Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Berusaha

untuk

mendapatkan

dan

senantiasa

meningkatkan

keuntungan atau laba merupakan tujuan utama setiap perusahaan. Hal ini pasti
terjadi di setiap perusahaan yang pada awal didirikannya merupakan lembaga
yang bertujuan untuk mencari laba (bukan lembaga nirlaba) baik perusahaan
yang bergerak di bidang perdagangan maupun perusahaan jasa. Dalam era
kompetisi yang semakin tajam, perusahaan-perusahaan berlomba untuk
menghasilkan produk atau jasa yang bermutu dengan harga yang rendah
dengan berpedoman bahwa konsumen hanya dibebani dengan biaya-biaya
untuk aktivitas penambah nilai (Value-added activities). Hal ini terjadi karena
persaingan di dunia usaha semakin ketat sehingga untuk memenangkan
persaingan tersebut perusahaan dituntut untuk menghasilkan produk yang
berkualitas dengan harga yang kompetitif. Sehingga setiap perusahaan harus
berhati-hati dalam menentukan harga pokok produksi atau jasanya.
Menurut Stanton, et.al (2006:240) Price is value in terms of dollars
and cents, or any other monetary medium of exchanged. Untuk menentukan
harga jual yang kompetitif tidaklah mudah. Umumnya harga jual produk atau
jasa ditentukan oleh perimbangan penawaran dan permintaan di pasar,
sehingga biaya bukan merupakan penentu harga jual, Mulyadi (2007:347).
Permintaan konsumen atas suatu produk tidaklah mudah ditentukan oleh
1

manajer. Karena itu, manajer menghadapi banyak ketidakpastian dalam


menentukan harga jual produk. Selera konsumen, jumlah pesaing yang
memasuki pasar, harga jual yang ditetapkan pesaingnya semuanya merupakan
faktor yang mempengaruhi terbentuknya harga jual yang sangat sulit untuk
diramalkan.
Berikut adalah berbagai faktor yang mempengaruhi harga jual yang
menurut Ronal W. Hilton (2007:430) terdiri dari : Customers Demand, Action
of Competitors, Costs, and Political, Legal and Image Related Issues Satusatunya faktor yang memiliki kepastian relatif tinggi yang dapat digunakan
oleh manajemen sebagai dasar untuk menentukan harga jual adalah biaya yang
merupakan satu-satunya faktor yang dapat dikendalikan manajemen dalam hal
menentukan harga jual. Menurut Buchari Alma (2003:125) Biaya ialah setiap
pengorbanan untuk membuat suatu barang atau memperoleh suatu barang,
yang bersifat ekonomis rasional. Jadi dalam pengorbanan ini tidak boleh
mengandung unsur pemborosan, sebab segala pemborosan termasuk unsur
kerugian tidak dibebankan ke harga pokok, berikut merupakan kriteria biaya :
1.
2.
3.
4.

Dapat dihitung
Dapat diduga sebelumnya
Inheren (melekat) pada produksi
Tidak dapat dihindarkan.
Biaya memberikan informasi batas bawah (Nilai bersih yang dapat

direalisasikan margin laba normal) suatu harga jual dapat ditentukan. Biaya
tidak sepenuhnya menentukan harga jual, dan bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi penentuan harga jual, apalagi pada saat ini harga jual tidak
jarang terbentuk karena hal-hal selain biaya seperti trend, gaya hidup, jangka

waktu pembelian, pesaing, dan sebagainya. Banyak produk yang dihasilkan


dengan biaya yang sangat rendah, tetapi karena produk tersebut digemari dan
menjadi trend di masyarakat, sehingga harga produk tersebut menjadi mahal,
atau terjadi keadaan sebaliknya. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa
manajemen perusahaan menggunakan informasi biaya sebagai dasar yang
lebih pasti bagi mereka untuk membuat kebijakan mengenai harga jual dengan
tetap memperhitungkan laba yang diharapkan perusahaan serta faktor-faktor
lainnya yang tidak bisa diramalkan dan dikendalikan sepenuhnya oleh
perusahaan.
Penetapan harga pokok produk pada perusahaan manufaktur sangat
ditentukan oleh proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan
proses produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan, akuntansi biaya mengenai
dua macam proses produksi yang dapat dilakukan oleh perusahaan, yaitu
metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses. Pengertian
metode harga pokok pesanan menurut Carter dan Usry (2006:128) yang dialih
bahasakan oleh Krista adalah sebagai berikut : Sistem perhitungan biaya
berdasarkan pesanan (job order costing) merupakan biaya produksi
diakumulasikan untuk setiap pesanan terpisah, agar rincian dari perhitungan
biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan. Sedangkan
metode harga pokok proses adalah: dimana sejumlah besar unit produk
diolah secara berkesinambungan, dari satu periode ke periode berikutnya.
Dalam mengolah jenis produk ini, semua produk melalui serangkai tahap atau
proses pabrikasi yang seragam.

Dalam akuntansi biaya, perhitungan harga pokok dilakukan dengan


menjumlahkan seluruh unsur biaya produksi, sedangkan harga pokok produksi
per unit ditentukan dengan membagi seluruh total biaya produksi dengan
volume produksi yang dihasilkan atau yang diharapkan akan dihasilkan. Bagi
manajemen, punya kebebasan untuk tidak mengikuti prinsip akuntansi dalam
hal tertentu, cara yang disebut Full Costing tersebut seringkali tidak banyak
membantu. Oleh karena itu untuk perencanaan dan pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan biaya produksi dikenal dengan pendekatan
Variable costing.
Variable costing adalah suatu metode penentuan harga pokok dimana
hanya biaya produksi variabel saja dibebankan sebagai bagian dari harga
pokok produksi. Metode ini disebut Variable costing dengan alasan bahwa
biaya yang dibebankan kepada produk hanya biaya yang berhubungan
langsung dengan produk saja. Dengan pengertian tersebut, maka yang disebut
harga pokok produksi adalah penjumlahan dari biaya bahan variabel, biaya
upah variabel dan biaya overhead variabel tampak sebagai berikut:
Biaya bahan variabel

Rp

xxx

Biaya upah variabel

Rp.

xxx

Biaya overhead variabel

Rp.

xxx

Harga pokok produksi

Rp

---------- (+)
xxx

Dengan cara seperti tersebut, maka dalam metode Variable costing


biaya overhead tetap bukan merupakan bagian dari produksi dan hal ini akan

berpengaruh pada penyajian laporan rugi laba.


Perencanaan Laba atau perencanaan operasi adalah rencana dari
manajemen yang meliputi seluruh tahap dari operasi dimasa yang akan datang
untuk mencapai tujuan perusahaan yang dibagi dalam dua jenis rencana, yaitu
rencana jangka pendek dan jangka panjang. Variable costing bermanfaat
dalam pembuatan rencana jangka pendek dengan memisahkan biaya variabel
dan tetap dalam laporan rugi laba, sehingga akan diketahui Contribution
Margin. Dengan kedua hal itu maka manajemen bisa merencanakan berapa
laba yang akan diperoleh.
Informasi Contribution Margin dari Variable costing sangat membantu
dalam menentukan harga jual yang kompetitif, karena Contribution Margin
menunjukkan berapa kelebihan hasil penjualan dari biaya variabel, bisa
diperhitungkan dengan mengalikan contribution margin/unit dengan jumlah
penjualan, sedangkan biaya tetap akan tetap jumlahnya, oleh karena itu
tertutup atau tidaknya tergantung jumlah CM yang didapat. Selisih antara
Contribution Margin dengan biaya tetap merupakan laba.
Manajemen sering dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif
dimana alternatif-alternatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap besar
kecilnya laba perusahaan. seperti masalah memasuki pasar-pasar baru,
perluasan usaha, memenuhi atau tidak pesanan khusus, membuat sendiri atau
memesan bahan pembantu atau suku cadang tertentu.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut diatas maka diperlukan
solusi untuk mendapatkan penyelesaian dimana sebuah masalah dapat teratasi

ketika ada penelitian dan pengkajian yang lebih mendalam terhadap persoalanpersoalan yang timbul. Oleh karena pada penelitian penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Harga Pokok Produksi
Penjualan Terhadap Laba PT Condang Putra Utama di Gowa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
penelitian adalah:
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh harga pokok produksi terhadap laba di PT Condang
Putra Utama ?.
b. Seberapa besar pengaruh penentuan harga pokok produski terhadap laba
di PT Condang Putra Utama
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh harga pokok produski terhadap laba di PT
Condang Putra Utama Gowa
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penentuan harga pokok produksi
terhadap laba di PT Condang Putra Utama

D. Manfaat penelitian
1. Bagi institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi
pendidikan untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh penentuan
harga pokok produksi terhadap laba bagi suatu perusahaan.

2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan kepada perusahaan
dalam penentuan harga pokok produksi untuk mendapatkan laba yang
sebesar-besarnya.
3. Bagi peneliti
Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga yang merupakan pemula
dalam melakukan penelitian, terutama mengenai penentuan harga pokok
produksi untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian Harga

Menurut Sastradipoera (2003:141) bahwa harga adalah hasil


pertemuan dari transaksi barang atau jasa yang dilakukan oleh permintaan
dan penawaran di pasar. Agar mempunyai makna yang lebih umum, harga
pun didefinisikan sebagai jumlah sesuatu yang dipertukarkan dalam barter
atau penjualan, untuk memperoleh sesuatu yang lainnya.
Harga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran barang dipasar,
dalam hal ini situasi pasar sangat berperan penting dalam penetapan harga.
Menurut Samuelson (2010:81), harga faktor ditentukan oleh interaksi
antara permintaan dan penawaran faktor produksi. Dari pernyataan
tersebut dapat diartikan bahwa harga merupakan suatu nilai yang dicapai
oleh penjual dan pembeli mengenai suatu barang. Ada 2 hal penting yang
menyebabkan sebuah barang memiliki harga yaitu barang yang diperlukan
karena memiliki kegunaan dengan jumlah barang terbatas, sedangkan
kebutuhan tidak terbatas jumlahnya.
Harga merupakan suatu diantara banyak faktor penting dalam
mikro ekonomi untuk mengetahui bagaimana harga menjadi faktor
bersama antara permintaan dan penawaran dan untuk mengetahui harga
memainkan peranan yang sangat penting. Teori penetapan harga,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfred Marshall dalam bukunya
Principle of Economic tahun 2002, menyatakan bahwa "Harga ditentukan
oleh kedua-duanya bersama-sama yaitu dalam interaksi antara produsen
dan konsumen atau dengan istilah teknis oleh permintaan (demand) dan
penawaran (supply) bersama-sama atau dapat dikatakan pula bahwa

keseimbangan output dari suatu komoditi adalah pada keseimbangan


antara harga permintaan dan harga penawaran".
"Harga suatu barang yang diperjualbelikan adalah ditentukan dengan
melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar. Keseimbangan pasar
tersebut terjadi bila jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah
barang yang diminta".
Untuk menjelaskan bagaimana harga dan jumlah barang yang
diperjualbelikan ditentukan di pasar yaitu dengan grafik, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar berikut ini:
P
Eq

D
Qe
Gambar 2.1 Keseimbangan Permintaan dan Penawaran
(Sadono Sukirno, 2002: 94)
Pada gambar diatas, terlihat adanya perpotongan antara kurva
permintaan (D) dan kurva penawaran (S) yang ditandai dengan adanya
titik E. Keseimbangan terjadi, jika jumlah barang yang ditawarkan sama
dengan jumlah barang yang diminta dan tidak ada kekuatan internal yang
menyebabkan perubahan. Sekali dicapai keseimbangan ini cenderung
untuk tidak berubah. Secara geometris keseimbangan terjadi pada saat
penawaran berpotongan dengan kurva permintaan pasarnya.
Hukum harga menyatakan, bahwa perubahan penawaran akan
menyebabkan berubahnya harga dalam arah yang berlawanan dengan
asumsi permintaan tetap. Apabila permintaan tetap kenaikan penawaran
akan menyebabkan penurunan harga dan sebaliknya penurunan penawaran

10

akan menyebabkan naiknya harga.


Menurut Adam Smith (Sigit Purnomo:42), harga suatu jenis barang
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Harga asli (natural price), yaitu harga yang terdiri atas biaya-biaya
seperti upah buruh, bunga modal, upah pengusaha, sewa gedung atau
tanah. Karena itu harga asli biasa disebut dengan nama harga produksi.
Harga produksi ini merupakan dasar pokok bagi harga pasar.
b. Harga pasar (market price), yaitu harga sesuatu barang yang berlaku di
pasar, naik turunnya harga pasar sangat dipengaruhi oleh hukum
permintaan dan penawaran.
2. Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi atau disebut harga pokok adalah
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah
terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan.
(Mulyadi, 2007 : 10). Ada lima tujuan utama dari penentuan harga pokok
produksi, yaitu:
a. Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Dengan menetapkan harga yang kompetitif maka perusahaan akan
mendulang untung yang optimal.
b. Mempertahankan perusahaan
Dari marjin keuntungan yang didapat perusahaan akan digunakan untuk
biaya operasional perusahaan. Contoh: untuk gaji/upah karyawan, untuk
bayar tagihan listrik, tagihan air bawah tanah, pembelian bahan baku,

11

biaya transportasi, dan lain sebagainya.


c. Capaian ROI (Return on Investment)
Perusahaan pasti menginginkan balik modal dari investasi yang ditanam
pada perusahaan sehingga penetapan

harga yang tepat

akan

mempercepat tercapainya modal kembali / roi.


d. Menguasai Pangsa Pasar
Dengan menetapkan harga rendah dibandingkan produk pesaing, dapat
mengalihkan perhatian konsumen dari produk kompetitor yang ada di
pasaran.
e. Mempertahankan status quo.
Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya
pengaturan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa
pasar yang ada.
3. Metode Penentuan Harga Pokok
Harga pokok dikenal dengan nama singkatnya HPP adalah salah
satu komponen dari laporan laba rugi, yang menjadi perhatian manajemen
perusahaan dalam mengendalikan operasional perusahaan. Bila berbicara
mengenai HPP, kita temukan 3 macam harga pokok yaitu harga pokok
persediaan, harga pokok produksi dan harga pokok penjualan. Ketiganya
adalah komponen yang yang saling terkait dan apabila kita pernytaan
tentang yang dibicarakan adalah HPP, maka kita harus konsen mana yang
dimaksudkan. Permasalahan itu timbul karena perbedaan kebutuhan
masing-masing tingkat manajemen. Manajer bagian pembelian (Purchase

12

Manager) lebih fokus pada harga pokok persediaan, manajer produksi


(production manager) atau manajer operasional (Operation Manager) lebih
focus pada harga pokok produksi. Manajemen tingkat puncak tentunya
akan lebih cenderung focus pada harga pokok penjualan.
Komponen yang paling besar dalam operasional perusahaan pada
perusahaan dagang maupun perusahaan industri adalah persediaan. Karena
harga pokok persediaan adalah bagian dari persediaan yang telah
digunakan, Jadi perhatian lebih besar ditujukan pada harga pokok
persediaan cukup beralasan. Namun hal itu tidak cukup bagi manajer
operasional karena komponen biaya produksi baik biaya tenaga kerja
langsung maupun biaya overhead pabrik juga merupakan komponen
penting yang berada dalam ruang lingkup tugasnya. Karena itu manajer
produksi atau manajer operasional pada perusahaan industri akan focus
pada harga pokok produksi yaitu Harga pokok persediaan ditambah biaya
produksi. Perusahaan Jasa tidak memiliki kedua komponen tersebut
sehingga pada perusahaan jasa jelas hanya harga pokok yang terdiri dari
biaya biaya operasional.
Harga pokok adalah bagian dari laporan laba rugi namun laporan
harga pokok juga dilaporkan secara terpisah. Bentuk laporan harga pokok
disesuaikan dengan kebutuhan manajemen dan metode akuntansi yang
dipilih. Metode pepertual inventory adalah metode yang banyak digunakan
pada system akuntansi computer namun masih banyak akuntan yang
sangat familiar dengan metode Phisikal Inventori. Metode phisikal

13

inventori semakin ditinggalkan karena system akuntansi computer dengan


metode perpetual dapat memberikan informasi setiap saat tanpa harus
menunggu perhitungan fisik persediaan bahkan dapat menampilkan hasil
perhitungan harga pokok untuk suatu product yang akan diproduksi.
Dengan demikian diperoleh laporan harga pokok dalam bentuk rencana
dan laporan harga pokok realisasi.
Penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan yaitu:
a. Pendekatan Permintaan dan Penawaran (supply demand approach)
Dari tingkat permintaan dan penawaran yang ada ditentukan harga
keseimbangan {equilibrium price) dengan cara mencari harga yang
mampu dibayar konsumen dan harga yang diterima produsen sehingga
terbentuk jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan.
b. Pendekatan Biaya (cost oriented approach)
Menentukan harga dengan cara menghitung biaya yang dikeluarkan
produsen dengan tingkat keuntungan yang diinginkan baik dengan
markup pricing dan break even analysis.
c. Pendekatan Pasar {market approach)
Merumuskan harga untuk produk yang dipasarkan dengan cara
menghitung variabel-variabel yang mempengaruhi pasar dan harga
seperti situasi dan kondisi politik, persaingan, sosial budaya, dan Iainlain. (organisasi.org)
Dalam menetapkan harga jual suatu produk ada berbagai metode

14

yang dapat dipakai oleh manajemen dalam suatu perusahaan. Dalam hal
ini Cecep Hidayat mengemukakan bahwa: ada 3 (tiga) Metode dalam
penetapan harga jual yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan, yaitu:
a) Cost Oriented Pricing, b) Demon Oriented Pricing c) Competition
Oriented Pricing
4. Metode Penetapan Harga Biaya-Plus {Cost Plus Pricing method)
Hubungan biaya dengan harga tidak selalu sama. Pengukuran biaya
sangat penting apabila pembeli telah setuju untuk membayar harga
berdasarkan biaya. Biaya produk sering dijadikan patokan terendah untuk
harga jual, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sudah
barang tentu tanpa memperhatikan konsep biaya yang digunakan,
perusahaan harus selalu menekan biaya sekecil mungkin dengan
menerapkan metode produksi dan pemasaran yang paling efisien. Berikut
adalah beberapa metode penetapan harga berdasarkan biaya-plus yang
dikemukakan oleh Gayle Rayburn dalam bukunya yang berjudul
Akuntansi Biaya yaitu:

Penetapan Harga berdasarkan biaya variable (variable cost


pricing), menekankan margin kontribusi dengan membedakan perilaku
biaya variable dan tetap. Salah satu bentuk dari penetapan harga
berdasarkan biaya variable adalah dengan menambahkan markup terhadap
biaya variable hingga mencapai biaya penuh. Para pendukung penetapan
harga berdasarkan biaya variable berpendapat bahwa metode ini

15

memungkinkan manager untuk menentukan harga baik dalam jangka


pendek maupun jangka panjang karena hal itu terkait dengan pengaruh
perbedaan harga terhadap total biaya tetap. Akan tetapi ada bahayanya bila
terlalu memusatkan perhatian kepada biaya variable dan marjin kontribusi.
Penetapan Harga berdasarkan biaya diferensial (differential
cost pricing), juga disebut penetapan harga berdasarkan biaya marjinal
(marginal Cost Pricing) memusatkan perhatian pada biaya tetap dan laba
yang diperoleh dari pesanan tambahan. Metode ini menambahkan MarkUp
kepada biaya diferensial. Disamping itu biaya diferensial dari suatu
pesanan sama dengan kenaikan total biaya yang disebabkan oleh produksi
unit-unit tambahan. Penetapan harga ini memperhitungkan baik biaya tetap
maupun variabel sebagai biaya diferensial sebelum ditambahkan dengan
markup dan cara ini cocok untuk situasi tertentu, khususnya yang bersifat
jangka pendek. Untuk mengilustrasikan penetapan harga berdasarkan
biaya diferensial

a. Metode Full Coasting


Full costing atau sering pula disebut absorption atau
conventional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi,
yang membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berperilaku
tetap maupun variabel kepada produk.
Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang

16

berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang


diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas
normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh
karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok
persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang
belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok
penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.
Karena biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas
dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal, maka jika
dalam suatu periode biaya overhead pabrik sesungguhnya berbeda
dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan overhead
lebih atau pembebanan overhead kurang. Jika semua produk yang
diolah dalam periode tersebut belum laku dijual maka pembebanan
biaya overhead pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan untuk
mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam
persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses
maupun produk jadi). Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak
terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead
tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba/rugi
sebelum produknya laku dijual.
Full costing hanya secara sederhana mengelompokkan biaya
menurut fungsi pokok organisasi perusahaan manufaktur, sehingga
biaya dikelompokkan menjadi biaya produksi (yang terjadi di fungsi

17

produksi) dan biaya nonproduksi (biaya yang terjadi di fungsi selain


fungsi produksi seperti pemasaran dan fungsi administrasi dan umum).
Biaya produksi merupakan komponen biaya penuh produk, sedangkan
biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum diperlakukan
sebagai biaya periode dalam full costing
b. Metode Variabel Coasting
Variable costing adalah metode penentuan harga pokok
produksi yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja
ke dalam harga pokok produk. Dalam metode Variable costing, biaya
overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan
sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik
tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan
demikian biaya overhead pabrik tetap di dalam metode Variable
costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual,
tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

Metode full costing menunda pembebanan biaya overhead


pabrik tetap sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan
dijual.
Jadi biaya overhead pabrik yang terjadi, baik yang berperilaku
tetap maupun variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat
pada persediaan) sebelum persediaan tersebut terjual. Sebaliknya

18

metode Variable costing tidak menyetujui penundaan pembebanan


biaya overhead pabrik tetap tersebut (atau dengan kata lain tidak
menyetujui pembebanan biaya overhead tetap kepada produk).
Menurut metode Variable costing, penundaan pembebanan suatu biaya
hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat
dihindari terjadinya biaya yang sama dalam periode yang akan datang.
Variable costing memperbaiki informasi biaya penuh produk
dengan mengelompokkan biaya menurut perilaku biaya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Namun, karena
Variable costing memiliki tujuan yang sama dengan full costing yaitu
ditujukan terutama untuk keperluan penilaian persediaan (inventory
evaluation) yang dicantumkan dalam neraca dan dalam perhitungan
laporan rugi laba bagi pihak luar perusahaan, maka perbaikan yang
dilakukan oleh Variable costing hanya terbatas pada biaya fase
produksi saja. Variable costing-nya memperhitungkan biaya penuh
produk terbatas pada biaya produksi variabel saja.

Biaya produksi tetap diperlakukan sebagai biaya periode.


Selain itu, variabilitas biaya menurut Variable costing hanya
dihubungkan dengan aktivitas yang bersangkutan dengan jumlah
produk yang diproduksi. Oleh karena itu, jika biaya penuh produk
tidak hanya bervariasi dalam hubungannya dengan jumlah produk
yang dihasilkan namun sebagian besar yang lain bervariasi dengan

19

aktivitas yang bersangkutan dengan batch produksi dan aktivitas yang


bersangkutan dengan produk, maka biaya penuh produk menurut
Variable costing tidak menggambarkan secara cermat sumber daya
yang dikorbankan untuk produk.
5. Konsep Laba
a. Pengertian Laba
Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda.
Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara
pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu
periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Menurut Harahap (2005:267) yang dimaksud dengan laba adalah
perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi
perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu. Definisi lain atas
pengertian laba dikemukakan oleh Baridwan (2006:31) dimana laba
didefinisikan sebagai kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal
dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan
usaha pada suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan
(revenue) atau investasi oleh pemilik.
b. Karakteristik Laba
Chariri dan Ghozali (2003:214) menyebutkan bahwa laba
memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
1) Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi,

20

2) Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan


prestasi perusahaan pada periode tertentu,
3) Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan
pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran, dan pengakuan
pendapatan,
4) Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya
historis

yang

dikeluarkan

perusahaan

untuk

mendapatkan

pendapatan tertentu, dan


5) Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara
pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan
pendapatan tersebut.
c. Pertumbuhan Laba
Laba merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur
keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Adanya pertumbuhan laba
dalam suatu perusahaan dapat menunjukkan bahwa pihak-pihak
manajemen telah berhasil dalam mengelola sumber-sumber daya yang
dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Suatu perusahaan pada
tahun tertentu bisa saja mengalami pertumbuhan laba yang cukup pesat
dibandingkan dengan rata-rata perusahaan. Akan tetapi untuk tahun
berikutnya perusahaan tersebut bisa saja mengalami penurunan laba.
Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode
sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan
laba pada periode sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000).

21

Pertumbuhan Laba

Laba bersih Laba bersih tahun


Laba bersih tahun t 1

Keterangan :
Laba bersih tahunt = laba bersih tahun berjalan Laba bersih tahunt-1
= laba bersih tahun sebelumnya
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba
Menurut Angkoso (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan
laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1) Besarnya perusahaan
Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan
laba yang diharapkan semakin tinggi.
2) Umur perusahaan
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam
meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
3) Tingkat leverage
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka
manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi
ketepatan pertumbuhan laba.
4) Tingkat penjualan
Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat
penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba
semakin tinggi.
5) Perubahan laba masa lalu

22

Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba
yang diperoleh di masa mendatang
B. Kerangka Teori
Tujuan dari didirikannya suatu usaha, adalah untuk mendapatkan
keuntungan guna menjaga kelangsungan hidupnya. Perencanaan keuntungan
bukan hal yang mudah untuk dilakukan karena penetapannya harus didasarkan
pertimbangan baik dari internal maupun eksternal yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi penetapan keuntungan itu sendiri.
Dalam penetapan keuntungan yang diperoleh oleh PT Contang selama jangka
waktu tertentu, maka PT perlu mengetahui berapa hasil yang diperoleh dari
penjualan

hasil

produksinya

tersebut,

dan

biaya-biaya

yang

harus

diperhitungkan dalam rangka penjualan hasil produksi yang dimaksud. Untuk


itu PT perlu menetapkan suatu harga pokok yang tepat dalam memasarkan
produknya agar mampu bersaing di pasaran.
Persaingan yang semakin ketat dalam industri real-estate, terutama
persaingan dalam hal harga jual, membuat PT Condang Putra Utama harus jeli
dalam menetapkan harga jualnya. Penetapan suatu harga jual tidak terlepas
dari penetapan harga pokok produksi, karena dalam menentukan harga jual
perlu dipertimbangkan harga pokok produksi disamping biaya pemasaran dan
administrasi dan umum. Penggunaan metode yang sederhana dan tidak
mengikuti sistem akuntansi biaya dalam dampak yang negatif bagi
perusahaan. Untuk itu, dilakukan suatu alternatif penghitungan harga pokok
produksi dan laba/rugi dengan menggunakan metode full costing dan variable

Persaingan

Penjualan

23

costing . Kerangka pemikiran penelitian ini seperti yang terlihat pada gambar
di bawah ini :

PT. Condang
Putra Utama

Biaya
Produksi

Harga Pokok
Produksi

Harga Pokok
Penjualan

Laba/Rugi
Metode PT.
Condang

Metode Full
Coasting

Metode Variabel
Coasting

Penentuan Harga Pokok


Produksi yang tepat
Laba/Rugi
Perbandingan
Rekomendasi
Gambar 2.1. Skema Kerangka Konsep
Keterangan :
Yang akan diteliti
Yang telah diteliti
C. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka
penulis mengambil kesimpulan sementara bahwa Diduga pada PT Condang
Putra Utama Gowa dalam penentuan harga pokok produksi berpengaruh
secara signifikan terhadap laba yang optimal..

24

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian


Untuk melengkapi data dalam penyusunan tugas akhir ini dilakukan
penelitian pada PT Condang Putra Utama di Jl Poros Gowa Takalar 127
Wilayah Kec Somba Opu Makassar Sulawesi Selatan, data yang diambil
mengenai data biaya produksi yang kemudian digunakan untuk menentukan
harga pokok produksi dan pengaruhnya terhadap laba.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Data Kualitatif
Data kuantitatif adalah data yang berupa huruf, gambar, diagram dan lain
sebagainya (bukan angka) yang menjabarkan sesuatu atau kata-kata.
Dalam hal ini data yang diperlukan adalah data tentang sejarah berdirinya
PT Condang Putra Utama dan perkembangan perusahaan, lokasi
perusahaan, struktur organisasi, daerah pemasaran, sistem produksi, dan
lain sebagainya.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data berupa angka-angka atau data yang dapat
dihitung dengan satuan hitung. Data tersebut sebagai berikut:
a. Jumlah produksi untuk setiap jenis produk yang diproduksi tahun
2012.

25

b. Jumlah biaya produksi atau Laporan Harga Pokok Produksi untuk


tahun 2012.
c. Laba yang dihasilkan dari penentuan harga pokok produksi sepanjang
tahun 2012.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data penelitian
ini menggunakan teknik antara lain:
1. Wawancara mendalam (in-depth interview) yang dilakukan terhadap pihak
perusahaan dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang terkait dengan
tujuan penelitian. Pemilihan tersebut dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan mempertimbangkan faktor pemahaman mengenai aktivitas
produksi dan perhitungan harga pokok produksi.
2. Pengamatan (observasi) terhadap aktivitas produksi yang dilakukan para
pekerja dalam menghasilkan produk
3. Studi literature dengan memanfaatkan berbagai laporan dan buku-buku
penunjang yang relevan
4. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui
dokumen-dokumen perusahaan mengenai data yang terkait dengan
masalah penentuan harga pokok produksi, yaitu data biaya yang
dikeluarkan perusahaan selama satu periode, data kuantitas pemicu biaya.

26

D. Pengolahan dan Analisis Data


Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif (cost plus pricing), dimana metode ini memberikan gambaran
untuk menentukan harga pokok produk.
Analisis kuantitatif dilakukan pada perhitungan harga pokok produksi
dan laba/rugi dengan metode perhitungan harga pokok produksi dan laba/rugi
yang selama ini dilakukan oleh perusahaan dan dengan menggunakan metode
full costing, dan variable costing serta melihat perbandingan dari hasil
perhitungan harga pokok produksi dan laba/rugi dengan berdasar pada kedua
metode tersebut (Mulyadi, 2007)
1. Perhitungan Harga Pokok Produksi Metode Full Costing
Menurut Mulyadi (2007), pada metode full costing semua biaya
diperlakukan sebagai harga pokok tanpa memperhatikan apakah biaya
tersebut variabel atau tetap. Harga pokok produksi dengan metode full
costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel.
Laporan laba/rugi dengan metode full costing menyajikan biaya-biaya
menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok dalam perusahaan
manufaktur, yaitu fungsi produksi, pemasaran, dan fungsi administrasi dan
umum.
2. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Variabel Costing
Menurut Mulyadi (2007), dalam metode variable costing hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam

27

harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dalam laporan
laba/rugi variable costing, biaya tetap disajikan dalam kelompok tersendiri
yang harus ditutup dari laba kontribusi yang diperoleh perusahaan,
sebelum timbul laba bersih.

28

BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah singkat perusahaan


PT. Condang Puta Utama berkedudukan di gowa ( selanjutnya
disebut perusahaan ) didirkan berdasarkan akta No. 23 tanggal 25 maret
1999, oleh H.duddin, S.Sos, MM. Akta ini telah memperoleh pengesahan
dari Menteri Kehakiman dan HAM, Republik Indonesia dengan surat
keputusan No. C-240.HT.01.01.TH.2000, tanggal 06 januari 2000.
PT. Condang Puta Utama berkedudukan atau berkantor di Jalan.
Poros Gowa Takalar 127 Wilayah Kec. Somba Opu Makassar Sulawesi
selatan. Legalitas usaha yang dimiliki adalah sebagai berikut:
1. Surat
izin
usaha
perdagangan
SIUP
588/indagkopdal/siup/m

no.

/2005 yang dikeluarkan oleh Bupati

Gowa kepala kantor pelayanan perizinan pada tanggal 10 maret


2005
2. Tanda daftar perusahaan (TDT) Nomor

202315103332

yang

dikeluarkan oleh Bupati Gowa kepala kantor pelayanan perizinan


pada tanggal 10 maret 2005.
3. Surat izin tempat usaha SITU nomor 220 / indagkopdal
/igp/kpap

/02/05 yang dikeluarkan oleh Bupati Gowa kepala

kantor pelayanan perizinan pada tanggal 10 maret 2005


4. Bukti pendaftaran sebagai wajib pajak pada kantor pelayanan pajak
Kabupaten Gowa dengan nomor pokok wajib pajak (NPWP)
1.906.041.7-801
27 (REI) No. 05.00327
5. Keanggotaan real estate Indonesia

29

Aktivitas pengembangan subsektor industri Real Estate


adalah kegiatan perolehan

tanah untuk kemudian dibangun

perumahan dan atau bangunan komersial dan atau bangunan industri.


Bangunan tersebut dimaksudkan untuk dijual atau disewakan,
sebagai satu kesatuan atau secara eceran (retail). Aktivitas
pengembangan ini juga mencakup perolehan kapling tanah untuk
dijual tanpa bangunan.
Secara spesifik, aktivitas subsektor industri Real Estate lebih
mengarah pada kegiatan pengembangan perumahan konvensional
berikut sarana pendukung berupa fasilitas umum dan fasilitas sosial.
Di sisi lain, aktivitas subsektor industri properti lebih mengarah
pada kegiatan pengembangan bangunan hunian vertikal (antara
lain apartemen, kondominium, rumah susun), bangunan komersial
(antara lain perkantoran, pusat perbelanjaan) dan bangunan industri.
Dari segi pengelolaan, subsektor industri Real Estate
cenderung lebih bebas karena adanya pemindahan hak kepemilikan
dari pengembang kepada pemilik bangunan (penghuni pemukiman)
sehingga

pemeliharaan

dan

pengelolaan

bangunan

diserahkan

sepenuhnya kepada pemilik yang bersangkutan, sedangkan subsektor


industri

properti

lebih

memiliki

ketergantungan

dalam

hal

pemeliharaan dan pengelolaan bangunan miliknya. Dari segi


pendapatan, pendapatan subsektor industri Real Estate diperoleh
dari penjualan dan peningkatan harga tanah, sedangkan pendapatan

30

subsektor industri properti berasal dari penjualan, penyewaan,


pengenaan service charge, dan lain-lain.
B. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT. Condang Putra Utama

KOMISARIS

DIREKTUR UTAMA

KEUANGAN

PEMASARAN

ADMINISTRASI

PRODUKSI

C. Tugas Tiap Divisi PT Condang Putra Utama


a) Komisaris :
- Mengontrol kegiatan operasional perusahan,
- Mengevaluasi laporan.
- Menangani semua masalah yang menyangkut segi dana,
- Merencanakan, mengatur, mengawasi penerimaan dan pengeluaran
dana.
b) Direktur Utama
- Bertanggung jawab atas kelancaran dan pelaksanaan kegiatan
-

perusahaan sehari hari.


Mempertanggung jawabkan semua kewajiban yang menyangkut

rugi laba perusahaan, produksi, keuangan dan pemasaran.


- Mengevaluasi laporan
c) Keuangan

31

Bertanggung jawab atas penerimaan dan pembayaran yang

terjadi.
- Melakukan dan membuat laporan keuangan.
d) Pemasaran
- Menyusun program dan strategi pemasaran baik jangka pendek
maupun jangka panjang sesuai kebijaksanaan yang telah
-

ditentukan ole perusahaan,


Menawarkan produk perumahan

melalui

media

cetak,

elektronik maupun presentasi keinstansi baik pemerintah


maupun swasta serta pameran.
- Membuat laporan
e) Administrasi
- Melaksanakan kegiatan surat menyurat, dokumentasi dan
pengarsipan.
f) Produksi
- Membuat perencangan design rumah maupun pengembangan
-

kawasan sesuai konsep direksi,


Mencatat dan melaporkan distribusi material proyek.
Quality control terhadap proyek,
Membuat laporan kemajuan proyek.

32

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penentuan Harga Pokok Produk


Metode penentuan harga pokok produk merupakan cara yang
memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam produk. Dalam menentukan
harga pokok produk tersebut, PT Condang Putra Utama Gowa menggunakan
metode Full coasting yaitu metode yang memperhitungkan seluruh biaya yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja lansung, biaya non produksi
baik yang bersifat tetap maupun variable penentuan harga pokok produk
harus akurat dan tepat, karena keakuratan dan ketepatan dalam kalkulasi harga
pokok produk diharapkan membantu manajemen dalam pengambilan
keputusan. Sehingga perlu adanya pengklasifikasian biaya. Klasifikasi ini
merupakan pemisahan biaya berdasarkan hubungannya dari aktivitas yang
dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk memudahkan manajemen dalam
mengambil keputusan.
Klasifikasi secara umum pada suatu perusahaan biasanya terdiri dari
biaya pemasaran, biaya produksi dan biaya adminitrasi. Dengan demikian
dalam penentuan harga pokok produksi secara akurat dapat terwujud,
disamping itu klasifikasi ini betujuan untuk mengendalikan biaya dan analisis
biaya. Dalam tujuan tersebut terdapat dua klasifikasi biaya yang ada pada PT
Condang Putra Utama Gowa secara lengkap dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Biaya produksi

33

Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah


bahan baku menjadi produk jadi dan siap untuk dijual yang terdiri dari
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
1. Biaya bahan baku
Biaya bahan baku adalah biaya yang terjadi karena adanya peruses
pengolahan bahan baku menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.
Biaya yang digunakan PT Condang Putra Utama Gowa terdiri atas
bahan baku utama dan bahan baku pembantu.
Bahan baku utama
Bahan baku utama untuk membuat perumahan meliputi semen,
pasir, batu bata, besi, bahan atap, bahan keramik, bahan platfond,

bahan kayu, bahan kaca, batu dan ciping


Bahan baku pembantu
Bahan baku pembantu meliputi bahan sanitasi, bahan pipa, bahan
listrik.
Biaya ini berubah secara proporsional seiring dengan perubahan

volume produksi produk yang dihasilkan PT Condang Putra Utama


Gowa.
2. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan
kepada karyawan bagian lapangan yang bertugas mengawasi jalannya
proses pembangunan. Biaya tenaga kerja yang diterapkan oleh PT.
Condang putra Utama Gowa adalah upah yang dibayarkan pada tenaga
kerja yang terlibat langsung pada mas kontruksi yang dihitung per hari
dengan jam kerja selama 8 jam hari kerja yakni 7 hari.
b. Biaya non produksi
Biaya non produksi (komersial) merupakan biaya yang dikeluarkan
oleh

perusahaan

untuk

memperlancar

aktivitas

dalam

mengolah

perusahaan biaya non produksi digolongkan sesuai dengan fungsi atau

34

kegiatan produksi. Pada PT Condang Putra Utama Gowa biaya non


produksi digolongkan ke dalam biaya pemasaran dan biaya administrasi
dan umum
Biaya

pemasaran

yaitu

biaya-biaya

yang

terjadi

untuk

melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Biaya pemasaran pada PT


Condang Putra Utama Gowa meliputi :
1. Gaji karyawan dan tunjang karyawan
2. Kesejateraan karyawan
3. Perjalanan dinas
4. Telepon dan fax
5. Sumbangan
6. Representasi
7. ATK
8. Reparasi dan pemmeliharaan
9. Penghapusan piutang
10. Pajak dan iuran
11. Biaya transportasi
12. Biaya bank
13. Asuransi
Secara rinci mengenai klasifikasi biaya, berikut daftar biaya yang
terjadi pada PT Condang Putra Utama Gowa tahun 20013
Tabel. 1
Rencana anggaran biaya rumah tinggal type 36
No Uraian pekerjaan
1
Pekerjaan pendahuluan/persiapan

Jumlah harga
Rp. 650.000,00

Pekerjaan tanah dan pasir

Rp. 557.724,00

Pekerjaan pondasi

Rp. 5.683.926,00

Pekerjaan beton cor

Rp. 9. 036.919,00

Pas. Batu batu/diding

Rp. 13.476.503,70

Pekerjaan lantai/keramik

Rp. 6.914.527,53

Pekerjaan plafond/langit-langit

Rp. 6.154.791,25

Pekerjaan kusen pintu/jendela

Rp. 3.276.125,00

Pekerjaan daun pintu/jendela

Rp. 3.652.510,00

10

Pekerjaan kunci/rambucis & handle pintu-jendela

Rp. 994.372,25

35

11

Pekerjaan cat laburan

Rp. 3.446.071,94

13

Pekerjaan sanitasi

Rp. 761.225,00

14

Pekerjaan lain-lain

Rp. 900.000,00

15

Pekerjaan armature listrik

Rp. 508.000,00

16

Pekerjaan atap

Rp. 13.539.882,10

17

Pekerjaan instlasi listrik


Jumlah biaya konstruksi

Rp. 6.302.750,45
Rp. 75.875.331,67

Pembulatan

Rp. 75.875.000,00

Harga per m2
Sumber: Data Perusahaan Rancangan Biaya tahun 2012

Rp. 1.897.500,00

Tabel. 2
Daftar biaya bahan baku
Keterangan
Tahun 2012
Tahun 2013
Sumber: Data Perusahaan (diolah)

Biaya bahan baku


12.500.000.000
15.175.000.000

Tabel. 3
Daftar biaya tenaga kerja langsung
Tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja
Tahun 2012
139
Tahun 2013
117
Sumber: Data Perusahaan (diolah)

Alokasi biaya
882.255.000
891.738.000

Tabel. 4
Rencana anggaran dan biaya tanah
No.
Uraian pekerjaan
1 Air bersih

Vol/satuan
Ls

Harga (Rp)/Unit
1.500.000

900 watt

2.750.000

Listrik

Pemasangan jaringan/BP, PLN

Pekerjaan halaman

Ls

1.000.000

Iziin mendirikan bangunan


Real cost

500.000
5.750.000

36

Risk 10%
Total
Sumber: Data Perusahaan (diolah)

575.000
6.325.000

Tabel. 5
Rencana anggaran dan biaya prasaran
No
Uraian pekerjaan
1 Pekerjaan pasang batu drainase
2

Pekerjaan kanstin pasangan batu

Pekerjaan jalan paving block


Real cost
Risk 10%
Total
Sumber: Data Perusahaan (diolah)

Tabel. 6
Daftar biaya non produksi

Harga (Rp)/Unit
750.000
250.000
2.250.000
3.250.000
324.000

37

Keterangan
By pemasaran :

Tahun 2012 (Rp)

Tahun 2013 (Rp)

Promosi penjualan

10.000.000

20.000.000

Penelitian pasar

5.000.000

Iklan

20.500.000

20.000.000

Lain-lain

1.000.000

1.750.000

Biaya gaji & tunjangan

168.000.000

336.000.000

karyawan

18.500.000

25.000.000

By kesejateraan karyawan

40.000.000

42.500.000

By perjalanan dinas

600.000

1.000.000

Biaya telepon & fax

40.000.000

39.000.000

By reparasi & pemeliharaan

50.879.000

60.987.000

By pajak dan iuran

8.643.000

7.000.000

By jasa profesional

750.000

500.000

By pelatihan dan pendidikan

5.000.000

750.000

By bank

2.750.000

2.875.000

By asuransi

500.000

475.000

By admnistrasi dan umum :

By lain-lain
Sumber : Data Perusahaan (diolah)

Tabel. 7
Daftar biaya non produksi tetap

38

Keterangan
Biaya gaji & tunjangan

Tahun 2012 (Rp)


168.000.000

karyawan

18.500.000

25.000.000

By kesejateraan karyawan

40.000.000

42.500.000

By perjalanan dinas

600.000

1.000.000

Biaya telepon & fax

40.000.000

39.000.000

By reparasi & pemeliharaan

50.879.000

60.987.000

By pajak dan iuran

8.643.000

7.000.000

By jasa profesional

750.000

500.000

By pelatihan dan pendidikan

5.000.000

750.000

By bank

2.750.000

2.875.000

By asuransi

500.000

By lain-lain
Total
335.622.000
Sumber: Data Perusahaan (diolah)

Tahun 2013 (Rp)


336.000.000

475.000
516.078.000

Tabel. 8
Daftar biaya non produksi variable
Keterangan

Tahun 2012 (Rp)

Tahun 2013 (Rp)

By promosi penjualan

10.000.000

20.000.000

39

By penelitian pasar

5.000.000

By iklan

20.500.000

20.000.000

By lain-lain

1.000.000

1.750.000

By sumbangan

8.754.000

2.500.000

By ATK

5.500.000

10.000.000

By pengahpusan piutang

34.500.000

50.000.000

By transportasi
Total
Sumber : Data Primer 2012

12.461.000
97.715.000

15.000.000
119.250..000

Harga pokok produk dapat diketahui dengan memperhitungkan


terlebih dahulu harga pokok produksi kemudian menambahkan biaya non
produksi yang meliputi biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum
kedalam harga pokok produksi.
Pada prinsipnya harga pokok produksi harus dapat menutup biaya
penuh ditambah dengan laba yang wajar. Jika pendekatan full coasting
digunakan dalam penentuan kos produk, harga pokok harus dapat menutup
biaya penuh yang merupakan jumlah biaya produksi dan biaya non produksi
ditambah dengan laba wajar. Jika pendekatan variable coasting digunakan
dalam penentuan kos produk, harga jual harus dapat menutup taksiran biaya
penuh yang merupakan biaya variable dan biaya tetap (biaya produksi dan
biaya non produsksi) yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan laba wajar.
PT Condang Putra Utama Gowa dalam mentukan harga jualnya,
diawali dengan perhitungan harga pokok produknya dan menggunakan
metode full coasting. Dasar pengambilan keputusan adalah mengkalkulasikan
biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung) dan biaya non

40

produksi ( biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum) tanpa


memisahkan antara biaya tetap dan biaya variable. Setelah diperoleh harga
pokok produk, maka ditetapkan target laba yang diinginkan perusahaan. Harga
jual rumah ditentukan berdasarkan biaya produksi yang dipergunakan. Berikut
ini penentuan harga jual yang ditetapkan PT Condang Putra Utama Gowa.
Penentuan harga jual berdasrkan biaya (cost plus princing)
Dalam menentukan harga jual dengan metode cost plus pricing terlebih dahulu
perusahaan harus mengetahui Markup yang akan digunakan untuk menghitung
harga jual. Markup dapat diketahui dengan mencari besarnya target laba yang
diharapkan perusahaan yang merupakan tingkat pengambilan investasi yang
diasumsikan dengan ROI. ROI dapat diperoleh dengan membagi antara laba
bersih dengan aktiva yang ditanamkan atau total aktiva. Adapun pendekatan
yang ditawarkan metode cost plus pricing yang dapat digunakan perusahaan
untuk menentukan harga jual yaitu pendekatan full coasting dan variable
coasting.

B. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Coasting dan


Variable Coasting
1. Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Laba/Rugi dengan Metode
Full Coasting
Perhitungan harga pokok produksi perumahan di PT Condang
Putra Utama diperoleh dengan membagi total biaya produksi dengan
banyaknya produksi pada periode tersebut. Pada metode full costing, total
biaya produksi diperoleh dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya

41

tenaga kerja langsung dan biaya admnistrasi yang bersifat tetap maupun
yang bersifat variable. Setiap biaya yang dikeluarkan oleh PT Condang
Putra Utama diidentifikasi untuk penentuan harga pokok produksi. Biaya
biaya tersebut dapat dilihat pada tabel 1-8 yang menjabarkan tentang biaya
produksi maupun biaya non produksi.
Setelah komponen pembentuk biaya produksi diidentifikasi,
kemudian dijumlahkan dan didapatkan total biaya produksi. Selanjutnya,
harga pokok produksi diperoleh dengan membagi total biaya produksi
dengan jumlah produksi sebuah rumah tinggal. Ringkasan perhitungan
harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dapat
dilihat pada Tabel 9.

Table. 9
Penentuan harga pokok produksi Metode full coasting
Keterangan
Biaya produksi

Tahun 2012
12.500.000.000

Tahun 2013
15.175.000.000

Biaya tenaga kerja langsung

882.255.000

891.738.000

Biaya non produksi


Harga pokok produk
Jumlah produk
Harga pokok produk/unit

433.337.000
13.815.592.000
250 unit
55.262.368

635.337.000
16.702.075.000
200 unit
83.510.375

Sumber : Data Perusahaan (diolah)


Dari perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan
metode full costing pada Tabel 9, dapat dilihat bahwa nilai harga pokok
produksinya berbeda-beda setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena

42

jumlah produksi dan biaya produksi, biaya tenaga kerja langsung maupun
biaya non-produksi berbeda setiap tahunnya. Perbedaan jumlah produksi
ini juga disebabkan oleh permintaan pasar yang berbeda dan ketersediaan
bahan baku yang dipengaruhi oleh inflasi pasar. Harga pokok produksi
rumah tinggal tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar Rp 83.510.375 per
unit. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut terdapat peningkatan biaya
baik biaya produksi maupun non produksi.
Rincian perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan
metode full coasting secara lengkap sebagai berikut :
Biaya bahan baku
Pekerjaan pendahuluan/persiapan

Rp. 650.000,00

Pekerjaan tanah dan pasir

Rp. 557.724,00

Pekerjaan pondasi

Rp. 5.683.926,00

Pekerjaan beton cor

Rp. 9. 036.919,00

Pas. Batu batu/diding

Rp. 13.476.503,70

Pekerjaan lantai/keramik

Rp. 6.914.527,53

Pekerjaan plafond/langit-langit

Rp. 6.154.791,25

Pekerjaan kusen pintu/jendela

Rp. 3.276.125,00

Pekerjaan daun pintu/jendela

Rp. 3.652.510,00

Pekerjaan kunci/rambucis & handle pintu-jendela

Rp. 994.372,25

Pekerjaan cat laburan

Rp. 3.446.071,94

Pekerjaan sanitasi

Rp. 761.225,00

43

Pekerjaan instlasi listrik

Rp. 900.000,00

Pekerjaan armature listrik

Rp. 508.000,00

Pekerjaan atap

Rp. 13.539.882,10

Pekerjaan lain-lain

Rp. 6.302.750,45 +

Bahan baku

Rp. 75.000.000,00

Upah buruh/T. Kerja langsung

Rp. 891.738.000,00

Biaya Variabel

Rp. 119.250.000,00 +

Biaya produksi

Rp. 1.086.863.331,67

Sediaan awal

Rp. 1.316.688.929 +

Biaya yang digunakan

Rp. 2.403.552.260,67

Sediaan akhir

Rp. 4.341.793.363 +

Hpp penjualan

Rp. 6.745.345.623,67

Biaya tetap

Rp. 516.087.000 -

Hpp seharusnya

Rp. 6.229.258.623,67

2. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Variabel Coasting


Pada metode variable costing, perhitungan harga pokok
produksi pada PT Condang Putra Utama Gowa diperoleh dengan
membagi total biaya produksi dengan banyaknya produksi pada periode
tersebut. Total biaya produksi dalam satu periode diperoleh dengan
menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
produksi yang digunakan hanya yang bersifat variabel. Komponen

44

pembentuk biaya produksi seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung pada metode variable costing sama seperti pada metode full
costing, yang membedakan pada komponen pembentuk biaya produksinya,
metode variable costing hanya menggunakan biaya non produksi yang
bersifat variabel.

Table. 10
Penentuan harga pokok produk Metode Variabel coasting
Keterangan

Tahun 2012

Tahun 2013

12.500.000.000

15.175.000.000

882.255.000

891.738.000

97.715.000

119.250.000

13.479.970.000

16.185.988.000

250 unit

200 unit

Harga pokok produk/unit


53.919.880
Sumber : Pengolahan data primer tahun 2013

80.929.940

Biaya produksi
Biaya tenaga kerja
Biaya non produksi variable
Harga pokok produk
Jumlah produksi

Penentuan harga pokok produksi yang menggunakan motode


variable coasting terlebih dahulu harus memisahkan antara biaya produksi
dan non produksi yang berperilaku variable dengan biaya produski dan
non produski tetap. Berikut pentuan harga pokok produk dengan
menggunakan metode variable coasting dapat dilihat pada tabel 10.

45

Setelah komponen pembentuk biaya produksi diidentifikasi,


kemudian dijumlahkan dan didapatkan total biaya produksi.
Selanjutnya, harga pokok produksi diperoleh dengan membagi total
biaya produksi dengan jumlah produksi setiap tahunnnya.
Dari perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan
metode variable costing pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa nilai harga
pokok produksinya berbeda-beda setiap tahunnya. Hal ini disebabkan
karena jumlah produksi dan harga bahan baku serta biaya overhead pabrik
yang berbeda. Perbedaan jumlah produksi ini juga disebabkan oleh
permintaan pasar yang berbeda dan ketersediaan bahan baku yang
dipengaruhi oleh fluktuasi rupiah. Harga pokok produksi tertinggi terjadi
pada tahun 2013 sebesar Rp 80.929.940 per unit. Hal ini disebabkan pada
perubahan fluktuasi rupiah yang terus berkembang, sehingga secara
keseluruhan akan menaikkan harga pokok produksi rata-rata pada tahun
tersebut dan menurunkan keuntungan. Secara rinci perhitungan harga
pokok produksi dengan metode variable coasting sebagai berikut :
Pekerjaan pendahuluan/persiapan

Rp. 650.000,00

Pekerjaan tanah dan pasir

Rp. 557.724,00

Pekerjaan pondasi

Rp. 5.683.926,00

Pekerjaan beton cor

Rp. 9. 036.919,00

Pas. Batu batu/diding

Rp. 13.476.503,70

Pekerjaan lantai/keramik

Rp. 6.914.527,53

Pekerjaan plafond/langit-langit

Rp. 6.154.791,25

46

Pekerjaan kusen pintu/jendela

Rp. 3.276.125,00

Pekerjaan daun pintu/jendela

Rp. 3.652.510,00

Pekerjaan kunci/rambucis & handle pintu-jendela

Rp. 994.372,25

Pekerjaan cat laburan

Rp. 3.446.071,94

Pekerjaan sanitasi

Rp. 761.225,00

Pekerjaan instlasi listrik

Rp. 900.000,00

Pekerjaan armature listrik

Rp. 508.000,00

Pekerjaan atap

Rp. 13.539.882,10

Pekerjaan lain-lain

Rp. 6.302.750,45 +

Bahan baku

Rp. 75.00.000,00

Upah buruh/T. Kerja langsung

Rp. 891.738.000,00

Biaya Variabel

Rp. 119.250.000,00

Biaya tetap

Rp. 516.087.000,00 +

Biaya produksi

Rp. 1.602.950.331,67

Sediaan awal

Rp. 1.316.688.929 +

Material yang digunakan

Rp. 2.919.432.260,67

Sediaan akhir

Rp. 4.341.793.363 +

Hpp penjualan

Rp. 7.261.432.623,67

Over/Urder
Hpp seharusnya

Rp. 641.662.000 Rp. 6.619.770.623,67

C. Penentuan Keputusan Perusahaan


Harga pokok produksi rata-rata yang tertinggi diperoleh dengan
menggunakan metode full costing yaitu sebesar Rp 83.510.375. Hal ini

47

disebabkan dalam metode full costing, penentuan harga pokok produksi


dilakukan dengan memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang
bersifat variabel maupun tetap. Hal ini mengakibatkan biaya produksi yang
diperhitungkan akan menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan
menggunakan metode yang lain. Sedangkan harga pokok produksi dengan
menggunakan metode variable costing merupakan harga pokok produksi ratarata yang paling rendah dibandingkan metode full costing . Hal ini disebabkan
dalam metode variable costing komponen pembentuk harga pokok produksi
hanya menggunakan biaya-biaya yang bersifat variabel saja, yaitu biaya
tenaga kerja langsung variabel dan biaya overhead pabrik variabel. Hal ini
mengakibatkan biaya produksi yang diperhitungkan akan menjadi lebih kecil
bila dibandingkan dengan metode yang lain.
Ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok antara full
costing dan variable costing adalah terletak pada konsep penutupan biaya.
Menurut metode full costing, harga jual harus dapat menutup total biaya,
termasuk biaya tetap di dalamnya.
Pengakuan pendapatan atau laba

diakui berdasrakan presentase

penyelesaian pekerjaan yang dilakukan setiap akhir periode akuntasi,


demikian juga beban pokok proyek sedangkan beban usaha diakui pada saat
terjadinya. Rincian pendapatan atau laba perusahaan dari kedua metode baik
fuul coasting maupun

vosting dapat digambarkan dalam laporan

pendapatan/laba sebagai berikut :


1. Kas dan setara kas
Rp. 162.781.165
Jumlah tersebut adalah saldo kas dan setara kas per desember 2012
2. Piutang
Rp. 676.957.000

48

3. Sediaan
4. Uang muka pembelian
5. Harga perolehan aktivitas tetap
Tanah
Bangunan
Kendaraan
Investasi

Rp. 1.757.600.000
Rp. 1.039.099.500
Rp. 4.126.980.000
Rp. 2.763.680.000
Rp. 1.100.000.000
Rp. 252.000.000
Rp. 11.300.000

Jumlah
6. Akumulasi penyusutan aktiva tetap
Bangunan
Kendaraan
Investasi
Jumlah
7. Hutang usaha
8. Hutang lain-lain
9. Modal saham
10. Donasi pemegang saham
11. Laba ditahan
12. Pendapatan
13. Harga pokok proyek
Bahan bangunan
Tenaga kerja langsung
Baiaya umum proyek

Rp. 4.126.980.000
Rp. 214.287.500
Rp. 82.500.000
Rp. 126.000.000
Rp. 5.788.500
Rp. 214.287.500
Rp. 1.977.630.165
Rp. 768.000.000
Rp. 725.000.000
Rp. 1.625.000.000
Rp. 2.453.500.000
Rp. 7.692.750.000

14. Beban operasi


15. Pajak penghasilan

Rp. 15.175.000.000
Rp. 891.738.000
Rp. 835.337.000
Rp. 16.902.075.000
Rp. 728.515.477
Rp. 387.423.452

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasrkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai masalah yang telah
dikemukaan serta untuk menjawab hipotesis dalam penelitian ini, maka
penulis menarik kesimpulan bahwa

49

1. Dalam penentuan harga pokok produksi PT Condang Putra Utama Gowa


menggunakan metode umum yaitu metode fuul coasting. Harga jual rumah
ditentukan dengan menghitung terlebih dahulu harga pokok produk
ditambah dengan target laba yang diharapkan. Sehingga dapat dinyatakan
bahwa penentuan harga pokok produksi pada PT Condang Putra Utama
Gowa berpengaruh terhadap laba perusahaan
2. Dalam menentukan harga jual rumah PT. Condang Putra Utama Gowa
tidak sepenuhnya menggunakan metode cost plus pricing. Sehingga terjadi
perbedaan antara harga pokok produksi yang ditetapkan perusahaan
dengan harga pokok yang ditetapkan oleh cost plus pricing. Hal ini dapat
dilihat pada tahun 2012 harga jual rumah yang ditetapkan perusahaan
sebesar 83.510.375, sedangkan harga jual yang ditetapkan motode cost
plus pricing yaitu sebesar Rp. 83.969.188,38. Dengan demikian metode ini
berpengaruh terhadap laba karena laba perusahaan sebesar 3.025.104.434.
oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa besarnya harga jual produk
berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada PT Condang Putra
Utama Gowa
B. Saran
Sebagai saran menulis mengemukakan beberapa masukan sehubungan dengan
hasil analisis data penentuan harga pokok produksi sebagai bahan masukan
dan pertimbangan bagi pihak manajemen perusahaan dalam upaya
menetapkan harga pokok produksi sehingga laba perusahaan lebih optimal.
1. PT Condang Putra Utama Gowa dalam menetapkan harga pokok produksi
sebaiknya menggunakan metode cost plus pricing, agar harga pokok
produksi yang ditetap oleh manajer lebih akurat dan tepat

50

2. Disamping harga pokok produksi ditetapkan berdasarkan metode cost plus


pricing, manajer dalam menentukan harga pokok produski harus
mepertimbangkan factor-faktor nonbiaya seperti persepsi konsumen dan
posisi pesaing serta penyesuaian kondisi pasar yang berkembang.

PT CONDANG PUTRA UTAMA GOWA


LAPORAN LABA RUGI
UNTUK MASA YANG BERAKHIR DESEMBER 2012
NO
I

URAIAN
PENDAPATAN
1 Pendapatan Kotor
2 Potongan PPN

SUB TOTAL
8.547.500.000
854.750.000

7.692.750.000

Harga Pokok Produksi


Beban Material
1
Beban Tenaga Kerja
2 Beban Umum Proyek
3
LABA KOTOR
.
BEBAN USAHA
III
Beban Pemasaran
IV
Beban ADM dan Umum
II

1
LABA BERSIH SEBELUM PPh
2
TAKSIRAN PAJAK PENGAHASILAN

TOTAL

2.138.125.000
561.250.000
390.625.000
3.090.000.000
4.602.750.000
406.145.852
835.377.000
1.241.522.852
3.361.227.148
336.122.714

51

V
VI
VII
VIII

LABA BERSIH SETELAH PPh


LABAH DITAHAN
Saldo Awal
Saldo Akhir

3.025.104.434
1.316.688.929
4.341.793

PT CONDANG PUTRA UTAMA GOWA


NERACA
PER DESEMBER 2012
NO
I

URAIAN
Aktiva Lancar
1. Kas dan Setara Kas
2. Piutang
3. Sediaan
4. Uang muka pembelian
Jumlah Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
5. Harga perolehan
6. Akumulasi penyusutan
Nilai buku

SUB TOTAL
162.781.165
676.957.000
1.757.600.000
1.039.099.500

3.636.437.665
4.126.980.000
212.287.500
3.912.692.500
7.549.130.165

TOTAL AKTIVA

II

EKUITAS & KEWAJIBAN


Hutang Lancar
1. Hutang Usaha
2. Hutang lain-lain
Jumlah Hitung Lancar
Ekuitas
1. Modal Saham
2. Donasi Pemegang Saham
3. Laba Ditahan
Jumlah Ekuitas

TOTAL

1.977.630.165
768.000.000
2.745.630.165
725.000.000
1.625.000.000
2.453.500.000
4.803.500.000
7.549.130.165

52

PT CONDANG PUTRA UTAMA GOWA


Daftar aktiva tetap bulan Desember 2012
N

Jenis Aktiva

O
1.
2.
3.
4.

Tetap
Tanah
Bangunan
Kendaraan
Investasi

Harga
perolehan
2.763.680.000
1.100.000.000
252.000.000
11.300.000
4.126.980.000

Penyusutan Desember 2012


Tarif
Beban
akumulasi
5%
20%
25%

27.500.000
25.200.000
1.414.500
54.114.500

126.000.000
5.787.500
131.787.500

Nilai buku per


Desember 2012
2.763.680.000
1.017.500.000
126.000.000
5.512.500
9.912.692.500

53

DAFTAR PUSTAKA
Alman Buchari. 2003 Analisis Biaya. Ghalia Indonesia, Jakarta
Alfred Marshall. 2002. Principle of Economic. London, Macmillan
Angkoso. 2006. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, Beberapa Isu Penting.
Salemba Empat, Jakarta.
Carter dan Usry. 2006 Akuntasi Biaya (Cost Accounting). PT. Salemba. Jakarta
Garrison, R. H and Eric W. Noreen. 2000. Managerial Accounting. McGraw-Hill
Companies Inc, USA.
Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M. 1999. Akuntansi Manajemen
(Terjemahan). Edisi 4, Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Harahap. 2005. Activity Based Costing Untuk Manufacturing dan Pemasaran.
Harvarindo, Jakarta
Manullang, M. 2003. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Liberty, Yogyakarta.
Mulyadi. 2007. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi
YKPN, Yogyakarta.
Partomo, T. S. dan Soejoedono. 2005. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan
Koperasi. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Rahany, Lanny Angginia. 2003. Penetapan Harga Pokok Produksi Kecap Dengan
Metode Activity Based costing di PT Surabraja Food Industry Cirebon,
Jaw a Bar at. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ronal W. Hilton. 2006. Managerial Accounting. McBraw-Hill Compatiesln. USA
Sadono Sukino, 2000. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Samuelson Nordhaaus. 2010. Ilmu Makro Ekonomi. PT. Media Global Edukasi,
Jakarta
Sastradiapore, 2003, Pengantar Ekonomi Makro. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Stanton et.al. 2006. Pengantar Ekonomi Biaya. Liberty Yogyakarta

54

PENGARUH HARGA POKOK PRODUKSI


TERHADAP LABA PADA PT. CONDANG
PUTRA UTAMA DI GOWA

RULFAN IRFANDI
10573 1483 09

SKRIPSI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013

55

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Judul Penelitian

: Pengaruh Harga Pokok Produksi Terhadap Laba


Pada PT. Condang Putra Utama di Gowa

Nama MAhasiswa

: Rulfan Irfandi

No. Stambuk

: 10573 1483 09

Fakultas/Jurusan

: Ekonomi/Akuntansi

Makassar, Maret 2013


Menyetujui ;
Pembimbing I

Pembimbing II

Abd. Salam HB, SE., M.Si., Ak.

H. Ansyarif Khalid, SE., M.Si., Ak.

Mengetahui ;
Ketua Program Studi Akuntansi
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Makassar
Universitas Muhammadiyah Makassar

A. Arman, SE., M.Si., Ak.

Dr. H. Mahmud Nuhung, M.A.


NBM. 497 794

ii

56

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................

ii

DAFTAR ISI .............................................................................................

iii

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

II

Latar belakang ...........................................................................


Rumusan Masalah .....................................................................
Tujuan Penelitian ......................................................................
Manfaat penelitian .....................................................................

1
6
6
6

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ..........................................................................
1. Pengertian Harga .................................................................
2. Pengertian Harga Pokok Produksi ......................................

8
8
10

3. Metode Penentuan Harga Pokok .........................................

11

4. Metode Penetapan Harga Biaya-Plus (Cost Plus Pricing


method)
12
5. Konsep Laba .......................................................................
B. Kerangka Teori ..........................................................................
C. Hipotesis ....................................................................................
III

IV

17
20
22

METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian .....................................................

22

B. Jenis dan Sumber .....................................................................

22

C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................

24

D. Pengolahan dan Analisis Data ...................................................

24

E. Sistematika penulisan ................................................................

26

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


A. Sejarah singkat perusahaan ..

27

B. Struktur Organisasi

28

C. Tugas tiap Divisi ..

28

iv

57

VI

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Penentuan Harga Pokok ..

31

B. Proses Penentuan Harga jual

41

C. Pengakuan Pendapatan Perusahaan .

45

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ...

48

B. Saran .

49

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai