RSUD 45 KUNINGAN
JAWA BARAT
2015
I.
Identitas Pasien
Nama
: Ny. M
Umur
: 31 tahun
Jenis Kelamin
: perempuan
Alamat
: Sidaraja
Tanggal masuk IGD : 17 Februari 2016
II.
Anamnesa
Autoanamnesa pada tanggal 17 Februari 2016
Keluhan Utama
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: Compos Mentis, tampak sakit berat
Frekuensi Nadi
Tekanan Darah
: 80/60 mmHg
Suhu Tubuh
: 37,2 oC
Frekuensi Napas
: 24 x/menit
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
/Abdomen
Genitalia
Extremitas
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan Penunjang
PP Test (+)
V.
Diagnosis Kerja
Syok Hipovolemik et causa suspek KET
VI.
Planning Diagnostik
1. Darah rutin (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit)
2. SGOT/SGPT, Ureum/ Creatinin, BT/CT, HbsAg, Elektrolit darah
3. EKG
4. USG Abdomen
5. Saran : Pungsi Kavum Douglasi
VII.
Planning Terapi
1. Resusitasi Cairan (Kristaloid : Koloid 3 : 1)
2. Inj. Cefotaxime 2 x 1 gram IV (ST)
3. Pasang DC
4. Puasakan rencana operasi pk. 09.00
5. Sedia darah
VIII.
Prognosa
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam
: dubia
: dubia
: dubia
KEHAMILAN EKTOPIK
A Definisi Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uterus. Termasuk
dalam kehamilan ektopik ialah kehamilan tuba, ovarial, kehamilan intra
ligamenter, kehamilan servikal, dan kehamilan abdominal (Prawirohardjo,
2005).
2005).
Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil masih menggunakan
kontrasepsi spiral (3-4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga
meningkatkan kehamilan ektopik karena dapat mengganggu pergerakan
sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah
dalam tuba.
Divertikel tuba
kongenital
atau
ostium
assesorius tubae
dapat
Perlekatan
peritubal
dengan
ditorsi
atau
lekukan
tuba
dapat
implantasi prematur.
Fertilisasi in vitro dapat menyebabkan luka parut pada tuba akibat
operasi.
Merokok.
Kehamilan
ektopik
meningkat
sebesar
1,6
3,5
D Patomekanisme
Beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya kehamilan ektopik di
tuba fallopi adalah pertama faktor dari transport embrio di tuba pada proses
ini berperan kontraksi dari dinding tuba dan pergerakan daripada silia tuba.
Pada keadaan normal kontraksi otot polos di dinding tuba dipengaruhi oleh
neuron beta adrenergik dan beberpa substnasi yang dihasilkan oleh saluran
telur itu sendiri seperti prostaglandin, prostasiklin, camp dan nitrat oksida
juga berpengaruh pada transport tuba sedangkan akitivitas silia dipengaruhi
oleh hormon-hormon seks dan IL-6. Namun pada kehamilan ektopik tuba
aktivitas beta adrenergik untuk menstimulasi otot polos tuba dihambat oleh
isoproterenol suatu antagonis dari beta adrenergik dan pada kehamilan
ektopik tuba juga terjadi deplesi dari silia tuba. Selain dari kontraksi dinding
tuba dan pergerkan silia juga berpengaruh dari lingkungan tuba itu sendiri
seperti hormon-hormon seks yang dihasilkan pada tempat itu (Shaw, et.al,
2010).
Tuba bukanlah tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, sehingga
tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian
besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10
minggu. Terdapat beberapa kemungkinan mengenai nasib kehamilan dalam
tuba yaitu (Prawirohardjo, 2005):
1 Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati
karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorpsi total.
Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa dan haidnya
2
2005).
Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstitialis
terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan
ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba
terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena
trauma ringan. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui
ostium tuba abdominal. Bila ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat
terjadi. Dalam hal ini, dinding tuba yang telah menipis oleh invasi
trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang ruptur
terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter
antara 2 lapisan ligamentum tersebut. Jika janin hidup terus, dapat terjadi
kehamilan intraligamenter (Prawirohardjo, 2005).
Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba,
tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi
dikeluarkan dari tuba. Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih
diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta masih utuh
kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut, sehingga terjadi
kehamilan ektpik lanjut atau kehamilan abdominal sekunder. Untuk
mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan
meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya misalnya ke sebagian
uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus (Prawirohardjo, 2005).
pervaginam tidak terlalu spesifik atau juga sensitif (Lozeau, Anne & Potter
2005)
Pemeriksaan umum : penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada
perdarahan di dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan.
Kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak dapat didiagnosis secara
tepat semata-mata atas adanya gejala-gejala klinis dan pemeriksaan fisik
(Basuki dan Saifuddin, 1999).
Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin
ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat
diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba
tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum
Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel
retrouterina. Suhu kadang-kadang naik sehingga menyukarkan perbedaan
dengan infeksi pelvic (Lozeau, Anne & Potter 2005)
Hampir semua kehamilan ektopik didiagnosis antara kehamilan 5 dan
12 minggu. Pada usia kehamilan 12 minggu, kehamilan ektopik telah
memperlihatkan gejala-gejala sekunder terhadap terjadinya ruptur atau
uterus pada wanita dengan kehamilan intrauterin yang normal telah
mengalami pembesaran yang berbeda dengan bentuk dari kehamilan ektopik
(Basuki dan Saifuddin, 1999).
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel
darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik
terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut.
Pada kasus tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat
bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam. Perhitungan
leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukosit
meningkat (leukositosis). Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi
pelvik dapat diperhaikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang lebih dari
20.000 biasanya menunjukkan infeksi pelvic (Basuki dan Saifuddin, 1999).
Pemeriksaan penunjang, meliputi:
Pengukuran kadar beta HCG: hal ini penting untuk memastikan
kehamilan. Pada unit kegawatdaruratan, kehamilan didiagnosis dengan
menentukan urin atau konsentrasi serum human chorionic gonadotropin (hCG). Hormon ini terdeteksi dalam urin dan darah sedini 1 minggu sebelum
menstruasi pada periode yang diharapkan. HCG pada serum dapat terdeteksi
pada konsentrasi terendah yaitu 5 IU / L, sedangkan tes urin terdeteksi pada
ditampakkan
Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglas dan dengan
semprit 10 ml dilakukan pengisapan. Hasil positif bila dikeluarkan darah
berwarna coklat sampai hitam yang tdak membeku atau berupa bekuan-
Salfingitis
Appendisitis
G Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.
Dalam tindakan demikian beberapa hal perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan yaitu (Prawirohardjo, 2005) :
1. kondisi penderita saat itu
2. keinginan penderita akan fungsi reproduksinya
3. lokasi kehamilan ektopik
4. kondisi anatomik organ pelvis
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan
konservatif yaitu hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba.
Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik
dilakukan salpingektomi (digilib.unsri.ac.id, 2009).
1 Pembedahan
Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan
ektopik terutama pada KET dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba.
Penatalaksanaan pembedahan sendiri dapat dibagi atas dua yaitu
(digilib.unsri.ac.id, 2009).
Reseksi segmental
Reseksi segmental dan reanastomosis end to end telah diajukan
sebagai satu alternatif dari salpingotomi. Prosedur ini dilakukan
dengan mengangkat bagian implantasi. Tujuan lainnya adalah dengan
merestorasi arsitektur normal tuba. Hanya pasien dengan perdarahan
yang sedikit dipertimbangkan untuk menjalani prosedur ini.
Mesosalping yang berdekatan harus diinsisi dan dipisahkan dengan
hati-hati untuk menghindari terbentuknya hematom pada ligamentum
latum. Jahitan seromuskuler dilakukan dengan menggunakan
Medisinalis
Saat ini dengan adanya tes kehamilan yang sensitif dan ultrasonografi
transvaginal, memungkinkan kita untuk membuat diagnosis kehamilan
ektopik secara dini. Keuntungan dari ditegakkannya diagnosis kehamilan
ektopik secara dini adalah bahwa penatalaksanaan secara medisinalis
dapat dilakukan. Penatalaksanaan medisinalis memiliki keuntungan yaitu
kurang invasif, menghilangkan risiko pembedahan dan anestesi,
mempertahankan fungsi fertilitas dan mengurangi biaya serta
memperpendek waktu penyembuhan (Murray et al, 2005).
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum
pecah pernah dicoba ditangani menggunakan kemoterapi untuk
menghindari tindakan pembedahan. Kriteria kasus yang diobati dengan
cara ini ialah (Murray et al, 2005) :
1
2
3
4
faktor sitrovorm 0,1 mg/kgBB i.m. berselang seling setiap hari selama 8
hari. Methotrexate merupakan analog asam folat yang akan
mempengaruhi sintesis DNA dan multiplikasi sel dengan cara
menginhibisi kerja enzim Dihydrofolate reduktase. MTX ini akan
menghentikan proliferasi trofoblas. Pemberian MTX dapat secara oral,
sistemik iv,im atau injeksi local. Selain dengan dosis tunggal, dapat juga