PENDAHULUAN
lanjut usia dan yang sedang sakit kronis untuk tidak menunaikan haji. Pihak berwenang juga
telah menyarankan jamaah untuk memakai masker.
Dalam jumlah besar, warga Negara Indonesia berada di Jazirah Arab terutama di Saudi
Arabia, Jordania, Uni Emirat Arab dan Qatar sebagai tenaga kerja khususnya di Arab Saudi
tidak hanya yang menetap dalam waktu relatif lama sebagai tenaga kerja tetapi juga dalam
rombongan jamaah umrah (mass gathering) khususnya umrah Ramadhan dan jamaah haji
yang waktunya relatif singkat (10-35 hari). Terdapatnya pengumpulan massa/jamaah di
wilayah yang sedang berlangsung infeksi MERS-CoV beresiko dapat terjadi penularan. Oleh
karena itu, untuk mengantisipasi kemungkinan resiko tertularnya dan masuknya MERS-CoV
tersebut ke Indonesia perlu disusun kesiapsiagaan menghadapinya sebagai bagian yang tidak
terpisahkan untuk memperkuat ketangguhan bangsa terhadap kedaruratan kesehatan
masyarakat.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, diagnosis dan penatalaksanaan dari MERS.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernapasan
Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran napas bagian atas dan
saluran napas bagian bawah. Saluran napas bagian atas terdiri dari: rongga hidung,
faring dan laring. Saluran napas bagias bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus,
dan paru-paru.
1. Saluran Napas Bagian Atas
pernapasan , sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak yang
disebut koana.
3. Dasar rongga hidung dibentuk oleh rahang atas ke
berhubungan dengan rongga yang disebut sinus paranasalis yaitu sinus maksilaris
pada rahang atas, sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga
tulang baji, dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis.
4. Pada sinus etmoidalis keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka
nasalis . Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman , sel tersebut terutama
terdapat pada di bagian atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf
atau reseptor dari saraf penciuman ( nervus olfaktorius ).
5. Di sebelah konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat
satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga
pendengaran tengah . Saluran ini disebut tuba auditiva eustachi yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga
berhubungan dengan saluran air mata atau tuba lakrimalis.
6. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir di sekresi secara
terus-menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan
bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.
B. Faring
Merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Berdasarkan letaknya faring
dibagi menjadi:
- Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi , di bawah basis crania dan di
depan vertebrae cervicalis I dan II. Nasofaring membuka bagian depan ke dalam
cavum nasi dan ke bawah ke dalam orofaring. Tuba eusthacius membuka ke
dalam didnding lateralnya pada setiap sisi. Pharyngeal tonsil (tonsil nasofaring)
-
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula
tyroidea, dan beberapa otot kecil, dan di depan laringofaring dan bagian atas
esofagus.
Cartilago / tulang rawan pada laring ada 5 buah, terdiri dari sebagai berikut:
-
Cartilago thyroidea 1 buah di depan jakun ( Adams apple) dan sangat jelas
terlihat pada pria. Berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai
jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat
melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih
kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.
dihubungkan
dengan
cartilago
tersebut
oleh
membrane
pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol
kedepan
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang
dilapisi oleh sel epitel berlapis.
2.
1.
Trakea
Merupakan tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trakea
berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (pertautan antara manubrium
dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di
tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronchi).
Trakea tersusun atas 16 - 20 setengah lingkaran yang berupa cincin tulang rawan yang
diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang
trakea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
2.
Bronkus
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh.jenis sel
yang sama.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah
arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus
atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan
kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus
yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis,
yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkhiolus tidak
diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga
ukurannya dapat berubah.
Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran
penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru, yaitu alveolus.
3.
Paru-Paru
Gambar 3. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri atas gelembung-gelembung
kecil ( alveoli ). Alveolus yaitu tempat pertukaran gas terdiri dari bronkhiolus
respiratorius yang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus
alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan
akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira
0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trakea sampai Sakus
Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus
( lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo dekstra media, lobus pulmo dekstra
inferior) dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus ( lobus sinistra superior dan lobus
sinistra inferior).
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama segmen. Paru-paru
kiri memiliki 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior dan lima lobus
inferior. Paru-paru kiri juga memiliki 10 segmen, yaitu 5 buah segmen pada lobus
superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior. Tiaptiap segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Letak paru-paru di rongga dada datarnya menghadap ke tengah rongga dada / kavum
mediastinum.. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung.
Paru-paru dibungkus oleh selapus tipis yang pernama pleura . Pleura dibagi menjadi
dua yaitu pleura visceral (selaput pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru-paru dan pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada
sebelah luar. Antara kedua lapisan ini terdapat rongga kavum yang disebut kavum
pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum/ hampa udara.
VASKULARSISASI
Setiap arteria pulmonalis, membawa darah deoksigenasi dari ventrikel kanan jantung,
memecah bersama dengan setiap bronkus menjadi cabang-cabang untuk lobus, segmen dan
lobules. Cabang-cabang terminal berakhir dalam sebuah jaringan kapiler pada permukaan
setiap alveolus. Jaringan kapiler ini mengalir ke dalam vena yang secara progresif makin
besar, yang akhirnya membentuk vena pulmonalis, dua pada setiap sisi, yang dilalui oleh
darah yang teroksigenasi ke dalam atrium kiri jantung. Artheria bronchiale yang lebih kecil
dari aorta menyuplai jaringan paru dengan darah yang teroksigenasi.
2.2 Definisi
MERS adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome yang merupakan
penyakit saluran pernapasan disebabkan oleh coronavirus yang juga disebut MERSCoV, Virus ini menyebabkan penyakit saluran pernafasan yang berat dan akut dengan
gejala-gejala seperti demam, batuk dan sesak. Pertama kali dilaporkan terjadi di Arab
Saudi pada tahun 2012 (CDC, 2014).
2.3 Epidemiologi
Middle East Respiratory Syndrome coronavirus (MERS-COV) pertama kali dilaporkan
menyebabkan infeksi pada manusia pada bulan September 2012 . Juli 2013 Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) komite darurat Peraturan Kesehatan Internasional
menetapkan bahwa MERS-COV tidak memenuhi kriteria untuk keadaan darurat
kesehatan publik yang menjadi keprihatinan internasional, tetapi tetap serius dan
mendapat perhatian yang besar. laporan ini merangkum informasi epidemiologi dan
menyediakan informasi baru untuk pedoman CDC tentang evaluasi pasien, definisi
kasus, wisata, dan pengendalian infeksi pada 20 September 2013.
Pada 20 September 2013, total 130 kasus dari delapan negara telah dilaporkan ke
WHO; 58 (45%) dari kasus-kasus ini berakibat fatal. semua kasus telah secara langsung
atau tidak langsung berhubungan dengan adanya perjalanan ke atau tinggal di empat
negara: Arab Saudi, Qatar, Yordania, dan United Arab Emirates (UAE). Usia rata-rata
orang dengan infeksi MERS-COV adalah 50 tahun (kisaran: 2-94 tahun). Rasio priawanita 1,6-1,0. Dua-puluh-tiga (18%) kasus terjadi pada orang-orang yang
diidentifikasi sebagai pekerja kesehatan. Meskipun sebagian besar kasus yang
dilaporkan mengalami penyakit pernafasan parah memerlukan rawat inap, setidaknya
27 (21%) yang mengalami gejala ringan atau tidak ada gejala. meskipun ada bukti
penularan orang-ke-orang, jumlah kontak yang terinfeksi oleh orang-orang dengan
infeksi yang dikonfirmasi tampaknya terbatas.
K
aa
s
u
s
MM
E
R
S
uu
ss
s
l
m
P
y
dd
e
n
ii
n
l
kk
aa
Riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau egati terjangkit dalam waktu 14 hari
sebelum mulainya gejala.
infeksi lainnya.
Penyakit muncul dalam satu cluster yang terjadi dalam waktu 14 hari,
tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali
ditemukan etiologi lain.
Kasus Probable
Yaitu pasien investigasi, dengan bukti klinis, radiologis, atau histopatologis
parenkim paru (Pneumonia atau ARDS) tetapi tidak ada kemungkinan untuk
mendapatkan konfirmasi secara laboratorik disebabkan pasien atau sampel yang
tidak ada atau tes yang tidak tersedia untuk memeriksa infeksi saluran pernafasan
lainnya. Disertai riwayat berikut :
a
2.Belum dapat ditentukan jenis infeksi atau etiologi lainnya, termasuk setelah
dilakukannya semua tes dengan indikasi klinis untuk CAP (Community
Acquired Pneumonia)
Tidak terdapat pemeriksaan untuk MERS-CoV atau pada satu kali pemeriksaa
specimen yang tidak adekuat hasilnya negative atau hasil pemeriksaan
MERS- CoV tidak meyakinkan.
Kasus Konfirmasi
Jika seseorang menderita infeksi MERS-CoV dengan konfirmasi laboratorium.
2.7 Patofisiologi
Dari penelitian yang dilakukan secara in vitro menunjukan bahwa MERS-CoV
bereplikasi secara efisien pada sel-sel tidak bersilia terutama pada saluran pernafasan
manusia dan dari kultur paru manusia secara ex vivo menunjukan bahwa MERS-CoV
bereplikasi pada sel-sel epitel bronkus, bronkiolus dan alveoli dan menyebabkan
penyakit saluran pernafasan pada manusia. MERS-CoV berikatan dengan dengan
reseptor sel target yaitu Dipeptidyl Peptidase 4 (DPP4) dan akan berperan penting
untuk terjadinya replikasi MERSS-CoV. Periode inkubasi virus ini berlangsung antara
2-14 hari, dalam masa inkubasi tidak terjadi penularan, namun durasi infektifitasnya
sendiri masih belum diketahui secara pasti.
(%)
Fever
46
(98.0)
41
(87.0)
Cough
39
(83.0)
Dry
22
(56.0)
Productive (sputum)
17
(44.0)
Hemoptysis
(17.0)
Shortness of breath
34
(72.0)
Chest pain
(15.0)
Sore throat
10
(21.0)
Respiratory symptoms
Runny nose
(4.0)
Abdominal pain
(17.0)
Nausea
10
(21.0)
Vomiting
10
(21.0)
Diarrhea
12
(26.0)
Myalgia
15
(32.0)
Headache
(13.0)
Gastro-intestinal symptoms
Other symptoms
2.9 Diagnosis
Orang yang mengalami penyakit pernapasanyang akut dan berat kurang dari 10 hari
setelah perjalanan dari Arab atau negara-negara tetangganya harus terus dievaluasi
sesuai dengan pedoman saat ini . Secara khusus , orang-orang yang memenuhi kriteria
berikut untuk "pasien dalam penyelidikan" (Patient Under Investigation/ PUI) harus
dilaporkan kepada negara dan departemen kesehatan setempat dan dievaluasi untuk
infeksi coronavirus baru :
1. Seseorang dengan infeksi saluran pernapasan akut, termasuk demam ( 38 C,
100.4 F) dan batuk ;
2.10
Penatalaksanaan
A. Deteksi dan tatakasana dini.
Virus corona diketahui dapat menimbulkan kesakitan pada manusia mulai dari ringan
sampai berat untuk itu kenali manifestasi Infeksi Saluran Napas Akut Berat. Sebelum
menentukan pasien suspek MERS-CoV harus dilakukan penilaian melalui:
a. Anamnesis : Demam suhu 38C, batuk dan sesak, ditanyakan pula riwayat
bepergian dari negara Timur Tengah 14 hari sebelum onset.
b. Pemeriksaan fisik: Sesuai dengan gambaran pneumonia.
c. Radiologi : Foto toraks dapat ditemukan infiltrate, konsolidasi sampai gambaran
ARDS.
d. Laboratorium : Ditemukan dari pemeriksaan PCR dari swab tenggorokan san
sputum.
B. Usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk kesiapsiagaan MERS-CoV.
1. Peningkatan kegiatan pemantauan di pintu masuk Negara (point of entry).
2. Penguatan Surveilans epidemiologi termasuk surveilans pneumonia.
dalam
penanggulangan MERS-Cov.
7. Menyiapkan pelayanan kesehatan haji di 15 Embarkasi / Debarkasi (KKP).
8. Meningkatkan kesiapan laboratorium termasuk penyediaan reagen dan alat
diagnostik.
9. Diseminasi informasi kepada masyarakat terutama calon jamaah haji dan umrah
serta petugas haji Indonesia.
10. Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor seperti BNP2TKI,
Kemenlub, Kemenag, dan lain-lain tentang kesiapsiagaan menghadapi MERSCoV.
11. Melakukan koordinasi dengan pihak kesehatan Arab Saudi.
12. Meningkatkan hubungan Internasional melalui WHO dan lain-lain.
Tabel 2.2 Alur Penemuan Kasus dan Respon di Pintu Masuk (Kementrian Kesehatan RI, 2013)
Tabel 2.3 Alur Penemuan Kasus dan Respon di Wilayah (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
C. Terapi.
Pengobatan yang bersifat spesifik masih belum ada, Pengobatan hanya bersifat
suportif tergantung kondisi keadaan pasien.
a
Pemberian kortikosteroid sistemik dosis tinggi atau terapi tambahan lainnya untuk
pneumonitits virus diluar konteks uji klinis tidak direkomendasikan. Pemberian
kortikosteroid sistemik dosis tinggi dapat menyebabkan efek samping yang serius
pada pasien dengan ISPA berat / SARI, termasuk infeksi oportunistik, nekrosis
avaskular, infeksi baru bakteri dan kemungkinan terjadi replikasi virus yang
berkepanjangan.
Belum ada vaksin yang tersedia untuk MERS CoV. (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
D. Pencegahan
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik.. Jika sabun dan air tidak
ada, bilas menggunakan hand sanitizer.
b. Tutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin kemudian tissue dibuang pada
tempat sampah.
c. Hindari menyentuh mata,hidung dan mulut sebelum mencuci tangan.
d. Hindari kontak dekat, seperti berciuman, berbagi cangkir, berbagi peralatan makan
dengan penderita atau kasus probable.
e. Gunakan masker untuk melindungi saluran pernafasan terutama saat bepergian ke
negara-negara yang terserang MERS-COV dan saat kontak dengan orang yang
mengalami atau dicurigai mengalami MERS.
f. Bersihkan dan beri disinfeksi pada permukaan yang sering disentuh seperti mainan
dan pegangan pintu. (cdc)
g. Hidari kontak dengan hewan-hewan yang dicurigai sebagai sumber penularan MERS
seperti unta (Indonesian Public Health, 2014)
h. Bagi orang dengan penyakit kronis seperti diabetes, penyakit janutn atau ginjal, serta
penyakit saluran pernafasan harus lebih berhati-hati saat melakukan perjalanan ke
negara-negara yang terserang MERS-COV
i. Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan (Public Health Agency of Canada, 2014).
Tabel 2.4 Langkah-langkah pengendalian infeksi MERS (Kementrian Kesehatan RI, 2013)
E. Surveilans
Surveilans di pintu masuk dilakukan untuk mendeteksi dini dan respon serta
memastikan wilayah bandara, pelabuhan, dan lintas batas negara dalam keadaan tidak ada
transmisi virus MERS-CoV.
1) Kewaspadaan.
Kewaspadaan dilakukan terhadap dua hal yaitu waspada terhadap kasus MERS-Cov
yang masuk ke Indonesia untuk dilakukan deteksi dini dan respon, serta waspada
terhadap keamanan (transmisi virus MERS-CoV) wilayah bandara, pelabuhan dan
lintas batas negara (antar pengunjung, dari petugas bandara serta keluarganya
petugas, terutama petugas kesehatan yang kontak dengan kasus).
Upaya kewaspadaan:
a. Pemutakhiran informasi untuk perkembangan penyakit melalui website WHO,
laporan harian tentang jamaah haji di Saudi Arabia dan sumber lain yang
terpercaya misalnya web pemerintah / Kementerian Kesehatan Saudi Arabia.
b. Mengidentifikasi factor resiko yang member peluang terjadinya transmisi virus
MERS-CoV di bandara dan tindakan perbaikan (respon), misalnya petugas tidak
menggunakan masker, pemeriksaan pasien dalam investigasi, sirkulasi udara
ruangan pemeriksaan rentan, dan lain-lain.
c. Mendeteksi adanya kasus di poloklinik (laporan harian KKP).
d. Mendeteksi adanya kasus dengan gejala deman, batuk dan atau pneumonia
diantara petugas KKP atau otoritas bandara / pelabuhan / PLBL dan operator /
agen alat angkut yang kontak dengan penumpang dari jazirah Arab atau Negara
terjangkit.
2) Deteksi dini.
Deteksi dini dilakukan melalui pengawasan kedatangan terhadap orang, barang dan
alat angkut yang dating dari Negara terjangkit.
a. Pengawasan terhadap orang.
Pemberian Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jamaah Haji (K3JH) terhadap
jamaah haji yang kembali atau Health Alert Card (HAC) bagi pelaku
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
MERS adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome yang
merupakan penyakit saluran pernapasan disebabkan oleh coronavirus yang juga
disebut MERS-CoV, Virus ini menyebabkan penyakit saluran pernafasan yang
berat dan akut dengan gejala-gejala seperti demam, batuk dan sesak. Pertama
kali dilaporkan terjadi di Arab Saudi pada tahun 2012 (CDC, 2014).
Virus mers menyebar ke Indonesia melalui Jemaah haji atau umroh yang
pulang dari arab Saudi, namun pemerintah telah melakukan pemeriksaan kepada
para Jemaah haji atau umroh yang pulang dengan gejala demam dan batuk, dan
sampai saat ini didapatkan hasil negatif, sepanjang Januari hingga April, pasien
DAFTAR PUSTAKA
Ganong WF. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 22. Jakarta: EGC.
CDC Health Alert Network. 2013. Notice to Health Care Providers: Updated Guidelines for
Evaluation of Severe Respiratory Illness Associated with a Novel Coronavirus, USA,
<http://emergency.cdc.gov/HAN/han00343.asp>.
WHO. Middle east respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) summary and literature
update-as
of
11
June
2014.
2014.
Available
at:
http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/MERS-CoV_summary_update_
20140611.pdf?ua=1. Accessed: June 5, 2016.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Kewaspadaan terhadap Middle East
Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS- CoV), Jakarta, Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman umum kesiapsiagaan menghadapi
Middle East Respiratory Syndrome- Coronavirus (Mers-CoV), Jakarta, Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman surveilans dan respon
kesiapsiagaan menghadapi Middle East Respiratory Syndrome- Coronavirus (MersCoV), Jakarta, Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman tatalaksana klinis infeksi saluran
pernapasan akut berat suspek Middle East Respiratory Syndrome- Coronavirus (MersCoV), Jakarta, Indonesia.