Masing-masing router pada contoh ini adalah Cisco 1841 yang memiliki interface
berikut:
1
Dari gambar routing table diatas, R1 memiliki koneksi langsung dengan interface
fastethernet 0/0 sebagai jaringan baru. Interafce tersebut dikonfigurasi dengan
alamat IP 172.16.3.1/24 menjadi anggota alamat network 172.16.3.0/24.
Dari table terdapat output sebagai berikut:
C172.16.3.0isdirectlyconnected,FastEthernet0/0
Huruf C pada awal route mengindikasikan bahwa jaringan ini terhubung langsung
dengan router. Dengan kata lain, R1 memiliki interface yang menjadi milik jaringan
ini. Maksud dari huruf C terletak pada awal kode routing table.
Prefix /24 subnet mask untuk rute ini ditampilkan pada baris rute yang
sesungguhnya.
172.16.0.0/24 is subnetted, 1 subnets
C 172.16.3.0 is directly connected, FastEthernet0/0
Routers Usually Store Network Addresses
Dengan beberapa pengecualian, routing table memiliki rute untuk alamat network
dari pada alamat host. Rute 172.16.3.0/24 pada routing table ini berarti bahwa rute
5
ini cocok dengan semua paket yang alamat tujuannya berada pada jaringan ini.
Memiliki satu rute yang mewakili semua host yang ada pada jaringan membuat
routing table menjadi lebih kecil, dengan beberapa routr, yang mempercepat proses
lookups pada routing table. Routing table bisa berisi 254 host alamat IP untuk alamat
network 172.16.3.0/24, tapi itu sangat tidak efisien.
2.2.3 Verifying Ethernet Interface
Command to Verify Interface Configuration
Pada gambar terlihat bahwa perintah show interfaces fastethernet 0/0 menghasilkan
output interface up dan line protocolnya juga up. Perintah noshutdown mengubah
interface dari administratively down menjadi up.
Perintah show ip interface brief juga menampilkan verifikasi yang sama. Dibawah
status dan protokol dapat kita lihat up.
Perintah show running-config menampilkan konfigurasi interface yang sekarang ada.
Disaat interface tidak aktif, perintah running-config akan menampilkan output
shutdown. Namun, ketika interface aktif, no shutdown tidak ditampilkan.
R1#show running-config
<output omitted>
interface FastEthernet0/0
ip address 172.16.3.1 255.255.255.0
<output omitted>
Telah diterangkan pada bab sebelumnya, router tidak bisa memiliki beberapa
interface yang dikonfigurasi untuk jaringan yang sama. Masing-masing interface
harus milik subnet yang berbeda satu sama lain. Contohnya, router tidak bisa
mengkonfigurasi interface fastethernet 0/0 dengan alamat 172.16.3.1/24 dan
fastethernet 0/1 172.16.3.2/24.
IOS akan menampilkan pesan error berikut:
R1(config-if)#int fa0/1
R1(config-if)#ip address 172.16.3.2 255.255.255.0
172.16.3.0 overlaps with FastEthernet0/0
6
R1(config-if)#
Biasanya interface router baik yang Ethernet maupun yang fastethernet akan
memiliki gateway default untuk semua perangkat LAN yang terhubung dengan
interface tersebut. Contohnya, PC1 dikonfigurasi dengan alamat IP yang merupakan
anggota alamat network 172.16.3.0/24 dengan gateway default alamat IP 172.16.3.1.
Alamat IP ini merupakan alamat IP salah satu interface fastethernet router R1.
Interface ini juga akan berbperan pada proses ARP sebagai bagian dari jaringan
Ethernet.
Ethernet Interface Participate in ARP
Partisipasi interface ethernet pada router pada jaringan LAN sama halnya dengan
perangkat lain yang ada pada jaringan. Ini berarti interface ini memiliki alamat MAC
lapis ke 2. Perintah show interface digunakan untuk menampilkan alamat MAC
interface Ethernet.
R1#show interfaces fastethernet 0/0
Interface Ethernet berpatisipasi pada ARP request dan membalas serta merawat
table ARP. Jika router memiliki paket yang tujuannya berada pada jaringan Ethernet
yang terhubung langsung, router akan memeriksa table ARP untuk alamat IP tujuan
yang masuk untuk memetakan ke alamat MAC. Jika table ARP tidak berisikan alamat
IP ini, interface Ethernet ini mengirim keluar ARP request. Perangkat yang cocok
dengan alamat IP tujuan yang dimaksud mengirim kembali ARP reply yang berisikan
alamat MAC. Informasi alamat IP dan alamat MAC ditambahkan pada table ARP
untuk interface Ethernet tersebut. Router sekarang telah bisa mengenkapsulasi
paket IP menjadi frame Ethernet dengan alamat MAC tujuan dari table ARP. Frame
Ethernet, dengan paket yang telah dienkapsulasi dikirim melalui interface Ethernet
tersebut.
2.2.4 Configuration A Serial Interface
Configuration a Serial Interface
Selanjutnya, yang akan dikonfigurasi adalah interface serial 0/0/0 dari R1. Interface
ini berada pada alamat jaringan 172.16.2.0/24 dan diberi alamat IP serta
subnetmask172.16.2.1/24. Prosesnya sama dengan mengkonfigurasi interface
Ethernet, yaitu:
R1(config)#interfaceserial0/0/0
R1(configif)#ipaddress172.16.2.1255.255.255.0
R1(configif)#noshutdown
Setelah memasukkan perintah diatas, output interface serial yang dihasilkan
beragam tergantung kepada tipe koneksi WAN yang digunakan. Untuk sekarang,
koneksi serial point-to-point yang digunakan antara dua router. Interface serial akan
berada pada posisi up hanya apabila interface serial pada router lain juga telah
dikonfigurasi. Dengan mengetikkan perintah show interfaces serial 0/0/0 akan
menghasilkan output yang ada pada gambar.
Dari gambar tersebut, link masih dalam keadaan down. Ini terjadi karena belum
diaktifkannya interface serial yang lain.
R1(config)#interfaceserial0/0/0
R1(configif)#ipaddress172.16.2.1255.255.255.0
R1(configif)#noshutdown
Note: Kedua interface serial tersebut tidak harus menggunakan nomor yang sama,
misalnya harus sama-sama serial 0/0/0. Namun, karena kedua interface merupakan
anggota alamat jaringan yang sama, kedua-keduanya harus merupakan anggota
alamat jaringan 172.16.2.0/24. Interface serial pada R2 dikonfigurasi dengan alamat
IP 172.16.2.2/24.
R2(config)#interfaceserial0/0/0
R2(configif)#ipaddress172.16.2.2255.255.255.0
R2(configif)#noshutdown
Untuk mengetahui lebih detail status dari interface ini, maka ketikkan perintah beikut:
R2#showinterfacesserial0/0/0
Serial0/0/0isup,lineprotocolisdown
<outputomitted>
Sambungan fisik antara R1 dan R2 dalam keadaan up karena keduanya sudah
dikonfigurasi dengan alamat IP dan subnetmask dan sudah aktif dengan
mengetikkan no shutdown. Namun, line protokol masih dalam keadaan down. Ini
karena interface tersebut belum menerima sinyal clock. Masih ada perintah yang
harus dimasukkan yaitu perintah clock rate pada router dengan kabel DCE. Perintah
clock rate akan mengatur sinyal clock untuk sambungan ini.
2.2.5 Examining Router Interface
Physically Connection a WAN Interface
Lapisan fisik pada koneksi WAN menggambarkan interface antara data terminal
equipment (DTE) dan data circuit terminal equipment (DCE). Biasanya, DCE berada
pada sis provider dan DTE pada sisi pelanggan. Pada model ini, provider
menawarkan DTE untuk modem atau CSU/DSU.
Biasanya, router adalah perangkat DTE yang terhubung dengan CSU/DSU yang
merupakan perangkat DCE. CSU/DSU (perangkat DCE) digunakan untuk
mengkonversi data dari router (perangkat DTE) ke format yang bisa diterima oleh
WAN provider. CSU/DSU (perangkat DCE) juga bertanggungjawab untuk
mengkonversi data dari WAN provider ke format yang bisa diterima oleh router
8
Akhirnya bisa dilihat bahwa interface serial dengan alamat network 172.16.2.0/24
sudah ada pada routing table kedua router. Jika kita mengetikkan perintah show ip
route pada R1, maka akan menghasilkan output yang menyatakan bahwa alamat
network 172.16.2.0/24 terhubung langsung dengan router tersebut.
R1#showiproute
10
Untuk melihat file running-configuration yang ada pada R1 dengan cara mengetikkan
perintah show running-config.
R1#showrunningconfig
11
12
Dari gambar diatas routing table menampilkan jaringan yang terhubung langsung
yaitu dengan alamat network 172.16.1.0/24
Perintah debug ip routing menampilkan proses routing table yang ada pada setiap
router, apakah rute yang ada terhubung langsung, rute statis ataupun rute dinamis.
Untuk menonaktifkan debug ip routing dapat dengan cara mengetikkan perintah
udebug ip routing atau indebug all.
Changing an IP Address
Untuk mengubah alamat IP atau subnet mask sebuah interface, konfigurasi ulang
alamat IP atau subnet mask interface tersebut. Perubah ini akan mengubah
masukan sebelumnya.
Untuk menghapus jaringan yang terhubung langsung
menggunakan perintah shutdown dan no ip address.
ke
router,
dengan
Untuk memverifikasi bahwa rute tersebut telah dihapus dari routing table, ketikkan
perintah show ip route. Dengan alamat network untuk rute 172.16.1.0/24 sudah
dihapus.
Reconfiguring the interface to continue with the chapter
Untuk selanjutnya diasumsikan bahwa fastethernet 0/0 aktif.Untuk mengkonfigurasi
ulang:
R2(config)#interfacefastethernet0/0
R2(configif)#ipaddress172.16.1.1255.255.255.0
14
R2(configif)#noshutdown
2.3.2 Devices on Directly Connected Networks
Accessing Devices on Directly Connected Networks
Dari gambar jaringan yang telah ada, diasumsikan bahwa jaringan yang terhubung
langsung sudah dikonfigurasi pada semua router.
15
Output pada gambar tersebut menampilkan bahwa semua interface pada semua
router telah dikonfigurasi dan berada pada status up dan up.
Dengan mereview routing table diatas, dapat diperiksa bahwa yang diiinstal pada
routing adalah directly connected network.
Langkah penting pada konfigurasi jaringan adalah memeriksa apakah interface
berada pada keadaan up dan up dan berarti routing table telah lengkap. Tanpa
memperhatikan bahwa jaringan itu diset secara rute statis, protokol routing dinamis
atau kombinasi keduanya periksa koneksi jaringan dengan perintah show ip
interface brief dan perintah show ip route sebelum melanjutkan ke konfigurasi yang
lebih kompleks.
Ketika router hanya memiliki konfigurasi interface, dan routing table berisi directly
connected networks bukan rute lain, hanya peralatan yang ada pada directly
connected yang bisa dijangkau satu sama lain.
R1 bisa berkomunikasi dengan semua perangkat yang terdapat pada
network 172.16.3.0/24 dan 172.16.2.0/24.
R2 bisa berkomunikasi dengan semua perangkat yang terdapat pada
network 172.16.2.0/24 dan 192.168.1.0/24
R3 bisa berkomunikasi dengan semua perangkat yang terdapat pada
network 192.168.1.0/24 dan 192.168.2.0/24.
Karena router-router tersebut hanya mengetahui directly connected network yang
ada padanya, router hanya bisa berkomunikasi dengan perangkat LAN yang
terhubung padanya dan juga network serial.
Contohnya, PC1 pada topologi telah dikonfigurasi dengan alamat IP 172.16.3.10 dan
subnet mask 255.255.255.0. PC1 juga telah dikonfigurasi dengan default gateway
16
Terlihat bahwa proses ping gagal atau failed. Kegagalan ini disebabkan oleh R2 yang
tidak mempunyai route pada routing tablenya yang tidak sesuai dengan 172.16.3.1
atau 192.168.2.1, dan alamat ini merupakan alamat IP tujuan dalam proses ping.
Untuk mencocoklkan antara alamat paket IP tujuan 172.16.3.1 dengan rute yang ada
pada routing table, alamat tersebut harus semua dengan sejumlah left-most bit dari
alamat network yang diindikasi oleh prefix rute. Contohnya R2, semua rute
mempunyai prefix /24, oleh sebab itu, 24 bit pada left-most diperiksa untuk masingmasing rute.
Checking Each Route inTurn
Rute pertama pada tabel untuk R1 172.16.1.0/24
172.16.0.0/24 is subnetted, 2 subnets
C 172.16.1.0 is directly connected, FastEthernet0/0
Proses pemeriksaan IOS untuk routing table berguna untuk bertujuan untuk melihat
apakah 24 bit left-most untuk alamat paket IP tujuan, 172.16.3.1 sesuai dengan
network 172.16.1.0/24.
17
18
Pada bagian ini ping berhasil dilakukan. Hal ini disebabkan oleh R2 memiliki rute
yang terdapat pada routing tablenya yang sesuai dengan alamat 192.168.1.1, yang
merupakan alamat paket IP tujuan dari ping. Dua rute pertama, 172.16.1.0/24 dan
172.16.2.0/24 ditolak. Namun rute terakhir, 192.168.1.0/24, terdapat kesesuai 24 bit
pertama alamat paket tujuan. Paket ping dienkapsulasi pada layer 2 oleh protokol
HDLC dari exit interface serial 0/0/1 dan diteruskan melalui interface serial 0/0/1.
2.3.3 Cisco Discovery Protocol (CDP)
Network discovery with CDP
CDP adalah powerful network monitoring dan tool yang digunakan untuk
troubleshooting. CDP juga merupakan tool untuk mengumpulkan informasi yang
dipakai oleh admin jaringan untuk mendapatkan informasi tentang peralatan Cisco
yang terhubung langsung (directly connected). CDP adalah tool milik cisco yang
memungkinkan admin jaringan mengakses peralatan yang terhubung langsung
dengan sebuah router. Secara default, masing-masing peralatan cisco mengirim
pesan-pesan secara berkala, yang dikenal dengan CDP advertisements, ke
peralatan cisco yang terhubung langsung. Advertisement ini berisi informasi seperti
tipe perangkat yang terhubung, interface router yang menghubungkan, interface
yang digunakan untuk koneksi dan nomor model peralatan tersebut.
Kebanyakan perangkat jaringan, tidak bekerja secara terisolasi. Perangkat Cisco
seringnya memiliki perangkat cisco lainnya yang menjadi neighborsnya dalam
jaringan. Informasi yang didapat dari perangkat lain akan membantu admin jaringan
untuk memutuskan merancang jaringan seperti apa, troubleshooting, dan
menentukan jenis peralatan yang dibutuhkan. CDP bisa digunakan sebagai tool
pencari jaringan, membantu membangun topologi logika dari jaringan ketika sebuah
dokumen hilang.
Layer 3 Neighbors
Pada topologi yang sudah ada, setiaprouter hanya memiliki directly connected
neighbor. Pada layer 3, protokol routing mempertimbangkan peralatan neighbor
berbagi alamat network yang sama.
Contohnya, R1 dan R2 adalah neighbor. Keduanya merupakan anggota network
172.16.1.0/24. R2 dan R3 juga merupakan neighbor karena keduanya brebagi
alamat 192.168.1.0/24. Namun R1 dan R3 tidak neighbors karena keduanya tidak
berbagi network yang sama. Jika R1 dan R3 dihubungkan oleh kabel dan
dikonfigurasi dengan alamat IP yang berasal dari network yang sama, maka
keduanya menjadi network.
Layer 2 Neighbors
CDP hanya beroperasi pada layer 2. Oleh karena itu, CDP neighbor adalah
perangkat Cisco yang secara fisik terhubung langsung dan berbagi data link yang
yang sama.
19
Pada gambar, admin jaringan log in ke S3. S3 hanya akan menerima CDP
advertisement dari S1, S2 dan R2.
Asumsikan bahwa semua router dan switch merupakan perangkat cisco yang
menjalankan CDP, apa neighbor dari R1?
20
Perlu diingat bahwa ada perbedaan antara neighbor pada layer 2 dan 3. Switches
bukan merupakan neighbor router layer 3, karena switches beroperasi hanya pada
layer 2 saja. Namun, switches pada layer 2 merupakan neighbor router yang menjadi
directly connectednya.
CDP Operation
Periksa outout dari perintah show cdp neighbor dan show cdp neibor detail yang ada
pada gambar.
21
Perintah show cdp neighbors detail juga menampilkan alamat IP dari perangkat
neighbor. CDP akan menampilkan alamat IP neighbor tanpa memperhatikan apakah
alamat ip tersebut bisa di ping atau tidak. Perintah ini sangat membantu ketika dua
router cisco tidak bisa merutekan data link mereka. Perintah show cdp neighbor
detail akan membantu menentukan jika salah satu dari CDP neighbor memiliki
konfigurasi IP yang salah.
Untuk situasi pencarian jaringan, mengetahui alamat IP dari CDP neighbor
merupakan semua informasi yang dibutuhkan untuk telnet ke peralatan. Dengan
membangun sesi telnet, informasi dapat dikumpulkan dari peralatan Cisco yang
menjadi dirctly connected. Oleh sebab itu, kita bisa mentelnet semua jaringan yang
ada pada sekitar peralatan dan membangun topologi logika.
22
Disabling CDP
CDP bisa beresiko pada keamanan. Hal ini disebabkan oleh CDP dapat
mengumpulkan semua informasi CDP neighbornya. Pada beberapa versi IOS, CDP
mengirim CDP secara deafult. Oleh sebab itu harus mengetahui cara menonaktifkan
CDP.
23
Jaringan yang terhubung ke R1 hanya memiliki satu jalan untuk mencapai tujuan
lain, baik untuk menuju jaringan yang terhubung langsung dengan R2 maupun
network destination yang merupakan jaringan remote bagi R2. Oleh sebab itu,
jaringan 172.16.3.0 adalah stub network dan R1 adalah stub router.
Menjalankan protkol routing dinamis antara R1 dan R2 sangat menbuang resources
karena R1 hanya memiliki satu jalan keluar untuk mengirim data ke jaringan nonlokal. Oleh sebab itu, rute statis dikonfigurasi untuk terhubung ke remote network
yang tidak terhubung langsung dengan router. Berdasarkan kebutuhan tersebut,
maka R1 dikonfigurasi dengan rute statis.
Perintah ip route
Perintah yang digunakan untuk mengkonfigurasi rute statis adalah ip route. Sintak
lengkapnya sebagai berikut:
Router(config)#ip
route
network-address
address | exit-interface }
subnet-mask
{ip-
Pertama, aktifkan debug ip routing untuk mebuat IOS menampilkan pesan ketika rute
lain ditambahkan pada routing table. Kemudia, gunakan perintah ip route untuk
mengkonfiggurasi rute status pada R1 untuk masing-masing network.
R1#debug ip routing
R1#conf t
R1(config)#ip route 172.16.1.0 255.255.255.0 172.16.2.2
Output yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Ip route perintah rute statis
Ketika sebuah alamat menjadi alamat IP next-hop sebuah router, alamat IP ini
merupakan alamat yang bisa dijangkau oleh sebuah router dan directly connected
network bagi router tersebut. dengan kata lain, alamat IP next-hop 172.16.2.2 pada
R1 merupakan directly connected network serial 0/0/0 172.16.2.0/24.
25
/24 subnetmask untuk rute ini, ditampilkan dalam satu baris yang
dikenal dengan parent route.
[1/0] administrative distance dan metric untuk rute statis
Ketiga rute statis dikonfigurasi pada R1 memiliki alamat IP next-hop yang sama:
172.16.2.2. Dengan menggunakan diagram topologi, untuk meneruskan paket ke
remote network harus melewati router R2, yaitu next-hop router.
Menggunakan perintah show ip route dapat diperiksa rute statis baru yang telah
ditambahkan pada routing table.
S 192.168.1.0/24 [1/0] via 172.16.2.2
S 192.168.2.0/24 [1/0] via 172.16.2.2
Subnet mask ditempatkan dalam satu garis dengan alamat network.
26
Rute statis yang sudah dikonfigurasi juga dapat diverifikasi dengan memeriksa
konfigurasi yang sedang berjalan menggunakan perintah show running-config.
Konfigurasi harus disimpan ke NVRAM dengan menggunakan perintah:
R1#copy running-config startup-config
2.4.3 Routing Table Principles and Static Routes
Routing Table Principles
Prinsip 1: Setiap router membuat keputusannya sendiri, berdasrkan informasi yang
pada routing tablenya
R1 memiliki tiga buah rute statis pada routing tablenya dan membuat keputusan
pengiriman data semata-mata berdasarkan informasi yang ada pada routing
tablenya. R1 tidak mengkonsultasikan routing tablenya dengan router lain. Apakah
router tersebut mempunyai rute untuk network lain atau tidak. Membuat sebuah
router mengerti remote network merupakan tanggung jawab administrator jaringan.
Prinsip 2: Fakta bahwa sebuah router mempunyai beberapa informasi pada routing
tablenya tidak berarti router lain mempunyai informasi yang sama.
R1 tidak mengetahui informasi apa yang terdapat pada routing table router lain.
Contohnya, R1 memiliki rute ke network 192.168.2.0/24 melalui R2. Setiap paket
yang sesuai dengan rute ini milik network 192.168.2.0/24 dan akan diteruskan pada
router R2. R1 tidak mengetahui apakah R2 memiliki rut eke network 192.168.2.0/24
atau tidak. Hal ini kembali menjadi tanggung jawab administrator jaringan untuk
memastikan bahwa router next-hop mempunyai rute untuk jaringan ini.
Prinsip 3: Informasi routing tentang sebuah jalur dari sebuah network ke network
lain tidak menyediakan informasi dari network lain ke network tersebut.
Kebanyakan komunikasi pada jaringan merupakan komunikasi dua arah. Ini berarti
paket harus dengan arah antara dua end devices. Paket yang berasal dari PC1 akan
sampai pada PC3 karena semua router yang memiliki rute network 192.168.2.0/24
tersebut terlibat dalam pengiriman paket ini. Namun, kesuksesan pengirim paket dari
PC3 ke OC1 tergantung pada ada tidaknya router yang terlibat mempunyai rute balik
untuk PC1 yang memiliki network 172.16.3.0/24.
27
Pada routing table di atas, R2 memiliki rute statis untuk remote network
192.168.2.0/24, dimana rute ini akan meneruskan semua paket ke next-hop dengan
alamat IP 172.16.2.2.
S 192.168.2.0/24 [1/0] via 172.16.2.2
Menemukan rute hanya merupakan langkah awal dari proses lookup. R1 harus
menentukan bagaimana untuk mencapai next-hop yang beralamat IP 172.16.2.2. Ini
menjadi langkah kedua untuk mencari kecocokkan untuk alamat 172.16.2.2. Alamat
IP 172.16.2.2 sesuai dengan rute untuk directly connected network 172.16.2.0/24.
C 172.16.2.0 is directly connected, Serial0/0/0
Rute 172.16.2.0 merupakan directly connected network dengan exit interface serial
0/0/0. Lookup ini memberitahukan proses routing tabke bahwa paket akan diteruskan
keluar interface ini. Oleh sebab itu, dibutuhkan dua proses lookup routing table untuk
meneruskan setiap paket yang menuju network 192.168.2.0/24. Ketika router harus
melakukan lookup lebih dari sekali (multiple lookups) pada routing table sebelum
meneruskan paket, berarti router melakukan proses yang dikenal dengan recursive
lookup. Pada contoh ini:
a. Paket alamat IP tujuan dicocokan dengan rute statis 192.168.2.0/24 dengan
alamat IP next-hop 172.16.2.2
28
b. Alamat IP next-hop dari rute statis, 172.16.2.2, sesuai dengan directly connected
network 172.16.2.0/24 dengan exit interface serial 0/0/0.
Setiap rute yang bereferensi pada alamat IP next-hop, bukan exit ibterface, harus
memiliki alamat IP next-hop cadangan (resolved) menggunakan rute yang ada pada
routing table dan memiliki exit interface.
Biasanya, rute-rute ini mencadangkan diri ke rute-rute yang terdapat pada routing
table dan merupakan directly connected network, Karena entri ini akan selalui
dilengkapi dengan exit interface. Oleh sebab itu, rute statis di konfigurasi dengan
menggunakan exit interface. Ini berarti rute-rute tidak membutuhkan rute cadangan
lagi.
Exit Interface is Down
Apa yang terjadi apabila exit interface down. Jika rute statis tidak bisa menggunakan
exit interface sebagai cadangan, serial 0/0/0, rute statis akan dihapus dari routing
table.
Periksa proses ini dengan perintah debug ip routing pada R1 dan kemudian
konfigurasi interface serial 0/0/0 dengan perintah shutdown.
Output dari perintah ini bahwa ketiga rute statis dihapus ketika interface serial 0/0/0
berada pada posisi shut down. Ketiga dihapus karena ketiga rute statis memiliki
cadangan (resolved) ke interface serial 0/0/0. Namun, rute statis masih dalam
running configuration R1. Jika interface diset kembali pada posisi no shut, proses
routing table IOS akan menginstall ketiga rute statis ini ke routing table.
2.5 Static Routes with Exit Interface
2.5.1 Configuration a Static Route with an Exit Interface
Configuring a Static Route with Exit Interface
Biasanya rute statis dikonfigurasi dengan menggunakan next-hop. Seperti rute statis
R1 192.168.2.0/24 dikonfigurasi dengan alamat IP next-hop 172.16.2.2. Seperti pada
line konfigurasi berikut:
ip route 192.168.2.0 255.255.255.0 172.16.2.2
Sebelumnya telah diketahui bahwa rute statis membutuhkan proses lookup routing
table yang kedua untuk mencari alamat IP next-hop 172.16.2.2 yang terhubung
dengan exit interface. Namun demikian, kebanyakan rute statis dikonfigurasi dengan
menggunakan exit interface, yang membuat routing table menggunakan exit
interface dalam mecari jalur yang cocok.
Konfigurasi ulang rute statis yang telah ada dengan menghapus rute tersebut
menggunakan perintah no ip route.
Konfigurasi ulang rute statis pada R1 ke 192.168.2.0/24 menggunakan exit interface
serial 0/0/0.
Selanjutnya gunakan oerintah show ip route untuk memeriksa perubahan yang ada
pada routing table, terlihat bahwa routing table tidak lagi berdasarkan alamat IP nexthop tetapi sudah berdasarkan exit interface. Exit interface ini sama dengan rute statis
ketika menggunakan alamat IP next-hop sebagai resolvednya.
S 192.168.2.0/24 is directly connected, Serial0/0/0
Sekarang, ketika proses routing table bisa mencocokkan setiap paket dengan
network ini, maka proses lookup routing table dapat dilakukan satu kali saja.
Note: Rute statis yang tampil adalah rute directly connected. Penting untuk
dimengerti bahwa ini tidak berarti rute tersebut merupakan directly connected
network atau rute directly connected route. Rute ini masih merupakan rute statis.
Statis routes and point-to-point networks
Rute statis yang dikonfigurasi dengan menggunakan exit interface adalah ideal bagi
kebanyakan jaringan network serial point-to-point. Jaringan point-to-point yang
menggunakan HDLC dan PPP tidak menggunakan alamat IP next-hop dalam proses
pengiriman paket. Rute paket Ip dienkasulasi pada frame lapis 2 HDLC dengan
alamat broadcast tujuan lapis 2.
31
Gambar diatas menampilkan routing table ketiga router, terlihat bahwa rute statis
dengan exit interface telah ditambahkan pada routing table dan rute statis dengan
next-hop sudah dihapus.
32
mengguana exit interface pada network Ethernet, tidak hanya menggunakan exit
interface pada rute statis.
Advantages of using an exit interface with statis routes
Ada keuntungan yang didapat dengan menggunakan exit interface pada rute statis
baik untuk network serial point-to-point dan Ethernet. Proses routing table hanya
menggunakan sekali lookup untuk menemukan exit interface dari pada harus
mencari next-hop.
Untuk rute statis dengan point-to-point serial network, lebih baik mengkonfigurasinya
dengan menggunakan exit interface. Untuk interface serial point-to-point, alamat
next-hop yang ada pada routing tabke tidak akan pernah digunakan oleh prosedur
pengiriman paket, jadi tidak dibutuhkan sama sekali.
2.6 Summary and Default Static Routes
2.6.1 Summary Static Routes
Summarizing Routes to Reduce the Size of the Routing Table
Membuat routing table yang lebih kecil membuat proses lookup routing table lebih
efisien, kaena ada beberapa saja rute yang harus dicari. Jika sebuah rute statis bisa
digunakan dari pada lebih dari satu rute statis, ukuran routing tabke akan berkurang.
Pada kebanyakan keadaan, sebuah rute statis bisa digunakan untuk mengetahui
lusinan, ratusan sampai ribuan rute.
Kita bisa menggunakan sebuah alamat network untuk mewakili beberapa subnet.
Contohnya, network 10.0.0.0/16, 10.1.0.0/16, 10.2.0.0/16, 10.3.0.0/16 sampai
10.255.0.0/16 dapat diwakili oleh sebuah alamat network: 10.0.0.0/8
Route Summarization
Beberapa rute statis bisa dirangkum menjadi sebuah alamat rute statis, jika:
Network tujuan bisa dirangkum menjadi sebuah alamat network
Beberapa rute statis menggunakan exit interface atau alamat next-hop
yang sama.
Pada contoh yang sudah dibuat, R3 memiliki tiga buah rute statis. Ketiga rute
tersebut dikirim melalui interface serial 0/0/1. Ketiga rute tersebut adalah:
ip route 172.16.1.0 255.255.255.0 Serial0/0/1
ip route 172.16.2.0 255.255.255.0 Serial0/0/1
ip route 172.16.3.0 255.255.255.0 Serial0/0/1
Jika memungkinkan, semua rute dapat dirangkum menjadi rute statis tunggal.
172.16.1.0/24, 172.16.2.0/24 dan 172.16.3.0/24 bisa dirangkum mejadi network
172.16.0.0/22. Karena ketiga rute tersebut menggunakan exit interface yang sama,
ketiga dirangkum menjadi 172.16.0.0 255.255.255.0.
Calculating a summary route
Berikut ini proses membuat summary route 172.16.1.0/22:
1. Buat network dalam bilangan biner
2. Untuk menemukan subnet mask untuk dirangkum, mulai dari left-most bit.
34
3. Dimulai dari kiri ke kanan, temukan semua bit yang sesuai dengan teratur
4. Ketika menemukan bagian yang tidak coco, berhenti. Berarti sudah menemukan
summary boundarynya.
5. Sekarang hitung left-most bit yang sesuai. Pada contoh 22. Ini akan menjadi
subnet mask untuk rute rangkuman, /22 atau 255.255.255.0.
6. Untuk menemukan alamat network untuk rangkumana, saling 22 bit yang sesuai
dan tambahkan bit 0 sehingga 22 bit tersebut menjadi berjumlah 32 bit.
35
Untuk verifikasi rute statis yang baru, periksa routing tabke R2 dengan
menggunakan perintah show ip route:
172.16.0.0/22 is subnetted, 1 subnets
S 172.16.0.0 is directly connected, Serial0/0/1
2.6.2 Default Static Route
Most Spesific Match
Sangat mungkin bahwa paket alamat IP titik tujuan akan sesuai dengan beberapa
rute yang ada pada routing table. Contohnya:
172.16.0.0/24 is subnetted, 3 subnets
S 172.16.1.0 is directly connected, Serial0/0/0 and
S 172.16.0.0/16 is directly connected, Serial0/0/1
Paket dengan alamat IP tujuan 172.16.1.10 akan sesuai dengan kedua rute statis
diatas. Proses lookup routing table akan menggunakan most-spesific match. Karena
24 bit sesuai dengan rute 172.16.1.0/24, dan hanya 16 bit dari rute 172.16.0.0/16
yang cocok, rute statis dengan 24 bit yang cocok akan digunakan. Ini merupakan bitbit yang terpanjang yang cocok. Paket selanjutnya akan di enkapsulasi pada frame
layer 2 dab dikirim melalui interface serial 0/0/0. Subnet mask yang ada pada rute
entri merupakan apa yang menentukan berapa bit yang harus sesuai dengan paket
IP alamat tujuan untuk rute yang akan dicocokan.
Note: proses ini sama untuk semua rute yang ada pada routing table termasuk rute
statis, rute dipelajari dari protokol routing dan directly connected network.
36
Default rute statis sesuai untuk semua paket. Digunakan pada keadaan:
Ketika tidak rute yang ada pada routing table yang sesuai dengan paket
alamat IP tujuan. Dengan kata lain, disaat dibutuhkan kecocokan yang
lebih spesifik dan tidak ada. Biasanya digunakan ketika menghubungkan
router sebuah perusahaan dengan jaringan ISP.
Ketika sebuah router hanya memiliki sebuah router lain yang terhubung
padanya. Kondisi ini dikenal dengan stub router.
Configuring a Default Static Route
Sintak untuk default rute statis sama dengan rute statis lainnya, kecuali untuk alamat
network di set menjadi 0.0.0.0 dan subnet masknya juga 0.0.0.0:
Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 [exit-interface | ipaddress ]
Alamat network dan mask 0.0.0.0 0.0.0.0 disebut dengan rute quad-zero
R1 merupakan stub router. Hanya terhubung dengan R2. Sekarang ini R1 memiliki
tiga buah rute statis, yang digunakan untuk sampai remote network pada topologi
yang ada. Ketiga rute statis tersebut memiliki exit interface serial 0/0/0, yang
digunakan untuk meneruskan paket next-hop yaitu R2.
Ketiga rute statis yang dimaksud adalah:
ip route 172.16.1.0 255.255.255.0 serial 0/0/0
ip route 192.168.1.0 255.255.255.0 serial 0/0/0
ip route 192.168.2.0 255.255.255.0 serial 0/0/0
37
R1 merupakan kandidat yang ideal untuk menggantikan ketiga route statis dengan
default route. Pertama hapus ketiga rute statis yang sudah ada:
R1(config)#no ip route 172.16.1.0 255.255.255.0 serial 0/0/0
R1(config)#no ip route 192.168.1.0 255.255.255.0 serial 0/0/0
R1(config)#no ip route 192.168.2.0 255.255.255.0 serial 0/0/0
Selanjutnya, konfigurasi sebuah default rute statis menggunakan serial 0/0/0 sebagai
exit interface:
R1(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 serial 0/0/0
Verifying a Default Static Route
Setelah diubah menjadi default rute statis, maka dengan menggunakan oerintah
show ip route akan didapat output sebagai berikut:
S* 0.0.0.0/0 is directly connected, Serial0/0/0
Tanda * asterisk setelah huruf S merupakan code yang mengindikasikan bahwa
rute statis ini adalah menjadi kandidat untuk default route. Oleh sebab itu rute ini
disebut dengan default static route.
Kunci dari konfigurasi ini adalah mask /0. Sebelumnya telah diketahui untuk memcari
alamat network yang cocok dengan sebuah jalur adalah membandingkan panjang
subnet masknya dengan network yang ada pada routing table. Untuk default static
router yang mask nya /0, maka tidak ada bit yang harsu dibandingkan. Oleh sebab
itu semua paket IP yang datang akan sesuai.
Default route sudah umum pada router. Daripada router menyimpan berbagai rute
untuk berbagai network pada internet, lebih baik menyimpan sebuah default router
untuk mewakilkan network manapun yang tidak ada pada routing table.
2.7 Managing and Troubleshooting Static Routes
2.7.1 Static Routes and Packet Forwarding
Berikut ini contoh bagaimana proses pengiriman pada dengan menggunakan rute
statis. Dimana sebuah PC (PC1) mengirim paket ke PC3.
1. Paket tiba melalui interface fastethernet 0/0 R1.
2. R1 tidak memiliki rute khusus menuju network tujuan, 192.168.2.0/24. Oleh
sebab itu, R1 menggunakan default rute statis.
3. R1 mengenkapsulasi paket ke bentuk frame baru. Karena R2 merupakan link
point-to-point, R1 menambahkan alamat all 1s untuk alamat lapis 2 tujuan.
4. Frame tersebut dikirim keluar melalui interface serial 0/0/0. Paket sampai pada
R2 melalui interface serial 0/0/0.
5. R2 mendekapsulasi frame dan melihat rute tujuan dari paket. R2 memiliki rute
statis menuju 192.168.2.0/24 melalui interface serial 0/0/1.
38
39
40