html
Sebuah Trilogi Sebuah Cerita
Beranda
Kali ini saya tuliskan seri pengetahuan umum seputar pangkat kepolisian
republik Indonesia atau disingkat POLRI. Bukan karena saya kepengen jadi polisi,
gagal masuk polisi, ataupun gara-gara saya sering melanggar dan ditilang polisi.
Secara umum cuma ingin berbagi pengetahuan aja, tapi secara khusus saya
perlu tahu soal ini karena dari pekerjaan inilah Ayah saya bisa menghidupi saya
dan seluruh keluarga. Karena itulah saya agak sedikit mengerti tentang
pengetahuan pangkat kepolisian. Memang mungkin masih banyak kekurangan
dari POLRI, tapi saya lebih tidak bisa bayangkan apa jadinya suatu negara kalau
tanpa POLRI maupun TNI. Saya lebih senang membayangkan apa jadinya suatu
negara kalau tanpa koruptor, pasti sejahtera sekali. Tapi, penting juga lho buat
kalian tau kepangkatan Polri, kalo nonton berita kriminal di TV jadi tau pangkat
polisinya, kalo ditilang di jalan tau pangkatnya, dan juga siapa tau yang mau
dapat jodoh polisi, harus tau juga dong tentang pangkat-pangkatnya biar bisa
memilah dan memilih..
memang jarang sekali kita jumpai dan memang hanya di divisi tertentu saja,
biasanya prajurit brimob atau polair. Kepangkatan yang paling sering kita jumpai
sehari-hari, dibagi dalam dua golongan besar, yaitu Bintara dan Perwira. Ciri
khasnya bisa dibedakan dari warna lambang pangkatnya. Bintara berwarna
perak, sedangkan perwira berwarna emas. Dari warnanya, jelas bahwa pangkat
perwira lebih tinggi dari bintara, begitu juga dengan tingkat kesulitan seleksi dan
pendidikannya. Sekolah Calon Bintara lebih banyak menerima siswa,
pendidikannya adalah SEBA (Sekolah Calon Bintara), bertempat di SPN
(Sekolah Polisi Negara) dan masa pendidikan 7 bulan saja, kemudian
langsung siap penempatan kerja. SPN sendiri ada di banyak daerah,
biasanya tiap provinsi memiliki satu SPN. Sedangkan untuk bisa menjadi perwira,
hanya satu Akademi Kepolisian di Indonesia yang menghasilkannya, yaitu AKPOL
di Semarang yang itu pun hanya menerima sekitar 200an orang dari seluruh
Indonesia setiap tahunnya, dengan pendidikan selama hampir 4 tahun dan para
siswanya lebih dikenal dengan sebutan Taruna dan Taruni. Dari perbedaan
tingkat pendidikannya inilah maka lulusan Akpol langsung mendapat pangkat
golongan Perwira.
Selain AKPOL, ada juga pendidikan untuk menjadi perwira, yaitu SAG Perwira
(Sekolah Alih Golongan Perwira), sekolah bagi Bintara senior (Aipda / Aiptu)
yang ingin melanjutkan mencapai jenjang perwira. Dan ada juga SIPSS
(Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana) pendidikan pembentukan
perwira di SETUKPA Sukabumi selama 6 bulan bagi para lulusan S1 dengan
output lulusan berpangkat Ipda. Namun penerimaan SIPSS tidak selalu pasti ada,
dan tergantung bidang ilmu S1 tertentu yang dibutuhkan.
Perbedaan utama antara pangkat Bintara dan Perwira adalah pada segi
tugasnya. Pangkat Bintara adalah pelaksana utama di lapangan, sedangkan
Perwira lebih bersifat managerial seperti dalam hal perencanaan, strategi,
pengendalian serta pengambilan keputusan. Jadi kalau teman-teman sering lihat
Polantas yang sering bertugas di pos pinggir jalan itu adalah golongan Bintara,
tapi kadang ada juga Perwira yang turun ke lapangan untuk membantu dan
mengawasi tapi saat tertentu saja sebagai koordinator lapangan. Kalau kalian
pernah melihat petugas polantas yang menjaring pelanggar lalu lintas dan
memberi tilang, mayoritas ditangani para Bintara/Brigadir, bukan Tamtama
ataupun Perwira.
Unsur pelaksana, divisi, direktorat, biro dan bidang di kepolisian sendiri ada
banyak, dan punya tugas masing-masing. Jadi polisi punya banyak posisi tugas
masing-masing. Ada:
Intelkam
Reskrim
Reskrimsus
ResNarkoba
Harkam
Brimob
Lalu Lintas
Biro Operasi
Densus 88 khusus terorisme,
Divisi Hukum
Div Propam
Div Humas
Div Hubinter
Div TI (Teknologi Informasi)
Spripim
Kasetum
Kayanma
Staf Ahli
Direktorat Reserse Kriminal
Dir Reskrimsus
Dir Reserse Narkoba
Dir Intelkam
Dir Lantas
Dir Binmas
Dir Sabhara
Dir Pamobvit
Dir Polair
Dir Tahti dll.
Biro Operasi
Biro SDM (Sumber Daya Manusia)
Biro Sarpras (dulu Logistik)
Bidang Keuangan
Bid Propam (Profesi dan Pengamanan)
Bid Hukum
Bid Humas (Hubungan Masyarakat)
Bid Dokkes (Kedokteran Kesehatan)
dan yang paling kalian cowok-cowok kesepian favoritkan yaitu:
POLWAN..
standar..ngerayu minta ditilang tapi omong doang..
Keberadaan Polwan dibutuhkan karena ada ranah yang jika dilakukan oleh wanita
akan lebih bisa memberikan rasa empati ke korban atau pelakunya. Seperti
kasus kekerasan pada anak dan wanita, pemerkosaan dan kasus lainnya yang
mana selama ini jika ditangani oleh polisi laki-laki akan lebih sulit mendapat
keterbukaan dari korban/pelaku yang mayoritas perempuan dan anak-anak.
Polwan terkadang juga dibutuhkan dalam tindakan persuasif atau negosiasi.
Beberapa polwan juga membantu di rumah sakit bhayangkara milik POLRI.
Yang paling sering kalian lihat mungkin cuma dari Korps Lalu Lintas yang sering
kalian lihat di jalan, karena Lalu Lintas memang paling dekat dengan kegiatan
kita sehari-hari. Tugas polantas itu sebenarnya berat karena lalu lintas menjadi
penyumbang terbanyak korban jiwa. Jadi jangan cuma bisa marah-marah jika
kalian ditilang karena gak pake helm, melanggar atau gak taat aturan karena itu
demi keselamatan kita juga. Polantas udah biasa ngelihat ceceran mayat dan isiisi perutnya korban kecelakaan yang sekedar bisa nyetir doang tanpa tahu
aturan. Kalau kalian teliti mengamati, bedanya polantas adalah topinya berwarna
putih. Jadi, polisi itu gak cuma polisi lalu lintas doang, ada banyak unsur
pelaksana polisi lain yang tugasnya berbeda.
Dahulu ada Markas Polwil (Polisi Wilayah) yang merupakan kawasan yang pada
masa kolonial merupakan Karesidenan. Karena wilayah seperti ini umumnya
hanya ada di pulau Jawa, dan diluar Jawa tidak dikenal adanya satuan Polwil
kecuali untuk wilayah perkotaan seperti ibukota provinsi seperti misalnya
Polwiltabes Makassar di Sulsel, maka mulai awal 2010 seluruh Kepolisian Wilayah
(Polwil) dihapus.
Untuk kisaran kuota penerimaan anggota POLRI setiap tahunnya kurang lebih
seperti ini, sepengetahuan saya membaca informasi dari Mabes Polri :
Akpol : 300 (250 Taruna dan 50 Taruni) Tiap provinsi harus ada perwakilan,
dengan kuota perwakilan tiap provinsi mungkin tak sampai sepuluh calon
Taruna/Taruni.
SIPSS : 50 orang Sarjana
Bintara : 9.750 (9.150 Pria dan 600 Polwan)
Tamtama : 1000 (750 Brimob dan 250 Polair)
Dari kuota tiap tahunnya, perhitungan komposisi Polisi menurut
golongan seperti berikut:
Tamtama : sekitar 9%
Bintara : sekitar 88%
Perwira: sekitar 3%
Jumlah personel kepolisian Indonesia ada sekitar 420 ribuan untuk
hampir 250 juta penduduk Indonesia yang artinya rasio 1:580, 1 polisi
untuk sekitar 580 masyarakat yang mana masih kurang dari batas rasio
ideal minimal.
Menurut PBB, rasio ideal Polisi dan masyarakat adalah 1:400. Namun
faktor besarnya jumlah penduduk dan keterbatasan anggaran tidak
serta merta menjadikan penambahan anggota hal yang mudah, ada
sarana lain yang juga harus tercipta untuk penambahan rasio.
TAMTAMA
Dari terendah
BHARADA : Bhayangkara Dua
BHARATU : Bhayangkara Satu
BHARAKA : Bhayangkara Kepala
ABRIPDA : Ajun Brigadir Polisi Dua
ABRIPTU : Ajun Brigadir Polisi Satu
ABRIP : AJun Brigadir Polisi
BINTARA
BINTARA TINGGI
Untuk lulusan Akpol, pangkatnya langsung dimulai dari sini (Perwira Pertama):
Daripada pasang foto ayah saya, kelihatannya pak KOMBES Rikwanto lebih
dikenal masyarakat karena sedang menjabat posisi Kabid Humas Polda Metro
Jaya saat ini hehe. Beliau adalah lulusan Akpol '88, satu angkatan dibawah ayah
saya yang lulusan tahun/Leting '87. Karena bagian Humas memang divisi yang
akan sering berinteraksi dengan masyarakat dan wartawan pencari berita,
makanya jabatan ini jadi sering tampil di TV.
Keterangan: di Akabri (Akmil dan Akpol) biasanya angkatan/ Leting bukan
melihat tahun masuknya, tapi tahun lulusnya, karena Taruna Taruni Akmil dan
Akpol diprogram untuk lulus tepat waktu 4 tahun untuk segera siap dinas
ditempatkan menyebar ke seluruh daerah di Indonesia. Ayah saya lolos seleksi
tes masuk Akabri tahun 1983 setelah tes masuk sebelumnya di tahun 1981
sempat gagal di tahap-tahap akhir. Dan lulus tahun 1987 dengan nama angkatan
Rekonfu (1987).
Jika sudah sampai pada pangkat Kombes Pol maka jabatan yang tersedia ada di
tingkat Polda (Provinsi) atau Mabes Polri (Nasional). Pada tahap Kombes Pol,
dalam struktur Pegawai Negeri adalah setara Eselon II B. Kombes Pol juga
mungkin masih ditempatkan di tingkat Polres Kota Besar ibukota Provinsi sebagai
Kapolrestabes. Untuk di tingkat Polda, mungkin menempati Kepala Direktorat
(Direktur), Kepala Biro (Karo), Inspektur Pengawasan Daerah (Irwasda) bahkan
sampai Wakapolda provinsi tipe B. Rincian posisi yang ditempati level Kombes
Pol adalah dibawah ini. Rata-rata mulai dari Kombes angkatan lebih senior
hingga yang belum lama Kombes, tapi sering juga angkatan yang tidak seberapa
jauh dibawah mengemban amanah jabatan yang tanggung jawabnya lebih dari
beberapa senior angkatannya, kembali ke masalah potensi kinerja dan prestasi:
1. Wakapolda (Wakil Kepala Kepolisian Daerah tipe B) *Wakapolda provinsi tipe
A/A+ Brigjen Pol
2. Itwasda (Inspektorat Pengawasan Daerah Polda)
3. Karo Ops (Kepala Biro Operasi)
4. Karo Rena (Kepala Biro Perencanaan)
5. Karo SDM (Kepala Biro Sumber Daya Manusia)
6. Karo Sarpras (Kepala Biro Sarana Prasarana)
7. Kaset RBP DA (Kepala Reformasi Birokrasi Polri Daerah)
8. Kadit Intel (Direktur Intelijen)
9. Kadit Reskrimum (Direktur Resort Kriminal Umum)
10. Kadit Reskrimsus (Direktur Resort Kriminal Khusus)
11. Kadit Narkoba (Direktur Narkotika dan Obat-obatan Terlarang)
12. Kasat Brimobda (Kepala Satuan Brigade Mobile Daerah)
13. Kadit Binmas (Direktur Pembinaan Masyarakat)
14. Kadit Sabhara (Direktur Samapta Bhayangkara)
15. Kadit Lantas (Direktur Lalu Lintas)
16. Kadit Pam Obvit (Direktur Pengamanan Objek Vital)
17. Kadit Polair (Direktur Polisi Perairan)
18. Kapolrestabes/Kapolresta (Kepala Kepolisian Resort Kota Besar)
Ada tambahan beberapa jabatan Kombes Pol yang di provinsi tipe B seorang
AKBP, namun di provinsi tipe A/A+ butuh seorang Kombes Pol :
1. Kabid Propam (Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan Internal)
2. Kabid Humas (Kepala Bidang Hubungan Masyarakat)
3. Kabid Hukum (Kepala Bidang Hukum)
4. Kabid Tipol (Kepala Bidang Teknologi Informasi Polisi)
5. SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu)
6. Ka SPN (Kepala Sekolah Polisi Negara)
7. Kabid Keu (Kepala Bidang Keuangan)
8. Kabid Dokkes (Kepala Bidang Kedokteran Kesehatan)
Selengkapnya Struktur Organisasi Polri cek tautan dibawah ini:
https://www.polri.go.id/tentang-struktur.php
Ayah saya mencapai Kombes Pol sekitar 2007 akhir atau 2008 awal saya agak
lupa. Beliau terakhir kali pernah tiga kali menjabat ITWASDA/IRWASDA di 3
provinsi berbeda, diselingi pernah dua kali penempatan staff ITWASUM Mabes
Polri. Pernah Itwasda di salah satu provinsi di pulau Jawa, di Maluku Utara sampai
di salah satu provinsi di pulau Sumatera. Irwasda adalah orang ke-3 di wilayah
Polda (Provinsi) yang menyelenggarakan pengawasan, pemeriksaan umum dan
perbendaharaan di lingkungan Polda, termasuk satuan-satuan non struktur yang
ada di bawah pengendalian Kapolda. Singkatnya mengawasi jajaran Polresta,
Polres, sampai ke Polsekta/Polsek di provinsi tersebut. Kalau ibarat di
pemerintahan provinsi, ada Sekda Provinsi yang merupakan unsur pembantu
pimpinan dan pelaksana staf dibawah Gubernur dan Wakil Gubernur.
Tambahan: Untuk golongan perwira pun dibedakan untuk yang bersifat komando
memiliki garis tepi merah, sedangkan yang staff tidak bergaris tepi merah.
Bersifat komando seperti untuk wakil kepala dan kepala satuan (Waka/Ka di
Polsek, Polres, Polda, dan beberapa petinggi di Mabes hingga Waka/Kapolri)
Diatas adalah foto pak Boy Rafli Amar, beliau adalah Leting 88 sama dengan pak
Rikwanto, namun karir dan pangkatnya cukup cepat mendahului rata-rata teman
seangkatannya, bahkan angkatan atasnya termasuk mendahului ayah saya. Hal
ini biasa terjadi di POLRI, yang kinerjanya dirasa baik, mungkin saja naik pangkat
lebih cepat.
Hikmah yang bisa diambil:
"Juniormu sekarang, bukan tidak mungkin akan melampaui karirmu
atau jadi atasanmu suatu saat nanti. Jadi tidak usah merasa bangga
dengan senioritas apalagi sampai ada perpeloncoan dalam pendidikan,
karma itu ada kawan."
Jumlah Brigjen Pol aktif yang saya tahu hanya ada sekitar hampir 120an
orang se-Indonesia. Sebagai Kapolda, atau Wakapolda provinsi besar
dan hampir semua sisanya berdinas di Mabes Polri.
Foto Jenderal Bintang Dua diatas adalah foto pak Tito Karnavian. Mantan Kapolda
Papua yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan ini adalah salah satu
Polisi berprestasi yang memiliki kenaikan pangkat yang luar biasa. Bisa dilihat,
beliau sudah mencapai IRJEN meskipun terbilang masih muda untuk ukuran
Jenderal bintang dua, dan melampaui banyak sekali seniornya, serius. Beliau
lulusan Akpol tahun 87 teman seangkatan ayah saya. Prestasi terbaik beliau
adalah menangkap putra mantan Presiden Soeharto, Tommy Soeharto dalam
kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiudin Kartasasmita (2001) dan memimpin
Densus 88 dalam pembongkaran jaringan teroris Dr. Azhari (Batu, Jatim,
November 2005) dan penyergapan jaringan teroris Noordin M. Top (Solo,
September 2009). Tidak heran ayah saya menyebut beliau sebagai salah satu
Polisi terbaik saat ini. Dan menurut saya beliau punya kemungkinan yang besar
jadi calon Kapolri suatu saat nanti, secara obyektif, (entahlah kalau secara
politik).
Sekedar info, selepas lulus SMA, beliau lolos seleksi di 4 perguruan tinggi
sekaligus. Mulai dari lolos AKABRI, Kedokteran Universitas Sriwijaya (UNSRI)
Palembang, Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja,
hingga Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Empat-empatnya lulus seleksi,
namun hati beliau memilih ABRI dan menjadi seorang polisi hebat seperti
sekarang ini. Sungguh luar biasa, rasanya kita bisa banyak belajar dari alumnus
terbaik Akpol Leting 87 ini.
Dan saya yakin, dengan kapabilitasnya, tidak lama lagi beliau akan cepat naik ke
bintang tiga (Komjen Pol). Saya ingat betul bagaimana sosok beliau, terlebih
waktu bertemu semasa saya SMA ketika beliau masih Brigjen Pol, bersama
keluarganya mampir berkunjung ke kediaman keluarga saya. Dari situ saya yakin
beliau salah satu stock Polisi berprestasi baik yang dimiliki negara ini saat ini.
Jumlah Irjen Pol yang aktif di Indonesia yang saya tahu hanya ada 30an
orang se-Indonesia. Hanya Kapolda di Provinsi besar/rawan dan hampir
semua sisanya berdinas di Mabes Polri.
Komjen Badrodin Haiti diatas, adalah Wakapolri saat ini (sejak 2014) dan
merupakan alumnus terbaik Akpol Leting 82 (Meraih Adhi Makayasa).
Sebelumnya, beliau sudah pernah menjabat sebagai Kapolda di beberapa
Provinsi, mulai dari menjabat Kapolda Banten, Kapolda Sulawesi Tengah, Kapolda
Sumatra Utara, dan Kapolda Jawa Timur, dan akhirnya sejak 2014 menjadi
Wakapolri yang pengangkatannya diumumkan sendiri oleh Kapolri saat itu,
Jenderal Sutarman. Jumlah Jenderal Bintang 3 yang aktif di POLRI biasanya
kurang dari sepuluh orang.
Yang baru saya tahu pernah ada 8 jabatan saja yang dihuni Komjen Pol:
1. Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (WAKAPOLRI)
2. Inspektorat Pengawasan Umum Mabes POLRI (ITWASUM)
3. Kepala Badan Intelijen Keamanan Mabes POLRI (KABAINTELKAM)
4. Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Mabes POLRI (KABAHARKAM)
5. Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes POLRI (KABARESKRIM)
6. Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian (KALEMDIKPOL)
JENDERAL POLISI
Pangkat yang hanya dimiiki oleh/pernah menjabat Kapolri
atau istilah lainnya TB1 (Tri Brata 1)
Jenderal Polisi Sutarman, dilantik sebagai Kapolri oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada 25 Oktober 2013. Jenderal bintang empat asal Sukoharjo ini
adalah alumnus Akpol tahun 1981 yang berasal dari keluarga Jawa yang
sederhana. Beliau memang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Beliau
pernah bekerja sebagai kuli bangunan dan berjualan bambu keliling sebelum
masuk Akabri. Kerja keras dan perjuangannya membuat saya sangat mengagumi
dan menghormati beliau. Beliau pernah menjadi Ajudan Presiden Abdurrahman
Wahid (alm. Gus Dur). Beliau mengganti jabatan Kapolri dari pendahulunya
Jenderal Purnawirawan Polisi Timur Pradopo. Purnawirawan adalah gelar untuk
para pensiunan polisi atau tentara yang sudah tidak aktif lagi dalam kemiliteran.
Dalam kemiliteran, rasa hormat sangat dijunjung tinggi dan masih akan
dihormati meski telah pensiun sekalipun.
Perbedaan Istilah Kepangkatan antara TNI AD dengan TNI AL dan AU yaitu pada
golongan Perwira Tinggi (Jenderal) nya. Di Indonesia hanya pernah ada tiga
Jenderal besar (penghargaan bintang lima) yang tercatat dalam sejarah yaitu
Jendral Besar Soedirman, Soeharto dan A.H. Nasution.
Untuk rincian jabatan bagi Perwira Tinggi POLRI, saya menemukan tautan
informasi jabatan-jabatannya, silakan cek disini:
http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000013771618/perwira-tinggipolri-aktif--jabatan-update/
setelah sempat gagal di tes masuk SESPIMTI yang pertama tahun 2010, juga
sudah selesai mengambil studi S1 dan S2.
Walau telah melalui semua sekolah pengembangan yang ada di atas, tidak
otomatis segera menjadi Perwira Tinggi. Hanya saja, promosi ke Perwira Tinggi
selebihnya adalah masalah waktu dan kesempatan yang menentukan, serta
tentunya kinerja, rekam jejak karir dan prestasi.
2. Contoh kasus polisi yang tidak mau nerima suap (polisi jujur)
P : Mas, karena tadi nerobos lampu dan tidak bawa surat-surat, jadi saya akan
kasih surat tilang,
A : Tunggu pak,saya beneran minta maaf, kalau ditilang saya gak bisa kalau ga
ada motor pak. Kalau damai ditempat saja gimana pak? *keluarin uang 50 ribu
P: Maaf mas, tolong jangan suap saya, peraturan ya peraturan, jadi tetap saya
tilang. Jadi ikutin aja prosedurnya.
B : Kenapa kamu bro?
A : Kena tilang, surat-surat ditahan, sama mesti bayar denda ke bank. Sialan tuh
polisinya!
Kalo kata Raisa, itu polisi jadi "Serba Salah", nerima gak nerima suap tetap kena
maki dan dibenci. Udah kayak cowok di mata cewek aja. Serba salah, ya
namanya juga kaum minoritas, jumlahnya sedikit dibandingkan rakyat sipil yang
jauh lebih banyak. Mau gak mau ya argumen yang mayoritas yang menang.
Sebelum menutup tulisan saya kali ini, dan seperti yang saya katakan tadi,
profesi polisi adalah manusia juga, seperti aku, kamu dan mereka, yang tak
sempurna. Mungkin masih banyak kekurangan dari para Polisi. Ada yang pro dan
kontra itu wajar. Bagi yang kontra silakan membenci dengan cara yang positif.
Bencilah para polisi dengan ajak semua orang di dunia dan dirimu sendiri
berbuat baik, sehingga tidak ada lagi kejahatan, kriminal, kemacetan,
pelanggaran, kecelakaan lalu lintas, demonstrasi, kerusuhan supporter bola,
penculikan, pembunuhan, narkoba, terorisme, radikalisme, korupsi, dan kasuskasus lainnya di muka bumi ini yang tak cukup saya tulis dalam waktu sehari.
Disaat dunia aman tenteram seperti itu maka rasanya dunia sudah tidak
memerlukan lagi profesi Polisi ataupun tentara. Sesimpel itukah? Ternyata tidak..
Aku sudah mencoba membenci polisi sebaik mungkin yang ku bisa, aku berbuat
baik dan tak melanggar, tapi ternyata tetap masih banyak orang di dunia ini
yang terus melanggar tata tertib, peraturan dan berbuat kejahatan sehingga
profesi ini terus dibutuhkan. Aku pun menyerah.. ternyata aku tidak bisa
membenci profesi ini, aku tidak bisa membayangkan bagaimana keamanan
negara ini kalau tak ada mereka.. Tapi jangan di salah artikan juga bahwa kita
jadi boleh melakukan tindak kejahatan biar polisi makin dibutuhkan, pemikiran
tak sedangkal itu kawan..
"Yakinlah kau lebih dari yang kau bayangkan, karena tiap waktu yang
kau lalui adalah takdir yang kau pilih" - Haikal Ahmadi
"Seorang Manager jangan hanya mampu berkata 'iya', namun juga
harus berani mengatakan 'tidak' " - Amin Wibowo, M.B.A., Ph.D. ( Kepala
Departemen Manajemen FEB UGM sekaligus dosen saya di kelas Strategic
Management )
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember