SDGSDGSDH
SDGSDGSDH
TINJAUAN PUSTAKA
IMT
bawah 18,5 sebagai sangat kurus atau underweight, IMT melebihi 23 sebagai
berat badan lebih atau overweight, dan IMT melebihi 25 sebagai obesitas. IMT
yang ideal bagi orang dewasa adalah diantara 18,5 sehingga 22,9. Obesitas
dikategorikan pada tiga tingkat: tingkat I (25-29,9), tingkat II (30-40), dan tingkat
III (>40) (CDC, 2002).
Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan
pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada
akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1: Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT
KATEGORI
< 18,5
18,5 22,9
23,0
23,0 24,9
25,0 29.9
Obes I
30,0
Obes II
2. Pada anak-anak: tidak akurat karena jumlah lemak tubuh akan berubah
seiringan dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh badan seseorang.
Jumlah lemak tubuh pada lelaki dan perempuan juga berbeda selama
pertumbuhan. Oleh itu, pada anak-anak dianjurkan untuk mengukur berat
badan berdasarkan nilai persentil yang dibedakan atas jenis kelamin dan
usia.
3. Pada kelompok bangsa: tidak akurat pada kelompok bangsa tertentu
karena harus dimodifikasi mengikut kelompok bangsa tertentu. Sebagai
contoh IMT yang melebihi 23,0 adalah berada dalam kategori kelebihan
berat badan dan IMT yang melebihi 27,5 berada dalam kategori obesitas
pada kelompok bangsa seperti Cina, India, dan Melayu. (CORE, 2007).
2.2 Obesitas
2.2.1 Definisi
Obesitas merupakan kelainan dari sistem pengaturan berat badan
yang ditandai oleh akumulasi lemak tubuh yang berlebihan. Dalam
masyarakat primitif, dimana kehidupan sehari-hari membutuhkan aktivitas
fisik yang tinggi dan makanan hanya tersedia sesekali, kecenderungan genetik
akan berperan dalam penyimpan kalori sebagai lemak karena makanan yang
dikonsumsi tidak melebihi kebutuhan (Richard Harvey et al., 2005).
Obesitas
didefinisikan
sebagai
keadaan
di
mana
adanya
relevan karena konsep obesitas tidak bisa diambil akibat peningkatan berat
badan semata-mata melainkan adanya peningkatan massa jaringan adiposa
(Gabriel Uwaifo, 2009).
Obesitas dan kegemukan merupakan faktor resiko utama untuk
sejumlah penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker.
Obesitas dianggap merupakan masalah hanya di negara berpenghasilan tinggi,
tetapi sekarang jumlah pederita obesitas dan kegemukan semakin meningkat
di negara berpenghasilan rendah dan menengah khususnya di perkotaan
(WHO, 2010).
A. Faktor Genetik
Obesitas cenderung berlaku dalam keluarga. Ini disebabkan oleh
faktor genetik, pola makan keluarga, dan kebiasaan gaya hidup.
Walaupun begitu, mempunyai anggota keluarga yang obesitas tidak
menjamin sesorang itu juga akan mengalami obesitas (Gayle Galletta,
2005).
B. Faktor Emosional
Sebagian masyarakat mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang
banyak karena depresi, putus asa, marah, bosan, dan banyak alasan lain
yang tidak ada hubungannya dengan rasa lapar. Ini tidak berarti bahwa
penderita obesitas mengalami lebih banyak masalah emosional daripada
orang normal yang lain. Tetapi hanya berarti bahwa perasaan seseorang
mempengaruhi kebiasaan makan dan membuat seseorang makan terlalu
banyak. Dalam kasus yang jarang, obesitas dapat digunakan sebagai
mekanisme pertahanan akibat tekanan sosial yang dihadapi terutama pada
dewasa putri. Dalam kasus seperti ini ditambah dengan masalah
emosional yang lain, intervensi psikologis mungkin menberikan manfaat
(Gayle Galletta, 2005).
C. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang paling memainkan peranan adalah gaya
hidup seseorang. Kebiasaan makan dan aktivitas seseorang dipengaruhi
oleh masyarakat sekitarnya. Makan terlalu banyak dan aktivitas yang
pasif (tidak aktif) merupakan faktor resiko utama terjadinya obesitas
(Gayle Galletta, 2005).
E. Faktor Usia
Semakin bertambah usia seseorang, mereka cenderung kehilangan
massa otot dan mudah terjadi akumulasi lemak tubuh. Kadar metabolisme
F. Kehamilan
Pada wanita, berat badannya cenderung bertambah 4 6 kilogram
setelah kehamilan dibandingkan dengan berat sebelum kehamilan. Hal ini
bisa terjadi setiap dari kehamilan dan kenaikan berat badan ini mungkin
akan menyebabkan obesitas pada wanita (Gayle Galletta, 2005).
terjadi
menyebabkan
obesitas
android
adalah
disregulasi
steroid
adrenokortikal dan stress. Namun tidak ada bukti yang signifikan untuk
membuktikan hipotesa diatas (D. Janjic, 1997).
2. Hiperkolesterolemia
Hiperkolestrolemia juga masalah yang harus diperkirakan
karena merupakan salah salu faktor resiko utama PJK. Asupan makan
atau diet yang diambil sehari-hari oleh seseorang mempengaruhi kadar
kolestrol darah. Selain dari asupan makanan, faktor lain yang juga
mempengaruhi kadar kolestrol darah adalah keturunan, umum, jenis
kelamin, obesitas, stress, alkohol, dan olahraga.
Beberapa parameter yang dipakai untuk mengetahui hubungan kadar
kolesterol darah dengan adanya resiko PJK adalah:
a) Kadar kolesterol total melebihi kadar normal yaitu 200mg/dl.
b) Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol merupakan
kolesterol yang bersifal merugikan. Jumlah LDL kolesterol
yang meninggi akan menebalkan dinding pembuluh darah.
Sebagai petunjuk yang lebih tepat untuk resiko PJK
berbanding kolesterol total.
c) High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol merupakan
kolesterol yang bersifat menguntungkan. HDL mencegah
3. Merokok
Selain dari hipertensi dan hiperkolesterolemia, merokok
juga merupakan salah satu faktor resiko utama PJK. Hipertensi dan
hiperkolesterolemia juga akan bertambah kuat efeknya jika seseorang
itu merokok lebih dari 20 batang sehari. Hasil dari penelitian yang
telah dijalankan, ternyata bahwa kematian mendadak akibat PJK
adalah 10 kali lebih besar pada lelaki perokok manakala 4.5 kli lebih
besar pada wanita perokok berbanding pada seseorang yang tidak
merokok.
Beban miokard akan bertambah dengan merokok karena
rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi O 2 akibat
inhalasi CO 2 yang juga akan menyebabkan tahikardi, vasokonstriksi
pembuluh darah, permeabilitas dinding pembuluh darah berubah serta
5
10%
dari
haemoglobin
akan
berubah
menjadi
2. Jenis Kelamin
Lelaki mempunyai resiko mengidap PJK 2 hingga 3 kali
lebih tinggi daripada wanita.
3. Diet
Diet atau jumlah lemak yang terdapat dalam asupan
makanan sehari-hari dapat dihubungkan dengan kadar kolesterol
dalam darah. Sebagai contoh yang dapat dilihat adalah pada rakyat
Amerika, kadar lemar dan kolesterol yang terdapat dalam makanan
mereka adalah sangat tinggi sehingga kadar kolesterol dalam darah
mereka cenderung tinggi. Manakala kadar kolesterol rakyat Jepang
lebih rendah karena asupan makanan mereka sehari-hari berupa nasi,
sayur-sayuran, dan ikan. Resiko rakyat Jepang untuk menderita PJK
adalah rendah dibandingkan dengan Amerika.
4. Obesitas
Obesitas
hipertensi,
Diabetes
sering
ditemukan
Mellitus,
dan
bersama-sama
hipertrigliseridemia.
dengan
Kadar
kolesterol dan LDL kolesterol juga dapat meningkat jika seseorang itu
obesitas. Resiko seseorang itu menderita PJK adalah sgt tinggi apabila
berat badannya mulai melebihi 20% dari berat badan ideal.
5. Diabetes
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, resiko PJK pada
lelaki
yang
menderita
Diabetes
Mellitus
adalah
50%
jika
6. Olahraga
Olahraga
dapat
mengurangi
resiko
PJK
dengan
A. Pengobatan
Pengobatan diperlukan untuk mambantu jantung bekerja dengan
lebih efisien dan menerima lebih banyak darah kaya dengan oksigen
(darah beroksigen). Obat yang digunakan tergantung masalah jantung
yang spesifik dan kebutuhan pasien (Robert Bryg, 2009).
Pengobatan dapat membantu mencegah perkembangan PJK. Jika
penyakit
tersebut
timbul,
beberapa obat
2. Aspirin
Obat umum yang dirokemendasikan sebagai anti platelet,
mengencerkan darah, dan sebagai anti koagulasi yang mengurangi
kecenderungan darah membeku serta memblok arteri koroner.
Selain aspirin, obat anti platelet dan anti koagulasi juga boleh
diberikan kepada pasien.
3. Beta Blocker
Obat inin membuatkan membuat pekerjaan jantung untuk
memompa darah menjadi lebih mudah dengan merelaksasi jantung,
meperlambatkan ritmenya, menurunkan tekanan darah, serta
4. Nitroglyserin
Obat ini bisa didapati dengan pelbagai bentuk seperti tablet,
semprot, dan ditempel di kulit. Membantu ringankan gejala nyeri
dada
(angina)
dengan
vasodilatasi pembuluh
darah
yang
7. Vitamin
Asam folat, B-6, dan B-12 adalah vitamin yang membantu
untuk mengurangkan homosistein di dalam darah. Homosistein
dikaitkan telah dikaitkan dengan mempercepatkan penyumbahan
pembuluh darah (aterosklerosis).
angioplasty
balon
(precutaneous
transluminal
coronary
3. Radiation Brachytherapy
Dalam kasus di mana penyumbatan arteri koroner kembali
terjadi, pasien dapat melakukan brachitherapy. Dengan prosedur
ini, segmen arteri koroner kembali terbuka semasa angioplasti dan
terdedah kepada radiasi. Prosedur ini dilakukan di laboratorium
kateterisasi dengan kerjasama ahli radiasi onkologi dan ahli radiasi
fisika.
4. Atherectomy
Sebuah kateter dimasukkan ke dalam arteri yang tersumbat
dan salah satu dari beberapa tipe alat kecil untuk memhilangkan
plak yang sedang membesar.