, 2001. Fisika Dasar 2 Edisi Kelima. Jakarta Erlangga.
http://www.scribd.com/doc/31756705/STUDI-EKSPERIMENTAL-DALAMPENENTUAN-SIFAT-POLARISASI-CAHAYA-DENGAN-KONSEPHUKUM-MALUS
Tipler, Paul A.2001. Fisika untuk sains dan teknik jilid 2. Erlangga : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai