LAPORAN PENDAHULUAN Kep KGD Hidropneumotoraks
LAPORAN PENDAHULUAN Kep KGD Hidropneumotoraks
DI SUSUN OLEH :
SAEPUDIN ZOHRI
(070112b064)
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIDROPNEUMOTORAX
DI RUANG ICU RSDM Dr. MOEWARDI SURAKARTA
lebih
melewati
lubang
tersebut
dibanding
faktor
herediter
juga
memegang peranan,
umumnya
makin
lama
makin
tinggi
dan
dapat
mendorong
pleura,
terkurung,
dan
biasanya
akan
diresobsi
2. Etiologi
Hidropneumotoraks spontan terjadi oleh karena pecahnya bleb atau
kista kecil yang diameternya tidak lebih dari 1-2 cm yang berada di bawah
permukaan pleura viseralis, dan sering ditemukan di daerah apeks lobus
superior dan inferior. Terbentuknya bleb ini oleh karena adanya
perembesan udara dari alveoli yang dindingnya ruptur melalui jaringan
lebih
melewati
lubang
tersebut
dibanding
traktus
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul pada Pneumotoraks tergantung pada
besarnya kerusakan yang terjadi pada sub pleura dan ada tidaknya
komplikasi penyakit paru. Gejala yang utama adalah berupa rasa sakit
yang tiba - tiba bersifat unilateral diikuti sesak napas. Gejala ini lebih
mudah ditemukan bila penderita melakukan aktivitas berat. Tapi pada
sebagian kasus gejala gejala masih dapat ditemukan pada aktivitas biasa
atau waktu istirahat. Selain itu terdapat gejala klinis yang lain yaitu suara
melemah, nyeri menusuk pada dada waktu inspirasi, kelemahan fisik. Pada
tahap yang lebih berat gejala semakin lama akan semakin memberat,
penderita gelisah sekali, trakea dan mediastinum dapat mendorong kesisi
kontralateral. Gerakan pernafasan tertinggi pada sisi yang sakit fungsi
respirasi menurun, sianosis disertai syok oleh karena aliran darah yang
terganggu akibat penekanan oleh udara, dan curah jantung menurun
a. Biasanya akan ditemukan adanya nyeri dada yang terjadi secara tibatiba, nyerinya tajam dan dapat menimbulkan rasa kencang di dada.
b. Nafas yang pendek
c. Nafas yang cepat
d. Batuk
e. Lemas
f. Pada kulit bisa ada keluhan sianosis
Manifestasi Klinis (Barbara Engram, 1997)
1. Pneumotoraks tertutup :
-
Takikardi
Diaforesis
2. Pneumotoraks tension :
-
3. Pneumotoraks terbuka
-
4. Hemotoraks
-
4. Patofisiologi
Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis.
Diantara pleura parietalis dan visceralis terdapat cavum pleura. Cavum
pleura normal berisi sedikit cairan serous jaringan.Tekanan intrapleura
selalu berupa tekanan negatif. Tekanan negatif pada intrapleura membantu
dalam proses respirasi. Proses respirasi terdiri dari 2 tahap : Fase inspirasi
dan fase eksprasi. Padafase inspirasi tekanan intrapleura :- 9 s/d - 12
cmH2O; sedangkan pada fase ekspirasi tekanan intrapleura: - 3 s/d - 6
cmH2O. Pneumotorak adalah adanya udara pada cavum pleura. Adanya
udara pada cavum pleura menyebabkan tekanan negatif pada intrapleura
tidak terbentuk. Sehingga akan mengganggu pada proses respirasi.
Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan penyebabnya.
a. Pneumotorak spontan oleh karena : primer (ruptur bleb), sekunder
(infeksi, keganasan), neonatal.
b. Pneumotorak yang di dapat oleh karena : iatrogenik, barotrauma,
trauma.
Pneumotorak dapat dibagi juga menurut gejala klinis:
a. Pneumotorak simple : tidak diikuti gejala shock atau pre-shock.
b. Tension Pnuemotorak : diikuti gejala shock atau pre-schock
5. Patahway
Terlampir
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto Rontgen Gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen
kasus hidropneumotoraks antara lain:
1) Bagian hidropneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang
kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-
yang
berada
di
daerah
hilus.
Keadaan
ini
menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak
selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.
3) Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah.
Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang
sehat, kemungkinan besar telah terjadi hidropneumotoraks ventil
dengan tekanan intra pleura yang tinggi.
4) Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi
keadaan sebagai berikut
a) Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi
jantung, mulai dari basis sampai keapeks. Hal ini terjadi
apabila pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga
udara yang dihasilkan akan terjebak di mediastinum.
b) Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam
dibawah kulit. Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari
pneumomediastinum.
Udara
yang
tadinya
terjebak
di
Rontegen
hidropneumotoraks
(PA),
bagian
yang
7. Penatalaksanaan Medik
Tindakan pengobatan hidropneumotoraks tergantung dari luasnya
permukaan hidropneumotoraks. Tujuan dari penatalaksanaan ini yaitu
untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura, sehingga paru-paru bisa
kembali mengembang. Pada hidropneumotoraks yang kecil biasanya tidak
perlu dilakukan pengobatan, karena tidak menyebabkan masalah
pernafasan yang serius dan dalam beberapa hari udara akan diserap.
British Thoracic Society dan American College of Chest Physicians telah
memberikan rekomendasi penanganan hidropneumotoraks adalah :
a. Observasi dan pemberian tambahan oksigen.
Tindakan ini dilakukan apabila luas pneumotoraks <15% dari
hemitoraks. Apabila fistula dari alveoli ke rongga pleura telah
menutup, udara dalam rongga pleura perlahan-lahan akan diresorbsi.
Laju resorbsinya diperkirakan 1,25% dari sisi pneumotoraks perhari.
Laju resorbsi tersebut akan meningkat jika diberikan tambahan
oksigen. Observasi dilakukan dalam beberapa hari (minggu) dengan
foto dada serial tiap 12-24 jam selama 2 hari bisa dilakukan dengan
atau tanpa harus dirawat dirumah sakit. Jika pasien dirawat dirumah
sakit dianjurkan untuk memberikan tambahan oksigen. Pasien dengan
luas
pneumotoraks
kecil
unilateral
dan
stabil,
tanpa
gejala
untuk
dilakukan
intubasi
jika
tidak
mampu
untuk
atasi
tension
pneumotoraks,
open
3
4
b) Motorik (M)
-
c) Verbal (V)
-
Merintih/mengerang
b. Secondary Survey
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan sesak seringkali datang mendadak dan semakin lama
semakin berat, nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat
dan tertekan, terasa lebih nyeri pada gerakan pernafasan.
Selanjutnya dikaji apakah ada riwayat trauma yang mengenai
rongga dada seperti peluruh yang menembus rongga dada dan paru,
ledakan yang menyebabkan peningkatan tekanan udara dan terjadi
tekanan di dada yang mendadak menyebabkan tekanan dalam paru
meningkat, kecelakaan lalulintas biasanya menyebabkan trauma
tumpul didada atau tusukan benda tajam langsung menembus
pleura.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit TB paru,
PPOM, kanker dan tumor metastase ke pleura.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga perlu ditanyakan apakan pernah keluarga klien pernah
menderita penyakit yang sama.
4) Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya, serta bagaimana prilaku klien pada tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya
5) Pemeriksaan Fisik (Doengoes, M.E. 2000)
a. Sistem Pernapasan :
Sesak
napas?
Nyeri,
batuk-batuk.?
Terdapat
retraksi
pada
nervus
vagus,
yang
menyebabkan
kompresi
c. Tertiyeri Survey
1. Foto Rontgen Gambaran radiologis yang tampak pada foto
rontgen kasus hidropneumotoraks antara lain:
a) Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang
kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru.
Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis,
akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
b) Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti
massa
intercostals
tertekan ke bawah.
melebar,
diafragma
yang sehat,
mendatar
dan
ini
mendekati
terjadi
mengarah
terjebak di mediastinum.
2) Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam
dibawah kulit. Hal ini biasanya merupakan kelanjutan
dari pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak
di
mediastinum
lambat
laun
gas
darah
arteri
dapat
memberikan
gambaran
toraks
lebih
spesifik
untuk
membedakan
antara
tentang
pembatasan
asupan
kafein,
natrium,
kolestrol,dan lemak
15) Jelaskan alasan makan sedikit tapi sering
16) Kolaborasi pemberian pengobatan berddasarkan permintaan
atau protocol yang berlaku (mis: obat-obatan analgesic,
antikoagulan,
nitrogliserin,
vasodilator,
deuretik
dan
adanya
pola
napas
abnormal
seperti
b. Intervensi
Manajemen jalan napas
1) Kaji kepatenan jalan napas dengan melihat pengembangan
dada, merasakan hembusan napas dan dengarkan adanya suara
napas tambahan (gurgling, snoring, stridor)
2) Monitor status hemodinamik dan status oksigenasi
3) Kaji perlunya dilakukan suction
4) Lakukan pengisapan/suction dengan prinsip 3A (aseptic,
asionotik, atraumatik)
5) Auskultasi bunyi napas sebelum dan sesudah dilakuknnya
suction
6) Bersihakan secret dengan menganjurkan batuk efektif atau
pengisapan
7) Alih baring sesuai indikasi
8) Ajarkan cara mengeluarkan sputum dengan batuk efektif
9) Edukasi pentingnya dilakukan suction
10) Jelaskan pada pasien dan keluarga tujuan dari tindakan dan
pengobatan serta alat bantu yang digunakan (missal ventilator,
oksigen, pengisapan)
Kolaborasi
1) Berikan nabulasi ultrasonic sesuai indikasi
2) Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data
(misal bunyi napas, sputum, efek dari pengobatan)
3) Lakukan pemeriksaan laboratorium sputum
4) Diagnosa 4 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan kemampuan ekspansi paru dan kerusakan membran alveolar
kapiler
a. Tujuan :
Setelalah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam
diharapakan pertukaran gas adekuat dengan kriteria hasil :
1) Tidak sianosis
2) Kesadaran komposmentis
3) Hasil AGD dalam batas normal
4) RR normal (16-20x/mnt)
5) Tidak ada nyeti dada, pusing maupun malaise
b. Intervensi
Manajemen asam basa
1) Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernapasan
2) Pertahankan kepatenan jalan napas dan terapi IV
3) Monitor status hemodinamik (Tanda vital dan saturasi O2
secara continue) dan tingkat kesadaran
4) Monitor gambaran seri AGD dan elektroklit
5) Observasi warna kulit, membran mukosa, kuku dan adanya
dispnea
6) Auskultasi bunyi napas abnormal, suara napas tambahan dan
adanya sianosis perifer
7) Catat adanya cianosis perifer
8) Berikan posisi yang nyaman untuk memaksimalkan potensial
ventilasi
9) Berikan posisi semiforler atau posisi yang mengurangi dispnea
10) Bersihakan secret dengan menganjurkan batuk efektif atau
pengisapan
11) Alih baring sesuai indikasi
12) Ajarkan cara mengeluarkan sputum dengan batuk efektif
13) Jelaskan pada pasien dan keluarga tujuan dari tindakan dan
pengobatan serta alat bantu yang digunakan (missal ventikator,
oksigen, pengisapan)
Kolaborasi
1) Berikan oksigen yang dilembabkan sesuai indikasi
2) Berikan bronkodilator sesuai dengan keperluan
3) Berikan nabulasi ultrasonic sesuai indikasi
dengan
dokter
tentang
kebutuhan
akan
penyebab
keletihan
(mis:
karena
penyebab
pasien
untuk
mengubah
posisi
secara
berkala,
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mukti dkk (2009) Pedoman Diagnosis dan Terapi lab ilmu penyakit paru
RSUD Dr Soetomo Surabaya. Surabaya
Afif Muttaqin, (2008). Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Alsagaf Hood dan Mukti Abdul H, (2002). Dasar-Dasar Ilmu Diagnostik Fisik
Paru. Surabaya: Airlangga.
Alsagaff Hood, (2010), Dasar Ilmu Penyakit Paru, Jakarta: EGC
Amirulloh R. Penatalaksanaan Pneumotoraks di Dalam Praktek. http://www.
Budi Swidarmoko, Agus dwi Susanto. (2010). Pulmonologi Intervensi dan Gawat
Darurat Nafas. Jakarta: FK UI.
Carpenito,L.J (2008) Buku Saku Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC
Darmanto Djojodibroto, 2009, Respirologi, Jakarta: EGC
Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi
3. Jakarta: EGC.
Herdman. T. Heather (2012). NANDA International Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Kahar Kusumawidjaja, (2008), Pleura dan Mediastinum, Radiologi diagnositik,
kalbe.co.id. [diakses tanggal 01 Oktober 2012]
Mansjoer dkk, (2007). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi-3 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius.
Sjahriar rasad, (2009), Radiologi Diagnostik, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Wilkinson. M. Judhit, (2006).Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan
Intervensi NIC dan Kreteria Hasil NOC. Edisi-7. Jakarta: EGC
Hudak, C.M. (2010) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC